Referensi Judul
Referensi Judul
Referensi Judul
Partono Thomas1
thomaspartono@yahoo.co.id
Khasan Setiaji2
setiaji@mail.unnes.ac.id
Abstract: Students in the first semester got difficulty to adapt the learning process in the
university (student-oriented) which are different with the senior high school (teacher-
oriented). Thus, the lecturer needed to solve the problem to sharpen students’
independence by using Jigsaw, a cooperative learning. Then, e-learning was also an
important factor to spread the knowledge widely to students. Thus; the combination of
Jigsaw and e-learning was expected to improve students’ achievement. The subjects of
the study were 40 Economics education students in bachelor degree (S1), Unnes in
Curriculum Review class. The objective of the study was to minimize the mistake,
improve the students’ interest and study result in understanding the concept of the
Standard of National Education through independent learning strategy based on e-
learning and cooperative learning of Jigsaw. The result of study showed that students’
activities, interest, attention, participation in discussion and presentation in the
classroom increased significantly with the mean 4.14. Then, students’ test results
increased from pre-test which was only 74 then rose to 79 in the 1st cycle and 81 in the
2 nd cycle with the level of completeness was 87.5%. Furthermore, students thought that
the strategy was very good with the score 4.12
PENDAHULUAN
Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses, hasil, dan outcome dalam
pembelajaran antara lain dengan mengembangkan strategi pembelajaran, media
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.Pengembangan strategi dan media
pembelajaran dimaksudkan untuk menemukan metode yang tepat yang dapat
diimplementasikan oleh pengajar dalam rangka upaya untuk meningkatkan kualitas dan
hasil pembelajaran. Metode pembelajaran dan media pembelajaran elektronik yang
1
Dosen Pendidikan Ekonomi FE Unnes
2
Dosen Pendidikan Ekonomi FE Unnes
22 JPE DP, Juni 2014
berupa e-learning merupakan dua hal yang hendak dipadukan dalam penelitian, hal ini
sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran
dalam upaya meningkatkan kompetensi lulusan.
Persoalan pembelajaran yang sering dialami oleh dosen pengampu matakuliah
di semester awal adalah masih banyaknya mahasiswa yang mengalami kesulitan
penyesuaian diri dalam mengikuti proses pembelajaran di perguruan tinggi.Mahasiswa
di semester awal belum matang untuk belajar mandiri, mereka masih terpengaruh pola
pembelajaran di SMA yang cenderung teacher oriented.Hal tersebut sangat berbeda
dengan pembelajaran di perguruan tinggi dengan pendekatan student oriented,yaitu
mahasiswa menjadi pemeran utama dalam proses pembelajaran.Kelemahan yang ada di
dalam sistem pengajaran yang berpusat pada dosen antara lain: 1) keberhasilan proses
belajar mengajar sangat tergantung pada kemampuan dosen mengajar, bagaimana ia
menginterpretasikan garis-garis besar program perkuliahan(GBPP), mengatur struktur
materi yang diajarkan secara tersamar, serta cara penyajian materi tersebut; 2) GBPP
seringkali dijabarkan secara tersamar dan tidak eksplisit atau terinci, sehingga
interpretasi dosen pun dapat berbeda; dan 3) pengajaran lebih menekankan pada
pemberian materi sebanyak mungkin kepada mahasiswa dalam waktu yang tersedia.
Sistem pengajaran yang baik seharusnya dapat membantu mahasiswa
mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan belajarnya.
Meskipun proses belajar mengajar tidak dapat sepenuhnya berpusat pada mahasiswa
seperti pada sistem pendidikan terbuka, tetapi perlu diingat bahwa mahasiswa yang
harus belajar. Dengan demikian proses belajar mengajar perlu berorientasi pada
kebutuhan dan kemampuan mahasiswa. Kegiatan yang dilaksanakan di sini harus dapat
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna baginya. Pengajar
perlu memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang
disajikan, dan menyesuaikan dengan kemampuan serta karakteristik mahasiswa.
Perkembangan ICT (information, communication and technology) yang begitu pesat
berpengaruh terhadap semua bidang termasuk pendidikan.Perubahan paradigma
pendidikan merupakan salah satu konsekuensi yang terjadi. Pendidikan tak lagi hanya
di artikan secara sempit sebagai proses transfer ilmu tetapi suatu usaha pengaturan
lingkungan untuk proses pengalaman belajar siswa. ICT mampu manjadi media dan
sumber pembelajaran yang luas sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar
secara mandiri tanpa harus hadirnya seorang guru/dosen.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh dosen pengampu matakuliah
disemester awal terutama matakuliah telaah kurikulum adalah rendahnya keterlibatan
mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dimungkinkan karena
matakuliah tersebut diberikan pada semester awal dengan muatan materi yang cukup
luas cakupanya dan belum diketahui mahasiswa sebelumnya di SMA. Mereka masih
terbawa oleh cara belajar di SMA yang kurang menumbuhkan kemampuan belajar
secara mandiri. Padahal materi tentang standar nasional pendidikan telah tersedia di
berbagai sumber seperti e-learning di alamat web Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), Kemendiknas, dan Puskur yang dapat di akses dari manapun terlebih
Universitas Negeri Semarang adalah e university telah memiliki fasilitas hotspotarea
dan e learning yang luas. Hal tersebut juga ditemukan pada mengajarkan matakuliah
telaah kurikulum di Jurusan Pendidikan Ekonomi semester dua.
Partono Thomas, Khasan Setiaji 23
Belajar Mandiri
Belajar merupakan bagian integral dalam kegiatan belajar mengajar, dikatakan
oleh Snelbecker (1974), belajar adalah aktif dan merupakan fungsi dari situasi di sekitar
individu yang belajar serta diarahkan oleh tujuan dan terdiri dari bertingkah laku, yang
menimbulkan adanya pengalaman-pengalaman dan keinginan untuk memahami
masalah.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dosen agar proses belajar mahasiswa
berhasil, faktor baik yang terdapat dalam diri mahasiswa maupun faktor lingkungan
yang perlu dimanipulasikan. Faktor dari dalam diri mahasiswa yang perlu diperhatikan
adalah: (1) kemampuan mahasiswa, (2) motivasi, (3) perhatian, (4) persepsi,
pemrosesan informasi, mencakup ingatan, lupa, retensi, dan transfer. Sedangkan faktor
luar yang dapat dimanipulasi adalah: (1) kondisi belajar, (2) tujuan belajar, dan (3)
pemberian umpan balik (Soekamto dan Winataputra, 1997:38). Berkaitan dengan
faktor-faktor tersebut, maka tugas dosen yang perlu mendapat perhatian adalah
bagaimana memanipulasi faktor-faktor eksternalsehingga dapat meningkatkan aktivitas
belajar mahasiswa sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sejalan dengan hal di atas, Davies (1971) menyatakan bahwa di dalam tugasnya
melaksanakan pengelolaan proses belajar mengajar sehari-hari, seorang dosen perlu
mengingat beberapa prinsip belajar sebagai berikut.
1. Apapun yang dipelajari oleh mahasiswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain,
untuk itu mahasiswalah yang harus bertindak secara aktif.
2. Setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3. Seorang mahasiswa akan dapat belajar dengan lebih baik apabila memperoleh
penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan oleh mahasiswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
5. Seorang mahasiswa akan lebih meningkat motivasi dan perhatiannya untuk belajar
apabila ia diberi tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya.
Kemandirian belajar mahasiswa tercipta dari situasi belajar mengajar yang
memungkinkan mahasiswa belajar secara mandiri. Untuk itu perlu dirancang model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri
dan pemberian balikan yang tepat. Belajar mandiri tidak sama dengan belajar sendiri.
Dalam konsep belajar mandiri lebih menunjuk pada kemandirian, yaitu sesuatu yang
menandakan pada ketidaktergantungan pada orang lain (pengajar) bagi pengambilan
keputusan, penilaian, pendapat, dan pertanggungtajawaban (Holstein, 1986).
Kemandirian menunjukkan dirinya dalam pengambilan sikap, dan bukan abstraksi.
Dapat juga terungkapkan sebagai keswakaryaan, yaitu berbuat sendiri secara aktif,
pengambilan sikap yang dikemudikan dan tidak tergantung kepada orang lain. Belajar
mandiri tidak harus berlangsung dalam situasi belajar individual, namun dapat pula
berlangsung dalam situasi belajar kelompok. Hal yang penting dalam situasi belajar
mandiri adalah peran pengajar tidak lagi dominan, namun lebih terpusat pada
mahasiswa.
Partono Thomas, Khasan Setiaji 25
Program belajar mandiri memiliki ciri-ciri khusus. Menurut Kemp (1994), ciri
khusus belajar mandiri adalah:
1. Kegiatan belajar untuk mahasiswa dikembangkan dengan cermat dan rinci, bahan
disusun menjadi langkah-langkah yang terpisah dan kecil.
2. Kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dengan memperhatikan
sasaran pengajaran.
3. Penguasaan mahasiswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum melanjutkan
ke langkah berikutnya.
4. Mahasiswa menerima kepastian (balikan) tentang kebenaran jawaban.
5. Apabila muncul kesulitan perlu meminta bantuan pengajar.
Selanjutnya dikatakan untuk merancang program belajar mandiri dapat melalui
berbagai pendekatan. Cara termudah adalah dengan merancang jalur tunggal untuk
semua mahasiswa dan memilih bahan pengajaran apa saja, seperti buku ajar/lembar
kerja, pita rekaman suara/lembar kerja, sistem pengajaran perseorangan, metode
tutorial, modul swa-pengajaran. Di samping itu dapat pula dengan penciptaan interaksi
pengajar dan mahasiswa melalui interaksi kelompok kecil (Kemp, 1994).
Metode Pembelajaran Jigsaw
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-
elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi& Senduk (2003) dan Lie (2002) ada
beberapa elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif,
yaitu: 1) positive interdependence, 2) face to face interaction, 3) individual
accountability, dan 4) use of collarative/ social skill.Jigsawmerupakan
teknikpembelajaran kooperatifdengan track recordtigadekadeberhasilmengurangi
konflikrasialdan meningkatkanhasil pendidikanyang positif(http://www.jigsaw.org).
Banyak model pembelajaran kooperatifsalah satunyapembelajaran kooperatif
model jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dari Universitas Texas USA. Secara
umum penerapan model jigsaw di kelas sebagai berikut, 1). Kelas dibagi dalam
beberapa kelompok, 2) Tiap kelompok mahasiswa terdiri atas 5-6 orang yang bersifat
heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya, 3).Tiap
kelompok diberi bahan bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan,
4). Dari masing–masing kelompok di ambil seorang anggota untuk membentuk
kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama.
Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara kelompok pakar yaitu 1) Anggota
kelompok pakar kemudian kembali lagi kekelompok semula untuk mengajari anggota
kelompoknya, 2) Selama proses pembelajaran secara kelompok dosen berperan sebagai
fasilitator dan motivator, 3).Tiap minggu atau dua minggu dosen melakukan evaluasi
baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa,
4).Bagi mahasiswa dan kelompok mahasiwa yang mendapat nilai hasil belajar yang
sempurna diberi penghargaan (Wena, Made. 2009)
Dalam penelitian Hedeen (2003; 31) menyimpulkan bahwa tujuan utama dari
jigsaw adalah to teach cooperation skill. Dengan pembelajaran ini siswa kaya akan
pengalaman karena pembelajaran sesuai dengan prinsip democratic classroommodels,
adult education and cooperative learning models.
26 JPE DP, Juni 2014
2. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan adalah mencari model pengajaran standar nasional
pendidikanpada matakuliah telaah kurikulum yang dapat menjadi solusi bagi
pemecahan masalah yang ada. Perencanaan yang dilakukan adalah menyusun model
belajar mengajar dengan menggunakan dengan strategi pembelajaran mandiri berbasis
e-learning dengan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kegiatan
yang dilakukan adalah:
a. Membuat desain pembelajaran dengan menggunakan dengan strategi pembelajaran
mandiri berbasis e-learning dengan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw
b. Menyusun tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa dengan memanfaatkan e-
learning.
c. Membuat lembar observasi yang berupa daftar cek (cek list), angket dan pedoman
wawancarayang akan digunakan untuk melihat aktivitas mahasiswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
d. Mendesain alat penilaian untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap konsep standar nasional pendidikan, sekaligus untuk mengetahui prestasi
belajar sudah meningkat atau belum.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pemberian tindakan di sini adalah pengajaran langsung di objek strategi
pembelajaran mandiri berbasis e-learning dengan pendekatan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sesui dengan yang telah direncanakan, sebagai berikut:
a. Pembentukan kelompok induk terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan
heterogen.
b. Pembelajaran pada kelompok asal yaitu setiap anggota dari kelompok asal
mempelajari submateri pelajaran dengan memanfaatkan e-learning yang akan
menjadi keahlianya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual.
c. Pembentukan kelompok ahli yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung
membentuk kelompok yang baru yang disebut kelompok ahli.
28 JPE DP, Juni 2014
d. Diskusi kelompok ahli dalam mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang
masalah yang menjadi tanggungjawabnya.
e. Diskusi kelompok asal (induk).
Anggota kelompok ahli kembali kekelompok asal masing-masing. Kemudian setiap
anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri
yang menjadi keahlinya kepada anggota asalnya yang lain
f. Diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan
perdebatan dalam diskusi kelompok ahli dan dosen berusaha memperbaiki konsep
yang salah dari hasil diskusi.
g. Pemberian kuis/ evaluasi
h. Pemberian penghargaan kelompok yang memperoleh jumlah nilai yang tertinggi
diberi penghargan.
4. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi, terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Dosen
Kelompok
Observer
Siklus Pertama
a. Perencanaan
Pada siklus pertama pembelajaran dosen menyiapkan perangkat pembelajaran
materi standar nasional pendidikan yang akan dilaksanakan di kelas meliputi silabus,
RPP, media dan bahan pembelajaran, soal post test, lembar observasi, pedoman
wawancara, angket dan handycam/dokumentasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan secara bertahap yaitu:tahap pra
conditioning, dilakukan untuk memastikan mahasiswa membawa bahan diskusi yang
telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya untuk belajar mandiri tentang materi
standar isi dan standar proses yang akan didiskusikan dengan memanfaatkan e-learning
sebagai sumber belajar seperti www.kemdiknas.go.id, http://bsnp-indonesia. org/id/,
www.puskur.net dll.
Tahap awal sebelum diskusi dimulai mahasiswa diberi penjelasan mengenai
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan komponennya (manfaat, tujuan dan lain lain)
serta aplikasinyadi dalam kelas padamatakuliah telaah kurikulum khususnya pada
kompetensi dasar standar nasional pendidikan menggunakan media laptop dan LCD
proyektor. Interaksi dosen, observer dan mahasiswa di awal diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.Selanjutnya mahasiswa
dibagi dalam sepuluh kelompok yang telah ditentukan masing-masing kelompok terdiri
dari empat mahasiswa dengan proporsional berdasarkan pertimbangan kemampuan
akademik dan jenis kelamin sehingga diharapkan mahasiswa akan diketahui aktivitas
mahasiswa dalam kelompok. Pemahaman mahasiswa tentang kelompok sangat penting
karena dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsawakan terjadi proses rotasi anggota
kelompok yaitu dari kelompok asal/ induk pada kelompok ahli dan kembali pada
kelompok asal/induk.
Tahap intipeneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdi
kelas memulaikegiatan yang terdiri dari: 1)Pembelajaran pada kelompok asal/induk
yaitu setiap anggota mempelajari submateri yang berbeda (standar isi dan proses)
dengan memanfaatkan e-learning yang akan menjadi keahlianya, kemudian masing-
masing mengerjakan tugas secara individual. Dalam satu kelompok minimal tersedia
satu buah laptopuntuk untuk memperkaya materi diskusi melalui internet
hotspotarea(www.kemdiknas.go.id, http://bsnp-indonesia.org/id/, www.puskur.net dll)
secara langsung dalam kelas. 2) Pembentukan dan diskusi kelompok ahli dimana ketua
kelompok asal/induk membagi tugas kepada masing – masing anggotanya untuk
menjadi ahli dalam satu submateri materi pelajaran. Kemudian masing-masing ahli
submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok
yang baru yang disebut kelompok ahli. Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan
saling berdiskusi tentang masalah yang menjadi tanggungjawabnya.Setiap anggota
kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu
menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang
menjadi tanggungjawabnya. 2) Diskusi kelompok asal/induk yaitu anggota kelompok
ahli kembali kekelompok asal masing-masing.
Selanjutnya, setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab
pertanyaan mengenai submateri yang menjadi keahlinya kepada anggota asalnya yang
lain. Proses berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah
Partono Thomas, Khasan Setiaji 31
d. Hasil Wawancara
Dialog antara obsever dan mahasiswa adalah gambaran respon mahasiswa yang
secara umum dapat disimpulkan bahwa pada siklus pertama mahasiswa merespon baik
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tidak hanya senang tapi pemahaman akan materi
mampu diterima dengan baik. Mahasiswa merasa memperoleh manfaat pengalaman
belajar dalam berdiskusi, presentasi, dan keterampilan belajar lainya.Menurut
mahasiswa yang menjadi kendala utama adalah keterbatasan waktu sehingga pada tahap
akhir yaitu kesimpulan dan evaluasi kurang berjalan dengan baik.
e. Refleksi
Data yang diperoleh observer selama mengamati proses pembelajaran kooperatif
tipe jigsawuntuk menilai aktivitas mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas
dosen dan hal lain yang terjadi selama proses pembelajaran yaitu: a) Dari hasil pre test
pada tabel 1 dapat kita lihat bahwa tingkat ketuntasan mahasiswa sebesar 62,5%, hal
tersebut menunjukan bahwa pengetahuan awal mahasiswa tentang kompetensi dasar
standar nasional pendidikan bisa dikatakan kurang baik. Kondisi ini terjadi karena
konsep kurikulum dalam hal ini kompentensi dasar standar nasional pendidikan belum
pernah di terima pada saat SMA, sehingga ini menjadi konsep baru bagi mahasiswa. b)
Kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran di kelas di lihat dari hasil observasi
dan analisis seperti pada tabel 2 dapat dikatakan baik, hal ini dapat di liat dari nilai rata-
rata sebesar 3,5. Namun demikian ada beberapa aspek yang masih perlu ditingkatkan
pada siklus selanjutnya seperti apersepsi, penjelasan manfaat pembelajarankooperatif
tipe jigsaw, membimbing mahasiswa saat pembentukan kelompok, penguasaan kelas,
kemampuan membuat kesimpulan, kemampuan melakukan evaluasi karena masuk
dalam kategori cukup baik.Dari pengamatan observer kelemahan tersebut terjadi karena
waktu yang digunakan tidak sesuai dengan yang direncanakan, terutama pada
pemahaman implementasi kooperatif tipe jigsawdan pembagian kelompok realitanya
menggunakan waktu lebih lama dari rencana. c) Hasil belajar mahasiswa belum
mencapai indikator yang diharapkan. Mahasiswa belum maksimaldalam
memanfaatkanpembelajaran kooperatif tipe jigsawyaitu dengan ketuntasan 73% yang
berarti belum mencapai 75% sebagai ukuran ketuntasan yang disyaratkan. Namun hal
itu sudah menunjukan meningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan hasil pre
test.
Dari hasil evaluasi pada pembelajaran pertama maka akan dilakukan pada
pembelajaran kedua karena pembelajaran belum mencapai ketuntasan yang disyaratkan
Partono Thomas, Khasan Setiaji 33
yaitu 75%. Sehingga akan diadakan perbaikan dan penyesuaian untuk penyempurnaan
pembelajaran menggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawpada siklus
kedua, yaitu:
1) Penambahan waktu pada kegiatan inti
2) Kegiatan awal terutama pada penjelasan prosedur pembelajaran dipersingkat karena
hal tersebut sudah di dapat pada siklus pertama
3) Penguasaan dan pengelolaan kelas yang lebih baik oleh dosen sehingga mahasiswa
melakukan pembelajaran sesuai dengan tahap dan peran dengan optimal karena
meraka sudah memahami dan menikmati proses pembelajaran dengan metode
pembelajaran jigsaw.
Siklus Kedua
a. Perencanaan
Pada siklus kedua dosen menyiapkan perangkat pembelajaran materi standar
nasional pendidikan yang akan dilaksanakan di kelas meliputi silabus, RPP, media dan
bahan pembelajaran, soal post test, lembar observasi, pedoman wawancara, angket dan
handycam/dokumentasi yang telah disesuaikan dengan hasil refleksi dan evaluasi siklus
pertama.
b. Pelaksanaan
Tahap pra conditioning dosen memastikan mahasiswa membawa bahan diskusi
yang telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya untuk belajar mandiri tentang materi
standar kompetensi lulusan dan standar pendidik tenaga kependidikan yang akan
didiskusikan dengan memanfaatkan e learning sebagai sumber belajar seperti www.
kemdiknas.go.id, http://bsnp-indonesia.org/id/, www.puskur.net dll).
Tahap awal siklus kedua mahasiswa tidakdiberi dijelaskan mengenai
pembelajaran kooperatif tipe jigsawdan komponennya (manfaat, tujuan dan lain lain)
serta aplikasinyadi dalam kelas karena sudah pada sikluspertama. Namun begitu dosen
memberi kesempatan pada mahasiswa yang belum paham untuk bertanya. Pada siklus
kedua mahasiswa sudah lebih paham akan tahapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsawdan peranya masing-masing. Selanjutnya mahasiswa dibagi dalam sepuluh
kelompok yang telah ditentukan masing-masing kelompok terdiri dari empat mahasiswa
dengan proporsional berdasarkan pertimbangan kemampuan akademik dan jenis
kelamin sehingga diharapkan mahasiswa akan diketahui aktivitas mahasiswa dalam
kelompok. Setelah pengalaman siklus pertama mahasiswa proses rotasi anggota
kelompok yaitu dari kelompok asal/ induk pada kelompok ahli dan kembali pada
kelompok asal/induk dapat berjalan dengan baik.
Tahap inti peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdi
kelas memulaikegiatan yang terdiri dari: 1)Pembelajaran pada kelompok asal/induk
yaitu setiap anggota mempelajari submateri yang berbeda (standar kompetensi lulusan
dan standar pendidik tenaga kependidikan) dengan memanfaatkan e-learning yang akan
menjadi keahlianya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual.
Dalam satu kelompok minimal tersedia satu buah laptope untuk untuk memperkaya
materi diskusi melalui internet hotspotarea(www.kemdiknas.go.id, http://bsnp-
indonesia.org/id/, www .puskur.net dll) secara langsung dalam kelas. 2) Pembentukan
dan diskusi kelompok ahli yaitu ketua kelompok asal/induk membagi tugas kepada
masing masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri materi pelajaran.
34 JPE DP, Juni 2014
Kemudian masing-masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan
bergabung membentuk kelompok yang baru yang disebut kelompok ahli. Anggota
kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah yang menjadi
tanggungjawabnya.Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai
mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang
menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. 2) Diskusi
kelompok asal/induk dimana anggota kelompok ahli kembali kekelompok asal masing-
masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab
pertanyaan mengenai submateri yang menjadi keahlinya kepada anggota asalnya yang
lain. Proses berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah
mendapat giliranya. 3) Dengan di pandu dosen diskusi kelas membicarakan konsep
penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli dan dosen
berusaha memperbaiki konsep yang salah dari hasil diskusi. 4) Sebelum membuat
kesimpulan, peneliti menanyakan kesulitan yang dialami mahasiswa untuk dibahas
lebih dalam.
Tahap akhir pembelajaran diakhiri dengan pemberian post test serta
memberikan penghargaan pada mahasiswa dan kelompok terbaik. Secara umum
pembelajaran pada siklus kedua mahasiswa sudah tidak terkendala secara teknis
sehingga pembelajaran berlangsung dengan optimal.
c. Hasil Observasi
Observasi pada siklus kedua, diharapkan memberikan hasil yang lebih baik
daripada siklus sebelumnya, adapun data yang dihasilkan dari observasi sebagai
berikut:
Data tentang aktivitas dosen yang menggambarkan kemampuan dosen dalam
mengelola pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, seperti dalam tabel berikut.
Tabel 5. Aktivitas Dosen dalam Pengelolaan Pembelajaran Jigsaw Models
Skor
No Aspek Penilaian
Siklus 2
Apersepsi 5
Penjelasan manfaat pembelajaran jigsawmodels 4
1 Pendahuluan
Penjelasan langkah - langkah pembelajaran jigsawmodels 4
Penguasaan media dalam pembelajaran 5
Membimbing mahasiswa saat pembentukan kelompok 5
Membimbing dan membantu mahasiswa saat melakukan
5
2 Kegiatan Inti pembelajaran jigsaw models
Mendorong dan memotivasi mahasiswa 5
Penguasaan Kelas 4
Memberi kesempatan kepada mahasiswa yang belum paham
5
untuk bertanya
Kemampuan membuat kesimpulan 5
3 Penutup
Memberi tugas kepada mahasiswa dari berbagai sumber
5
khususnya e learning
Kemampuan melakukan evaluasi 4
Rata-rata 4,6
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa rata-rata aktivitas dosen dalam
pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawmeningkat menjadi 4,6 dengan kategori
Partono Thomas, Khasan Setiaji 35
sangat baik. Hal ini terjadi karena pada siklus kedua telah terjadi perbaikan yang
mengatasi permasalahan pada siklus pertama, sehingga kendala waktu, pengelolaan
kelas dan pembagian kelompok sudah tidak terjadi. Dari hasil yang diperoleh tersebut
dapat disimpulkan bahwa dosen tersebut mampu mengaplikasikan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsawdalam pembelajaran di kelas dan mengalami peningkatan dari
siklus
Data aktivitas mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus kedua
yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw.
Tabel 6. Aktivitas Mahasiswa selama Pembelajaran
No Aspek Penilaian Skor siklus 2
1 Minat mahasiswa 4,5
2 Perhatian mahasiswa 4
3 Partisipasi dalam diskusi 4,9
4 Presentasi 4,5
Rata-rata 4,47
Dari penilaian aktivitas mahasiswa oleh obsever dan dosen, pada siklus kedua
aktivitas mahasiswa mengalami peningkatan kualitas baik dari segi minat, perhatian,
partisipasi dan performa dalam mempresentasikan materi sesuai tugas masing-masing.
Rata-rata 4,47 dengan kategori sangat baik menunjukan peningkatan yang signifikan
dari siklus pertama. Selama tahap pelaksanaan peneliti dan rekan dosen melakukan
observasi terhadap kegiatan mahasiswa pada tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, menilai indikator proses mahasiswa selama pembelajarandengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan serta rekan pengamat akan menilai penguasan
kelas dan penyampaian materi yang dilakukan oleh dosen. Pada siklus kedua ini dosen
telah melakukan perubahan pada kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus
pertama.
Untuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran yang diwujudkan dalam
hasil belajar maka diadakan post test pada akhir siklus kedua dengan hasil sebagi
berikut.
Tabel 7. Nilai Post Test Mahasiswa
Indikator Hasil belajar Siklus 2
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 70
Rerata kelas 81
Tingkat Ketuntasan 87,5%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai ketuntasan dari
73% menjadi 87,5%. Tingkat pencapaian mahasiswa dalam komponen standar nilai ini
menunjukan bahwa mahasiswa sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatasmulai
mencoba membangun sendiri pemahamannya akan materi yang diberikan kepadanya
serta menjadikan apa yang diperoleh sebagai peningkatan pengalaman belajar. Dengan
begitu pembelajaran telah mencapai ketuntasan sehingga tidak perlu dilanjutkan
kesiklus berikutnya.
36 JPE DP, Juni 2014
d. Hasil Wawancara
Pada siklus 2 tidak ada lagi mahasiswa yang mengeluh akan yang kendala utama
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw seperti pada siklus 1 seperti keterbatasan waktu
sehingga pada tahap akhir yaitu kesimpulan dan evaluasi kurang berjalan dengan baik.
Hal tersebut menandakan bahwa evaluasi pembelajaran siklus kedua berjalan
baik.Mahasiswa merasa terbantu dengan adanya e learning sebagai media belajar
mandiri tapi masih perlu ditingkatkan lagi variasi pemanfaatan e learning yang selama
ini hanya digunakan hanya ketika ada tugas.
hasil refleksi dan evaluasi pada siklus pertama. Mahasiswa sudah memahami dan
menghayati peran masing-masing dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga
menjadi pengalaman belajar mahasiswa, baik dalam belajar mandiri, diskusi dan
presentasi.
Aktivitas mahasiswa juga merupakan salah satu indikator keberhasilan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang mampu direspon baik oleh mahasiswa
sehingga aktivitas diluar kegiatan pembelajaran yang direncanakan dapat dihindari.
Dengan respon baik maka akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan (joyfull
learning) bagi mahasiswa yang merupakan salah satu faktor yang meningkatkan
pemahaman mahasiswa yang bermuara pada hasil belajar mahasiswa. Berikut akan
disajikan data aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran selama 2 siklus
pelaksanaan penelitian ini.
Dari tabel 10 diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai tertinggi dan nilai
terendah mahasiswa serta secara kolektif nilai rata-rata kelas meningkat dari pre test 74,
post test siklus pertama 79 menjadi81pada post test siklus kedua dengan derajat
ketuntasan 87,5%. Ini berarti mahasiswa sudah tuntas /mampu meningkatkan
pemahaman dan meminimalkan kesalahan akan konsep standar nasional pendidikan
melalui strategi pembelajaran mandiri berbasis e-learning dengan pendekatan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasil penelitian ini yang ditunjukan pada hasil
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan hasil tes yang
dilaksanakan sesudahnya merupakan salah satu upaya yang tepat untuk memaksimalkan
hasil belajar mahasiswa terutama pada kompetensi dasar standar nasional pendidikan.
Hal ini mendukung perubahan paradigma pembelajaran yang beralih dari teacher
oriented ke learner oriented dengan penggunaan metode belajar bervariatif yang
mampu menggali dan mengembangkan potensi mahasiswa dengan mengedepankan
proses belajar mandiri melalui aktivitas belajar seperti pendekatan kooperatif tipe
jigsaw ini.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Soekamto, Toeti dan Winataputra, Udin Saripudin. 1997. Teori Belajar dan Model-
Model Pembelajaran. Jakarta: PAU Depdikbud Dikti.