Tournament: Maulana Ibnu Soleh, Dadang Kurnia, Dede Tatang Sunarya
Tournament: Maulana Ibnu Soleh, Dadang Kurnia, Dede Tatang Sunarya
Tournament: Maulana Ibnu Soleh, Dadang Kurnia, Dede Tatang Sunarya
2Email: dadangkurnia@upi.edu
3Email: dedetatangsunarya@upi.edu
ABSTRACT
The ability of students of Padasukaelementary school 1 grade IV in the material of natural
resources and economic activity has not reached the maximum result. This is due to the use
of learning models that are less varied so it looks at the results of student learning is still low.
To overcome the problems faced by students, the effort that can be done is to choose the
media and learning model that is expected to help the students in understanding the
material of natural resources and economic activity by using TGT learning model. The
purpose of this study is to improve the learning process so that IPS learning outcomes can be
improved through cooperative learning type TGT in grade IVA students
Padasukaelementary school 1. This type of research is a classroom action research with the
design used is a spiral model Kemmis and Mc. Taggart. The instrument used is by
observation techniques, interviews, field notes, and test results learning. While for data
validation, used member check, triangulation, and expert opinion. The subjects of this study
are the students of grade IVA Padasukaelementary school 1 Lesson Year 2016/2017
consisting of 28 students. This study was conducted three cycles, each cycle covering the
planning, implementation, observation, and reflection. Based on the results of research
actions that have been done, overall has shown an increase both in process and learning
outcomes. For the learning cycle I completed 42%, the second cycle reached 75%, and the
third cycle reached 96.5%. Thus, it can be concluded that the use of cooperative learning
model type TGT can improve student learning outcomes on natural resource materials and
economic activities in class IVAPadasuka elementary school 1 North Sumedang, Sumedang
District.
Keyword: Cooperative models of the types of teams games tournament (TGT),
student learning outcomes, natural resources and economic activities.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk menyiapkan kehidupan
yang baik untuk manusia sebagai pribadi sendiri ataupun sebagai masyarakat. Selain itu
pendidikan mempunyai peran penting dalam menentukan perkembangan dan kemampuan
2101
Maulana Ibnu Soleh, Dadang Kurnia, Dede Tatang Sunarya
dari individu serta menjadi pembangun sumber daya manusia suatu bangsa. Bangsa yang
ingin maju tentunya menyadari bahwa pendidikan adalah aspek terpenting untuk
membangun dan memperbaiki keadaan di dalamnya, sehingga tanpa pendidikan yang
berkualitas usaha yang dilakukan akan mengalami hambatan. Dengan demikian pendidikan
dapat dikatakan sebagai fondasi dan menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa karena
maju tidaknya suatu bangsa bergantung pada kualitas pendidikan yang dimilikinya. Oleh
karena itu, sistem dalam pendidikan perlu ditata dan dibangun sebaik mungkin serta
dirumuskan dengan matang agar proses pelaksanaannya berjalan maksimal dan perlu
upaya yang kontinu untuk meningkatkan kualitasnya.
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 membahas tentang fungsi pendidikan yang
menjelaskan bahwa fungsi dari pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan
dan watak guna meningkatkan peradaban yang bermartabat sehingga akan tercapai suatu
kehidupan bangsa yang cerdas. Hakikat pendidikan dasarnya telah dimulai sejak kita
terlahir di dunia. Yaitu dimulai pada orang tua maupun keluarga kita.
Berkaitan dengan hal di atas, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang
menyelenggarakan proses belajar dan mengajar pada jenjang pendidikan dasar melalui jalur
formal menjadi titik sentral dalam menyiapkan peserta didik menjadi individu yang
diharapkan. Menurut Daryanto (dalam Bayu, 2011) menjelaskan bahwa sekolah adalah
lembaga yang menjalankan suatu proses serta tempat menerima dan memberi pelajaran.
Melalui penjelasan di atas, bahwa sekolah adalah tempat dimana individu mengikuti proses
pendidikan dan interaksi antar sesama dalam upaya menambah pengetahuan dan
keterampilan sebagai bekal untuk kehidupannya. Pendidikan di sekolah dasar yang
diselenggarakan secara formal yang berlangsung selama enam tahun dari kelas 1 sampai
kelas 6. Melalui sekolah itulah proses pendidikan itu berlangsung.
Sebagai lembaga yang mempunyai wewenang dalam menyelenggarakan pendidikan,
sekolah dasar melalui perangkat di dalamnya mulai dari kepala sekolah, guru, staf tata
usaha bahkan para siswanya sendiri mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan
pembelajaran yang efisien dan inovatif untuk menaikkan mutu pada pendidikan dan
kualitas siswa dalam segala hal yang mencakup di dalamnya. IPS merupakan mata pelajaran
yang ada di segala jenjang pendidikan, tidak terkecuali di sekolah dasar. Pada jenjang
sekolah dasar, IPS merupakan suatu keterpaduan dari ilmu-ilmu sosial seperti misalnya
PKN, Geografi, Sejarah, Ekonomi dan ilmu-ilmu sosial yang lainnya. Oleh karena itu peran
IPS sangat lah penting bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap dan pengetahuan
mereka. pelajaran yang menjenuhkan bagi peserta didik, padahal bidang studi IPS yang
memiliki ruang lingkup yang luas misalnya aspek sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan
lain-lain dapat kita pelajari untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Oleh sebab
itu, pada setiap jenjang pendidikan tidak terlepas dari bidang studi ataupun kajian IPS mulai
dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Menurut Hanifah, dkk (2009, hlm. 120) Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan mata pelajaran yang membosankan bagi siswa karena pada pembelajarannya
tidak terdapat tantangan dan tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang
menjadikan pembelajaran IPS ini menjadi bermakna. IPS berpengaruh besar dalam
mempersiapkan manusia yang unggul dan bermoral dalam kehidupan sosialnya. Namun,
kenyataannya pembelajaran IPS sering dianggap sebagai pembelajaran yang kurang
menantang, monoton, dan tidak bermakna bagi siswa, sehingga tujuan pendidikan IPS
tersebut terkadang tidak terealisasikan (Rosliyani, dkk, 2016).
2102
Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)
Penggerak utama dalam bidang pendidikan dan yang berperan dalam menyampaikan mata
pelajaran termasuk mata pelajaran IPS adalah seorang guru yang diaplikasikan melalui
proses kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu peran guru sangat penting. Dalam kegiatan
pembelajaran tumbuh proses belajar yang diharapkan mencapai tujuan yakni menjadikan
siswa sebagai pribadi yang unggul dan memiliki kemampuan pengetahuan (knowledge). Hal
senada dijelaskan oleh Rusyan dkk. (2000, hlm. 21) menjelaskan bahwa ‚dalam kegiatan
tersebut tumbuh berbagai tendensi dan alternatif proses pendewasaan, kemandirian, dan
penanaman berbagai aspek yang mengacu kepada terwujudnya sosok manusia yang
memiliki kualifikasi aplikatif yang sangat berguna bagi individu yang melakukan proses
belajar‛, dari penjelasan tersebut guru mempunyai tugas yang sangat berat, perlu persiapan
dan perencanaan yang matang agar penyampaian setiap aspek tujuan belajar dapat
tersampaikan dengan baik.
Strategi pembelajaran dan pengelolaan yang digunakan oleh guru sebagai pelaksana utama
pendidikan sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh
Sanjaya tentang persiapan perencanaan guru yang mengatakan jika guru bersungguh-
sungguh melaksanakan pengelolaan pembelajarannya dimulai dari perencanaan,
memanfaatkan media dan memerhatikan perkembangan psikologi belajar anak, maka guru
yang demikian akan menghasilkan output yang berkualitas dibandingkan dengan guru
yang tidak mempersiapkan dan mempertimbangkan faktor-faktor pembelajaran.
Dalam menerapkan strategi belajar yang kurang baik akan berpengaruh kepada proses
belajar siswa. Salah satu strategi yang kurang maksimal misalnya kurangnya perencanaan
dan penguasaan guru terhadap materi yang akan diajarkan. Lalu bisa juga terjadi karena
penggunaan model konvensional yang digunakan secara terus-menerus dalam rentang satu
periode tanpa memperhatikan kondisi perkembangan siswa, hal tersebut akan berdampak
pada kualitas output yang dihasilkan. Guru hendaknya memberikan peluang bagi peserta
didiknya untuk berkembang jauh lebih baik lagi dengan upaya-upaya yang bisa dilakukan
oleh guru secara kontinuitas sehingga para peserta didik mampu mengaktualisasikan diri
sebagai individu yang memiliki potensi dan kemampuan akademik sebagai hasil dari usaha
yang dilakukan oleh guru dalam mendidik siswanya.
Dari penjelasan di atas, dengan upaya yang bisa dilakukan oleh guru untuk
mengembangkan model pada mata pelajaran IPS, maka diharapkan pembelajaran IPS tidak
lagi dianggap sebagai bidang studi yang menjenuhkan atau membosankan karena variasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat memberikan dampak yang positif pada
peserta didik terhadap bidang kajian IPS. Sehingga, tanpa di sadari salah satu langkah
dalam memajukan pendidikan Indonesia telah di lakukan dengan pengembangan
pembelajaran bidang studi IPS.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan guru kelas sekaligus guru yang mengajarkan bidang
studi IPS di SDN Padasuka 1 yang dilakukan pada tanggal 5 November 2016 kelas IV A ada
beberapa masalah yang timbul pada proses pembelajaran IPS adalah guru hanya
menggunakan model konvensional dan tidak menggunakan media pembelajaran serta
didominasi dengan menggunakan metode ceramah.
Penerapan model yang demikian tidak menjamin guru mampu mengakomodasi perbedaan
individual siswa di kelas. Akibatnya, rendahnya ketuntasan hasil belajar yang didapatkan
oleh siswa. Pentingnya penerapan model pembelajaran untuk kelangsungan proses
pembelajaran sehingga pembelajaran tanpa menerapkan model akan mempunyai dampak
bagi peserta didik baik dalam proses maupun hasil belajar itu sendiri. Maka dari itu, agar
pembelajaran dapat maksimal seharusnya menggunakan metode atau model pembelajaran
2103
Maulana Ibnu Soleh, Dadang Kurnia, Dede Tatang Sunarya
yang sesuai. Seperti yang diungkapkan oleh Moedjiono dan Moh. Dimyati (dalam Hasim
dkk., 2016, hlm. 2) menyatakan bahwa ‘pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran
yang menggunakan metode/model dan media belajar yang tepat’.
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka dirancanglah sebuah tindakan untuk
memperbaiki masalah tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT). Model ini mempunyai beberapa tahapan yakni tahap
pengajaran, tahap belajar kelompok, tahap game, tahap turnamen, dan rekognisi team.
Model ini dapat dikatakan sesuai karena pada tahap yang dilaksanakan mengandung
permainan akademik serta dapat memacu siswa ikut terlibat secara aktif di dalam kegiatan
pembelajaran.
Menurut Yolagel dili dan Arikan (dalam Tyasningdkk., 2012, hlm. 27) menyatakan jika
dalam permainan minat siswa dapat terangsang melalui aktivitas siswa di kelas sehingga
dapat menumbuhkan motivasi dan minat untuk belajar. Sehingga dapat diharapkan melalui
permainan akademik pada model pembelajaran TGT hasil belajar dan aktivitas siswa dapat
meningkat.
Sedangkan menurut pendapat Slameto (dalam Hanggarwati, 2016, hlm. 10) beliau
menyatakan guru hendaknya memberikan kesempatan siswanya untuk menyelidiki,
mengamati, belajar, dan mencari pemecahan masalah sendiri. Proses pembelajaran seperti
itu dapat menumbuhkan gairah belajar siswa dan dampaknya pada hasil akhir siswa
menjadi lebih baik. Pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006, hlm.
239) adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan di dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirancang. Sedangkan pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah pembelajaran yang secara berkelompok yang memainkan permainan akademik
atau bisa juga disebut turnamen.
Menurut Shoimin, (2014, hlm. 203) model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah tipe
model pembelajaran kooperatif yang mudah untuk dilaksanakan karena tidak memandang
status yang berbeda, melibatkan peran siswa sebagai tutor teman sebaya dan mempunyai
unsur permainan serta reinforcement. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
mewujudkan siswa berperan aktif dan dapat belajar lebih tenang selain dapat memunculkan
rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan antar timsecara sehat, dan ketertiban belajar,
sehingga diharapkan dapat mengubah hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik lagi.
Berdasarkan pemaparan di atas, diharapkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Rumusan Masalah
Dari seluruh uraian di atas dan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada
pembelajaran IPS khususnya pada materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi perlu
diterapkan model yang sesuai. Lebih rincinya berikut adalah uraian tentang rumusan
masalah dalam penelitian ini.
Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam
dan kegiatan ekonomi?
Bagaimana pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam
dan kegiatan ekonomi?
Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) pada materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi?
2104
Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)
METODE PENELITIAN
Metode
Jenis Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode classroom action research atau penelitian tindakan kelas (PTK).
Desain penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah dengan menggunakan model spiral dari
Kemmis dan Mc. Taggart. Hanifah (2014, hlm.53) mengemukakan bahwa :
Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc. Taggart pada hakekatnya berupa
perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat
komponen, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat
komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena
itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
di mana penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi yang belum ideal, memecahkan
segala permasalahan-permasalahan yang terjadi di kelas serta untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pendapat Mulyasa (2013, hlm. 10) mengatakan bahwa tujuan PTK yaitu untuk
memperbaiki kualitas hasil belajar dan proses pembelajaran pada peserta didik. Sedangkan
Sanjaya mengartikan PTK adalah pengkajian suatu masalah di dalam pembelajaran melalui
refleksi diri serta upaya untuk bagaimana memecahkan dengan berbagai tindakan yang
dapat dilakukan dengan terencana dan nyata. Desain PTK menggunakan model spiral dari
Kemmisdan Mc Taggart. Model ini membagi empat prosedur dalam satu putaran (siklus)
yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi di SDN Padasuka 1 yang terletak di Desa Girimukti Kecamatan
Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Adapun pemilihan lokasi ini berdasarkan pada
pertimbangan lokasi SDN Padasuka 1 yang strategis dan dapat dijangkau oleh peneliti.
Pertimbangan lainnya yakni jumlah siswa yang ideal untuk dijadikan penelitian, kemudian
rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi sumber daya
alam dan kegiatan ekonomi. Hal tersebut harus segera diberi solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran materi sumber daya alam dan kegiatan
ekonomi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. SDN Padasuka 1
terletak di Desa Girimukti Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Letak
sekolah yang berada di pinggir jalan membuat akses menuju sekolah sangat mudah.
Walaupun jaraknya cukup jauh dari Kota Sumedang tetapi jalurnya dilalui oleh angkutan
kota sehingga aksesnya terbilang cukup mudah.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian di sini adalah siswa-siswi kelas IV A di SDN Padasuka 1 yang berjumlah
28 siswa. Masing-masing siswa laki-laki berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 15
orang.
Instrumen Penelitian
Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan objek atau kegiatan yang sedang
2105
Maulana Ibnu Soleh, Dadang Kurnia, Dede Tatang Sunarya
dilaksanakan. Hal di atas sejalan dengan yang dijelaskan oleh Suhardjono (2016, hlm. 221)
tentang observasi yaitu ‚observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data)…‛.
Wawancara
Wawancara Menurut Mulyasa (2009, hlm. 69) menyatakan suatu instrumen yang cara
pengambilan datanya menggunakan lisan dan secara langsung
Catatan Lapangan
Catatan lapangan berguna untuk mencatat berbagai kegiatan di kelas. Tes merupakan alat
untuk mngukur sesuatu keberhasilan selama siswa mengikuti proses pembelajaran.
Tes
Mulyasa (2009, hlm. 69) menyatakan bahwa tes adalah instrument untuk mengumpulkan
data hasil belajar peserta didik, baik secara tes lisan, tertulis, maupun perbuatan.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data Kuantitatif
Rumus yang digunakan adalah rumus penilaian menurut Purwanto (2012, hlm. 102-103)
Hasil
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 29
April 2017 selama tiga jam pelajaran (3x35 menit) dari pukul 10.00 sampai dengan pukul
11.45. Dalam pelaksanaan siklus I peneliti dibantu oleh guru wali kelas IV A SDN Padasuka
1 yang bertindak sebagai observer pada pelaksanaannya terdapat kinerja guru dan aktivitas
siswa.
2106
Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)
Berdasarkan tabel di atas, dari data awal hanya 4(14%) siswa yang berhasil tuntas. Tindakan
siklus I meningkat menjadi 12 orang (42%). Kemudian Pelaksanaan tindakan siklus II
dilaksanakan sesuai dengan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif TGT dilakukan pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017 dari pukul
07.00 sampai dengan pukul 08.45. dengan durasi satu kali pertemuan. Pelaksanaan siklus II
seperti yang sebelumnya peneliti dibantu oleh wali kelas IV SDN Padasuka yang bertindak
sebagai observer. Pembelajaran diawali dengan mempersiapkan untuk memulai kegiatan
pembelajaran dengan memberi gambaran garis besar pembelajaran (apa saja yang akan
dilakukan dalam satu kali pertemuan) kemudian menarik perhatian siswa dengan
menggunakan yel-yel ‚tepuk semangat‛, selanjutnya guru memberi motivasi yang baik
kepada siswa. Selanjutnya masih dalam kegiatan awal, guru mengkondisikan kelas dengan
mempersiapkan tempat duduk dan pakaian siswa. Kemudian mempersiapkan kelengkapan
alat tulis yang digunakan siswa. Kemudian guru meminta ketua kelas untuk memimpin
berdoa dan mempersiapkan untuk belajar.
Berikut adalah hasil belajar pada pelaksanaan tindakan siklus II
Tabel 2 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
Tes Hasil Belajar Tuntas (%) Belum Tuntas (%)
Awal 4 siswa (14%) 24 siswa (86%)
Siklus I 12 siswa (42%) 16 siswa (58%)
Siklus II 21 Siswa (75%) 7 siswa (25)
Berdasarkan perolehan data tes hasil belajar data awal, siklus I dan siklus II terdapat
kenaikan pada hasil belajar. Pada data awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 4 siswa
(14%), pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 12 siswa (42%). Kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 21 siswa (75%).
Pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan sesuai dengan prosedur pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dilaksanakan pada jam pelajaran ke-
dua hari Senin tanggal 22 Mei 2017 dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.45 dengan
durasi selama tiga jam pelajaran, atau satu kali pertemuan. Pelaksanaan siklus III seperti
yang sebelumnya peneliti dibantu oleh wali kelas IV SDN Padasuka yang bertindak sebagai
observer.
Berikut adalah hasil belajar pada pelaksanaan tindakan siklus III
2107
Maulana Ibnu Soleh, Dadang Kurnia, Dede Tatang Sunarya
Berdasarkan perolehan data tes hasil belajar data awal, siklus I, siklus II, dan siklus III
terdapat kenaikan pada hasil belajar. Pada data awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 4
siswa (14%), pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 12 siswa (42%). Kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 21 siswa (75%), pada siklus III meningkat menjadi 27 siswa
(96,5%).
Selain hasil belajar siswa, aktivitas siswa juga cenderung selalu meningkat dari siklus I
sampai siklus III. Siklus I aktivitas siswa mencapai presentase 70%, pada siklus II presentase
meningkat menjadi 82,33% kemudian pada siklus terakhir aktivitas siswa meningkat
menjadi
PEMBAHASAN
Pada siklus I, perencanaan belum maksimal hingga dilakukan perbaikan pada siklus
berikutnya. Pada tahap perencanaan siklus I, belum mencapai target, adapun pencapaiannya
baru 82%. Kekurangan pada siklus I diperbaiki pada siklus II sehingga pada siklus II
mencapai 100% Dari hasil analisis terhadap data-data yang diperoleh dari perencanaan
tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III, diperoleh gambaran perencanaan pembelajaran IPS
dengan menerapkan model TGT pada materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi
menunjukkan peningkatan.
Selajutnya pada tahap pelaksanaan terdapat dua aspek yaitu kinerja guru dan aktivitas
siswa. Pada tahap pelaksanaan siklus I terdapat kekurangan yaitu guru kurang mampu
maksimal menyiapkan kartu soal untuk pelaksanaan turnamen dan kurang memberi
pengumuman mengenai aturan-aturan teknis pelaksanaannya.
Pada siklus II mulai ada peningkatan dalam tahap pelaksanaan ini, namun masih ada sedikit
kekurangan yaitu dalam menjelaskan materi dan membimbing siswa dalam mengerjakan
LKS ketika belajar kelompok berlangsung serta pemberian motivasi dan dorongan kepada
seluruh siswa sehingga pada siklus II ini kinerja guru hanya mencapai 88.88% keadaan
tersebut diperbaiki pada siklus III.
Pada siklus III semua indikator kinerja guru sudah menunjukkan hasil yang maksimal
dalam artian kinerja guru presentasenya mencapai 97,78% dan ini sudah mencapai target
yang telah ditentukan. Pada siklus I, secara keseluruhan presentase aktivitas siswa mencapai
70% yang berarti belum mencapai target yang ditentukan yaitu 95%.
Aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup baik
yaitu, pada aspek kerjasama mencapai 77%,Pada siklus III, aspek kerjasama mencapai 96%,
aspek tanggung jawab mencapai 97,6%, dan aspek partisipasi mencapai 97,6%. Keseluruhan
presentase aktivitas siswa pada siklus III mencapai mencapai97%, Hasil analisis hasil belajar
siswa, setiap siklus mengalami peningkatan, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan
(Anggraini, 2014). Pada siklus I terdapat 42% (12 siswa) yang sudah tuntas pada siklus II hasil
belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 75% (21 siswa) yang berhasil tuntas,
sedangkan pada siklus III hasil belajar siswa mencapai 96,5% (27 siswa) yang tuntas. TGT
yang memungkinkan belajar lebih aktif dan dapat melatih dalam bekerjasama, serta menunjukkan
sikap bertanggung jawab (Septiyan, 2017).
Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar siswa di atas dari setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Berikut adalah diagram peningkatan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
hasil belajar siswa.
2108
Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017)
Diagram Peningkatan
120,00%
100,00%
80,00%
60,00%
40,00%
Kinerja Guru
20,00% Aktivitas Siswa
Hasil Belajar
0,00%
Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 1. Diagram Peningkatan Kinerja Guru, Aktivitas Siswa, dan Hasil Belajar Siswa
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Padasuka 1 didapatkan pengaruh yang
positif. Hal tersebut diketahui dari data-data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian
yang dilakukan sebanyak tiga siklus. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Padasuka 1, pada materi sumber
daya alam dan kegiatan ekonomi. Pada siklus I terdapat 42% (12 siswa) yang sudah tuntas
atau nilainya yang sudah memenuhi KKM dan yang belum tuntas 58% (16 siswa), pada
siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 75% (21 siswa) yang berhasil
tuntas dan sisanya sebanyak 25% (7 siswa) belum tuntas, sedangkan pada siklus III hasil
belajar siswa mencapai 96,5% (27 siswa) yang tuntas dan sebanyak 3,5% (1 siswa) yang
belum tuntas.
BIBLIOGRAFI
Anggraini, C., & Untari, M. (2014). KEEFEKTIFAN MODEL PERMAINAN BOY-BOYAN TERHADAP
HASIL BELAJAR TEMA ‚DIRIKU‛ SISWA KELAS I SD. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 92-98.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v1i1.869
Depdiknas. 2003. UU Sistem Pendidikan Nasional (Online). Tersedia di
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Dasar/
MI. Jakarta: Terbitan Depdiknas.
Bayu, H. (2011). Upaya sekolah dalam meningkatkan status akreditasi sekolah SMPN 2 Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun 2011. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
2109
Maulana Ibnu Soleh, Dadang Kurnia, Dede Tatang Sunarya
Hanifah, N. (2014). Memahami Penelitian Tindakan Kelas : Teori dan Aplikasinya. Bandung : UPI
PRESS.
Hanifah, dkk. (2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. (edisi pertama). Sumedang : UPI
Kampus Sumedang.
Hanggarwati, P. dkk. (2016). Penerapan Model Pembelajaran TGT Dengan Berbantuan
Media Gambar Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 1
Bitera. 6(3), hlm. 1-11.
Hasim, M. dkk. (2016). Penerapan Model Pembelajaran TGT Berbantuan Media Gambar
Seri Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA. 6(3), hlm. 1-12.
Mulyasa, E. (2013). Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, M.N. (2012). Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rosliyani, A., Hanifah, N., & Irawati, R. (2016). PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERMEDIA KARTU MISTERI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH
SEJARAH KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 21-30.
doi:http://dx.doi.org/10.23819/pi.v1i1.2879.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi pada proses. Jakarta: Fajar Interpratama
Offset.
Septiyan, G. (2017). PENGARUH MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP
KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI
SEKOLAH DASAR. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 106-116.
doi:http://dx.doi.org/10.23819/mimbar-sd.v4i1.5547.
Shoimin, A. (2014). 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Suhardjono. (2015). Penelitian tindakan kelas (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tyasning, D.M., dkk. (2012) Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
Dilengkapi LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Minyak Bumi Pada
Siswa Kelas X-4 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. 1(1), hlm. 26-33.
2110