Jurnal 2
Jurnal 2
Jurnal 2
Februari 2015
Abstract: Teenagers often termed as growth periodzation, the physical and mental process
affects their develop. Then that should be emphasized here is take care of parents. Parents
model of take care is one of the most important aspect that helped for modeling the behaviors
and characters of a children. Poor of parenting take care in the family will lead to deviant
behavior, one with smoke. This research to determine the relationship between parenting
methods and teenagers smoking habit 12-17 years old in the Kilometer Tiga Amurang
District. This research was a survei analytic cross sectional approach. The study was
conducted at the Kilometer Tiga Amurang District in December of 2014. The sample in this
research amounted to 56 people. Samples were collected by total sampling (surfeited sample).
Data were obtained through questionnaires and direct interviews. Data analysis includes
univariate and bivariate analysis using Pearson Chi-square test in SPSS program. Result of
statistic test obtained value of p = 0.007 which p -value is smaller than α (0.05), it can be
concluded that there are significant relationship between parenting methods and teenagers
smoking habit 12-17 years old in Kilometer Tiga Amurang District. Recommendations for
further research are expected to examine about relation between parenting methods and
teenagers smoking habit , the other factors that can cause teenagers smoking habit.
Keywords :Parenting Methods, Smoking Habit.
Abstrak: Remaja sering diistilahkan sebagai masa pertumbuhan, proses fisik dan mental
sangat mempengaruhi perkembangannya. Maka yang harus ditekankan disini ialah pola asuh
orang tua. Pola asuh orang tua merupakan salah satu aspek terpenting yang turut membentuk
perilaku dan karakter seorang anak. Pola asuh yang kurang baik dalam keluarga akan
menimbulkan prilaku yang menyimpang, salah satunya dengan merokok. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kebiasaan merokok anak
usia remaja 12-17 tahun di Desa Kilometer Tiga Kecamatan Amurang. Metode penelitian ini
adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di desa
Kilometer Tiga Kecamatan Amurang pada bulan Desember tahun 2014. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 56 orang. Sampel diambil menggunakan total sampling (sampel
jenuh). Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung. Analisis data dilakukan
meliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Pearson Chi-square pada
program SPSS. Hasil penelitian uji statistik diperoleh nilai p = 0,007 yang berarti nilai p
lebih kecil dari α (0,05), maka dapat Kesimpulan bahwa ada hubungan bermakna antara pola
asuh orang tua dengan kebiasaan merokok remaja usia 12-17 tahun di desa Kilometer Tiga
Kecamatan Amurang. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
lebih lanjut mengenai faktor lain yang dapat menyebabkan kebiasaan merokok pada remaja.
oleh Ana (2013) pada remaja putra di Dari pendataan awal yang penulis
Karanganyar, disimpulkan bahwa peroleh di Desa Kilometer Tiga Kecamatan
kebiasaan merokok pada remaja sebagian Amurang tercatat memiliki jumlah
besar dipengaruhi oleh faktor orang tua, penduduk sebanyak 269 kepala keluarga
lingkungan, teman sebaya, iklan, faktor- dengan jumlah anak laki-laki usia 12-17
faktor psikologis dan biologis yaitu tahun sebanyak 56 orang. Dari wawancara
perasaan ketergantungan terhadap zat yang singkat dan observasi langsung pada 5
berbahaya tersebut. orang remaja terdapat 3 diantaranya
Perilaku merokok memang pada mengkomsumsi rokok sejak usia 11 tahun.
dasarnya telah menjadi suatu kebiasaan Berdasarkan latar belakang di atas
yang banyak dilakukan oleh sebagian menunjukkan bahwa akan terjadi
masyarakat Indonesia. Dampak negatif peningkatan jumlah perokok, yang
yang di timbulkan dari merokok pun telah diperkirakan akan semakin tinggi di
banyak di beritahukan, tetapi tetap saja kalangan remaja, maka dari itu penulis
tidak dihiraukan. Salah satu dampak yang tertarik untuk meneliti mengenai hubungan
beresiko merugikan bagi kesehatan bila antara pola asuh orang tua dengan
mengkomsumsi rokok yaitu dapat terkena kebiasaan merokok anak usia remaja 12-17
penyakit jantung koroner, kanker, penyakit tahun di Desa Kilometer Tiga Kecamatan
paru kronis, diabetes mellitus, hipertensi dan Amurang.
penyakit lainnya seperti impotensi dan
gangguan kehamilan pada wanita (Ernest,
METODE PENELITIAN
2001). Tetapi sejalan dengan hal tersebut,
rokok juga memiliki sisi positif yang Penelitian yang dilakukan bertujuan
berdampak bagi perekonomian Indonesia, untuk mengetahui hubungan antara dua
contohnya seperti membantu pemerintah variabel, dengan rancangan cross
Indonesia mengurangi angka sectional. Tempat pelaksanaan penelitian
pengangguran dengan mendirikan ini di Desa Kilometer Tiga Kecamatan
perusahaan rokok, dan selain itu juga Amurang pada tanggal 11 Desember
rokok dijadikan sebagai salah satu sampai 23 Desember 2014.
penghasilan cukai tertinggi yang Populasi dalam penelitian ini adalah
menguntungkan bagi perekonomian anak remaja usia 12-17 tahun yang
Indonesia. Namun, ada hal yang berjumlah 56 orang. Teknik pengambilan
berpengaruh negatif bagi perekonomian sampel dilakukan menggunakan total
Indonesia yaitu dimana tingginya angka sampling (sampel jenuh) yang merupakan
masyarakat miskin yang masih penentuan sampel bila semua anggota
mengkomsumsi rokok yang tak populasi digunakan sebagai sampel
tertanggulangi. (Setiadi, 2013).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun Kriteria Inklusi ialah remaja yang
2013 menyebutkan bahwa prevalensi merokok berusia 12-17 tahun, berdomisili
perokok usia ≥ 15 tahun per provinsi, bersama keluarga di Desa Kilometer Tiga
jumlah perokok di Sulawesi Utara adalah Kecamatan Amurang, dapat berinteraksi
36,2% dengan jumlah perokok setiap hari dengan baik dan bersedia menjadi
29,1% dan perokok kadang-kadang responden. Kriteria Ekslusi ialah remaja
berjumlah 7,1%. Pada Sulawesi Utara berusia 12-17 tahun di Desa Kilometer
prevalensi penduduk umur ≥ 15 tahun yang Tiga yang sakit dan tidak bisa diwakilkan
memiliki kebiasaan merokok rata-rata 1-10 oleh orang lain pada saat penelitian.
batang per hari yaitu 61,0%, yang memiliki Instrumen yang digunakan untuk
kebiasaan merokok rata-rata 11-20 batang mengukur pola asuh orang tua yaitu
per hari yaitu 32,8%, yang memiliki kuesioner atau daftar pertanyaan dengan
kebiasaan merokok rata-rata 21-30 batang menggunakan skala Guttman yang telah
per hari yaitu 3,1%, yang memiliki digunakan oleh peneliti sebelumnya atas
kebiasaan merokok rata-rata > 31 batang nama Sipahutar (2010). Kuesioner ini
per hari yaitu 3,0% (Riskesdas, 2013). terdiri dari 30 pertanyaan dengan
ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015
tua dengan kebiasaan merokok anak yang menyatakan bahwa seorang anak
remaja. Namun ada pendapat lain yang dibesarkan dengan fungsi keluarga yang
dikemukakan oleh Agus (2012) baik belum tentu bertumbuh baik, tekanan
menyebutkan bahwa kebiasaan merokok dan pengaruh dari luar lingkup keluarga
anak remaja tidak sepenuhnya dilatar memiliki dampak besar terhadap perilaku
belakangi oleh pola asuh orang tua tetapi seorang anak.
anak remaja merokok dapat diakibatkan Tetapi pada dasarnya kebiasaan
oleh pengaruh dari luar seperti faktor merokok anak memang tidak terlepas dari
lingkungan tempat dimana anak tersebut namanya pendidikan dalam keluarga yaitu
bergaul, teman sebaya, dan sosial media pola asuh orang tua, tetapi hal tersebut juga
(iklan tv). Menurut Komalasari (2000) tidak sepenuhnya diakibatkan oleh pola asuh
menyatakan bahwa lingkungan sosial orang tua, melainkan pengaruh dari luar
merupakan tempat dimana seseorang lingkungan masyarakat dimana anak tersebut
berinteraksi dengan individu lain, pengaruh bergaul. Kebiasaan merokok anak juga
dari lingkungan sosial dalam hal ini sering dikaitkan dengan proses pikir dari
pergaulannya turut membentuk anak tersebut yang masih dalam tahap
kepribadian seseorang. Pernyataan ini pertumbuhan, sebab pertumbuhan seorang
didukung oleh teori yang dikemukakan anak biasanya menyangkut tentang
Mulyanti (2013) menyatakan bahwa emosional, fisik dan mental anak, dimana
lingkungan pertama pada dasarnya ketika anak tersebut bertumbuh dilingkungan
memang didapatkan dari dalam keluarga, yang kurang baik, secara tidak langsung
tetapi lingkungan keluarga tidaklah yang membentuk anak berprilaku yang kurang
utama, sebab faktor pergaulan baik, meski orang tua telah mengusahkan
dilingkungan masyarakat juga dapat yang terbaik untuk anaknya namun sering
kali terhambat oleh pola pikir orang tua yang
mempengaruhi psikologi seorang anak.
menganggap bahwa pola asuh yang
Sejalan dengan hal tersebut penelitian yang
diberikan dalam keluarga telah sesuai
dilakukan Sarwono (2009) juga
dengan perkembangan anak tanpa melihat
menyatakan bahwa meskipun pola asuh sisi luar pergaulan dari anak tersebut.
yang diberikan orang tua kepada anak telah Menurut Sri Mulyanti (2013) dalam teori
dilakukan dengan baik tetapi tetap saja perkembangan psikologis anak menyatakan
tingkat perilaku merokok anak semakin bahwa pola asuh demokratif merupakan pola
tinggi, sebab pergaulan anak dengan asuh yang baik diterapkan bagi psikologi
mayoritas masyarakat yang memiliki seorang anak sebab ketika orang tua
kebiasaan merokok atau sosial budaya menerapkan pola asuh tersebut dengan
yang memperbolehkan untuk merokok, sendirinya akan membentuk pertumbuhan
akan memberikan peluang yang besar emosional dan mental yang baik pula pada
terhadap anak untuk merokok. anak meskipun berada diluar lingkup
Nilai presentasi dari hasil penelitian keluarga, sebaliknya penerapan pola asuh
ini didapatkan bahwa anak dengan pola otoriter dan permisif yang terlalu banyak
asuh demokratis atau pola asuh yang baik menekan anak tanpa memperhatikan apa
memilki lebih tinggi kebiasaan merokok yang dilakukan anak akan menganggu
dengan jumlah 22 responden, 13 responden pandangan hidupnya dan mendorong
(59.1%) memiliki kebiasaan merokok perkembangan anak dengan watak yang
sedang, 9 reponden (40.9%) memiliki kurang baik. Sehingga dari kesemuanya itu
kebiasaan merokok berat, sebaliknya hasil pembahasan ini lebih menekankan
penerapan dengan pola asuh permisif atau bahwa sebaiknya orang tua menerapkan pola
pola asuh kurang baik, memiliki anak asuh demokratis atau pola asuh yang baik
dengan kebiasaan merokok lebih sedikit sehingga proses pola pikir anak terbentuk
yang berjumlah 14 responden, 7 responden sesuai dengan perkembangannya.
(50%) memiliki kebiasaan merokok sedang
dan 7 responden (50%) memiliki kebiasaan
merokok berat. Pendapat ini sesuai teori
yang dikemukakan oleh Sulistyo (2012)
ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015