Jurnal Penelitian 10785-37940-3-PB
Jurnal Penelitian 10785-37940-3-PB
Jurnal Penelitian 10785-37940-3-PB
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
*
Penulis korespondensi
Email : yshid@yahoo.co.uk
DOI 10.21107/agrointek.v16i2.10785
Suryadi et al. Agrointek 16 (2): 197-205
198
Suryadi et al. Agrointek 16 (2): 197-205
spektrofotometer pada kisaran panjang gelombang hambat dihitung berdasarkan rumus Patra et al.
300-650 nm menggunakan spektrofotometer UV- (2009) dimana:
Vis (Hitachi U2000). Keseragaman ukuran 𝐷𝐻
partikel perak dianalisis menggunakan PSA diameter zona bening perlakuan
(Particle Size Analyzer menggunakan metode = 𝑥 100%
diameter zona bening kontrol standar
Dynamic Light Scattering (DLS) (Pandit, 2015).
Pengujian daya hambat AgNP terhadap C.
Pengujian Daya Hambat AgNP Terhadap
gloeosporioides secara in-vitro
Bakteri E. coli dan Xoo Secara In-Vitro
Uji daya hambat AgNP terhadap jamur
Metode pengujian daya hambat AgNP
dilakukan dengan metode tuang (pour plate).
terhadap E. coli dilakukan menurut metode Jeevan
Peremajaan C. gloeosporioides dilakukan pada
et al. (2012). Peremajaan bakteri E. coli dilakukan
media Potato Dextrose Agar (PDA). Sebanyak 1
dalam media Nutrient broth (NB) dan diinkubasi
mL masing-masing konsentrasi larutan AgNP 100
pada orbital shaker incubator (IKA K-260)
%, 50 %, 25 %, dan 12,5 % (v/v) dicampurkan ke
selama 24 jam. Sebanyak 200 μL kultur bakteri E.
dalam tabung reaksi berisi media PDA yang masih
coli dicampurkan dengan 20 mL media NA dalam
hangat, lalu dituangkan ke dalam cawan petri dan
tabung reaksi, kemudian divorteks sampai
dibiarkan memadat. Media PDA dalam cawan
tercampur. Media NA dituangkan ke dalam cawan
petri dilubangi bagian tengahnya menggunakan
petri dan dibiarkan sampai memadat. Potongan
cork borrer. Isolat C. gloeosporioides diletakkan
kertas saring steril direndam selama 1 jam dalam
pada lubang tersebut dan diinkubasi pada suhu
masing-masing konsentrasi larutan AgNP 100 %
kamar. Perlakuan kontrol hanya berisi media PDA
(larutan induk), 50 %, 25 %, dan 12,5 % (v/v).
dan C. gloeosporioides.
Kontrol negatif disiapkan berupa potongan kertas
saring yang direndam dalam akuades. Kertas Pengukuran daya hambat jamur mengacu
saring yang sudah direndam kemudian pada metode Mahdizadeh et al. (2015) dengan
ditempelkan di permukaan cawan petri berisi modifikasi sebagai berikut:
media NA dan diinkubasi. 𝐿𝑘 − 𝐿𝑝
𝐷𝐻 = 𝑥 100 %
Bakteri Xoo dibiakkan dalam media NB dan 𝐿𝑘
diinkubasi pada orbital shaker (IKA K-260) dimana:
selama 72 jam. PSA, kemudian biakan bakteri Xoo DH = daya hambat (%);
sebanyak 200 µL ditambahkan pada cawan petri Lk = luas koloni pertumbuhan jamur pada kontrol
berisi 20 mL media Potato Sucrose Agar (PSA) negatif (cm2);
lalu disebar merata dan dibiarkan memadat. Lp = luas koloni pertumbuhan jamur dengan
Konsentrasi AgNP yang diuji terhadap Xoo adalah penambahan AgNP (cm2).
sama dengan pengujian terhadap bakteri E. coli
yaitu 12,5 %, 25 %, 50 %, dan 100 % (v/v). HASIL DAN PEMBAHASAN
Potongan kertas saring steril masing-masing Identifikasi AgNP dengan UV Vis
direndam selama 1 jam dalam lautan tersebut, spektrofotometer dan ukuran AgNP
sementara untuk kontrol negatif, potongan kertas Biosintesis AgNP dapat dilakukan secara
saring steril direndam dalam akuades. Kertas ekstraseluler dan intraseluler. Biosintesis
saring yang sudah direndam, kemudian intraseluler terjadi di dalam sel dan dibutuhkan
ditempelkan di permukaan media PSA dan langkah lebih lanjut untuk mengeluarkan NP dari
diinkubasi pada suhu 30 °C selama 48 jam dalam sel (Kareem et al., 2019). Pada biosintesis
(Ahmed et al., 2020). Pengamatan dilakukan ekstraseluler, reagen bioreduksi yang dibutuhkan
setiap 24 jam setelah inokulasi bakteri pada media. dalam bentuk cair dan biosintesis dengan cara ini
Penghambatan AgNP terhadap bakteri diamati lebih mudah dilakukan (Deljou dan Goudarzi,
dari zona bening yang terbentuk di sekitar kertas 2016). Mikroba yang memiliki kemampuan
saring yang sudah direndam larutan AgNP setelah menyintesis NP logam berasal dari golongan
inkubasi. Pada kajian pendahuluan ini, efektifitas prokariot maupun eukariot. Dalam penelitian ini
daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri hanya bakteri yang digunakan sebagai bioreduktor
dibandingkan terhadap AgNP 5mM pada partikel perak adalah isolat B. firmus E-65 (koleksi
konsentrasi 100 % (larutan induk) yang dibuat Lab. Konservasi Mikroorganisme BB Biogen).
sebagai standar (kontrol positif) tanpa Bakteri dari golongan Bacillus dilaporkan
membandingkan dengan AgNP komersial. Daya
199
Suryadi et al. Agrointek 16 (2): 197-205
memiliki kemampuan untuk membentuk AgNP 2016; Jeevan et al., 2012). Tanpa perlakuan
(Ahmed et al., 2020). AgNP diperoleh dari larutan khusus penambahan senyawa penstabil seperti
AgNO3 yang semula tidak berwarna berubah polifinilpirrolidon (PVP), polietilen glikol (PEG),
menjadi keruh dan berwarna putih kekuningan. dan beberapa surfaktan (Chen et al., 2016; Lestari
et al., 2019). Karena pada penelitian ini tidak
Namun, setelah larutan diinkubasi pada suhu
ditambahkan bahan penstabil kemungkinan AgNP
37 °C selama 48 jam, terjadi perubahan warna
yang telah terbentuk mengalami aglomerasi,
menjadi kecokelatan. Intensitas warna semakin
sehingga tidak menunjukkan puncak serapan.
meningkat hingga menjadi cokelat setelah 72 jam
(Gambar 1). Perubahan warna larutan tersebut Pengukuran penggunakan PSA memiliki
disebabkan terjadinya reduksi ion perak menjadi kelebihan yaitu partikel didispersikan ke dalam
AgNP (Jeevan et al., 2012; Dhulhaj et al., 2012). medium sehingga ukuran partikel yang terukur
Reduksi ion AgNP terlihat secara fisik dari berupa ukuran dari partikel tunggal. Selain itu,
perubahan warna larutan yang terjadi, sementara hasil pengukuran berupa distribusi ukuran,
pada pengukuran AgNP yang disintesis sehingga dapat menggambarkan keseluruhan
bioreduktor bakteri B. firmus E-65 menggunakan kondisi sampel. Sampel larutan AgNP yang
spektrofotometer UV-Vis menunjukkan adanya diamati dengan PSA diperoleh ukuran partikel
serapan maksimum pada panjang gelombang 425 perak sebesar 252,1 nm dengan intensitas sebesar
nm (Gambar 2) yang merupakan indikasi bahwa 98,90 % (Gambar 3). Hal tersebut membuktikan
AgNP telah terbentuk (Owaid et al., 2020). AgNP bahwa bakteri B. firmus E-65 masih dalam
dilaporkan memiliki serapan yang kuat pada dimensi nano. Namun, ukuran partikel yang
kisaran panjang gelombang 400-500 nm (Ibrahim dihasilkan belum sebaik penelitian-penelitian
et al., 2019). Nilai serapan maksimum yang sebelumnya yang dapat menghasilkan AgNP
diperoleh tersebut mendekati nilai serapan berukuran kurang dari 100 nm (Deljou dan
maksimum AgNP yang disintesis menggunakan Goudarzi, 2016; Jeevan et al., 2012). Dalam
bioreduktor mikroorganisme pada penelitian- penelitian ini intensitas AgNP berukuran < 100
penelitian sebelumnya (Deljou dan Goudarzi, nm masih sangat rendah (19,6 %).
d
b c
a
Gambar 1 Perubahan warna larutan AgNP sebelum inkubasi (a); setelah inkubasi 24 jam (b); setelah
inkubasi 48 jam (c); dan setelah inkubasi 72 jam (d)
0.5
0.4
Absorbans
0.3
0.2
0.1
0
375 400 425
450 475 500 525 550 575 600
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 2 Spektrum UV-Vis AgNP dengan penambahan AgNO3
200
Suryadi et al. Agrointek 16 (2): 197-205
Perbedaan ukuran partikel tersebut E65 (Gram-positif) bereaksi lebih baik terhadap E
kemungkinan dapat disebabkan oleh sifat AgNP coli yang juga termasuk kelompok bakteri Gram-
yang tidak stabil sehingga mudah teraglomerasi. positif, tapi tidak terlalu kuat terhadap Xoo
Selain itu, diduga juga dapat disebabkan isolat (bakteri Gram-negatif). Semakin besar
B.firmus E65 yang digunakan memiliki konsentrasi maka semakin banyak partikel perak
kemampuan yang berbeda dalam mereduksi dalam larutan sehingga menghasilkan DH yang
ukuran ion perak hingga menjadi AgNP. semakin besar. Daya hambat akan menurun
Aktivitas antibakteri AgNP seiring dengan menurunnya konsentrasi AgNP.
Hasil pengujian terhadap kedua bakteri tersebut
Uji penghambatan AgNP dilakukan secara in membuktikan bahwa AgNP yang dihasilkan
vitro terhadap dua bakteri, yaitu E. coli dan Xoo. memiliki aktivitas antibakteri. AgNP dapat
Daya hambat (DH) terhadap E. coli yang berinteraksi dengan dinding sel bakteri,
dihasilkan masing-masing konsentrasi AgNP mengganggu rantai respirasi, dan menghambat
berbeda-beda. Nilai penghambatan terhadap replikasi DNA bakteri. AgNP dapat menghambat
E.coli terbesar terlihat pada konsentrasi AgNP 50 permbentukan biofilm bakteri sehingga sel bakteri
% dengan diameter zona bening yang terbentuk 13 mati. AgNP juga dilaporkan terbukti menghambat
mm (DH= 96,15 %) dan penghambatan terendah beberapa bakteri seperti P. aeruginosa, P. acnes,
pada AgNP 12,5 % dengan diameter zona bening K. pneumoniae (Pandit, 2015), S. typhi, S. aureus,
7 mm (DH= 53,84 %) (Gambar 4). Penelitian yang dan S. epidermidis (Deljou dan Goudarzi, 2016).
dilakukan oleh Pandit (2015) menunjukkan bahwa
Aktivitas anitijamur AgNP terhadap C.
semakin besar konsentrasi AgNP, maka nilai DH
gloeosporioides
semakin besar. Hasil yang diperoleh sudah sesuai
dimana DH pada konsentrasi 50 % berbeda sangat Uji penghambatan AgNP terhadap C.
kecil dibandingkan konsentrasi standar AgNP 100 gloeosporioides menunjukkan bahwa AgNP juga
%. AgNP telah banyak dilaporkan memiliki dapat menghambat pertumbuhan C.
aktivitas antibakteri terhadap E. coli (Bonde, gloeosporioides (Gambar 6). Daya hambat
2011; Deljou dan Goudarzi, 2016; Jeevan et al., terhadap jamur menurun seiring dengan
2012). Zona bening di sekitar kertas saring yang menurunnya konsentrasi AgNP. Pada konsentrasi
sudah direndam dengan larutan AgNP terbentuk rendah, jumlah AgNP dalam larutan semakin
setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 25 °C. sedikit sehingga kurang efektif mengambat
pertumbuhan jamur. Selama 72 jam, cawan petri
AgNP juga menunjukkan aktivitas
perlakuan kontrol sudah dipenuhi oleh
antibakteri terhadap Xoo yang relatif kecil.
pertumbuhan hifa jamur. Luas koloni jamur
Diameter zona bening yang terbentuk pada AgNP
terkecil terlihat pada perlakuan konsentrasi 25 %
100 % sebesar 7 mm (DH= 100 %), kemudian
AgNP dengan nilai DH sebesar 94,35 %.
AgNP 50 % (zona bening 6,5 mm; DH 92,85 %),
Kemudian luas koloni jamur terbesar (8,13 cm2)
AgNP 25 % (DH= 85,71 %), dan AgNP 12,5 %
terbentuk pada 100 % AgNP dengan nilai DH
(DH= 85,71 %) (Gambar 5). Daya hambat AgNP
sebesar 87,21 %. Penelitian yang dilaporkan
terhadap Xoo lebih kecil daripada DH AgNP
Mahdizadeh et al. (2015); Pulit et al. (2013) juga
terhadap E. coli. Hal ini kemungkinan diduga
menyatakan bahwa AgNP memiliki potensi yang
karena sifat AgNP yang disiapkan dari B.firmus
besar sebagai antijamur pada uji in vitro karena
201
Suryadi et al. Agrointek 16 (2): 197-205
AgNP dapat mengurai dinding sel hifa jamur. penghambatannya kurang efektif. Kemungkinan
Namun dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh lain diduga AgNP pada dua konsentrasi tersebut
masih kurang sesuai karena nilai DH pada telah teraglomerasi sehingga relatif menurunkan
konsentrasi 25 % AgNP agak lebih besar (DH= daya hambatnya. Untuk membuktikan hal ini,
94,35 %) daripada konsentrasi 50 % AgNP (DH= masih diperlukan pengamatan lain misalnya
91,9 %) dan 100 % AgNP. Hal tersebut dapat dengan SEM untuk melihat masing-masing
disebabkan kurang meresapnya larutan AgNP ukuran AgNP pada berbagai konsentrasi tersebut.
pada kertas saring sehingga daya
15 150
5 50
0 0
100% 50% 25% 12.50% Kontrol
negatif
perlakuan
a
Gambar 4 Contoh efek AgNP terhadap daya hambat bakteri E. coli (a)
100
Daya hambat (%)
6
80
4 60
40
2
20
0 0
100% 50% 25% 12.50% Kontrol
negatif
perlakuan
b
Gambar 5 Contoh efek AgNP terhadap daya hambat bakteri Xoo (b)
202
Suryadi et al. Agrointek 16 (2): 197-205
Daya hambat(%)
50
40 60
30 40
20
20
10
0 0
Kontrol Negatif 100% 50% 25% 12.50%
perlakuan
a b c d e
Gambar 6 Efek AgNP terhadap pertumbuhan dan daya hambat jamur C. gloeosporioides. (a) konsentrasi
AgNP 12,5 %; (b) 25 %; (c) 50 %; (d) 100 %; dan (e) kontrol negatif (tanpa AgNP)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Terbentuknya AgNP pada larutan media
Ahmed, T., Shahid, M., Noman, M., Niazi,
diamati dari perubahan warna setelah inkubasi
M.B.K., Mahmood, F., Manzoor, I., …
pada 37 °C selama 72 jam. Hasil pengukuran UV-
Chen, J. 2020. Silver nanoparticles
Vis spektrofotometer terhadap larutan AgNP
synthesized by using Bacillus cereus SZT1
diperoleh panjang gelombang maksimum 425 nm.
ameliorated the damage of bacterial leaf
Ukuran partikel AgNP sebesar 252,1 nm dengan
blight pathogen in rice. Pathogens, 9, 1–17.
intensitas sebesar 98,90 %. Hasil bioassay AgNP
https://doi.org/10.3390/pathogens9030160
terhadap E. coli diperoleh penghambatan tertinggi
pada konsentrasi AgNP 50 % (DH= 96,15 %), Bonde, S. 2011. A biogenic approach for green
diikuti AgNP 25 % (DH= 76,92 %), dan AgNP synthesis of silver nanoparticles using
12,5 % (DH= 53,84 %). Bioassay AgNP terhadap extract of Foeniculum vulgare and its
Xoo diperoleh daya penghambatan tertinggi pada activity against Staphylococcus aureus and
AgNP 50 % (DH= 92,85 %) dan AgNP 25 %, 12,5 Escherichia coli. Nusantara
% (masing-masing DH= 85,71 %). Sementara Bioscience,3,59–63.
efek AgNP terhadap C.gloeosporioides https://doi.org/10.13057/nusbiosci/n03020
menunjukan penghambatan yang tinggi pada 1
AgNP 25 % (DH= 94,35 %), dan AgNP 50 % Carbone, M., Donia, D.T., Sabbatella, G.,
(DH= 91,9 %). Antiochia, R. 2016. Silver nanoparticles in
polymeric matrices for fresh food
UCAPAN TERIMA KASIH packaging. Journal of King Saud University
- Science, 28, 273–279.
Disampaikan terima kasih kepada Sdr.
https://doi.org/10.1016/j.jksus.2016.05.004
Dilaika atas bantuan teknis di laboratorium dan
teknisi Lab. Mikrobiologi BB Biogen yang telah Chen, J., Li, S., Luo, J., Wang, R., Ding, W. 2016.
mendukung terlaksananya penelitian ini. Enhancement of the Antibacterial Activity
of Silver Nanoparticles against
Phytopathogenic Bacterium Ralstonia
solanacearum by Stabilization. Journal of
203
Suryadi et al. Agrointek 16 (2): 197-205
204
Suryadi et al. Agrointek 16 (2): 197-205
205