Pengaruh Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Tingkat
Pengaruh Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Tingkat
Pengaruh Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Tingkat
The Agricultural Extension Agent’s Role on the Level of Corn Farming Production
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, 45363, Indonesia
*)E-mail korespondensi: noviandafawaz@gmail.com
Diterima: 8 Desember 2020 | Disetujui: 25 Mei 2021 | Publikasi Online: 08 Juni 2021
ABSTRACT
Agricultural extension agent’s have a strategic role in helping to increase maize farming production in Nunuk
Baru Village, Maja District, Majalengka Regency. Agricultural extension play a role in guiding farmers in
managing their farms effectively and efficiently to improve farmer welfare. Nunuk Baru Village is one of the
largest maize producing areas in Maja District which is getting more attention in agricultural extension
activities. This study aims to identify the role of agricultural extension for maize farmers and to determine the
effect of the role of agricultural extension on the level of maize farming production. The research design used
is a quantitative approach with a survey method with 80 corn farmers as respondents. The method of data
analysis in this study used descriptive analysis using a sematic differential scale and regression analysis. The
results of this study indicate that the role of agricultural extension agent’s in Nunuk Baru Village, Maja District,
Majalengka Regency is categorized as very good in carrying out their duties as a catalyst, communicator,
consultant and organizer while as a motivator, educator and facilitator are categorized as good. The role of
agricultural extension agent’s has no effect on corn farming production in Nunuk Baru Village.
Keywordsi: Farmers, maize farming, production, role of extension agent’s
ABSTRAK
Penyuluh pertanian memiliki peran strategis dalam membantu meningkatkan produksi usahatani jagung di Desa
Nunuk Baru, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka. Penyuluh pertanian berperan dalam membimbing
petani dalam mengelola usahataninya secara efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
petani. Desa Nunuk Baru merupakan salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Kecamatan Maja yang
mendapatkan perhatian lebih dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi peran penyuluh pertanian bagi petani jagung dan mengetahui pengaruh peran penyuluh
pertanian terhadap tingkat produksi usahatani jagung. Desain penelitian yang digunakan yaitu pendekatan
kuantitatif dengan metode survei dengan responden sebanyak 80 petani jagung. Metode analisis data pada
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan skala diferensial sematik dan analisis
regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran penyuluh dikategorikan sangat baik dalam menjalankan
tugasnya sebagai katalisator, komunikator, konsultan dan organisator sedangkan sebagai motivator, edukator
dan fasilitator dikategorikan baik. Peran penyuluh pertanian tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani
jagung.
Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International. Any further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the
title of the work, journal citation and DOI.
Published under Department of Communication and Community Development Science, IPB University and in association
with Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia.
E-ISSN: 2442-4110 | P-ISSN: 1858-2664
PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas subsektor tanaman pangan di Indonesia yang
memiliki memiliki arti penting baik bagi masyarakat maupun perekonomian Indonesia. Menurut Apriani
et al. (2016), komoditas jagung sangat memadai untuk dijadikan makanan pokok sebagai pengganti
beras atau dicampurkan dengan beras karena memiliki keunggulan dibanding komoditas pangan lain
adalah kandungan gizinya yang hampir sama dengan beras. Selain itu, jagung juga nilai ekonomis karena
berfungsi sebagai bahan baku utama bagi pakan ternak dan industri makanan. Mengingat pentingnya
peran jagung tersebut, maka perlu untuk memprioritaskan pengembangan produksi jagung dalam negeri
dengan meningkatkan efisiensi usahatani (Suryana & Agustian, 2013).
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil jagung di Indonesia. Luas panen dan produksi
jagung di Jawa Barat pada tahun 2017 masing-masing mencapai produksi jagung Provinsi Jawa Barat
sebesar 177.296 ha dan 1.424.928 ton (Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2018). Kabupaten
Majalengka sebagai salah satu sentra produksi jagung di Jawa Barat memiliki luas panen jagung yang
cukup besar yang tersebar di berbagai kecamatan salah satunya yakni Kecamatan Maja. Menurut data
Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka (2018), luas panen, produksi dan produktivitas jagung di
Kecamatan Maja Tahun 2017 masing-masing sebesar 3.392 ha, 26.663 ton dan 7,86 ton/ha. Salah satu
daerah di Kecamatan Maja yang menghasilkan jagung adalah Desa Nunuk Baru. Desa Nunuk Baru
memiliki kondisi topografi yang cocok untuk komoditas jagung. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas
jagung merupakan komoditas unggul di daerah tersebut yang memiliki potensi cukup besar untuk
dikembangkan.
Tinggi rendahnya potensi jagung bergantung besarnya produksi yang dihasilkan dengan luas lahan yang
ada. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi adalah kualitas sumber daya petani dalam
mengelola usahataninya. Petani harus mampu mengalokasikan penggunaan faktor-faktor produksi serta
teknik budidaya yang efisien dan efektif. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha yang dapat meningkatkan
kualitas petani di Kecamatan Maja yaitu dengan melakukan melalui pemberdayaan masyarakat petani
seperti penyuluhan pertanian. Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah
kesadaran dan perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia ke arah yang lebih baik
sehingga mereka menjadi berdaya dan dapat mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera
(Muljono, 2007).
Penyuluhan pertanian secara teknis dan manajerial dilaksanakan oleh seorang penyuluh yang
mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan pendidikan dan informasi yang dibutuhkan petani,
sehingga petani dapat berusahatani lebih baik (Rahmawati et al., 2019). M et al. (2019) menyatakan
bahwa, peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan untuk membimbing petani dalam meningkatkan
keterampilan petani sehingga diharapkan adopsi petani terhadap teknologi pertanian tinggi sehingga
dapat meningkatkan hasil produksi petani serta meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya.
Efektivitas program penyuluhan dapat dicapai apabila minat dan kebutuhan utama masyarakat
diprioritaskan dan memperhatikan sumber daya yang ada. Penyuluh pertanian secara umum memiliki
peran strategis sebagai jembatan antara pemerintah, petani dan stakeholder eksternal. Penyuluhan
pertanian dilaksanakan secara bersama-sama oleh pemerintah melalui penyuluh pertanian, keserasian
dan persamaan tujuan antara petani dengan pemerintah tersebut harus jelas sehingga seluruh
permasalahan yang dihadapi petani selama ini dapat diselesaikan (Sundari et al., 2015).
Keberhasilan program penyuluhan pertanian sangat dipengaruhi oleh kapasitas tenaga penyuluh dalam
menjalankan tugasnya. Kapasitas penyuluh yang rendah akan berdampak pada kegiatan penyuluhan
terutama pelaku utama dan pelaku usaha sebagai pengguna jasa penyuluhan (Listiana et al., 2018).
Seorang penyuluh pertanian diharapkan mampu menyusun rencana kerja dan melaksanakan penyuluhan
berbasis dengan kebutuhan sasarannya yakni petani, kompetensi dan kinerja seorang penyuluh yang
baik sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan program penyuluhan (Ardita et al., 2017). Menurut
Rahmawati et al. (2019), kinerja penyuluh pertanian yang baik akan berdampak pada perbaikan kinerja
petani dalam mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan produksi usahatani.
METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah peran penyuluh pertanian dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
usahatani jagung. Penelitian ini dilakukan di Desa Nunuk Baru, Kecamatan Maja, Kabupaten
Majalengka Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi didasarkan bahwa Desa Nunuk Baru merupakan
salah satu daerah dengan produksi jagung terbanyak yang ada di Kecamatan Maja dan daerah yang
mendapatkan perhatian lebih dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Hal tersebut dikarenakan Desa
Nunuk Baru merupakan lokasi pengembangan komoditas jagung khususnya varietas jagung hibrida
yang memiliki luas taman dan produktivitas yang cukup berpotensi. Desain penelitian yang digunakan
yaitu pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung
yang berjumlah 381 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
probability sampling dengan metode simple random sampling. Penentuan jumlah sampel dengan
menggunakan rumus Slovin dengan taraf signifikansi α = 0,1 sehingga diperoleh total responden 79,2
(dibulatkan menjadi 80 petani jagung).
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas
dengan menggunakan aplikasi STATA versi 14. Kriteria uji validitas dikatakan valid apabila nilai r
hitung > nilai r tabel. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari 21 item pertanyaan memiliki nilai r
hitung lebih besar dari r tabel yang artinya item-item pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Cronbach Alpha. Indikator dikatakan reliabel ketika
Penilaian tersebut akan diberi skor pada setiap variabel yang dihitung menggunakan skala diferensial
sematik (Simamora, 2005) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Peran Penyuluh Pertanian
No. Interval Kelas Tingkat Peran Penyuluh Pertanian
1. 3,0 – 5,4 Sangat Tidak Baik
2. 5,5 – 7,9 Tidak Baik
3. 8,0 – 10,4 Kurang Baik
4. 10,5 – 12,9 Baik
5. 13,0 – 15,4 Sangat Baik
Sementara itu, analisis regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh kinerja peran penyuluh pertanian
terhadap tingkat produksi usahatani jagung dengan menggunakan aplikasi STATA versi 14. Sebelum
data diolah menggunakan regresi, dilakukan pengujian data terlebih dahulu yaitu uji asumsi klasik untuk
memenuhi persyaratan Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) antara lain uji normalitas, uji
heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Untuk menganalisis pengaruh kinerja peran penyuluh
pertanian terhadap tingkat produksi usahatani jagung digunakan analisis regresi linear berganda dengan
persamaan sebagai berikut:
<1.000 kg 1 1,25
Produksi Jagung (Kg) 1.000 kg – 5.000 kg 55 68,75
>5.000 kg 24 30
Berdasarkan Tabel 3, jenis kelamin responden ini didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan jumlah
71 orang atau 88,75% dari total responden. Sementara itu, responden berjenis kelamin perempuan
berjumlah 8 orang atau 11,25% dari total responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin
mempengaruhi keputusan individu dalam melakukan pekerjaan. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibutuhkan pada saat persiapan lahan dan pengangkutan hasil panen karena saat proses tersebut
dibutuhkan kemampuan fisik yang lebih kuat. Sementara itu, jenis kelamin perempuan lebih banyak
dibutuhkan pada saat proses penanaman dan pemeliharaan. Usia responden dalam penelitian ini
terbanyak berada di usia 15 – 49 tahun yaitu sebanyak 36 orang atau 45%, untuk usia 50 – 64 tahun
sebanyak 32 orang atau 40%, dan usia 64 tahun sebanyak 12 orang atau 15%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berada pada kategori usia produktif. Usia terendah responden adalah
21 tahun sedangkan usia tertinggi adalah 75 tahun dan rata-rata usianya adalah 50 tahun.
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini responden terbanyak ada ditingkat pendidikan SD
yaitu sebanyak 65 orang atau 81,25% dari total responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan petani jagung di Desa Nunuk Baru yang menjadi responden penelitian sebagian besar masih
Tabel 4 memperlihatkan bahwa terdapat 4 aspek utama peran penyuluh pertanian dari 7 aspek yang
memperlihatkan bahwa persepsi petani terhadap peran penyuluh dinilai sangat baik. Keempat indikator
tersebut antara lain katalisator, komunikator, konsultan dan organisator. Sebagian besar penilaian petani
jagung terhadap peran penyuluh pertanian sebagai motivator adalah baik, yaitu sebanyak 43 responden
atau 53,74% dari total responden. Hal ini sesuai dengan penelitian Haryanto et al., (2017) peran
penyuluh sebagai motivator yaitu berperan untuk mempengaruhi, memberi semangat dan mendorong
petani agar mereka mau melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam penelitian ini terdapat
tiga indikator yang dinilai dari peran penyuluh sebagai motivator, yaitu membantu petani mengarahkan
usahatani, mendorong untuk mengembangkan usahatani dan mendorong untuk menerapkan teknologi
dalam usahatani. Menurut petani Desa Nunuk Baru, penyuluh telah mengarahkan petani untuk
menjalankan usahataninya sesuai dengan anjuran Dinas Pertanian serta mendorong petani untuk
menerapkan teknologi pada usahataninya. Penyuluh pertanian juga memberikan informasi-informasi
kepada petani untuk mengembangkan usahatani yang lebih menguntungkan serta memotivasi petani
untuk meningkatkan hasil produksi jagung serta mempraktikkan alat teknologi untuk meningkatkan
hasil produksi usahatani.
Namun menurut petani dan tenaga penyuluh, teknologi yang digunakan dalam usahatani jagung masih
belum banyak inovasi dan variasinya, sehingga teknologi yang diterapkan oleh petani belum mampu
membantu petani untuk meningkatkan hasil produksi jagung. Teknologi pertanian yang digunakan
untuk komoditas jagung hanya sebatas untuk membantu petani dalam kegiatan pasca panennya yaitu
mesin pemipil jagung. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati et al. (2019)
yang menyimpulkan bahwa peran kinerja penyuluh pertanian sangat baik dalam memotivasi petani
dalam mengakses informasi intensifikasi jagung, mengarahkan usahatani sesuai program intensifikasi
jagung, dan memotivasi petani meningkatkan hasil produksi tanaman jagung. Menurut Faqih (2014),
peran penyuluh pertanian sebagai motivator diharapkan dapat mempengaruhi dan membangkitkan
semangat petani sehingga petani tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani.
Penilaian mayoritas petani jagung terhadap peran penyuluh pertanian sebagai edukator adalah baik,
yaitu sebanyak 40 responden atau 50% dari total responden. Peran penyuluh sebagai edukator terdiri
dari tiga indikator, yaitu meningkatkan pengetahuan, melatih keterampilan dan memberikan pelatihan.
Berdasarkan hasil wawancara, penyuluh telah menambah pengetahuan petani dalam mengelola
usahatani yang tepat. Hal ini dibuktikan dari pengetahuan berupa informasi cara mengelola usahatani
jagung yang tepat dan menguntungkan mulai dari penggunaan input hingga panen yang diperoleh petani
setiap kurang lebih 2 kali dalam sebulan dari diskusi bersama penyuluh. Penelitian Lukuyu et al., (2012)
menyatakan bahwa, cara paling penting untuk menyebarkan teknologi baru adalah melalui kunjungan
pertanian seperti pertemuan kelompok rutin yang diselenggarakan di demplot dan studi banding ke desa
lain yang sukses dalam adopsi teknologi.
Peran penyuluh sebagai edukator yang lainnya adalah memberikan pelatihan tentang cara
mengendalikan hama penyakit tanaman seperti cara menggunakan obat-obatan yang tepat dan sesuai
dengan dosis serta membimbing petani dalam menggunakan benih bantuan varietas baru yang diberikan
oleh pemerintah. Petani juga mendapatkan pelatihan dalam menggunakan teknologi baru dengan cara
mendemonstrasikan. Pada komoditas jagung, pelatihan teknologi yang didapatkan oleh petani belum
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5 diperoleh persamaan regresi hasil penelitian adalah
Y = 1045,636 + 4.341,19X1 + 106,214X2 – 0,039X3 + 85,611X4 + 4,715X5 – 17,903X6 + ε. Nilai
signifikansi F (0,0000) < 0,05, maka H0 dan H1 diterima, artinya variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (produksi jagung). Nilai koefisien konstanta sebesar
1045,636 menunjukkan bahwa apabila variabel input produksi (luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk,
jumlah pestisida, jumlah tenaga kerja dan peran penyuluh pertanian) nilainya 0 atau konstan, maka
produksi jagung akan positif 1045,636. Secara parsial, variabel yang berpengaruh terhadap produksi
jagung di Desa Nunuk Baru adalah luas lahan dan jumlah benih.
Luas lahan berpengaruh positif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,01 dan nilai koefisien sebesar
4.341,19, artinya setiap peningkatan luas lahan sebesar 1% dengan menganggap faktor lainnya tetap
(ceteris paribus) maka jumlah produksi jagung akan mengalami peningkatan sebesar 4.341,19. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tomy (2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi usahatani jagung di Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala yang menyatakan bahwa terdapat
lahan potensial yang dapat digunakan untuk pertanaman jagung, sehingga penambahan luas lahan untuk
peningkatan produksi masih dapat dilakukan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mikail (2018) juga
menyatakan luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi jagung di Desa Benteng.
Jumlah benih berpengaruh positif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,5 dan nilai koefisien sebesar
106,21, artinya setiap peningkatan jumlah benih sebesar 1% dengan menganggap faktor lainnya tetap
(ceteris paribus) maka jumlah produksi jagung akan mengalami peningkatan sebesar 106,21. Hal ini
sesuai dengan penelitian jagung yang dilakukan oleh Agustian (2015) tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi pada usahatani jagung di Kabupaten Garut yang menyatakan bahwa
penggunaan benih jagung berpengaruh nyata dan berhubungan positif terhadap produksi jagung.
Peran penyuluh pertanian tidak berpegaruh terhadap produksi petani jagung. Berdasarkan hasil
wawancara dengan petani responden, secara keseluruhan peran penyuluh pertanian sudah baik dalam
menjalankan tugasnya pada kegiatan penyuluhan namun hal tersebut tidak berdampak nyata terhadap
produksi usahatani jagung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Saridewi & Siregar (2020),
yang menyatakan bahwa peran penyuluh di Kabupaten Tasikmalaya tidak berpengaruh terhadap
peningkatan produksi padi. Dalam penelitian tersebut peran penyuluh dibagi menjadi lima, yaitu
penasehat, teknisi, penghubung, organisatoris dan agen pembaharu. Berbeda dengan hasil penelitian
Sundari et al., (2015) tentang peran penyuluh pertanian terhadap peningkatan produksi usahatani di
Kabupaten Pontianak yang menyatakan bahwa penyuluh pertanian cukup berperan terhadap
peningkatan produksi usahatani padi di Kabupaten Pontianak.
Penyuluh pertanian di Desa Nunuk Baru melakukan kunjungan rutin minimal satu bulan sekali ke tiap
kelompok tani. Kunjungan tersebut berupa kegiatan diskusi tentang usahatani seperti penggunaan sarana
input (benih, pupuk dan pestisida), penggunaan alat mesin pertanian dan permasalahan yang dihadapi
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Peran penyuluh
pertanian bagi petani jagung dikategorikan sangat baik dalam menjalankan tugasnya sebagai katalisator,
komunikator, konsultan dan organisator. Sedangkan penilaian petani terhadap peran penyuluh pertanian
sebagai motivator, edukator dan fasilitator dikategorikan baik. Dilihat dari 7 aspek peran penyuluh pada
penelitian ini sudah mewakili peran penyuluh dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Peran penyuluh
sebagai motivator, edukator dan fasilitator masih perlu ditingkatkan lagi. (2) Variabel luas lahan dan
jumlah benih berpengaruh terhadap produksi jagung. Sedangkan Variabel peran penyuluh pertanian
tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani jagung. Salah satu faktor yang menyebabkan tidak
signifikannya peran penyuluh terhadap produksi jagung adalah petani yang tidak menerapkan apa yang
sudah diberikan oleh penyuluh dan masih melakukan kebiasaan-kebiasaannya sendiri dalam mengelola
usahatani jagung sehingga produksi jagung kurang masih kurang maksimal.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak pemberi dana penelitian yaitu Hibah Riset Internal
Universitas Padjadjaran tahun anggaran 2020 dengan no. 1427/UN6.3.1/LT/2020. Penulis juga
menyampaikan terima kasih pada Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran khususnya Program Studi
Agribisnis dan juga kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam melaksanakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A. (2015). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi pada Usahtani Kagung di
Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesi. Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian,
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian:Bogor.
Apriani, A. E., Soetoro, & Nurdin, Y. M. (2016). Analisis Usahatani Jagung (Zea Mays L) (Suatu kasus
di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Agroinfo Galuh, 2(3), 145–150.
Ardita, DWP, S., & Widjanarko, D. (2017). Kinerja Penyuluh Pertanian Menurut Persepsi Petani: Studi
Kasus di Kabupaten Landak. Journal of Vocational and Career Education, 2(1), 1–8.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka. (2018). Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Tanaman Pangan dan Palawija Tahun 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka.
Famili, R., Marijono, & Imsiyah, N. (2017). Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Keberdayaan
Faqih, A. (2014). Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam Kegiatan Pemberdayaan
Kelompok terhadap Kinerja Kelompok Tani. Jurnal Agrijati, 26(1), 41–60.
Haryanto, Y., Sumardjo, Amanah, S., & Tjitropranoto, P. (2017). Efektivitas Peran Penyuluh Swadaya
dalam Pemberdayaan Petani di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 20(2), 141–154.
Hernalius, L. A., Sumardjo, & Hamzah, H. (2018). Pengaruh Penyuluhan Pertanian terhadap Tingkat
Produktivitas Padi Sawah di Desa Bojongsari, Kecamatan Jampang Kulon, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat. Jurnal Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], 2(3), 279–288.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2018). Produksi Jagung Menurut Provinsi Tahun 2014-
2018. Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Listiana, I., Sumardjo, Sadono, D., & Tjiptopranoto, P. (2018). Hubungan Kapasitas Penyuluh dengan
Kepuasan Petani. Jurnal Penyuluhan, 14(2), 244–256.
Lukuyu, B., Place, F., Franzel, S., & Kiptot, E. (2012). Disseminating Improved Practices: Are
Volunteer Farmer Trainers Effective? Journal of Agricultural Education and Extension, 18(5),
525–540.
M, M., Syam, H., & L, L. (2019). Peran Penyuluh Pertanian terhadap Peningkatan Kompetensi Petani
dalam Aktivitas Kelompok Tani di Desa Rea Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar.
Universitas Negeri Makasar.
Mikail. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 4(1), 47–
58.
Muljono, P. (2007). Learning Society, Penyuluhan dan Pembangunan Bangsa. Jurnal Penyuluhan, 3(1),
55–62.
Padillah, Purnaningsih, N., & Sadono, D. (2018). Persepsi Petani tentang Peranan Penyuluh dalam
Peningkatan Produksi Padidi Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Jurnal
Penyuluhan, 14(1), 1–10.
Prayoga, K., Nurfadillah, S., Butar, I. B., & Saragih, M. (2019). Membangun Kesalingpercayaan dalam
Proses Transfer Informasi antara Petani dan Penyuluh Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi,
36(2), 143.
Putri, R. T., & Safitri, R. (2018). Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Penerapan Teknologi Tanam Jajar
Legowo 2:1 (Kasus Kelompok Tani Gotong Royong 2 di Desa Klaseman, Kabupaten
Probolinggo). Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 2(3), 167–178.
Rahmawati, Mahludin, B., & Bahua, M. I. (2019). Peran Kinerja Penyuluh dan Efektivitas Pelaksanaan
Penyuluhan pada Program Intensifikasi Jagung. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 15(1), 56–70.
Resicha, P. (2016). Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani di Nagari Sungai
Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam. Universitas Andalas.
Sadono, D. (2008). Pemberdayaan Petani Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jurnal
Penyuluhan, 4(1), 65–74.
Saputri, R. D., Anantanyu, S., & Wijianto, A. (2016). Peran Penyuluh Pertanian Lapangan dengan
Tingkat Perkembangan Kelompok Tani di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Arista, 4(3), 341–352.
Saridewi, T. R., & Siregar, A. N. (2020). Hubungan antara peran penyuluh dan adopsi teknologi oleh
Sundari, Yusra, A. H. A., & Nurliza. (2015). Peran Penyuluh Pertanian terhadap Peningkatan Produksi
Usahatani di Kabupaten Pontianak. Jurnal Social Economic of Agriculture, 4(1), 26–31.
Suryana, A., & Agustian, A. (2018). Analisis Dayasaing Usahatani Jagung di Indonesia. Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian, 12(2), 143–156.
Syahyuti. (2014). Peran Strategis Penyuluh Swadaya dalam Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di
Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 32(1), 43–58.
Tomy, J. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jagung di Kecamatan Sindue
Kabupaten Donggala. In Jurnal Agroland (Vol. 17, Issue 3).
Zulfikar, Amanah, S., & Asngari, P. S. (2018). Persepsi Petani terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian
Tanaman Pangandi Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Penyuluhan, 14(1), 159–174.