Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Jurnal 2

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1.

Februari 2015

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN


KEBIASAAN MEROKOK ANAK USIA REMAJA 12 – 17
TAHUN DI DESA KILOMETER TIGA
KECAMATAN AMURANG
Julia Meilany Durandt
Hendro Bidjuni
A. Yudi Ismanto

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: julia08durandt@gmail.com

Abstract: Teenagers often termed as growth periodzation, the physical and mental process
affects their develop. Then that should be emphasized here is take care of parents. Parents
model of take care is one of the most important aspect that helped for modeling the behaviors
and characters of a children. Poor of parenting take care in the family will lead to deviant
behavior, one with smoke. This research to determine the relationship between parenting
methods and teenagers smoking habit 12-17 years old in the Kilometer Tiga Amurang
District. This research was a survei analytic cross sectional approach. The study was
conducted at the Kilometer Tiga Amurang District in December of 2014. The sample in this
research amounted to 56 people. Samples were collected by total sampling (surfeited sample).
Data were obtained through questionnaires and direct interviews. Data analysis includes
univariate and bivariate analysis using Pearson Chi-square test in SPSS program. Result of
statistic test obtained value of p = 0.007 which p -value is smaller than α (0.05), it can be
concluded that there are significant relationship between parenting methods and teenagers
smoking habit 12-17 years old in Kilometer Tiga Amurang District. Recommendations for
further research are expected to examine about relation between parenting methods and
teenagers smoking habit , the other factors that can cause teenagers smoking habit.
Keywords :Parenting Methods, Smoking Habit.
Abstrak: Remaja sering diistilahkan sebagai masa pertumbuhan, proses fisik dan mental
sangat mempengaruhi perkembangannya. Maka yang harus ditekankan disini ialah pola asuh
orang tua. Pola asuh orang tua merupakan salah satu aspek terpenting yang turut membentuk
perilaku dan karakter seorang anak. Pola asuh yang kurang baik dalam keluarga akan
menimbulkan prilaku yang menyimpang, salah satunya dengan merokok. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kebiasaan merokok anak
usia remaja 12-17 tahun di Desa Kilometer Tiga Kecamatan Amurang. Metode penelitian ini
adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di desa
Kilometer Tiga Kecamatan Amurang pada bulan Desember tahun 2014. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 56 orang. Sampel diambil menggunakan total sampling (sampel
jenuh). Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung. Analisis data dilakukan
meliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Pearson Chi-square pada
program SPSS. Hasil penelitian uji statistik diperoleh nilai p = 0,007 yang berarti nilai p
lebih kecil dari α (0,05), maka dapat Kesimpulan bahwa ada hubungan bermakna antara pola
asuh orang tua dengan kebiasaan merokok remaja usia 12-17 tahun di desa Kilometer Tiga
Kecamatan Amurang. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
lebih lanjut mengenai faktor lain yang dapat menyebabkan kebiasaan merokok pada remaja.

Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua, Kebiasaan Merokok.


ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

PENDAHULUAN sama juga, Riset Kesehatan Dasar


Kehidupan di era globalisasi ini menyebutkan bahwa penduduk berumur di
banyak menuntut anak diusia remaja untuk atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2%
mengenal berbagai hal yang baru. Perilaku dan angka tersebut meningkat sebesar
anak diusia remaja pada umumnya 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok
merupakan suatu pengembangan jati diri, umur di atas 15 tahun (Kemenkes, 2011).
dimana anak usia remaja ingin diberikan Peningkatan jumlah perokok semakin
kebebasan dalam melakukan sesuatu yang memprihatikan, tingkat penyebarannya
mereka inginkan. Remaja lebih sering bukan hanya pada orang dewasa tetapi juga
diistilahkan sebagai masa adolescence, terdapat paling tinggi pada anak dan
yang banyak mencakup arti yang luas, remaja. Kebiasaan merokok yang
dalam hal ini kematangan mental, dilakukan sebagian para remaja memang
emosional dan fisik sangat mempengaruhi pada umumnya akan mengalami
perkembangannya. Menurut Al-Mighwar ketergantungan sesuai dengan frekuensi
dalam Adhayanti (2007) bahwa pada masa dan intensitas merokok dari remaja
remaja, mereka mulai merentangkan tersebut. Dalam hal ini perilaku merokok
sayapnya dengan berbagai impian dan pada yang dilakukan anak dengan usia remaja
dasarnya mereka mempunyai rasa ingin merupakan suatu tindakan negatif yang
tahu yang besar, maka anak diusia remaja dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
cenderung mudah terpengaruh oleh serta pola pikir remaja tersebut. Menurut
kebiasaan sehari-hari dan pengaruh Komalasari dan Helmi (2000) bahwa ada
lingkungan sekitar mereka bergaul. banyak alasan yang melatarbelakangi
Usia remaja identik juga dengan masa perilaku merokok pada remaja, antara lain
pergaulan. Pada masa ini biasanya mereka mencontoh orang tua, mencontoh teman
mulai tidak bergantung terhadap keluarga sebaya, dan juga pola asuh orang tua.
sebaliknya lebih memilih melakukan apa Tetapi sejalan dengan hal itu juga
yang mereka inginkan. Maka yang harus Theodorus dalam Komalasari dan Helmi
lebih ditekankan dalam hal ini ialah pola (2000) menyatakan bahwa anak tidak serta
asuh orang tua, pola asuh orang tua merta merokok karena mencontoh perilaku
merupakan salah satu aspek terpenting merokok orang lain. Namun, anak yang
yang secara signifikan turut membentuk bersangkutan merokok karena memperoleh
perilaku dan karakter seorang anak, hal ini penguatan dan pengukuhan atas perilaku
didasari bahwa pendidikan dalam keluarga merokok melalui ketiadaan hukuman dari
adalah pendidikan yang utama dan pertama orang tua untuk perilaku yang
bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan
lembaga pendidikan manapun. Pola asuh teori belajar yang menyatakan bahwa
yang kurang baik dalam keluarga akan sebuah perilaku akan bertahan apabila
menimbulkan prilaku yang menyimpang mendapat penguatan. Ketiadaan teguran
pada anak usia remaja, salah satu yang dan hukuman dari orang tua terkait dengan
sering dilakukan oleh sebagian para remaja perilaku merokok anak akan dianggap
adalah dengan merokok, para anak remaja sebagai suatu bentuk pengukuhan atas
menganggap dengan menggunakan zat perilaku merokoknya sehingga perilaku
berbahaya tersebut, remaja cenderung merokok tersebut tetap dijalankan (Taylor,
merasa lebih percaya diri. Peplau, & Sears, 2009).
World Health Organization (WHO) Berdasarkan hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa Indonesia menduduki dilakukan oleh Sarwono (2009) di Desa
peringkat ke-3 dengan jumlah perokok Waluyorejo Kabupaten Kebumen, dengan
terbesar di dunia setelah China dan India. jumlah sampel 83 remaja, yang hasilnya
Pada tahun 2007, Indonesia menduduki terdapat hubungan antara peran orang tua
posisi peringkat ke-5 konsumen rokok dengan perilaku merokok pada remaja laki-
terbesar setelah Cina, Amerika Serikat, laki. Hasil penelitian tersebut juga
Rusia dan Jepang. Pada tahun 2007 yang didukung oleh penelitian yang di lakukan
ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

oleh Ana (2013) pada remaja putra di Dari pendataan awal yang penulis
Karanganyar, disimpulkan bahwa peroleh di Desa Kilometer Tiga Kecamatan
kebiasaan merokok pada remaja sebagian Amurang tercatat memiliki jumlah
besar dipengaruhi oleh faktor orang tua, penduduk sebanyak 269 kepala keluarga
lingkungan, teman sebaya, iklan, faktor- dengan jumlah anak laki-laki usia 12-17
faktor psikologis dan biologis yaitu tahun sebanyak 56 orang. Dari wawancara
perasaan ketergantungan terhadap zat yang singkat dan observasi langsung pada 5
berbahaya tersebut. orang remaja terdapat 3 diantaranya
Perilaku merokok memang pada mengkomsumsi rokok sejak usia 11 tahun.
dasarnya telah menjadi suatu kebiasaan Berdasarkan latar belakang di atas
yang banyak dilakukan oleh sebagian menunjukkan bahwa akan terjadi
masyarakat Indonesia. Dampak negatif peningkatan jumlah perokok, yang
yang di timbulkan dari merokok pun telah diperkirakan akan semakin tinggi di
banyak di beritahukan, tetapi tetap saja kalangan remaja, maka dari itu penulis
tidak dihiraukan. Salah satu dampak yang tertarik untuk meneliti mengenai hubungan
beresiko merugikan bagi kesehatan bila antara pola asuh orang tua dengan
mengkomsumsi rokok yaitu dapat terkena kebiasaan merokok anak usia remaja 12-17
penyakit jantung koroner, kanker, penyakit tahun di Desa Kilometer Tiga Kecamatan
paru kronis, diabetes mellitus, hipertensi dan Amurang.
penyakit lainnya seperti impotensi dan
gangguan kehamilan pada wanita (Ernest,
METODE PENELITIAN
2001). Tetapi sejalan dengan hal tersebut,
rokok juga memiliki sisi positif yang Penelitian yang dilakukan bertujuan
berdampak bagi perekonomian Indonesia, untuk mengetahui hubungan antara dua
contohnya seperti membantu pemerintah variabel, dengan rancangan cross
Indonesia mengurangi angka sectional. Tempat pelaksanaan penelitian
pengangguran dengan mendirikan ini di Desa Kilometer Tiga Kecamatan
perusahaan rokok, dan selain itu juga Amurang pada tanggal 11 Desember
rokok dijadikan sebagai salah satu sampai 23 Desember 2014.
penghasilan cukai tertinggi yang Populasi dalam penelitian ini adalah
menguntungkan bagi perekonomian anak remaja usia 12-17 tahun yang
Indonesia. Namun, ada hal yang berjumlah 56 orang. Teknik pengambilan
berpengaruh negatif bagi perekonomian sampel dilakukan menggunakan total
Indonesia yaitu dimana tingginya angka sampling (sampel jenuh) yang merupakan
masyarakat miskin yang masih penentuan sampel bila semua anggota
mengkomsumsi rokok yang tak populasi digunakan sebagai sampel
tertanggulangi. (Setiadi, 2013).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun Kriteria Inklusi ialah remaja yang
2013 menyebutkan bahwa prevalensi merokok berusia 12-17 tahun, berdomisili
perokok usia ≥ 15 tahun per provinsi, bersama keluarga di Desa Kilometer Tiga
jumlah perokok di Sulawesi Utara adalah Kecamatan Amurang, dapat berinteraksi
36,2% dengan jumlah perokok setiap hari dengan baik dan bersedia menjadi
29,1% dan perokok kadang-kadang responden. Kriteria Ekslusi ialah remaja
berjumlah 7,1%. Pada Sulawesi Utara berusia 12-17 tahun di Desa Kilometer
prevalensi penduduk umur ≥ 15 tahun yang Tiga yang sakit dan tidak bisa diwakilkan
memiliki kebiasaan merokok rata-rata 1-10 oleh orang lain pada saat penelitian.
batang per hari yaitu 61,0%, yang memiliki Instrumen yang digunakan untuk
kebiasaan merokok rata-rata 11-20 batang mengukur pola asuh orang tua yaitu
per hari yaitu 32,8%, yang memiliki kuesioner atau daftar pertanyaan dengan
kebiasaan merokok rata-rata 21-30 batang menggunakan skala Guttman yang telah
per hari yaitu 3,1%, yang memiliki digunakan oleh peneliti sebelumnya atas
kebiasaan merokok rata-rata > 31 batang nama Sipahutar (2010). Kuesioner ini
per hari yaitu 3,0% (Riskesdas, 2013). terdiri dari 30 pertanyaan dengan
ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

menggunakan penilaian ya, dan tidak. HASIL DAN PEMBAHASAN


Selanjutnya pertanyaan dibagi menjadi 1- Karakteristik Responden
10 untuk pertanyaan otoriter, 11-20 Gambaran data responden yakni
pertanyaan untuk demokratis, 21-30 remaja usia 12-17 tahun dan orang tua dari
pertanyaan untuk permisif . Isian dibagi remaja tersebut yang berada di Desa
dalam kategori ya = 1 dan tidak = 0. Kilometer Tiga Kecamatan Amurang.
Apabila responden menjawab salah satu Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
dari pola asuh yang tinggi skornya, maka Menurut Jenis Kelamin Orang Tua.
diambil skor yang paling tinggi tersebut.
Jenis Kelamin n %
Dan instrument untuk mengukur kebiasaan
merokok anak remaja yaitu kuesioner Laki-laki 20 35.7
dengan menggunakan skala Likert yang
Perempuan 36 64.3
digunakan oleh peneliti sebelumnya atas
nama Purnamasari (2013). Kuesioner ini Total 56 100.0
terdiri dari 23 pertanyaan yang didalamnya Sumber : Data Primer 2014
terdapat pertanyaan untuk kebiasaan
merokok, jumlah rokok yang dihisap, Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Tingkat Pendidikan Remaja
waktu atau aktivitas merokok, tempat
merokok, pengaruh psikologi, orang tua, Tingkat n %
teman sebaya dan iklan. Dengan isian Pendidikan
dibagi dalam kategori penilaian skor 1
tidak pernah, skor 2 jarang, skor 3 sering, SD 1 1.8
dan skor 4 selalu. Selanjutnya data (jumlah SMP 25 17.9
skor) dikategorikan menjadi: 1-38 SMA 10 14.3
(perokok ringan), 39-77 (perokok sedang), SMK 8 44.6
≥ 78 (perokok berat). Dalam pengisian Tidak Sekolah 12 21.4
kuesioner berisi data diri untuk mengetahui Total 56 100.0
inisial responden, jenis kelamin (laki- Sumber : Data Primer 2014
laki/perempuan), usia yang dimaksud
disini ialah remaja berusia 12-17 tahun dan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
orang tua dari remaja tersebut, serta Tingkat Pendidikan Orang Tua
pendidikan yang dijenjang oleh remaja dan Tingkat n %
orang tua dari remaja. Pendidikan
Pengolahan data dari penelitian ini SD 10 17.9
terdiri dari editing, coding,dan tabulating SMP 32 25.0
Analisa univariat ditujukan untuk SMA 14 57.1
melihat distribusi pola asuh orang tua dan
kebiasaan merokok Total 56 100.0
Analisa bivariat ditujukan untuk Sumber : Data Primer 2014
menjawab pertanyaan penelitian dan
menguji hipotesis penelitian Uji statistik Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
yang akan digunakan dalam penelitian ini Umur Remaja
adalah Uji Pearson Chi-Square untuk
mencari hubungan antara variabel Umur n %
independen yaitu pola asuh orang tua dan 12 11 19.6
variabel dependen yaitu kebiasaan 13 6 10.7
merokok pada anak remaja usia 12-17 14 9 16.1
tahun di Desa Kilometer Tiga Kecamatan 15 8 14.3
16 8 14.3
Amurang dengan tingkat kemaknaan 95%
17 14 25.0
(α = 0,05).
Total 56 100.0
Sumber : Data Primer 2014
ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden menunjukkan bahwa perempuan lebih


Umur Orang Tua mendominasi dari laki-laki.
Distribusi responden menurut tingkat
Umur n % pendidikan remaja yang paling tinggi
26-35 13 23.2 terdapat pada pendidikan sekolah
menengah pertama dengan 25 responden
36-45 32 57.1
(17.9%). Hal tersebut dikarenakan pada
46-55 11 19.6 masa sekolah menengah pertama biasanya
anak remaja akan lebih banyak mengenal
Total 56 100.0
Sumber : Data Primer 2014 sesuatu hal yang baru dan cenderung muda
terpengaruh.
Hasil Univariat Distribusi responden menurut tingkat
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden pendidikan orang tua rata-rata responden
Kebiasaan Merokok Pada Remaja berpendidikan sekolah menengah pertama
Kebiasaan n % sebanyak 32 responden (25.0%).
Merokok Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa
Perokok Ringan 0 0 tingkat pendidikan seseorang berpengaruh
Perokok Sedang 39 69.6 dalam memberikan respon terhadap
Perokok Berat 17 30.4 sesuatu yang datang dari luar.
Total 56 100.00 Distibusi responden menurut usia
Sumber : Data Primer 2014 remaja yang tertinggi yaitu 14 responden
(25.0%) dengan umur 17 tahun. Hal
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden tersebut sesuai teori yang dikemukankan
Pola Asuh Orang Tua oleh Monk (1999) bahwa usia 17 tahun
merupakan fase remaja pertengahan, di
Pola Asuh n %
mana pada fase ini remaja cenderung
Otoriter 20 35.7
berperilaku sesuai dengan lingkungannya.
Permisif 22 39.3
Distribusi responden usia orang tua
Demokratif 14 25.0 yang paling banyak yaitu 32 responden
Total 56 100.0 (57.1%) dengan usia 35-46 tahun. .
Sumber : Data Primer 2014 Menurut Hurlock (1999) mengatakan
bahwa penggolongan usia 35-46 tahun
Analisis Bivariat termasuk pada masa dewasa akhir maka
Tabel 8. Hubungan Antara Pola Asuh dari itu orang tua dengan rentang usia ini
Orang Tua Dengan Kebiasaan Merokok akan lebih cenderung menerapkan didikan
Anak Usia Remaja 12-17 Tahun yang menekankan aturan-aturan yang
harus dituruti oleh anaknya.
Kebiasaan Merokok
Total p
Pola Asuh Hubungan Antara Pola Asuh Orang
Sedang Berat value
Tua Dengan Kebiasaan Merokok Anak
n % n % n %
Otoriter 19 95 1 5 20 100 Usia Remaja 12-17 Tahun.
Demokratif 13 59.1 9 40.9 22 100 0,007 Berdasarkan hasil penelitian yang di uji
Permisif 7 50 7 50 14 100 dengan menggunakan Pearson Chi-Square
Total 56 69.6 17 30.4 56 100 menunjukkan ada hubungan bermakna
Sumber : Data Primer 2014 antara pola asuh orang tua dengan
kebiasaan merokok anak usia 12-17 tahun,
Karakteristik Responden dengan nilai p = 0,007 (p < 0,05). Hasil
Berdasarkan distribusi responden yang penelitian ini juga didukung oleh Wahyuni
mengisi kuesioner menurut jenis kelamin (2008) di Desa Karang Tengah Sragen,
orang tua, di dapatkan paling tinggi dengan jumlah sampel 100 remaja laki-laki
sebanyak 36 responden (64.3%) dengan yang hasilnya terdapat hubungan yang
jenis kelamin perempuan. Hal ini sangat signifikan antara pola asuh orang
ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

tua dengan kebiasaan merokok anak yang menyatakan bahwa seorang anak
remaja. Namun ada pendapat lain yang dibesarkan dengan fungsi keluarga yang
dikemukakan oleh Agus (2012) baik belum tentu bertumbuh baik, tekanan
menyebutkan bahwa kebiasaan merokok dan pengaruh dari luar lingkup keluarga
anak remaja tidak sepenuhnya dilatar memiliki dampak besar terhadap perilaku
belakangi oleh pola asuh orang tua tetapi seorang anak.
anak remaja merokok dapat diakibatkan Tetapi pada dasarnya kebiasaan
oleh pengaruh dari luar seperti faktor merokok anak memang tidak terlepas dari
lingkungan tempat dimana anak tersebut namanya pendidikan dalam keluarga yaitu
bergaul, teman sebaya, dan sosial media pola asuh orang tua, tetapi hal tersebut juga
(iklan tv). Menurut Komalasari (2000) tidak sepenuhnya diakibatkan oleh pola asuh
menyatakan bahwa lingkungan sosial orang tua, melainkan pengaruh dari luar
merupakan tempat dimana seseorang lingkungan masyarakat dimana anak tersebut
berinteraksi dengan individu lain, pengaruh bergaul. Kebiasaan merokok anak juga
dari lingkungan sosial dalam hal ini sering dikaitkan dengan proses pikir dari
pergaulannya turut membentuk anak tersebut yang masih dalam tahap
kepribadian seseorang. Pernyataan ini pertumbuhan, sebab pertumbuhan seorang
didukung oleh teori yang dikemukakan anak biasanya menyangkut tentang
Mulyanti (2013) menyatakan bahwa emosional, fisik dan mental anak, dimana
lingkungan pertama pada dasarnya ketika anak tersebut bertumbuh dilingkungan
memang didapatkan dari dalam keluarga, yang kurang baik, secara tidak langsung
tetapi lingkungan keluarga tidaklah yang membentuk anak berprilaku yang kurang
utama, sebab faktor pergaulan baik, meski orang tua telah mengusahkan
dilingkungan masyarakat juga dapat yang terbaik untuk anaknya namun sering
kali terhambat oleh pola pikir orang tua yang
mempengaruhi psikologi seorang anak.
menganggap bahwa pola asuh yang
Sejalan dengan hal tersebut penelitian yang
diberikan dalam keluarga telah sesuai
dilakukan Sarwono (2009) juga
dengan perkembangan anak tanpa melihat
menyatakan bahwa meskipun pola asuh sisi luar pergaulan dari anak tersebut.
yang diberikan orang tua kepada anak telah Menurut Sri Mulyanti (2013) dalam teori
dilakukan dengan baik tetapi tetap saja perkembangan psikologis anak menyatakan
tingkat perilaku merokok anak semakin bahwa pola asuh demokratif merupakan pola
tinggi, sebab pergaulan anak dengan asuh yang baik diterapkan bagi psikologi
mayoritas masyarakat yang memiliki seorang anak sebab ketika orang tua
kebiasaan merokok atau sosial budaya menerapkan pola asuh tersebut dengan
yang memperbolehkan untuk merokok, sendirinya akan membentuk pertumbuhan
akan memberikan peluang yang besar emosional dan mental yang baik pula pada
terhadap anak untuk merokok. anak meskipun berada diluar lingkup
Nilai presentasi dari hasil penelitian keluarga, sebaliknya penerapan pola asuh
ini didapatkan bahwa anak dengan pola otoriter dan permisif yang terlalu banyak
asuh demokratis atau pola asuh yang baik menekan anak tanpa memperhatikan apa
memilki lebih tinggi kebiasaan merokok yang dilakukan anak akan menganggu
dengan jumlah 22 responden, 13 responden pandangan hidupnya dan mendorong
(59.1%) memiliki kebiasaan merokok perkembangan anak dengan watak yang
sedang, 9 reponden (40.9%) memiliki kurang baik. Sehingga dari kesemuanya itu
kebiasaan merokok berat, sebaliknya hasil pembahasan ini lebih menekankan
penerapan dengan pola asuh permisif atau bahwa sebaiknya orang tua menerapkan pola
pola asuh kurang baik, memiliki anak asuh demokratis atau pola asuh yang baik
dengan kebiasaan merokok lebih sedikit sehingga proses pola pikir anak terbentuk
yang berjumlah 14 responden, 7 responden sesuai dengan perkembangannya.
(50%) memiliki kebiasaan merokok sedang
dan 7 responden (50%) memiliki kebiasaan
merokok berat. Pendapat ini sesuai teori
yang dikemukakan oleh Sulistyo (2012)
ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

SIMPULAN Agus, R. (2011). Aplikasi Metodologi


Penelitian Kesehatan.
Penerapan pola asuh orang tua yang Yogyakarta: Nuha Medika
paling dominan dalam penelitian ini yaitu
pola asuh demokratis, dan kebiasaan Hernanta, I. (2013). Ilmu Kedokteran
merokok dari anak remaja di dapatkan Lengkap Tentang Neurosains.
anak dengan kebiasaan merokok sedang Yogyakarta: D-Medika.
yang paling banyak. Maka dari itu dapat
disimpuulkan bahwa ada hubungan yang Heru, S. K. & Yasril. (2013). Teknik
sangat bermakna antara pola asuh orang Sampling Untuk Penelitian
tua dengan kebiasaan merokok anak usia Kesehatan. Yogyakarta: Graha
remaja 12-17 tahun. Ilmu
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi
DAFTAR REFERENSI Perkembangan. (Terjemahan
Istiwidayanti & Soedjarno) Edisi
Adhayanti, R. 2007. Hubungan Tingkat Kelima. Jakarta: Penerbit
Pengetahuan Bahaya Rokok Bagi Erlangga.
Kesehatan Terhadap Perilaku
Merokok. Universitas Brawijaya. Komalasari, D. & Helmi, A. F. (2000).
Malang Ahyar. 2010. Health Faktor-faktor Penyebab Perilaku
Promotion Model. Merokok pada Remaja. Jurnal
Psikologi Universitas Gadjah
Agus, W. (2012). Pendidikan Karakter Mada, 2, 1-11.
Usia Dini. Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Pelajar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Pusat Promosi Kesehatan, (2011).
Aziz, A. A. H. (2012). Pengantar Ilmu Pedoman Pengembangan Kawasan
Keperawatan Anak. Jakarta: Tanpa Rokok 2010. Hal. 10-13.
Salemba Medika Jakarta.

Arina, U. A. (2011). Hubungan Antara Mulyanti, S. (2013). Perkembangan


Dukungan Orang Tua, Teman Psikologi Anak. Yogyakarta: Laras
Sebaya Dan Iklan Rokok Dengan Media Prima.
Perilaku Merokok Pada Siswa
Laki-Laki Madrasah Aliyah Negeri Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan
2 Boyolali. Jurnal Fakultas Ilmu Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Kesehatan UMS. Edisi 1. Volume Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
8. Jakarta. Notoatmodjo (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Aziz, A. A. H., & Musrifatul, U. (2012). Rineka Cipta
Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: Buku Purnamasari, R. P. (2013). Rancangan
kedokteran ECG Teknik Dan Reinforcement Positive
Untuk Mereduksi Perilaku Merokok
Ana (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Pada Siswa Kelas X diSMA Negeri
Kebiasaan Merokok Pada Remaja 2 Karawang. Skripsi Universitas
(http://ejurnal.mithus.ac.id/index.php/
Pendidikan Indonesia
maternal/article/view/238). Diakses
tanggal 19 September 2014; pukul
19.00 Wita. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Hal. 1-10. Jakarta.
ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

(www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/ Wong, D. L. (2009). Buku Ajar


.../2013). Diakses tanggal 6 Keperawatan Pediatrik. Edisi 6.
September 2014; pukul 19.00 Wita Volume 1. Jakarta: EGC.

Sarwono (2009). Pengaruh Fungsi Wahyuni, D. & Sudaryanto, A. (2008).


Keluarga Pada Anak Dengan Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Prilaku Merokok. Dengan Sikap Merokok Pada
(http://ejounal.stikesmuh Remaja Di Desa Karang Tengah
gombong.ac.id/index.php/JIKK/ar Kecamatan Sragen. Jurnal
ticle/view/2). Diakses tanggal 19 Keperawatan FIK UMS. Pabelan
September 2014; pukul 18.30 Kartasura.
Wita.
Yuni, S., & Ayu, P. W. B. (2014). Pola
Suyanto. (2011). Metode dan Aplikasi Asuh Permisif Ibu dan Perilaku
Merokok Pada Remaja Laki-Laki
Penelitian Keperawatan.
di Sma Negeri 1 Semarapura.
Yogyakarta: Nuha Medika. Jurnal Psikologi Udayana; 2,
344-352.
Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang
Remaja Anak. Jakarta: EGC.

Sulistyo, A. (2012). Keperawatan


Keluarga; Konsep Teori, Proses
dan Praktik Keperawatan. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta
: EGC.

Setiadi (2013). Konsep dan Praktek


Penulisan Riset Keperawatan
(Edisi 2). Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian


Pendidikan; Kompetensi dan
Praktiknya. Yogyakarta: PT Bumi
Aksara

Taylor, S. E., Peplau, L.A., & Sears, D. O.


(2009). Psikologi Sosial (12th ed.).
Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.

Tarwoto et al. 2010. Kesehatan Remaja:


Problem dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika

You might also like