Artikel Srik Ok
Artikel Srik Ok
Artikel Srik Ok
Sri Suryani
SD Negeri 011 Kembang Harum, Riau, Indonesia
Email: srisuryani053@gmail.com
ABSTRACT
The problem in this research is that learning activities and learning outcomes in social studies subjects are
in the poor category. The results of studying social studies subjects also show that students get low grades.
The aim of this research is to improve the learning process in order to improve social studies learning
outcomes through the use of image media on the subject matter of ethnic and cultural diversity in Indonesia.
This research is classroom action research carried out in 2 cycles. Each cycle consists of four stages, namely:
(1) planning, (2) implementation, (3) observation, (4) reflection. The subjects of this research were class V
students at SD Negeri 011 Kembang Harum with a total of 39 students. Data collection instruments are
observation, interviews, tests, documentation. The data is then processed using quantitative and qualitative
descriptive analysis techniques. The results of this research indicate that the use of walking image media has
succeeded in improving the social studies learning outcomes of class V students at SD Negeri 011 Kembang
Harum. In each cycle, student learning activities experienced an increase, namely: there was a decrease in
the percentage of students' learning incompleteness from 9 students (23%) to 3 students (77%) and there
was a significant increase in the learning outcomes achieved in cycle II. The learning outcomes in cycle I
averaged only 75 to 80 in cycle II, meaning that it had exceeded the set KKM value, namely 75, an increase
of 5 points. Likewise with the completion of classical learning. In the first cycle, classical completion was
only 30 students (77%) to 36 students (92%) in the second cycle there was an increase of 15%. Based on the
results of this research, it can be concluded that social studies learning using walking picture media for class
V students at SD Negeri 011 Kembang Harum can be achieved. improve student learning outcomes. It is
recommended that teachers use image media in other appropriate subject matter.
Keywords: Learning to use image media in social studies subjects
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar mata pelajaran IPS
menempati kategori kurang. Hasil belajar mata pelajaran IPS juga menunjukkan bahwa siswa
memperoleh nilai yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk memperbaiki proses
pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar IPS melalui penggunaan media gambar pada
materi pokok Keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang dilakukan dengan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas
V SD Negeri 011 Kembang Harum dengan jumlah 39 siswa. Instrumen pengumpulan data adalah
observasi, wawancara, tes, dokumentasi. Data selanjutnya diolah menggunakan teknik analisis
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media
gambar berjalan berhasil meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 011 Kembang
Harum. Dalam setiap siklus aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yaitu: bahwa terjadi
penurunan persentase ketidak ketuntasan belajar siswa dari 9 siswa (23%) menjadi 3 siswa (77%)
dan terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil belajar yang dicapai pada siklus II. Hasil
belajar pada siklus I dari 75 meningkat menjadi 80 pada siklus II, berarti sudah melebihi nilai
KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 75, terjadi peningkatan sebesar 5 point. Demikian pula
halnya dengan ketuntasan belajar secara klasikal. Pada siklus I ketuntasan klasikal hanya 30 siswa
(77%) menjadi 36 siswa (92%) pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 15% Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS menggunakan media gambar berjalan
24
pada siswa kelas V SD Negeri 011 Kembang Harum dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa.
Disarankan supaya guru dapat menggunakan media gambar pada materi pelajaran lain yang
sesuai.
Kata kunci: Belajar menggunakan media gambar pada mata pelajaran IPS
Pendahuluan
Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Sebagai upaya mewujudkan pembangunan di
bidang pendidikan antara lain diperlukan peningkatan sumber daya manusia yang terlibat
dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini guru dan siswa. Sebagai pendidik guru harus
selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan materi dan
pengelolaan belajar mengajar. Sedangkan siswa berusaha memahami materi dengan baik
sehingga dapat menyelesaikan tugas dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari sektor pendidikan.
Pendidikan sangat diperlukan, baik untuk pribadi, masyarakat maupun bangsa.
Pendidikan merupakan hak yang hakiki bagi setiap orang, di dalam pembukaan UUD 1945
menyatakan bahwa tujuan negara salah satunya adalah “Ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Hal ini mempunyai maksud bahwa tujuan Negara memprioritaskan sektor
pendidikan. Sektor pendidikan menjadi suatu program pembangunan yang sangat penting
untuk dikembangkan, karena salah satu indikator suatu bangsa dapat dilihat dari sektor
pendidikan, hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Isjoni bahwa “Indikator suatu
bangsa juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan sektor pendidikan”.
Menurut UU NO.20 tahun 2003 pasal 37 tentang sisdiknas (2003:86), IPS merupakan
salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar
maupun menengah. Bertumpu pada undang-undang NO. 20 tahun 2003 pasal 37 tentang
SISDIKNAS (2003:86), kurikulum KTSP mata pelajaran IPS tahun 2006 bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan berikut (Gunawan, 2011:41); 1) mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Sering digunakannya metode ceramah yang tanpa diimbangi atau dipadukan dengan
metode pembelajaran yang lain, mengakibatkan aktivitas belajar dan hasil belajar mata
pelajaran IPS mempunyai kategori kurang. Hasil belajar mata pelajaran IPS juga menunjukan
bahwa siswa memperoleh nilai yang rendah.
Media pembelajaran merupakan sarana yang membantu proses belajar terhadap indra
pendengar dan penglihatan. Media ini dapat mempercepat proses pembelajaran siswa, serta
dapat menciptakan suasana belajar yang menantang, menarik, dan relatif memudahkan belajar.
Menurut S. Susanto Amijoyo media adalah “Semua bentuk perantara yang digunakan manusia
untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan kepada penerima informasi” (S. Susanto Amijoyo
1988:11). Lebih lanjut dikatakan oleh Blek dan Horasen yang dikutip oleh J. D. Latuhen MP
25
bahwa media adalah saluran komunikasi yang digunakan untuk, menyampaikan pesan kepada
pemberi dan penerima informasi (J. D. Latuhen MP 1988:11). Media pembelajaran dapat juga
diartikan “Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong siswa
dalam proses belajar mengajar” (Muhammad Ali, 1987:89).
Dari ungkapan di atas ternyata media merupakan suatu alat bantu ataupun benda yang
dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pemahaman arti informasi kepada penerima
informasi atau pesan. Media pembelajaran merupakan bagian integral dalam system
pengajaran. Penggunaan media harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat sehingga dapat
memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang aktivitas dan peningkatan hasil belajar yang
diharapkan.
Bentuk-bentuk media yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar agar lebih
kongkrit, banyak ragamnya tergantung kepada penggunaan yang dilakukan oleh guru dalam
proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran dengan memudahkan menerima materi
pembelajaran bagi siswa perlu diusahakan anak didik dapat mengingat apa yang dipelajari. Bila
anak didik menerima pelajaran dengan mendengar (ceramah) saja maka sulit bagi anak untuk
mengingat dan mengerti apa yang disampaikan oleh guru.
Usaha membuat belajar lebih kongkrit dengan menggunakan media banyak dilakukan
oleh guru berbagai jenis media dan mempunyai nilai kegunaan masing-masing tergantung
pada penggunaan dalam proses belajar mengajar. Agar hasil lebih baik dan bermakna perlu
bantuan media pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar. Dengan menggunakan media
pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar megajar akan memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru sehingga tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apabila guru untuk setiap mata pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian guru
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memdemonstrasikan, dan lain-
lain.
Pembelajaran yang selama ini dilaksanakan belum menampakan kemajuan yang berarti
bagi siswa. Pembelajaran biasa hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian
materi kurang menunjukkan perubahan sikap atau prilaku bagi siswa. Siswa tidak termotivasi
untuk kreatif dan anak lebih cenderung pasif atau menerima adanya yang diberikan oleh guru
dalam ceramahnya di dalam kelas, sehingga hasil yang diperoleh oleh siswa kurang
memuaskan.
Di sini peneliti telah memilih media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 011 Kembang Harum Kecamatan Pasir Penyu
Kabupaten Indragiri Hulu. Karena sesuatu hal guru jarang sekali menggunakan media dalam
26
pembelajaran, dengan berbagai alasan misalnya tidak punya waktu, tidak bisa membuatnya
dan lain sebagainya, maka siswa selalu kurang aktif dalam belajar. Oleh karena itu nilai siswa
selalu rendah dibandingkan dengan nilai pelajaran lain.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk memperbaiki proses pembelajaran agar dapat
meningkatkan hasil belajar IPS melalui penggunaan media gambar pada materi pokok
Keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.
Kajian Teori
Media Pembelajaran
Istilah media dan bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang
berarti perkataan atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi. Istilah media ini sangat popular dalam bidang komunikasi. Proses
belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang
digunakan dalam proses pembelajaran disebut media pengajaran.
Media pendidikan tentu saja media yang digunakan dalam proses dan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan media komunikasi,
karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi. Apabila kita bandingkan dengan
media pembelajaran, maka media pendidikan bersifat umum, sedangkan media pembelajaran
bersifat lebih mengkhusus, maksudnya media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk
mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Tidak semua media
pendidikan adalah media pembelajaran, tetapi setiap media pembelajaran adalah media
pendidikan.
Di dalam dunia pendidikan media pengajaran dinamakan juga sebagai alat peraga dan
ada juga yang menyebutnya Audio Visual Aid (AVA). Media pengajaran adalah alat, metode
dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas. Komunikasi dan interaksi
edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Roestiyah.
N. K. 1989: 43). Pendapat lain mengatakan bahwa “Media pengajaran semua alat bantu atau
benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan informasi
sehingga tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan pengharapan (JD Latuhan, MP 1998: 14).
Media gambar merupakan media yang menarik untuk diperagakan dengan jelas tentang
suatu benda. Gambar dapat diperoleh dengan mudah. Selain itu gambar juga memberikan
pengalaman yang komplit, maksudnya adalah gambar yang digunakan adalah gambar yang
sesuai dengan pokok bahasan. Melalui media gambar dapat mengatasi ruang dan waktu.
Dalam pelajaran IPS terutama kelas V erat sekali kaitannya dengan dimensi ruang dan waktu
yang memperhatikan ketegasan tentang kenyataan misalnya melihat gambar.
Hasil Belajar
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses atau aktifitas siswa dikatakan belajar
kalau terdapat aktifitas pada dirinya baik secara fisik, mental (pikiran), maupun emosional
(perasaan). Hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan dimana secara umum
hasil belajar selalu dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui
pembelajaran. Menurut Sudjana (1991) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan
penyaluran pesan pembelajaran yang disampaikan dengan maksud agar pesan tersebut dapat
27
diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuan. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai siswa setelah melakukan
kegiatan pembelajaran.
Penggunaan media gambar bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,
tetapi juga membantu siswa menyerap belajar lebih mendalam dan utuh. Bila hanya
mendengarkan informasi guru saja mungkin kurang memahami pelajaran secara baik, tetapi
jika hal ini diperkaya dengan kegiatan melihat gambar, maka hasil belajar siswa pasti lebih baik.
Maka dari itu hasil belajar bisa dikatakan adalah hasil yang dicapai pada setiap akhir pelajaran
yang menyangkut efektif, kognitif dan psikomotorik.
Media gambar dapat mempertinggi hasil belajar. Hasil belajar siswa karena: (a)
Pelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat memotivasi belajar. (b) Materi
pelajaran akan lebih jelas sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkan
materi tersebut. (c) Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan. (d) Siswa lebih aktif
dalam belajar seperti mengamati, melakukan, mendemostrasi, memerankan, dan lain-lain.
Hasil belajar merupakan bukti atau buah yang dipetik dari siswa yang telah menjalani
proses belajar. Hasil belajar yang biasa diterima siswa sebagai buah dari proses belajarnya
dapat berupa hasil yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan, semua itu tergantung dari
usaha dan kesungguhan yang telah dilakukan sewaktu menjalani proses belajar. Menurut
Aunurrahman (2009:37) hasil belajar biasanya ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Menurut Gagne dalam Prayitno (2007:8) mengatakan bahwa hasil belajar adalah
dicapainya sejumlah kemampuan setelah mengikuti proses belajar mengajar, yaitu
keterampilan intelektual (pengetahuan), strategi kognitif (memecahkan masalah), informasi
verbal (mendeskripsikan sesuatu), keterampilan motorik, sikap dan nilai. Sedangkan menurut
Sudjana (2004:22) hasil belajar adalah adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kingsley dalam Sudjana(2004:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar yaitu: 1)
keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengarahan, 3) sikap dan cita-cita. Sedangkan
Gagne dalam Aunurahman (2009:47) membagi lima macam hasil belajar yaitu: 1) keterampilan
intelektual atau pengetahuan prosedural yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah, 2)
strategi kognitif atau kemampuan memecahkan masalah-masalah baru degan jalan mengatur
proses internal masing-masing individu, 3) informasi verbal atau kemampuan untuk
mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata, 3) keterampilan motorik atau kemam puan untuk
melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, 4)
sikap atau kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh
emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.
Hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yaitu bidang kognitif atau
memecahkan masalah, afektif atau sikap, dan psikomotorik melaksanakan gerakan-gerakan.
Oleh karena itu hasil belajar siswa jelas akan berbeda karena dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu yaitu faktor dari dalam siswa dan dari luar siswa (Sudjana, 2005:39).
Antara proses dan hasil dalam pembelajaran merupakan dua hal yang tidak berdiri
sendiri, namun saling terkait. Ghufron (2010:20) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
28
proses pembelajaran antara lain adalah faktor siswa seperti kecerdasan emosional, guru,
strategi atau metode mengajar, dan sarana atau perangkat pembelajaran, dan gaya belajar.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), Menurut
Arikunto (2006: 104) “penelitian tindakan kelas kelas adalah suatu penelitian yang akar
masalahnya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan”. Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran”. hal ini sesuai dengan yang sesuai dengan yang diungkapkan Kunandar (2008:
20) Penelitian dilakukan dengan merancang, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipasi bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas melalui
suatu tindakan dalam suatu siklus. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini berkenaan dengan perbaikan
atau peningkatan proses dan hasil pembelajaran pada suatu kelas. Penelitian ini dilaksanakan
pada SD Negeri 011 kelas V Kembang Harum Kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Indragiri
Hulu.
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang terdiri dari 4 kali pertemuan dengan
alokasi waktu 4 x 35 menit. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 011
Kembang Harum Pasir Penyu Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 39 orang yang terdiri
dari 16 orang laki-laki dan 23 orang perempuan. Teknik Pengumpul Data adalah Tes dan Non
Tes. Secara spesifik pengumpulan data penelitian dilaksanakan dengan teknik: observasi, tes
hasil belajar, dan dokumentasi. Teknik analisi data menggunakan Teknik analisis data
kuantitatif dan kualitatif. Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus
meliputi perencanaan, pelaksanaan Tindakan, observasi Tindakan dan evaluasi Tindakan.
29
Jumlah 39 ( 100)
Dari tabel terlihat bahwa ada 9 orang siswa yang tidak tuntas karena di bawah KKM.
Hal ini disebabkan karena kurang adanya respon positif dari siswa tentang pembelajaran
dimana masih banyak siswa yang kurang serius selama pembelajaran berlangsung karena guru
yang terlalu banyak ceramah. Selain itu media gambar yang digunakan terlalu kecil dan tidak
menarik perhatian siswa, sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran rendah dan hasilnya
tidak maksimal.
Hasil penelitian Tindakan kelas pada siklus II yang dilaksanakan sebanyak 2 kali
pertemuan yaitu pada tanggal 10 April 2019 dan 12 April 2019. Sebagaimana alur penelitian
Tindakan kelas sebagaimana yang dijelaskan di atas, maka hasil belajar siswa pada siklus
pertama dapat dipaparkan pada table berikut :
Tabel 2. Persentase Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Pertemuan I
No Rentang Nilai Kategori
N (%)
1 45 - 55 Rendah 3(8)
2 56 - 64 Kurang 2(5)
3 65 - 75 Sedang 11 ( 28 )
4 76 - 84 Tinggi 13 (33 )
5 85 - 100 Sangat Tinggi 10 ( 26 )
Jumlah 36 (100)
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil
belajar yang sangat signifikan dimana hanya 3 orang siswa saja nilainya yang tidak mencapai
KKM. Hal ini disebabkan karena memang siswa tersebut mempunyai intelegensi yang agak
lemah dibandingkan siswa lain. Ini berarti ketuntasan siswa secara klasikal telah berhasil,
tenyata dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan semangat dalam belajar
khusunya pada mata pelajaran IPS.
Hasil pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 011 Kembang Harum Kecamatan Pasir Penyu
Kabupaten Indragiri Hulu dengan menggunakan media pembelajaran dapat dilihat pada table
berikut :
30
(100)
Rata-rata 75 80
Nilai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 50 50
Persentase ketuntasan 75% 80%
Terlihat pada tabel 3 bahwa terjadi penurunan persentase ketidak ketuntasan belajar
siswa dari 9 siswa ( 23%) menjadi 3 siswa ( 77%) dan terjadi peningkatan yang signifikan pada
hasil belajar yang dicapai pada siklus II. Hasil belajar pada siklus I rataannya hanya 75 menjadi
80 pada siklus II, berarti sudah melebihi nilai KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 75, terjadi
peningkatan sebesar 5 point. Demikian pula halnya dengan ketuntasan belajar secara klasikal.
Pada siklus I ketuntasan klasikal hanya 30 siswa (77%) menjadi 36 siswa (92%) pada siklus II
terjadi peningkatan sebesar 15% dan telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal sebesar
75%. Demikian juga halnya pada nilai tertinggi dan terendahnya, semua mengalami
peningkatan.
Dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan selama 2 siklus pada mata pelajaran IPS
ternyata penggunaan media gambar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dimana terjadi
peningkatan nilai yang didapat. Oleh karena itu sangat disarankan kepada guru untuk
menggunakan media gambar dalam pembelajaran sehingga siswa termotivasi dan aktif dalam
pembelajaran mata pelajaran IPS.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, diperoleh
kesimpulan bahwa dengan menggunakan media gambar hasil belajar IPS siswa kelas V SDN
011 Kembang Harum Pasir Penyu pada siklus I rataannya penurunan persentase ketidak
ketuntasan belajar siswa dari 9 siswa ( 23%) menjadi 3 siswa (77%) dan terjadi peningkatan
yang signifikan pada hasil belajar yang dicapai pada siklus II. Hasil belajar pada siklus I
rataannya hanya 75 menjadi 80 pada siklus II, berarti sudah melebihi nilai KKM yang
ditetapkan, yaitu sebesar 75, terjadi peningkatan sebesar 5 point. Demikian pula halnya dengan
ketuntasan belajar secara klasikal. Pada siklus I ketuntasan klasikal hanya 30 siswa (77%)
menjadi 36 siswa (92%) pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 15%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas V SDN 011 Kembang Harum Pasir Penyu tahun pelajaran 2019/2020.
Melalui penelitian yang telah dilaksanakan peneliti mengemukakan saran-saran yang
berhubungan dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran mata pelajaran IPS
sebagai berikut: Pertama, Kepada guru SDN 011 Kembang Harum Pasir Penyu dapat
menerapkan penggunaan media gambar sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua, Dilihat dari hasil yang diperoleh dalam mengerjakan
LKS soal-soal latihan, peneliti menyarankan bahwa dalam membuat LKS, soal-soal perlu
direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada soal-soal atau perintah soal yang
membingungkan siswa. Ketiga Sebelum dan selama penelitian berlangsung sebaiknya antara
peneliti dan pengamat selalu mendiskusikan semua yang ada agar kesalahan serupa tidak
terulang.
31
Daftar Pustaka
Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Muhammad Ali, 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung.
Nana Sudjana, 1991. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung.
Sardiman, 2003.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali, Grafindo Persada, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
32