Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kaligrafi Dalam Budaya Bali: Oleh: Nyoman Adiputra

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Kaligrafi dalam Budaya Bali ..........

(Nyoman Adiputra, hal 66 - 72)

KALIGRAFI DALAM BUDAYA BALI

Oleh : Nyoman Adiputra


Fakultas Brahma Widya, Universitas Udayana
E-mail: idpsutjana@yahoo.com

ABSTRACT
From the cultural heritages in Bali it could be traced the existence of art live in Bali.
Lontar as a product of Balinese culture, it is found so many in Balinese society. There are many
subjects of knowledge in lontar; and one of the subject is about the calligraphy. In this article,
are reported two kinds of calligraphy such as Dasa Bayu and Semar calligraphy. Structural
and functional analysis were applied. Dasa Bayu calligraphy as a product of Balinese culture,
it functions as a mean to memorize the elements of Dasa bayu. Dasa Bayu has a magic and
extra-ordinary, supra natural power that could be used for helping others. In another hand
Semar calligraphy composed by Balinese letters. They make one sentence composed by ten old
Javanese words. The function is to remind every body who are in the period of study about the
traditional knowledge should always keep his/her body in a very clean condition, physically
and spiritually by applying the trikaya parisuda. By doing that the goals of study could be
achieved. The result of study then could be used for helping others in a positive sense. Other
function of the calligraphy is artistic one. Therefore, it is concluded that there is calligraphy
in Balinese culture, by presenting two examples. It is recommended that further study is needed
to explore more example of Balinese calligraphy.

Key words: calligraphy, Balinese culture, Dasa Bayu, Semar

ABSTRAK
Kehidupan berkesenian dalam masyarakat Bali dapat dirunut dari bukti peninggalan
susastra atau warisan budaya lainnya. Kehidupan kesusastraan di Bali dapat dibuktikan lewat
ribuan lontar yang ada. Berbagai pengetahuan tradisional dikandung dalam lontar-lontar tersebut.
Salah satunya dapat ditelusuri adalah bentukan kaligrafi. Dalam tulisan ini diajukan dua bentuk
kaligrafi, yaitu kaligrafi berbentuk Dasa Bayu dan kaligrafi Semar. Analisis strukturalisme dan
fungsional diterapkan dalam studi ini. Kedua contoh kaligrafi tersebut mempunyai struktur dan
fungsi yang khas. Kaligrafi Dasa Bayu sebagai produk budaya berfungsi sebagai alat bantu
untuk mempermudah ingatan dalam merafalkan Dasa Bayu. Dasa Bayu sendiri mempunyai
nilai magis dan kekuatan yang luar biasa secara niskala yang dapat dipakai dan dimanfaatkan
sesuai dengan kehendak si pemakai. Sedangkan kaligrafi Semar berfungsi memberikan
pencerahan dan kesadaran agar manusia selalu ingat dan waspada bahwa dalam mempelajari
ilmu ke-Tuhan-an supaya betul-betul membersihkan diri dan melaksanakan trikaya parisuda
tanpa cela. Dengan demikian tujuan akhir yang diinginkan akan mendapat anugrah dari Tuhan.

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, III (1) 2017


66 p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Kaligrafi dalam Budaya Bali ..........(Nyoman Adiputra, hal 66 - 72)

Anugrah tersebut bisa dipakai untuk menolong orang lain dalam tujuan positif. Fungsi lainnya
ialah keindahan itu sendiri. Dengan mengatur menjadi bentukan seperti itu (Dasa Bayu dan
Semar) diharapkan memang ada unsur artistik yang dapat dinikmati oleh mereka yang peduli
dalam masalah kesenian. Dengan demikian disimpulkan bahwa kaligrafi ada dalam budaya
Bali, dengan menampilkan dua buah contoh. Diharapkan ada studi lanjutan yang akan dapat
melaporkan bentukan kaligrafi lainnya dalam budaya Bali.

Kata kunci: kaligrafi, budaya Bali, Dasa Bayu, Semar

Bahasa Yunani: kalli berarti keindahan, dan


Pendahuluan grapos berarti menulis (Anonim, 2005.a,b).
Kebudayaan Bali adalah produk Dengan demikian kaligrafi berarti produk seni
manusia/masyarakat Bali secara kolektif dan menulis yang indah. Memang di Indonesia,
berkelanjutan. Budaya Bali terbina sejak kaligrafi dikatakan bernafaskan Islam karena
manusia Bali ada, akan terus tumbuh dan tulisan-tulisan yang dibuat diambil dari Al-
berkembang sesuai dengan kehidupan manusia Qur’an yang ditulis dengan pena di atas kertas;
Bali. Kehidupan berkebudayaan mencirikan tetapi tidak jarang tulisan ditatahkan di atas
manusia Bali mempunyai suatu tradisi baik logam atau kulit (Anonim, 2005.b). Memang
yaitu tradisi sastra dan tradisi karya. Dengan melalui seni kaligrafi, diyakini oleh para
tradisi tersebutlah maka sekarang dapat pakar sangat efektif dalam menciptakan dan
diwarisi berbagai bentuk produk budaya menggalang solidaritas kebudayaan berbagai
seperti pengetahuan tertulis dalam lontar dan kaum dan bangsa di dunia, dan tidak terbatas
tinggalan arkeologis lainnya. kepada Dunia Islam saja (Nawi, 2005).
Kebudayaan Bali dapat dipilah-pilah Kaligrafi juga menyebabkan terkekalkannya
menjadi beberapa subkomponen seperti ungkapan-ungkapan lisan manusia dan
kesenian, pekerjaan profesional, bahasa, terjaganya pandangan-pandangan dan
pemanfaatan dan apresiasi waktu, upakara pendapat mereka menjadi peninggalan abadi
dan upacara, dan lainnya. Produk dalam karya manusia (Anonim, 2005.b).
berkesenian tersebut berupa seni tabuh, seni Pelaksanaan pameran gabungan kaligrafi
lukis, seni grafis, seni tari, seni pahat dan dan kebudayaan antarbangsa beberapa waktu
lain-lainnya. Tulisan ini berusaha untuk lalu di Kualalumpur, Malaysia, membuktikan
mengungkapkan salah satu dari produk bahwa kaligrafi adalah produk universal bersifat
berkesenian masyarakat Bali, yaitu kaligrafi. lintas-agama, dan lintas-etnis. Peran kaligrafi
Kaligrafi pada mulanya didominasi oleh dalam kebudayaan masing-masing bangsa
Kaligrafi Islam. Malahan dikatakan bahwa dan suku bangsa perlu ditonjolkan sehingga
kaligrafi sebagai lambang Persatuan Muslimin dikenal dan dicintai oleh masyarakatnya. Hal
(Anonim, 2005a, b) atau paling tidak cerminan itu harus mendapat perhatian semua pihak,
Budaya Islam (George, 2004). Walaupun hal karena kaligrafi merupakan salah satu unsur
itu kurang tepat, karena kaligrafi berasal dari kebudayaan bangsa.

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, III (1) 2017


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445 67
Kaligrafi dalam Budaya Bali ..........(Nyoman Adiputra, hal 66 - 72)

Untuk masyarakat Bali, apakah itu 1) I, sebagai perwujudan dari Sanghyang


berlaku? Untuk menjawab hal itu maka studi Sadasiwa;
literatur dilakukan dan diperoleh jawaban 2) Ha, sebagai perwujudan dari
bahwa kaligrafi ada dalam Budaya Bali yang Sanghyang Wisnu;
bernafaskan Agama Hindu. 3) Ka, sebagai perwujudan dari
Sanghyang Mahadewa;
Materi dan Metode 4) Sa, sebagai perwujudan dari
Materi. Sebagai materi dalam tulisan Sanghyang Brahma;
ini bahan terbitan yang mengulas Budaya 5) Ma, sebagai perwujudan dari
Bali dan memakai gambar sebagai wahana Sanghyang Iswara;
penyampaian informasinya (Tinggen, 1994; 6) Ra, sebagai perwujudan dari
Simpen, tt; Tonjaya, 2000; Nyoka, 1994 Sanghyang Maheswara;
Adiputra, 2002; Dinas Kebudayaan Bali, 2001; 7) La, sebagai perwujudan dari
Hooykaas, 1973). Dari sumber yang diteliti Sanghyang Rudra;
diperoleh dua buah gambar; gambar pertama 8) Wa, sebagai perwujudan dari
diperoleh dalam sumber Dnyana Siddanta; Sanghyang Sangkara;
sedangkan gambar ke dua diperoleh dalam 9) Ya, sebagai perwujudan dari
catatan seorang penekun ilmu kedyatmikan Sanghyang Sambhu; dan
dari Bali Utara. 10) U, sebagai perwujudan dari Sanghyang
Metode. Ke dua gambar tersebut Sadasiwa.
diupayakan diulas dan dicari arti serta Menurut Nala (1991) dasa bayu juga
maknanya sesuai dengan pengetahuan umum ada dalam lontar usadha Bali. Unsur dasa
atau sesuai dengan apa yang dimaksud bayu yang digambarkan menjadi kaligrafi
penciptanya. Tentu-nya pedoman dalam terdiri dari sepuluh elemen. Elemen-elemen
penafsiran tersebut adalah sumber tertulis tersebut termasuk (Nala, 1991; Adiputra,
yang ada. 2002; 2004):
Analisis. Data yang diperoleh dianalisis 1) nada, simbul dari bintang (Sanghyang
secara deskriptif saja tanpa melibatkan Tranggana);
statistik inferensial. 2) windu, simbul dari matahari (Sanghyang
Surya);
Hasil-hasil 3) arda-candra, simbul dari bulan
Sesuai dengan batasan di atas maka (Sanghyang Wulan);
telah diperoleh dua gambar yang ditafsirkan 4) Ong-kara, simbul dari dari Sanghyang
sebagai kaligrafi Bali. Gambar yang dimaksud Widi Wasa;
ialah Dasa Bayu; dan Gambar Semar. 5) Ing-kara, simbul dari Sanghyang
Sadasiwa;
1) Dasa Bayu 6) Ang-kara, simbul dari Sanghyang Wisnu;
Wujud dalam bentuk gambar dari Dasa 7) Ksa, simbul dari Sanghyang Mahadewa;
Bayu tersebut seperti di bawah ini. Ada 8) Mra, simbul dari Sanghyang Sangkara;
10 unsur yang menjadi simbul dari Dasa 9) Lwa, simbul dari Sanghyang Rudra; dan
Bayu. Simbul tersebut adalah (Haryati 10) Yeng, simbul dari Sanghyang Sambhu.
Soebadio, 1971):

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, III (1) 2017


68 p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Kaligrafi dalam Budaya Bali ..........(Nyoman Adiputra, hal 66 - 72)

5) aywa artinya jangan; (membentuk


dagunya semar)
6) samar artinya ragu-ragu; (membentuk
bibir atas dan mata semar)
7) sumingkiring artinya menyingkirkan
atau meniadakan; (membentuk wajah
depan, telinga dan kepalanya semar)
8) dur artinya segala sifat dan perilaku
jahat; (membentuk kalung atau
permulaan bahu kiri semar)
9) kamurkan artinya kemarahan dan
sejenisnya; (membentuk lengan kiri
semar).

Gambarnya adalah sebagai berikut:

Gambarnya adalah sebagai berikut:

2) Semar
Gambar Semar yang dimaksud ternyata
kalau diperhatikan secara teliti dan
seksama disusun juga oleh Aksara
Bali. Aksara Bali tersebut dirangkai
sedemikian rupa sehingga membentuk
kalimat; kalimat yang dimaksud berbunyi:
bayasira arsa mardi kamardikan aywa
samar sumingkiring dur kamurkan.
Kalau dipilah-pilah maka kalimat dengan
Aksara Bali tersebut terdiri dari kata-kata
atau kalimat sebagai berikut:

1) baya sira artinya kalau saudara; (coba


lihat gambar perut ke belakang seperti
Pembahasan
ikat pinggangnya, sampai membentuk
pantat semar); Dasa Bayu
2) arsa artinya berniat; (membentuk kaki Kaligrafi Dasa Bayu didapatkan dalam
depan semar) buku Jnana Siddhanta (Soebadio, 1971). Di
3) mardi artinya berbuat; (membentuk samping itu didapatkan pula dalam bukunya
kaki belakang semar) Dr Weck yang berjudul: Heilkunda auf Bali.
4) kamardikan artinya mendapatkan Menurut Nala (1991) kaligrafi itu terdapat
kebebasan; (membentuk dada semar) juga dalam lontar Usadha Cukil Daki.

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, III (1) 2017


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445 69
Kaligrafi dalam Budaya Bali ..........(Nyoman Adiputra, hal 66 - 72)

Kaligrafi tersebut disusun oleh berbagai penggagas yang mempunyai ide asli dalam
huruf. Strukturnya terdiri dari beberapa huruf mewujudkan kaligrafi tersebut? Kemudian
dan dibingkai oleh aksesori huruf Bali naniya mengapa memakai untaian kata-kata seperti
dan guwung. Dengan bingkai tersebut tampak itu? Kembalilah disini adanya kebebasan
sebagai suatu kesatuan dengan beberapa seseorang seniman untuk memakai haknya
huruf yang ternyata adalah dasaaksara dalam berkreativitas dalam bentuk gambar
bergantungan membentuk ucapan seperti di atau tulisan untuk mengungkapkan pikirannya
atas. Secara individual maka dibaca I, Ha, Ka, (Anonim, 2005.a). Kata-kata tersebut dibuat
Ma, Ra, Sa, La, Wa, Ya , dan U. (Soebadio, menjadi pembatas suatu gambaran yang
1971). Jumlah seluruhnya sepuluh, sebagai menyerupai semar; dengan mengatur serta
simbol perwujudan dari sepuluh dewata. menyusun sedemikian rupa sehingga secara
Tetapi kalau kaligrafi tersebut dihubungkan sekilas tampak seperti gambaran biasa.
dengan dasaatma maka pembacaan dari Akan tetapi kalau dilihat secara perlahan
kaligrafi ini berbeda (Soebadio, 1971). Kedua dan teliti, maka untaian Huruf Bali tersebut
aspek di atas merupakan isi informasi yang membentuk kalimat yang mempunyai arti
ingin disampaikan oleh si pengarangnya; hal tersendiri. Untaian kata-kata mutiara tersebut
itu sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh seolah-olah memberikan suatu nasehat
Nawi (2005). kepada si apa saja yang menekuni ilmu ke-
Unsur kedua dari kaligrafi dasa bayu Tuhan-an (kedyatmikan). Intinya ialah bahwa
adalah keindahan atau kehalusan seninya; membersihkan diri secara sakala dan niskala
hal itu juga sesuai dengan makna kaligrafi itu adalah kunci keberhasilan belajar ilmu
sendiri (Nawi, 2005). Dengan keterampilan tersebut. Karenanya nasehat tersebut harus
khusus, maka ujung-ujung huruf yang secara berkesinambungan diperdengarkan
dilukiskan tersebut mampu mengikat semua sehingga perilaku sopan dan tidak berdusta
komponen menjadi satu kesatuan produk. menjadi perilaku keseharian seorang yang
Untuk menafsirkan produk tersebut diperlukan mengabdikan diri kepada kebajikan atau
imaginasi mendalam untuk memilah-milah pengamal ilmu kediyatmikan. Dalam
komponen tersebut. Kalau tidak memahami hubungan kasus ini maka gambar tersebut
Aksara Bali dengan baik, maka pasti ada memberikan nasehat atau peringatan, mungkin
kesukaran dalam membaca gambar tersebut. ditujukan kepada orang yang membacanya
Dalam menapsirkan elemen Dasa Bayu atau mungkin juga sebagai peringatan
tersebut jelas ada sedikit perbedaan antara yang kepada yang membuatnya, agar supaya selalu
ditulis oleh Soebadio (1971). Dalam bukunya melaksanakan trikaya parisudha. Trikaya
itu simbol untuk Sanghyang Sadasiwa ditulis Parisudha berarti 3 hal yang baik, yaitu
dua kali, yaitu untuk I (untuk Ing-kara) dan berpikir yang baik, berkata-kata yang baik,
U (untuk Ung-kara). Kemungkinan besar itu dan berbuat yang baik (Nala & Wiriatmadja,
salah ketik, dimana untuk Ing-kara simbol 1991). Sebagai suatu produk seni, maknanya
Sanghyang Sadasiwa sedangkan Ung-kara juga dapat dipakai oleh setiap orang.
sebagai simbul Sanghyang Siwa. Unsur seni dalam Gambar Semar
tersebut juga menimbulkan adanya variasi
Semar Aksara Bali yang dipakai. Dalam batas
Makna dari Kaligrafi Semar tidak toleransi tertentu dan untuk menjaga unsur
bisa diulas secara jelas. Dalam tulisan ini seni tersebut, kembali diasumsikan bahwa
hanya diinterpretasikan saja. Apakah betul si area tersebut merupakan hak si pengarang.

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, III (1) 2017


70 p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Kaligrafi dalam Budaya Bali ..........(Nyoman Adiputra, hal 66 - 72)

Ada pembatas dalam hal itu yaitu misi yang Daftar Pustaka
dikandung (supaya menyerupai semar), dan
bentuk baku Aksara Bali yang dipakai, serta Adiputra, N. 2004. The Magical Aspect
tempat yang tersedia (sehingga membentuk of Aksara Bali. Majalah Dinamika
hubungan) menjadi satu kesatuan. Dari Kebudayaan.Vol. VI, No.1, 2004.
pembatas tersebut dikreasikan suatu bentuk
yang akan mampu membawa informasi sesuai Adiputra, N. 2002. Aksara Bali in the Changing
dengan apa yang ingin dikemukakan oleh si world. Proceeding of the International
pengarangnya (Nawi, 2005). Seminar on Culture in the Changing
Melihat dan menganalisis Gambar Semar World; join seminar between the
tersebut, penulis yakin bahwa gambar tersebut University of Anti Och, Seatle USA with
tergolong ke dalam seni kaligrafi dan dapat the Bali-HESG, School of Medicine
dipakai menggalang solidaritas kebudayaan Udayana University, Denpasar.
Indonesia, bahkan kebudayaan dunia,
sebagaimana dikemukakan dalam Perspektif Anonim. 2005.a. Seni Kaligrafi, Lambang
(Anonim, 2005.a). Dengan terlukiskannya Persatuan Muslimin. Perspektif. Juni
menjadi Gambar Semar maka paling tidak 2005.http://www.irib.ir/worldservice/
hasil kreasi ide menjadi terkekalkan dan melayuRADIO/perspektif/2005/
menjadi peninggalan karya abadi manusia si juli2005/kaligrafi.htm. Diakses pada
pengarangnya. Hal itu juga salah satu fungsi tgl.11-8-2005.
dari kaligrafi (Anonim, 2005.a). Semar adalah
salah satu perwujudan insan yang mempunyai Anonim. 2005.b. Kaligrafi. http://id.wikipedia.
jiwa abdi yang sangat setia, bhakti, serta org/wiki/Kaligrafi. Diakses pada tgl: 11-
mampu menyadarkan kembali boss-nya kalau 8-2005.
si boss dalam keadaan bimbang dan ragu
untuk bertindak membela kebenaran. Itulah Anonim, t.t. Lontar Tutur Sanghyang Aji
simbul dunia pewayangan. Mungkin itu pula Saraswati.
yang dipakai mengapa Gambar Semar yang
dipilih oleh si pengarang. Dinas Kebudayaan Propinsi Bali. 2001.
Dari uraian di atas dapat ditarik Kekawin Arjuna Wijaya lan teges ipun.
simpulan sebagai berikut: 1) kaligrafi ada
dalam Kebudayaan Bali, yang dalam tulisan Ginarsa, K. tt. Gambar lambang. Proyek
ini dipakai contoh dua buah yaitu: Dasa Bayu, Pemeliharaan dan Pengembangan
dan Gambar Semar; dan 2) ke dua produk Kebudayaan Daerah Bali. Yayasan
seni kaligrafi tersebut mengandung nilai seni- Darma Budaya.
estetika, informasi, serta dokumentasi produk
pemikiran manusia. George, Kenneth M. 2004. Unsur Kaligrafi:
Di masa mendatang perlu diupayakan On Aceh, Islamic Art, and the terrain
untuk menggali lebih banyak lagi produk of Indonesian multiculralism. Jurnal
Seni Kaligrafi yang ada dalam Budaya Bali, Antropologi Indonesia. XXVIII No.75,
sehingga dapat diketahui masyarakat umum September –December 2004. (Abstrak).
atau bahkan masyarakat dunia.

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, III (1) 2017


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445 71
Kaligrafi dalam Budaya Bali ..........(Nyoman Adiputra, hal 66 - 72)

Haryati Soebadio. 1971. JNANASIDDHANTA.


Bibliotheca Indonesica. Koninklijk
Instituut Voor Taal-, Land- en
Volkenkunde. 7. The Hague – Martinus
Nijhoff.

Hooykaas, C. 1973. BALINESE BAUDDHA


BRAHMANS. Verhandelingen der
Koninklijke Nederlandse Akademie
van Wetenschappen, afd Letterkunde
Nieuwe Reeks, Deel 80. North Holland
Publishing Company- Amsterdam.
Nala, N. Usada Bali. 1991. Penerbit Upada
Sastra. Denpasar.

Nala, N. Dan Wiriatmadja, IGK.1991.


Murddha Agama Hindu. Penerbit Upada
sastra. Denpasar.

Nawi, Hartini Mohd. 2005. Seni Kaligrafi


merentasi budaya. http://www.hmetro.
c o m . m y / C u r r e n t _ N e w s / H M / Tu e s d a y /
Komuniti/20050621095348/Artic... Diakses
pada tgl. 11-8-2005

Nyoka. 1994. KRAKAH MODRE II. Percetakan


dan Toko buku RIA. Denpasar.

Simpen, W. tt. Pasang Aksara Bali. Upada


Sastra. Denpasar

Tonjaya, N.N. 2000. TUMBAL RERAJAHAN.


Penerbit dan Toko Buku RIA. Denpasar

Tinggen, I N. 1994. Celah-celah Kunci


Pasang Aksara Bali. Penerbit Rhika
Dewata Singaraja.

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, III (1) 2017


72 p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445

You might also like