Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

84 422 3 PB - 093640

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Vol 3, No 2, Maret 2021; 171-188

ISSN 2654-5691 (online); 2656-4904 (print)


Available at: e-journal.sttberitahidup.ac.id/index.php/jbh

PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa,


Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter

Hasahatan Hutahaean1
hasea2014@gmail.com
Hermanto Sihotang2
sihotanghermanto@gmail.com
Purnamasari Siagian3
purnamsarisiagian16@gmail.com

Abstract
This study aims to determine how Christian Education (CE) in the family and social
environment of students, and its contribution to the formation of student character. The place
where the research was carried out was the private high school GKPI Padang Bulan Medan.
The study population was 104 people, while the sample was 30 people. The instrument used
for this research was a questionnaire. Based on the results of the study, it was found that
there was a contribution of CE in the Family to Character Building at the zero level ry1 =
0.510, there was also a contribution between the Student Social Environment (X2) to the
Character Building (Y) at the zero level ry2 = 0.411 and there was a joint contribution
between CE in the Family and Social Environment of Students on the Formation of Student
Character (1,293). Four characters are described as the character traits of Christianity,
namely; Trust completely in God, Not vengeful, Happy to pray, Think rationally. Therefore,
parents should continue to provide examples and teaching at home to help shape children's
character. Teachers in schools are also to set an example in giving character examples to
students.
Keywords: CE in the family; student social environment; character building

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PAK dalam keluarga dan lingkungan
pergaulan siswa memberi kontribusi terhadap pembentukan karakter siswa. Tempat
penelitian dilakukan di SMA Swasta GKPI Padang Bulan Medan. Populasi penelitian
sebanyak 104 orang sedangkan sampel sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya kontribusi PAK
dalam Keluarga terhadap Pembinaan Karakter pada tingkat nil ry1 = 0,510, terdapat pula
kontribusi Lingkungan pergaulan Siswa (X2) terhadap Pembinaan Karakter. (Y) pada taraf
nol ry2 = 0,411 dan ada kontribusi bersama PAK dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial
Siswa terhadap Pembentukan Karakter Siswa (1,293). Empat karakter yang digambarkan
sebagai karakter agama Kristen, yaitu; Percaya sepenuhnya pada Tuhan, Tidak dendam,
Senang berdoa, Berpikir rasional. Oleh karena itu, orang tua hendaknya terus memberikan

1
Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara
2
Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara
3
Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|171
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

teladan dan pengajaran di rumah untuk membantu membentuk karakter anak. Guru di
sekolah juga harus memberi contoh dalam memberikan contoh karakter kepada siswa.
Kata-kata kunci: PAK keluarga; lingkungan pergaulan; pembentukan karakter

PENDAHULUAN
Memasuki era yang terus berganti, dari era modern ke postmodern, kemudian masuk
ke era industry 4.0., sumber daya manusia juga terus bergelut dalam pesaingan yang dinamis.
Peneliti meyakini meski perubahan era terus bergulir, sumber daya manusia sebagai ciptaan
tertinggi masih menempati urutan pertama dalam perangkat untuk tujuan kesejahteraan
manusia melalui berbagai pembangunan. Kusuma dan Ririn menekankan satu prinsip yang
berguna bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak
untuk mencapai tujuan pembangunan.4 Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia tersebut yaitu dengan pendidikan. Dalam UU No. 20 Thn. 2003 pada
pasal 3 dicantumkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam UU di atas, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai fungsi
dan tujuan tersebut. Dalam persfektif filsafat pendidikan kristiani ada penekanan bahwa
pendidikan menuntun manusia kembali ke rencana Allah.5 Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah untuk membentuk manusia secara utuh, membentuk pribadi yang dewasa,
memiliki potensi, beriman, bertaqwa, mandiri, berilmu serta bertanggung jawab.
Sementara itu pendidikan menurut Saidah mengemukakan bahwa pendidikan adalah
sebuah kebutuhan hidup dan fungsi sosial yang bertumpu pada masing-masing individu juga
golongan atau masyarakat dengan kemungkinan mengalami kemandekan atau kemajuan
yang dapat diprediksi dengan indikator terukur, terbuka dengan pengelolaan yang
berkeadilan bagi khalayak.6 Dari pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa
wujud pendidikan yang sesungguhnya usaha sadar, dalam rangka membentuk dan
menggerakkan manusia yang sempurna, memberikan bekal pengetahuan yang dapat

4
Kusuma Chandra Kirana; Ririn Tri Ratnasari, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Evaluasi
Kinerja Sumber Daya Manusia (Jakarta: Gosyen Publishing, 2017), 59.
5
Tety Tety dan Soeparwata Wiraatmadja, “Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan Kristen,”
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 1, no. 1 (2017): 56.
6
UH. Saidah, Pengantar Pendidikan : Telaah Pendidikan Secara Global dan Nasional : Dilengkapi
Rekonstruksi Mata Kuliah, RPS, dan SAP (Jakarta: Rajawali Press, 2016), 7.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|172
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 2, Maret 2021

digunakan dalam beraktivitas. Pendidikan tidak lagi satu-satunya media untuk membagi
pengetahuan, namun lebih jauh sebagai media pemuliaan nilai-nilai kemanusiaan. Tentu
dalam hal ini Sekolah mengandalkan kualitas watak, spiritualitas dan iman Guru7 dan tenaga
kependidikan.
Dalam hal ini pendidikan berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik
sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan
masyarakat sekitar. Sementara kata “ajar” diartikan segala sifat pendidikan dan pengajaran
sejak usia dini atau di kandungan ibu hingga masa dewasa yang dapat mewujudkan tabiat
serta dipengaruhi oleh ketenangan seseorang memanfaatkan daya pikirnya.8 Dengan
demikian karakter diartikan sebagai nilai esensi yang membangun pribadi seseorang atau
anak yang terbentuk karena pengaruh hereditas (bawaan) serta pengaruh lingkungan.
Kebiasaan ini kemudian menghasilkan kepribadian yang unik yang membedakan seseorang
dengan yang lain dan tampak sehari-hari. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa karakter tidak dapat
diwariskan, tetapi sesuatu hal yang dibangun secara bekesinambungan hari demi hari melalui
pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran dan tindakan demi tindakan. Karakter adalah
satu tanda yang khas dari seseorang atau satu kelompok orang dimana masing-masing
biasanya berbeda.9 Keunikan masing-masing orang ini menjadi tanda tersendiri dalam
individu tersebut, dan menjadi spirit tersendiri baginya untuk bertindak, berucap, merespon
sesuatu serta mendorong daya cipta dan karsa.10
Dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sebagai daya penggerak secara khusus
yang membentuk di dalam diri peserta didik tersebut. Karakter dibentuk secara permanen
tanpa disengaja, di mana karakter juga berperan penting dalam pengembangan kepribadian
dalam diri seseorang menjadi manusia yang baik dan bertanggungjawab kepada diri
sendiri.11 Karakter merupakan masalah yang terpenting dalam pendidikan, apalagi dikaitkan
dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Karakter yang ada pada diri
seseorang akan memberikan gambaran dalam aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Di
mana gambaran dari karakter siswa tersebut yang paling mendominasi dan sering terjadi

7
Bimo Setyo Utomo, “(R)Evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi
Kehidupan Siswa,” DUNAMIS: Jurnal Penelitian Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no. 2 (2017): 7.
8
Suryatri Darmiatun Daryanto, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, ed. Bintoro
(Yogyakarta: CV. Gava Media, 2019), 9.
9
H. Muhammad Soleh Hapudin, Membentuk Karakter Baik Pada Diri Anak, ed. Sofyan RH. Zaid
(Jakarta: Tazkia Press, 2019), 6.
10
Hapudin, Membentuk Karakter Baik Pada Diri Anak.
11
Abdul Jalil, “Karakter Pendidikan untuk Membentuk Pendidikan Karakter,” Nadwa 6, no. 2
(2016): 183–184.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|173
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

pada peserta didik saat ini adalah ke arah yang negatif, sedangkan positifnya jarang sekali
ditemui.
Dalam pengamatan peneliti, selama Januari s.d. Februari 2020 di kelas XI SMA
GKPI Padang Bulan Medan yang berjumlah 104 siswa memperoleh data dari hasil observasi
siswa seperti dalam tabel.
Table 1. Observasi Karakter Siswa yang Bermasalah

Rata-rata Hasil
No. Masalah
Penelitian/Hari
1. Terlambat saat mengikuti proses pembelajaran 7%
2. Tidak memiliki sopan santun dalam berbicara 7%
3. Bolos saat jam pelajaran 6%
4. Ribut saat proses pembelajaran 12%
5. Tidak mengikuti ibadah setiap hari Sabtu 8%
6. Menyontek saat ujian 20%
7. Tidur dikelas 3%
8. Bermain HP saat jam pelajaran 12%
9. Keluar masuk kelas saat jam pelajaran 7%
10. Berkelahi di kelas 3%
11. Mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh 15%

Dari data di atas, terbukti bahwasanya keberadaan karakter siswa kelas XI SMA
GKPI Padang Bulan Medan dirasakan kurang baik, karena dari 104 peserta didik lebih dari
setengah dari jumlah peserta didik yang bermasalah.
Untuk itu diperlukan upaya dalam meningkatkan karakter siswa di antaranya adalah
PAK dalam Keluarga dan Pergaulan Siswa. Sebab jam pelajaran PAK di Sekolah dirasa
kurang menjadi sau-satunya andalan untuk membentuk karakter siswa.12 PAK dalam
Keluarga diduga dapat memberikan sebuah pembentukan karakter yang baik bagi siswa.
Pengajaran di keluarga justru bukan memaksakan kehendak orang tua pada anak. Namun
memberi teladan, mengajarkan firman Tuhan dan memberi teladan kehidupan. Keluarga
adalah satuan terkecil dari masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu dan anak berkumpul atau
tinggal dalam satu rumah yang mana hidup saling bergantungan. Menurut Hutabarat,
keluarga adalah sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai

12
Bongsu Parhusip, Hasahatan Hutahaean, dan Elda Theresia, “Penerapan Model Think-Pair and
Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAK pada Siswa SMP,” Didache Jurnal Teologi dan Pendidikan
Kristen 1, no. 2 (2020): 119 Inilah salah satu keluhan Guru PAK, bahwa jumlah jam pelajaran sangat sedikit
sedangkan materi yang harus disampaikan banyak sekali.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|174
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 2, Maret 2021

elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang.13 Aspek genetika diperoleh seseorang
dari dalam keluarga. Kondisi ibu pada saat mengandung akan mempengaruhi janin dan
selanjutnya akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter seorang siswa. Sebagaimana
juga menurut Mulyani mengemukakan bahwa mengenai beberapa hal yang dapat menolong
keluarga dalam pembentukan karakter siswa adalah pertama, orangtua harus menciptakan
hubungan yang baik dengan anaknya, maka dengan hubungan yang baik ini akan menolong
anak untuk memiliki pemahaman yang benar tentang Allah, kedua menciptakan lingkungan
atau suasana yang harmonis dan terbuka untuk setiap anggota keluarga, ketiga berdoa
bersama di keluarga, pergi beribadah bersama-sama dan paling penting adanya perkataan
dan pengajaran mereka perlu sepadan.14 Termasuk harmonisnya relasi antara ayah dan ibu
serta kehangatan relasi semua antar anggota keluarga.
Hal ini dapat dilakukan melalui kebaktian keluarga atau retreat keluarga. Kepala
keluarga harus dapat memimpin keluarganya menjadi keluarga Kristen yang baik dan
menjadi teladan dalam kehidupannya. Dapat dilihat jika PAK dalam keluarga kurang
terlaksana dengan baik tentunya akan mempengaruhi perkembangan moral anak yang akan
mengalami karakter yang jauh dari Kristus tanpa penerapan dari PAK dalam Keluarga. Oleh
karena itu, penting untuk menerapkan PAK dalam keluarga untuk pembentukan karakter
yang bermutu.15 Orang tua dalam keluarga yang menjadi sentral untuk mengembangkan
PAK kepada seluruh anggota keluarga.. Dengan demikian bagi peneliti, orang tua harus
mampu menerapkan PAK Keluarga supaya dapat membentuk karakter peserta didik
tersebut.
Secara perspektif Kristiani, perihal PAK keluarga dengan karakter siswa menurut
Hutabarat, keluarga pada hakikatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing
anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang
tuanya serta menanamkan prinsip-prinsip penting berbasis karakter Kristiani dalam hidup
anak.16 Setiap keluarga harus mengajarkan betapa pentingnya Pendidikan Agama Kristen,
dimulai sejak usia dini. Anak sebaiknya perlu dilatih membaca Firman Tuhan, mempunyai
waktu berkumpul dan berdoa bersama-sama, maka dengan begitu karakter anak akan

13
Oditha R. Hutabarat, “Mendidik Anak Berkarakter Kristen Mengatasi Kekerasan,” Voice of
Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama 1, no. 2 (2019): 4.
14
Mulyani Mulyani, “Pola Asuh Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi pada Anak
Usia Dini di Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat,” EMPOWERMENT : Jurnal
Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah 3, no. 2 (2014): 138–140.
15
Eka Preskila dan Bakhoh Jatmiko, “Keluarga Harmonis berdasarkan Kolose 3:18-21 dan
Pengaruhnya terhadap Etika Pergaulan Anak,” Didache: Journal of Christian Education 1, no. 2 (2020): 154.
16
Hutabarat, “Mendidik Anak Berkarakter Kristen Mengatasi Kekerasan.”

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|175
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

terbiasa hidup dalam Kristus. Orang tua juga harus memiliki sikap terhadap anak dengan
memperlakukan setiap anak sesuai dengan keunikannya. Orang tua tidak boleh mematahkan
semangat anak-anak mereka.17 Seperti yang tertulis di dalam Efesus 6:4 “Jangan bangkitkan
amarah dalam hati anak-anakmu”. Alkitab mengajarkan bahwa di sinilah peran orangtua
dalam memahami hati setiap anak dengan begitu akan menghindari kesalahan rasa sakit hati,
dendam, didikan yang terlalu tegas dan tidak menimbulkan kekerasan dalam mendidik anak.
Selain faktor PAK dalam Keluarga, faktor lingkungan pergaulan siswa juga
mempengaruhi pembentukan karakter siswa.18 Pergaulan adalah bagian yang tidak bisa
terpisahkan dari kehidupan manusia, khususnya bagi anak-anak yang sudah memasuki masa
remaja yang seusia dengannya. Tidak seorang pun bisa hidup dengan senang tanpa kehadiran
seorang teman dalam hidupnya. Seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
kepribadian atau karakter siswa. Banyak siswa menjadi baik karena pengaruh temannya.
Lingkungan pendidikan yang mempengaruh pembentukan karakter siswa mencakup 3
bagian yaitu: lingkungan keluarga,19 lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Dalam Alkitab, tentang lingkungan kaitan pergaulan dengan karakter misalnya dalam
1 Korintus 15:33 “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang
baik”. Jadi lingkungan pergaulan bisa membawa pada hal-hal buruk dan atau juga hal-hal
baik. Namun, disini yang diperlukan adalah lingkungan pergaulan yang baik serta sesuai
dengan kehendak Tuhan. Pengertian inilah yang seharusnya dimiliki oleh siswa sehingga
bisa menilai orang dengan tepat. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa lingkungan
pergaulan siswa dapat membantu dalam pembentukan karakter peserta didik.
Oleh karena itu betapa pentingnya PAK (Pendidikan Agama Kristen) dalam keluarga
dan lingkungan pergaulan siswa dalam membentuk karakter pada siswa. Dapat dikatakan
bahwa PAK dalam keluarga yang baik, adanya komunikasi dan kepedulian dirumah,
keluarga sebagai pusat pendidikan mengarah kepada pembentukan satu pribadi secara utuh
mencakup aspek rohani atau spiritual, mental, fisik dan sosial, serta orangtua yang
merupakan guru dan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak. Oleh karena itu PAK
sangat penting dalam lingkungan keluarga. Lingkungan pergaulan siswa juga harus

17
Band. Justice Zeni Zari Panggabean, “Pendekatan Praktis-teologis Dalam Fondasi Pendidikan
Kristiani,” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 4, no. 2 (2018): 173.
18
Restu Dwi Fitria et al., “Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Siswa The
Influence of Peers Toward Student’s Learning Motivation,” ALIBKIN (Jurnal Bimbingan Konseling) 5, no. 1
(2017): 62.
19
Sharfina Rahmi, Mudjiran Mudjiran, dan Nurfahanah Nurfahanah, “Masalah-Masalah yang
Dihadapi Siswa yang Berasal dari Keluarga Broken terhadap Program Layanan Bimbingan dan Konseling,”
Konselor 3, no. 1 (2016): 2 Rahmi memaparkan bahaya dari kehidupan keluarga yang broken, berdampak
membentuk karakter anak dan kemudian berpotensi untuk ke arah lebih buruk jika salah dalam pergaulannya.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|176
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 2, Maret 2021

berdampak yang baik dan sehat yang dibutuhkan oleh siswa agar menambah wawasan dan
memiliki sikap yang baik dalam mencapai pembelajaran di sekolah.

METODE
Adapun metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian
survey, dimana dapat bersifat deskripsitf, komparatif dan atau hubungan struktural.20
Berdasarkan pendapat Darmalaksana bahwa, penelitian lapangan adalah untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dari studi pustaka, dan interaksi
sosial individu, lembaga dan masyarakat ke lapangan, kemudian perpaduannya ditarik
sebagai temuan penelitian.21 Tempat penelitian ini adalah SMA Swasta GKPI Padang Bulan
Medan dengan populasinya sebanyak 104 orang. Agar variasi sampel tiap kelas, teknik
pengambilan sampel yang digunakan ialah metode Proportionate Stratified Random

Sampling.22 Dengan rumus: 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 di bawah ini dapat dilihat

teknik pengambilan sampel perkelas yakni :

Tabel 2. Teknik Pengambilan Sampel

No. Kelas Fo (orang) Jumlah Populasi/kelas Jumlah Sampel

35
1. XI MIA 35 Siswa 𝑥30 10
104
35
2. XI IIS-1 35 Siswa 𝑥30 10
104
34
3. XI IIS-2 34 Siswa 𝑥30 10
104
Jumlah 104 Siswa 30

Adapun ranah penelitian ini dibagi menjadi tiga variabel yakni PAK Dalam Keluarga
(X1), Lingkungan Pergaulan Siswa (X2) dan Pembentukan Karakter (Y). Untuk menjaring
data, akan dibagikan angket kepada sampel penelitian. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian
dari angket tersebut adalah sebagai berikut:

20
Sugiyono Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: AlfaBeta, 2018), 36.
21
Wahyudin Darmalaksana, “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi Lapangan,” Pre-
print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung 1, no. 1 (2020): 5.
22
Permadina Kanah dan Novera Herdiani Arieska, “Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan
Perhitungan Efisiensi Relatif,” Jurnal Statistika 6, no. 2 (2018): 169.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|177
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Variabel (X1) PAK Dalam Keluarga

No Variabel Sub Variabel Indikator No Item Jumlah


1 PAK 1. Pengertian Menimbulkan dan 5, 6, 7, 8
keluarga memandu cita rasa 4
religius anak-anak
mereka.
2. Dasar Alkitab Mengajar dan mendidik 1, 2, 3, 4
dalam PAK secara berulang-ulang. 4
keluarga PAK
keluarga
3. Peranan orang 1. Mendidik anak 11, 12, 13
tua dalam PAK tentang Firman Tuhan. 6
keluarga 2. Membimbing anak 14, 15, 16
tentang Firman Tuhan.
4. Bentuk-bentuk Orang tua dapat
PAK yang mengarahkan anak
Dilakukan dengan:
Orang Tua 1. Mengajarkan firman 9, 10, 17
dalam Keluarga Tuhan 20, 21
2. Mengadakan 22, 23, 24
Kebaktian/doa 14
keluarga dan saat
teduh
3. Membentuk perilaku 25, 26, 17
dan kebiasaan yang
baik
4. Menciptakan suasana 28, 29, 30
damai sejahtera dalam
keluarga
5. Faktor-faktor Menutup diri terhadap 18, 19 2
yang lingkungan
mempengaruhi
karakter dalam
keluarga
Jumlah 30

Tabel 4. Kisi-kisi Angket Instrumen Lingkungan Pergaulan Siswa (X2)

No Variabel Sub Variabel Indikator No Item Jumlah


1. Lingkungan 1. Pengertian Mempersiapkan 1, 2
Pergaulan Lingkungan lingkungan pergaulan 2
Siswa Pergaulan yang baik dan tepat bagi
Siswa anak
2. Dasar Alkitab Bergaul dengan prinsip 3
dalam Takut akan Tuhan 1
lingkungan
pergaulan
siswa

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|178
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 2, Maret 2021

3. Macam-macam  Melaksanakan 5, 6, 7, 23
Lingkungan kewajiban sebagai
Pergaulan anggota keluarga 16
 Melaksankan perannya
sebagai pelajar di 14, 15, 16,
sekolah 17, 18
 Mengikuti kegiatan
gotong royong di 8, 9, 26
masyarakat
4. faktor yang Mengikuti kegiatan 19, 20, 21,
dapat bimbel di luar sekolah 25
mempengaruhi menggunakan media 10, 11
pembentukan massa dengan bijak 12, 13, 22, 11
karakter siswa bergaul dengan sehat 24, 27
di dalam
lingkungan
pergaulannya
5. Ciri-ciri 1. Menyadari bahwa 27
pergaulan yang semua orang saling
sehat membutuhkan
2. Hubungan memberikan 28
nilai positif bagi kedua
belah pihak
3. Saling menghormati 29 5
dan menghargai
4. Tidak berprasangka 4
buruk
5. Saling memberikan 30
nasihat

Jumlah 30

Tabel 5. Kisi-kisi Angket Instrumen Pembentukan Karakter (Y)

No Variabel Sub Variabel Indikator No Item Jumlah


1. Pembetukan 1. Pengertian Siswa menyadari 16, 22, 24
Karakter Pembetukan pentingnya menjadi 3
Siswa Karakter Siswa manusia yang memiliki
karakter yang baik
2. Pandangan 1. percaya kepada Allah 7
Alkitab 2. tidak pendendam 19 3
3. mengasihi 23
3. Jenis-jenis  Tulus 8, 20
karakter  Setia 9
 Rendah hati 10, 30
 Penuh ceria 11
 Empati 12
 Penuh percaya diri 13 12
14, 28
 Bertanggung jawab
15, 21
 Optimis

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|179
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

4. Proses Memahami tahap dan 17, 18, 27


pembentukan tempat yang 3
karakter mempengaruhi
pembentukan karakter
5. Pilar • Trustworhtiness (dapat 1
Pembentukan dipercaya)
karakter • Respect (memiliki rasa 2, 15
hormat)
• Responsibility 3, 29
(bertanggung jawab) 9
• Fairness (adil)
• Caring (peduli) 4
• Citizenship (memiliki 5
tanggung jawab sosial) 6, 26

Jumlah 30

Setelah diadakan perhitungan keterandalan (reliabilitas) untuk variabel dari


kontribusi PAK Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa Terhadap Pembentukan
Karakter Siswa diperoleh harga koefesien reliabilitas, semuanya reliabel, karena itu
instrumen layak untuk digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data
Setelah angket kembali, kemudian data yang masuk dihitung dan untuk tingkat
kecenderungan PAK dalam Keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Analisis Tingkat Kecenderungan PAK dalam Keluarga (X1)

Kelas Interval Fo F% Kategori


1 >85 9 30 Baik
2 65-84 18 60 Cukup Baik
3 46-64 3 10 Kurang Baik
4 <45 0 0 Tidak Baik

Total 25 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang termasuk kategori baik
ada 9 orang (30%), kategori cukup baik ada 18 orang (60%), sedangkan kategori kurang baik
ada 3 orang (10%), dan kategori tidak baik ada 0 orang (0%). Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel PAK dalam Keluarga (X1) “Cukup Baik”.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|180
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 2, Maret 2021

Untuk tingkat kecenderungan Lingkungan Pergaulan Siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 7. Analisis Tingkat Kecenderungan Lingkungan Pergaulan Siswa (X2)

Kelas Interval Fo F% Kategori


1 >89 8 26,6 Baik
2 68-88 19 63,33 Cukup Baik
3 47-67 2 6,6 Kurang Baik
4 <46 1 3,33 Tidak Baik
Total 30 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang termasuk kategori yang
baik ada 8 orang (26,6%), kategori cukup baik 19 orang (63,33%), kategori kurang baik 2
orang (6,6%), dan kategori tidak baik ada 1 orang (3,33%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Lingkungan Pergaulan Siswa (X2) “Cukup Baik”.
Sedangkan tingkat kecenderungan Pembentukan Karakter Siswa adalah seperti tabel
berikut:
Tabel 8. Analisis Kecenderungan Pembentukan Karakter Siswa (Y)

Kelas Interval Fo F% Kategori


1 >89 8 26,6% Baik
2 68-88 18 60% Cukup Baik
3 47-67 4 13,33% Kurang Baik
4 <46 - - Tidak Baik
Total 21 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang termasuk kategori baik
ada 8 (26%), kategori cukup baik ada 18 orang (60%), kategori kurang baik ada 4 orang
(13,33%), dan kategori tidak baik ada 0 orang (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel Pembentukan Karakter Siswa (Y) “Cukup Baik”.
Dalam penelitian ini terdapat dua persamaan regresi yang perlu diuji kelinieritasan
dan keberartiannya masing-masing variabel Y atas X1 dan X2.

Tabel 9. Uji Linieritas Y atas X1

Sumber Varian DK JK RJK FH Ft (@ = 0,05)


Regresi (a) 1 190403,3 970,008
Regresi (b/a) 1 970,008 970,008 0,11 2,41
Residu (s) 28 2,76 0,098
Tuna Cocok (TC) 17 23616,74 1389,22

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|181
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

Dari perhitungan diperoleh Fhitung = 0,11 dengan dk (17:11) adalah 2,41 dengan
demikian Fhitung < Ftabel yaitu 0,11< 2,41. Maka dapat disimpulkan bahwa koefisien arah
persamaan regresi X1 atas Y mempunyai kontribusi yang linier dan berarti pada taraf
signifikan 5%. Dengan demikian terdapat kontribusi yang linier dan berarti antara variabel
X1 dan Y dengan persamaan Y = 39,87+ (0,52) X1.
Pada uji keberartian nilai F hitung = 9,89 Ftabel dengan dk = 1:28 adalah 4,20. Dengan
demikian Fhitung > F tabel yaitu 9,89>4,20. Maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y
atas X1 mempunyai keberartian pada taraf signifikan 5%.

Tabel 10. Uji Linieritas Y atas X2

Sumber Varian DK JK RJK FH Ft (@ = 0,05)


Regresi (a) 1 194132 553,813
Regresi (b/a) 1 553,813 553,813 2,07 2,42
Residu (s) 28 3174,8 113,38
Tuna Cocok (TC) 16 2331,7 145,73

Dari perhitungan diperoleh Fhitung = 2,07 dengan dk (28:16) adalah 2,42 dengan
demikian Fhitung < Ftabel yaitu 2,07<2,42. Maka dapat disimpulkan bahwa koefisien arah
persamaan regresi X1 atas Y mempunyai kontriubusi yang linier dan berarti pada taraf
signifikan 5%. Dengan demikian terdapat hubungan yang linier dan berarti antara variabel
X1 dan Y dengan persamaan Y = (39,87) + (0,38) X2.
Pada uji keberartian nilai F hitung = 4,88 Ftabel dengan dk = 1:28 adalah 4,20. Dengan
demikian Fhitung > F tabel yaitu 4,88>4,20. Maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y
atas X2 mempunyai keberartian pada taraf signifikan 5%. Untuk menguji hipotesa yang
menyatakan terdapat kontriubusi linier dan berarti terhadap PAK dalam Keluarga (X1) dan
Lingkungan Pergaulan Siswa (X2) dengan Pembentukan Karakter Siswa (Y), digunakan
analisi korelasi ganda.
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa koefisien regresi ganda untuk X1 adalah
0,92 dan X2 adalah 2,13 sedangkan regresi adalah 80 sehingga persamaan regresi ganda
adalah Y = 80 – 0,92X1 – 2,13X2. Untuk menguji keberartian persamaan regresi ganda
digunakan statistik F.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|182
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 2, Maret 2021

Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Ganda

Sumber Varian Dk JIKA Fh Ftabel (α =0,05)


Regresi 2 4820,428 70,53 4,20
Sisa 28 1091,728
Total 30

Dari tabel 20 dapat dilihat bahwa Fh > Ft dengan dk (2:28) pada α = 0,05 yaitu
70,53>4,20. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ganda antara
variabel PAK dalam Keluarga (X1) dan Lingkungan Pergaulan Siswa (X2) dengan
Pembentukan Karakter Siswa (Y) yaitu: Y = 80 – 0,92X1 – 2,13X2 adalah berarti pada taraf
α = 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat kontribusi yang berarti
terhadap PAK dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa terhadap Pembentukan
Karakter Siswa teruji kebenarannya.

Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis deskriptif dan setelah diadakan
pengujian-pengujian, maka secara umum PAK dalam Keluarga cenderung tinggi,
Lingkungan Pergaulan Siswa Cukup tinggi dan Pembentukan Karakter Siswa cukup tinggi.
Dari hasil analisis korelasi parsial ditemukan harga koefisien antara variabel PAK
dalam Keluarga dengan Pembentukan Karakter Siswa sebesar 0.372 dan setelah
dikonsultasikan dengan rtabel pada α = 0,05 adalah 0,361. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan terdapat kontribusi yang berarti antara PAK dalam Keluarga dengan
Pembentukan Karakter Siswa teruji kebenarannya. Hal ini berarti hipotesis kerja (Ha)
diterima dan dapat disimpulkan semakin ditingkatkan PAK dalam Keluarga bagi siswa maka
Pembentukan Karakter Siswa akan terbentuk ke arah yang lebih baik.
Dari hasil analisis korelasi parsial ditemukan harga koefisien antara variabel
Lingkungan Pergaulan Siswa dengan Pembentukan Karakter Siswa sebesar 0,596. dan
setelah dikonsultasikan dengan rtabel pada α = 0,05 adalah 0,361. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan terdapat kontribusi yang positif dan berarti antara Lingkungan Pergaulan
Siswa dengan Pembentukan Karakter Siswa teruji kebenarannya. Hal ini berarti hipotesis
kerja (Ha) diterima dan dapat disimpulkan semakin ditingkatkan Lingkungan Pergaulan
Siswa bagi peserta didik maka Pembentukan Karakter Siswa akan terbentuk ke arah yang
lebih baik.
Selanjutnya dari analisis korelasi ganda ditemukan harga koefisien determinasi (R2)
= 0,774 yang berarti 77,4% variasi skor Y dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|183
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

variabel bebas X1 dan X2. Persamaan regresi ganda Y = 70 – 0,962X1 – 0,475X2 dan setelah
diuji dengan statistik F ternyata berarti pada taraf signifikan 5%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa jika PAK dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa semakin
tinggi maka peserta didik akan semakin baik.
Alkitab menunjukkan bahwa karakter sebagai manusia batiniah yang tersembunyi
berasal dari roh yang lemah lembut (1 Petrus 3:4). Hartono juga menandaskan bahwa pikiran
yang dipenuhi akan Firman Tuhan maka pola pikirnya kemudian menjadi seturut dengan
Alkitab.23 Hal ini merupakan hasil dari temperamen alami yang dimodifikasi oleh pelatihan,
pendidikan, sikap dasar, keyakinan, prinsip dan motivasi pada masa kanak-kanak. Kadang-
kadang karakter ditunjuk juga sebagai jiwa dari seseorang, yang dibentuk oleh pikiran, emosi
dan kehendak.
Beberapa karakter seperti rajin, tertib, taat peraturan, rapi bisa dibentuk melalui
instrument mendidik seperti aturan, hukuman dan imbalan. Pada awalnya akan terpaksa
mengikuti, namun dengan berjalannya waktu akhirnya dapat memahami dan mengerti
bahkan merasakan manfaatnya, maka menjadi kebiasaan dan karakter dari dalam diri kita.
Hasil penelitian di atas juga sejalan dengan penemuan Kusnandar dan Papay, yang
menyatakan bahwa beberapa karakter memerlukan latihan keadaan dan butuh waktu yang
panjang, bahkan dibangun selama hidup ini.24 Menanam karakter pada anak, tidaklah
semudah mengajari matematika, karena ini belajar hidup, misalnya, karakter sabar, tidak
turun dari langit, baik anak atau orang tua yang mau sabar, berdoa memohon kesabaran,
justrus sering diijinkan Tuhan mengalami banyak peristiwa yang tidak enak, itulah training
sabar.
Meski karakter sesuatu yang kekal, namun tidaklah berarti tidak dapat diubah.
Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Sedangkan
kebiasaan seseorang terbentuk karena tindakan yang dilakukan berulang-ulang.25 Seseorang
yang terbiasa berbohong akan membentuk karakter seseorang pembohong atau penipu.
Seseorang yang terbiasa bangun pagi dan bekerja keras akan membentuk karakter seorang
yang ulet, disiplin dan rajin. Apabila karakter sudah terbentuk, maka hal itu akan diwujudkan
dalam tindakan. Tindakan tersebut kemudian akan memperkuat kebiasaannya, dan akhirnya

23
Handreas Hartono, “Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen,” Kurios 2, no. 1
(2014): 64.
24
Yotam Teddy Kusnandar, “Pentingnya Golden Character,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan
Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2017): 11–22.
25
Ibid.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|184
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 2, Maret 2021

memperkuat karakternya.26 Karena itu Hendriani juga sesuai dengan hasil ini yakni apabila
tidak terjadi perubahan, maka tindakan dan karakter seseorang akan saling memperkuat dan
memperkokoh.
Tuhan menghendaki kita untuk mengubah karakter yang bercela sampai kepada
karakter Kristus. Inilah yang dicari Tuhan dan bukan yang lainnya. Karakter adalah sesuatu
yang telah hilang sejak di Taman Eden. Allah mencari pribadi-pribadi Kristen yang
berkarakter seperti Kristus, bukan pelayanan dan manifestasi pelayanan yang menakjubkan.
Menurut Shaw, Allah mencari pribadi yang berkarakter Kristus untuk memenuhi
kerajaanNya, bukan pelayanan dan manifestasinya.27 Karakter yang menyerupai Kristus
adalah tujuan akhir Kekristenan. Karakter seperti inilah yang memungkinkan seseorang
berjumpa dengan Tuhan.
Tanpa karakter yang baik, suatu pelayanan akan selalu berada dalam keadaan rawan
atau rentan. Pelayanan yang tidak disertai dengan pembentukan karakter akan menempatkan
pelayanan itu dalam posisi yang rawan dan sewaktu-waktu dapat hancur berkeping-keping.
Salah satu yang dapat disebut sebagai contoh yaitu karakter dan keteladanan Daud.
Dari berbagai kisah yang diceritakan dalam Alkitab, ada berbagai karakter dan keteladanan
Daud yang dapat kita perhatikan dengan baik. Berikut beberapa karakter dan keteladanan
Daud.28 Pertama, Percaya sepenuhnya pada Allah. Dengan sepenuh hati Daud menyerahkan
hidupnya pada Allah, tanpa ragu. Kedua, Tidak pendendam. Beberapa kali kesempatan Daud
membunuh Saul, namun tidak dipergunakannya. Padahal Saul beberapa kali bersuha
membunuhnya. Ketiga, senang berdoa. Daud yang senang berdoa dapat dilihat dari
kumpulan doanya dalam kitab Mazmur. Tidak mungkin ada begitu banyak kumpulan doa
jika Daud sendiri tidak senang berdoa. Dan keempat, berpikir dengan rasional. Dari 2
Samuel 12:23, tampak Daud tidak dibutakan oleh iman. Ia tetap mengiringi imannya dengan
logika. Ia tidak mau bertindak sembrono, tidak menghargai hal lain yang sudah Allah
berikan, hanya karena satu hal saja.
Penelitian di atas juga sesuai dengan temuan Sahartian, bahwa PAK dalam keluarga
dapat membantu siswa dalam pembentukan karakternya, jika dalam keluarga dilaksanakan
atau diterapkan PAK, maka anak akan terbiasa membawa kebiasaan baik yang di terima dari

26
Evinna Cinda Hendriana dan Arnold Jacobus, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Melalui Keteladanan dan Pembiasaan,” JPDI (Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia) 1, no. 2 (2016): 28.
27
Perry W. H. Shaw, “Parenting that Reflects the Character of GOD,” Christian Education Journal:
Research on Educational Ministry 13, no. 1 (2016): 47.
28
Hendriana dan Jacobus, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Melalui Keteladanan dan
Pembiasaan.”

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|185
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

rumah ke luar rumah demikian juga halnya dengan lingkungan pergaulan siswa,29
dimanapun dia berada, baik itu di sekolah, keluarga dan masyarakat akan sangat
mempengaruhi karakter siswa tersebut. Hal tersebut juga berlaku dalam kultur Jawa yang
menanamkan nilai-nilai (disebut unggah-unggah), sejak kecil di keluarga.30 Jika PAK
diterapkan dalam keluarga dan siswa berada dilingkungan yang baik dengan demikian
keduanya berjalan seiringan maka baik pulalah karakter yang terbentuk dalam diri siswa
tersebut.
Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa PAK dalam keluarga erat
hubungannya dalam pembentukan karakter siswa. Demikian juga halnya dengan lingkungan
pergaulan siswa. Dan jika kedua variabel tersebut (X1 dan X2) secara bersama – sama
diterapkan akan saling berkolaborasi didalam membentuk karakter (Y) siswa yang baik.

KESIMPULAN
PAK dalam Keluarga bertujuan untuk memberikan kedekatan antara anak-anak
dengan ayah-ibunya, yang sanggup menciptakan suasana Kristen sejati. Orang tua harus
secara rutin dan dalam segala kesempatan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan kepada
anak-anak. Lebih lanjut lagi, orang tua harus menjadi teladan yang bailk bagi anak-anak
mereka, bukan hanya melalui perkataan, tapi juga perbuatan. PAK dalam keluarga dapat
dikembangkan melalui persekutuan dalam keluarga. Dalam pesekutuan keluarga, orang tua
dapat mengajarkan PAK kepada anak-anak melalui sikap, doa dan pemberitaan firman
Tuhan. Manfaat ini tidak hanya untuk diri anak itu sendiri melainkan akan berdampak baik
juga bagi lingkungan sekitar anak tersebut berada.
Maka dari itu PAK dalam Keluarga juga dapat membantu dalam pembentukan
karakter siswa. Di mana orangtua yang bertugas mengajarkan Pendidikan Agama Kristen
(PAK) dalam hal ini merupakan dasar utama bagi seluruh pendidikan lainnya. Lingkungan
keluarga yang merupakan media pertama dan utama yang secara langsung atau tak langsung
berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa. Sebaliknya, lingkungan pergaulan yang
kurang baik akan berpengaruh pada perkembangan jiwa seseorang.Karena lingkungan dan
pergaulan yang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar norma-norma

29
Santy Sahartian, “Pengaruh Pembinaan Rohani Keluarga Terhadap Karakter Pemuda Berdasarkan
Kolose 2: 6-10 Di GBAP Surakarta,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 1 (2019): 20–
39.
30
F J Nugroho dan D N Sari, “Kawruh Pamomong: Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis Kearifan
Lokal,” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan … 6, no. 2 (2020): 295.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|186
Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol 3, No 2, Maret 2021

yang ada di dalam masyarakat. Demikian sebaliknya, jika anak berada dalam lingkungan
yang baik maka anak kemungkinan besar akan memiliki karakter yang baik pula.

REFERENSI
Arieska, Permadina Kanah dan Novera Herdiani. “Pemilihan Teknik Sampling
Berdasarkan Perhitungan Efisiensi Relatif.” Jurnal Statistika 6, no. 2 (2018): 166–
171.
Darmalaksana, Wahyudin. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi
Lapangan.” Pre-print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung 1, no. 1
(2020): 1–6.
Daryanto, Suryatri Darmiatun. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Diedit oleh
Bintoro. Yogyakarta: CV. Gava Media, 2019.
Fitria, Restu Dwi, Muswardi Rosra, Shinta Mayasari, dan 2005:209 Hurlock. “Pengaruh
Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Siswa The Influence of Peers
Toward Student’s Learning Motivation.” ALIBKIN (Jurnal Bimbingan Konseling)
5, no. 1 (2017): 54–67.
Hapudin, H. Muhammad Soleh. Membentuk Karakter Baik Pada Diri Anak. Diedit oleh
Sofyan RH. Zaid. Jakarta: Tazkia Press, 2019.
Hartono, Handreas. “Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen.” Kurios
2, no. 1 (2014): 62–69.
Hendriana, Evinna Cinda, dan Arnold Jacobus. “Implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah Melalui Keteladanan dan Pembiasaan.” JPDI (Jurnal Pendidikan Dasar
Indonesia) 1, no. 2 (2016): 25–29.
Hutabarat, Oditha R. “Mendidik Anak Berkarakter Kristen Mengatasi Kekerasan.” Voice
of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama 1, no. 2 (2019): 1–23.
Jalil, Abdul. “Karakter Pendidikan untuk Membentuk Pendidikan Karakter.” Nadwa 6, no.
2 (2016): 175–192.
Kusnandar, Yotam Teddy. “Pentingnya Golden Character.” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi
dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2017): 11–22.
Mulyani, Mulyani. “Pola Asuh Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi pada
Anak Usia Dini di Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung
Barat.” EMPOWERMENT : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
3, no. 2 (2014): 135–140.
Nugroho, F J, dan D N Sari. “Kawruh Pamomong: Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis
Kearifan Lokal.” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan … 6, no. 2 (2020): 289–
301.
Panggabean, Justice Zeni Zari. “Pendekatan Praktis-teologis Dalam Fondasi Pendidikan
Kristiani.” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 4, no. 2
(2018): 167–181.
Parhusip, Bongsu, Hasahatan Hutahaean, dan Elda Theresia. “Penerapan Model Think-Pair
and Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAK pada Siswa SMP.” Didache
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, no. 2 (2020): 117–140.
Preskila, Eka, dan Bakhoh Jatmiko. “Keluarga Harmonis berdasarkan Kolose 3:18-21 dan
Pengaruhnya terhadap Etika Pergaulan Anak.” Didache: Journal of Christian
Education 1, no. 2 (2020): 153–168.
Rahmi, Sharfina, Mudjiran Mudjiran, dan Nurfahanah Nurfahanah. “Masalah-Masalah
yang Dihadapi Siswa yang Berasal dari Keluarga Broken terhadap Program
Layanan Bimbingan dan Konseling.” Konselor 3, no. 1 (2016): 1–6.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|187
H. Hutahaean, H. Sihotang, dan P. Siagian: PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa ...

Ratnasari, Kusuma Chandra Kirana; Ririn Tri. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gosyen Publishing, 2017.
Sahartian, Santy. “Pengaruh Pembinaan Rohani Keluarga Terhadap Karakter Pemuda
Berdasarkan Kolose 2: 6-10 Di GBAP Surakarta.” FIDEI: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika 2, no. 1 (2019): 20–39.
Saidah, UH. Pengantar Pendidikan : Telaah Pendidikan Secara Global dan Nasional :
Dilengkapi Rekonstruksi Mata Kuliah, RPS, dan SAP. Jakarta: Rajawali Press,
2016.
Shaw, Perry W. H. “Parenting that Reflects the Character of GOD.” Christian Education
Journal: Research on Educational Ministry 13, no. 1 (2016): 43–58.
Sugiyono, Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: AlfaBeta, 2018.
Tety, Tety, dan Soeparwata Wiraatmadja. “Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan Kristen.”
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 1, no. 1 (2017):
55–60.
Utomo, Bimo Setyo. “(R)Evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi
Kehidupan Siswa.” DUNAMIS: Jurnal Penelitian Teologi dan Pendidikan Kristiani
1, no. 2 (2017): 1–15.

Copyright© 2021; Jurnal Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 (online), 2656-4904 (print)|188

You might also like