Literasi Digital, Mendidik Anak Di Era Digital Bagi Orang Tua Milenial
Literasi Digital, Mendidik Anak Di Era Digital Bagi Orang Tua Milenial
Literasi Digital, Mendidik Anak Di Era Digital Bagi Orang Tua Milenial
Abstract
The birth of a digital knowledge-based community brought about major changes in
everything. In particular, educational problems become very diverse with greater
responsibilities. This requires the expertise of parents and teachers to implement appropriate
solutions to various problems and also requires the ability to adapt to environmental changes.
These changes require a new orientation in education, namely education that emphasizes
search-and discovery-centered, learning that emphasizes creativity, initiative, and
communication and cooperation. In the digital age, teachers and parents are needed who are
able to keep up with the times, can play various roles as carriers of change, digital
networkers, learning consultants; who have a high sense of humanity and morals, and social
sensitivity, and rational and honest thoughts, so that they are able to work well in a dynamic
educational environment. This article discusses several new reorientations of learning that
are thought to influence vision, responsibility, social sensitivity and logical ability, and
honesty. All of this leads to a reorientation to the new role of parents, namely as agents of
change, knowledge renewal, and learning consultants.
119 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 120
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
ini ditentukan oleh berbagai faktor. tua yang layak dan siap untuk mendidik
Antara lain terpaan teknologi digital, anak tersebut. Anak baru lahir kodratnya
tingkat pendidikan ibu, dan tingkat adalah suci dan kondisi anak akan
ekonomi keluarga. Anak-anak yang lahir tergantung pada orang tua yang
di keluarga kelas ekonomi dan social mendidiknya, seperti apa kedua orang
menengah cenderung lebih mahir, tua itu maka anaknya juga akan seperti
produktif dan memahami keamanan orang tua tersebut. Rasulullah SAW
teknologi digital dibandingkan anak-anak bersabda, “setiap bayi dilahirkan adalah
kelas bawah yang hanya diajari gawai dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
untuk permainan dan hiburan. Apalagi tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
bila ibunya tidak pernah mendiskusikan Nasrani, atau Majusi.” (Hadits Shohih
teknologi itu (Livingstone, 2009). Bukhari, No. 1296).
Anak-anak sebagaimana generasi Orang tua memiliki tanggung
sebelumnya membutuhkan bimbingan jawab untuk memenuhi kebutuhan anak,
dan arahan dari orang tua untuk mengajari, mengarahkan, dan mendidik.
menggunakan media digital dengan Tanggung jawab orang tua meliputi
bijaksana. Maka orang tua perlu tanggung jawab keimanan, materi, fisik,
memahami nilai utama dunia digital yang moral, akal, kejiwaan, sosial, dan seks.
menyetir kehidupan kita saat ini. Ada Tanggung jawab inilah yang disebut
tiga nilai penting: kreatiftas, kolaborasi dengan bentuk pendidikan. Tujuan dari
dan berpikir kritis (Kurnia dan pendidikan itu sendiri adalah untuk
Engelbertus Wendratama, 2017). Anak membentuk anak-anak menjadi manusia
adalah anugerah terindah yang diberikan yang sehat, cerdas, berkarakter mulia,
oleh Allah SWT yang harus disyukuri dan berakhlak serta mampu menjadi generasi
merupakan pelengkap manusia ketika kuat dan memiliki masa depan yang
sudah berumah tangga. Rasa syukur yang cerah. Agar semua ini terwujud maka
dapat dilakukan oleh kedua orang tua orang tua harus mengetahui dan
adalah dengan mendidik, menyayangi, menerapkan pendidikan yang benar
mencintai dan memberikan pendidikan sesuai dengan tahapan perkembangan
yang layak untuk anak. Anak bukan anak yang berlandaskan syariat Islam
hanya anugerah terindah yang diberikan sebagaimana telah diajarkan oleh
oleh Sang Pencipta, tetapi juga titipan Rasulullah SAW dalam berbagai
Allah SWT yang diberikan kepada orang sunnahnya. Orang tualah yang berperan
121 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
penting untuk mengarahkan kehidupan penyalur hikmah dan barokah dari Allah
anak kepada kebaikan atau keburukan, kepada anak didik. Tujuannya adalah
kecerdasan atau kebodohan, akhlak agar anak didik mengenal dan bertakwa
karimah atau akhlak jahiliyah. kepada Allah S.W.T, dan mengenal
Dalam Islam terdapat beberapa fitrahnya sendiri. Pendidikan adalah
istilah yang sangat tepat digunakan bantuan untuk menyadarkan,
sebagai pendekatan dan penguatan membangkitkan, menumbuhkan,
pembelajaran, dengan menerapkan memampukan dan memberdayakan anak
model pembelajaran dalam penguatan didik akan potensi fitrahnya. Upaya
pendidikan karakter, untuk untuk mengembangkan kemampuan
membentengi arus globalisasi pada era membaca, dikembakan metode tilawah
revolusi industri, melalui tujuannya agar anak memiliki kefasihan
pengintegrasian proses pembelajaran, berbicara dan kepekaan dalam melihat
dengan konsep antara lain: tilawah fenomena, khususnya dalam era generasi
menyangkut kemampuan membaca; millennial. Dalam Era digital, pendidikan
ta’lim terkait dengan pengembangan kita perlu mengembangkan literasi baru
kecerdasan intelektual (intellectual yang tentunya kita harus memahami cara
quotient); model tarbiyah menyangkut penggunaan teknologi tersebut. Proses
kepedulian dan kasih sayang secara pendidikan yang baik juga harus dapat
naluriah yang di dalamnya ada asah, asih memenuhi kebutuhan dalam literasi
dan asuh; dan model ta’dib terkait manusia, menjadi penting untuk
dengan pengembangan kecerdasan bertahan di era revolusi industri ini,
emosional (emotional quotien); tazkiyah tujuannya adalah agar manusia bisa
terkait dengan pengembangan berfungsi dengan baik di lingkungan
kecerdasan spiritual (spiritual quotient); manusia dan dapat memahami interaksi
dan tadlrib dan kecerdasan fisik atau dengan sesama manusia dalam era yang
keterampilan (physical quotient atau begitu cepat dalam perkembangan
adversity quotient). revolusi industri.
Metode pembelajaran yang Metode Penelitian
menyeluruh dan terintegrasi, sebagai Metode yang digunakan dalam
pondasi yang kokoh, dalam penelitian ini adalah menggunakan
pembentukan karakter di era digital, metode kepustakaan (library research).
perlunya pendidikan/guru adalah Metode analisis yang digunakan dalam
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 122
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
kajian literatur bersifat analisis deskripsi Hakikat dan Fungsi Orang Tua dalam
melalui berbagai kajian kepustakaan Keluarga di Era Digital
dalam memperkuat analisis yang Orang tua sebagai pendidik yang
didukung dari berbagai sumber yang pertama dan utama mempunyai peran
memiliki kedalaman teori dari para ahli dan fungsi yang sentral dalam mendidik
tentang pendidikan karakter dalam dan membentuk kepribadian seorang
perspektif Islam, dan sejarah anak. Proses pendidikan dan
perkembangan generasi millenial. pembentukan kepribadian anak tersebut
Melalui pendekatan analisis kajian terjadi pertama kali di lingkungan
keputusan dapat dijadikan dasar dalam keluarga. Keluarga adalah persekutuan
mengembangkan pendidikan karakter, orangtua dan anak-anak. Kebutuhan dan
dalam keilmuan aspek teoritas dapat keterikatan anak, kasih sayang dan
dijadikan acuan di dalam menghadapi usaha-usaha alami dari orangtua, serta
perkembangan zaman yang terus ikatan-ikatan darah dengan semua
berkembang khususnya dalam dunia kekerabatan badani dan rohani
pendidikan yang juga mampu mengubah membuktikan bahwa keluarga
pola pikir manusia dapat diwujudkan merupakan lembaga sosial alami.
dalam karya-karya inovatif untuk Disinilah, sasaran dan tugas-tugas
menjawab kebutuhan masyarakat dalam keluarga adalah membesarkan anak-
era millennial. Metode library research anak serta memperhatikan kebutuhan
adalah metode yang mengelaborasi sehari-hari para anggotanya.
berbagai macam literature baik berupa Berdasarkan beberapa konsep ini,
buku, jurnal, maupun literature yang maka keluarga juga berperan penting
relevan dengan tema tulisan. Metode dalam kehidupan ekonomi, pendidikan,
kepustakaan ini dipilih karena penulis dan agama. Keluarga mengalami masalah
memadukan hasil temuan bertema sama atau persoalan justru karena kehilangan
sebagai kajian pendahuluan (preliminary fungsi utama sebagai sebuah keluarga.
studies) dengan kajian kekinian (Zed, Akibatnya, dalam kehidupan berkeluarga
2008 : 2). Hal tersebut ditujukan untuk muncul tindakan kekerasan fisik dan
verifikasi kajian terdahulu, sekaligus verbal, hilangnya kasih sayang, tidak
menemukan unsur kebaruan (novelty) adanya penanaman nilai agama, budi
dalam penelitian selanjutnya. pekerti, tidak ada komunikasi dan
interaksi yang melegakan, anggota
123 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
keluarga merasa tidak aman dan tidak Pola asuh juga berkaitan dengan
nyaman. Kehidupan keluarga akan tanggung jawab dan kewajiban orang tua
menjadi aman, bahagia dan terhadap anak. Menurut Undang-Undang
menyenangkan jika orang tua memahami Repubulik Indonesia Nomor 35 Tahun
peran atau fungsinya serta menjalankan 2014, Pasal 26, orang tua dalam keluarga
fungsi-fungsi tersebut dengan baik serta berkewajiban dan bertanggung jawab
merawat kehidupan keluarga dengan untuk: (1) mengasuh, memelihara,
terus-menerus melakukan hal-hal yang mendidik, dan melindungi anak; (b)
positif, menerapkan pola tindakan atau menumbuhkembangkan Anak sesuai
pola asuh orang tua (parenting) yang dengan kemampuan, bakat dan
efektif, positif, konstruktif dan minatnya; (c) mencegah terjadinya
transformatif. perkawinan pada usia anak; (d)
Pola Asuh Orang Tua yang Efektif di memberikan pendidikan karakter dan
Era Digital penanaman nilai budi pekerti pada anak.
Proses interaksi antara orang tua Keterlibatan orang tua dalam
dan anak untuk mendukung membentuk kepribadian anak bertujuan
perkembangan fisik, emosi, sosial, untuk mencegah perilaku menyimpang
intelektual, dan spiritual berlangsung yang tidak sesuai dengan norma susila
sejak seorang anak dalam kandungan dan nilai moral dalam diri anak. Dengan
sampai dewasa (Kemendikbud RI, Juli demikian, pola asuh orang tua berarti
2019 : 3). Itu berarti bahwa pola asuh suatu proses interaksi antara orang tua
merupakan pola interaksi antara anak dan anak yang meliputi kegiatan seperti
dengan dengan orang tua yang meliputi memelihara, mendidik, membimbing
meliputi pemenuhan kebutuhan fisik serta mendisplinkan dalam mencapai
(seperti makan, minum dan lain-lain) proses kedewasaan baik secara langsung
dan kebutuhan psikologis (seperti rasa maupun tidak langsung.
aman, kasih sayang dan lain-lain), serta Karakteristik Anak Generasi Digital
sosialisasi norma-norma yang berlaku di Pada umumnya,setiap populasi
masyarakat agar anak dapat hidup generasi yang muncul dalam kurun
selaras dengan lingkungannya. Dengan waktu setiap 15-18 tahun terakhir
kata lain, pola asuh juga meliputi pola memiliki karakteristik demografik yang
intraksi orang tua dengan anak dalam berbeda dengan generasi sebelum dan
rangka pendidikan anak. setelahnya. Pengelompokan karakteristik
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 124
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
tiap generasi ini disebut sebagai cohort dan optimis dalam menggapai mimpi
(Andriyani 2018:19). Artinya, pembagian dalam hidupnya. Anak-anak ini lahir
suatu generasi berdasarkan periodisasi dalam kondisi dunia yang lebih baik dari
waktu tertentu dan perbedaan generasi sebelumnya. Orang tua dari
karakteristik kelompok tersebut. generasi ini mayoritas lebih mapan,
Perbedaan karakteristik setiap generasi mampu memberikan fasilitas, dan rasa
meliputi perbedaan kepercayaan, nyaman kepada anak. Anak zaman ini
keyakinan, karier, keseimbangan kerja, memiliki ambisi besar untuk sukses
keluarga, peran gender, dan lingkungan karena semakin banyaknya role model
pekerjaan. Misalnya, generasi yang lahir yang diidolakan dibandingkan generasi
pada tahun 1946-1964 disebut dengan sebelumnya. Anak harus memiliki ambisi
baby boomers. Sedangkan generasi yang atau goal sejak dini. Oleh karena itu,
lahir pada tahun 1965-1979 disebut orang tua perlu mendefinisikan goal atau
generasi X (slacker atau Xers). Generasi Y cita-cita anak dengan jelas dan benar.
adalah generasi yang lahir tahun 1980- Kedua, anak cenderung berpikir
2000. Generasi ini sering juga disebut praktis dan berperilaku instan (speed).
generasi digital atau millenials. Generasi Anak-anak generasi ini menyukai
ini lahir saat internet mulai masuk dan pemecahan masalah yang praktis dan
berkembang (generasi NET). Sedangkan kurang sabar mengikuti proses untuk
generasi yang lahir setelah era milenial mencermati suatu masalah. Hal ini
ini disebut dengan generasi Z. terjadi karena anak-anak ini lahir dalam
Karekteristik setiap generasi dunia yang serba instan. Realitas ini
berbeda-beda karena ditentukan oleh mengharuskan orang tua untuk
perubahan dan kondisi demografik saat mendidik anak tentang konsep proses,
itu. Berbeda dengan generasi X, generasi daya tahan (endurance) dan komitmen
Net atau Milenial sangat bergantung untuk menjalankan tugas. Orang tua yang
pada teknologi terutama internet. bijak akan membimbing seorang anak
Menurut Andriyani (2018 : 24), generasi untuk menemukan kiat-kiat dan langkah-
Net ini memiliki karakteristik sebagai langkah praktis dalam menemukan
berikut : tujuan hidup anaknya.
Pertama, memiliki ambisi besar Ketiga, anak mencintai kebebasan.
untuk sukses. Anak zaman sekarang Generasi Net sangat menyukai
cenderung memiliki karakter yang positif kebebasan berpendapat, berkreasi,
125 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
berekspresi. Anak generasi ini lahir di meningkatkan rasa percaya diri anak.
dunia yang modern. Suatu dunia dengan Orang tua juga perlu menyampaikan
ciri bahwa rezim tirani otoriter tidak kepada anak bahwa kunci sukses untuk
memiliki kekuasaan untuk mengontrol mencapai tujuan dan cita-cita dalam
yang lain. Anak-anak generasi ini lebih hidup adalah menjaga keseimbangan
menyukai pelajaran yang bersifat antara kepercayaan diri (self confidence)
eksplorasi dan tidak menyukai pelajaran dan kompetensi diri (self efficacy). Orang
yang bersifat menghafal. Mereka tua perlu menciptakan lingkungan yang
menghendaki supaya aturan di rumah kondusif supaya anak bertumbuh dalam
harus disertai dengan penjelasan yang kompetensi dan kepercayaan diri yang
logis. Oleh karena itu, orang tua perlu tinggi.
memberikan penjelasan logis tentang Kelima, anak cenderung menyukai
peraturan yang berlaku di rumah. hal yang detail. Generasi ini termasuk
Pendidik (guru dan orang tua) perlu generasi yang kritis dalam berpikir.
memberikan konsep kebebasan yang Selain itu, generasi ini sangat detail
bertanggung jawab kepada anak-anak. dalam mencermati suatu permasalahan
Pendidik tidak boleh membiarkan anak atau fenomena yang terjadi dalam hidup
bebas tanpa memahami prinsip sebab setiap hari. Generasi ini dapat
akibat dan konsekuensi dari suatu memperoleh segala informasi dan
perbuatan atau peraturan yang diberikan gambar dengan menulis saja topik yang
kepada anak. ingin ditelusuri melalui google engine.
Keempat, percaya diri. Anak-anak Hal ini tentu berbeda sekali dengan
yang lahir pada generasi ini mayoritas generasi sebelumnya yang tanpa bantuan
memiliki kepercayaan diri yang tinggi, internet harus mencari jawaban atas
memiliki sikap optimis dalam banyak hal. suatu hal dengan mencari di buku atau
Zaman ini membutuhkan seorang anak bertanya pada guru atau orang yang
yang bermental positif dan percaya diri. berkompeten pada bidangnya. Dengan
Atas dasar itulah, orang tua perlu tereksposnya segala informasi ini, maka
membantu anak supaya sikap optimis generasi Net dapat mengakses semua
dan percaya diri terus bertumbuh dan informasi dan membangun suatu konsep
berkembang dengan baik. Setiap pola berpikir kritis dari berbagai
masukan yang bernuansa nasehat dari pendekatan yang disediakan oleh dunia
orang tua harus bertujuan untuk maya. Kenyataan ini mengharuskan
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 126
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
orang tua dan pendidik untuk dimilikinya. Orang tua dan pendidik
menyediakan informasi yang cukup bagi harus berusaha untuk memberikan
anak. Selain itu, orang tua dan pendidik reward dalam bentuk hadiah kecil,
harus tetap mempersiapkan dan pujian, pelukan atau kata-kata yang
mengarahkan anak-anak supaya bersifat memotivasi sebagai bentuk
menerima informasi yang sesuai dengan apresiasi atas usaha yang ditunjukkan
karakteristik usianya. Orang tua dan anak.
pendidik wajib meng-upgrade diri Ketujuh, anak mahir menggunakan
dengan informasi global terkini digital dan teknologi informasi. Generasi
mengenai dunia dan tren anak zaman Net ini lahir ketika media digital mulai
sekarang. Para pendidik dan orang tua merambah dan berkembang dengan
perlu lebih maju satu tingkat di atas atau pesat dalam segala dimensi kehidupan
setidaknya setara dengan pengetahuan manusia. Generasi ini sangat mahir
anak. Dengan itu, orang tua dan pendidik menggunakan segala macam gadget dan
dapat mengontrol perilaku dan aktivitas aneka media digital lainnya dalam
anak dalam menggunakan media digital. melayani kepentingan dan kebutuhan
Keenam, anak mempunyai setiap hari. Anak-anak ini lebih memilih
keinginan besar untuk mendapatkan berkomunikasi melalui dunia maya atau
pengakuan. Setiap orang pada dasarnya media sosial daripada berkomunikasi
memiliki keinginan agar diakui atas kerja atau berinteraksi langsung (face to face)
keras, usaha, kompetensi yang telah dengan orang lain. Generasi ini menjadi
didedikasikan untuk pelbagai bagian dari komunitas berskala besar
kepentingan. Generasi ini mempunyai dalam sebuah jaringan media dan
kecenderungan supaya mendapat teknologi, tanpa mengenal satu sama lain
pengakuan dalam bentuk reward (pujian, melalui internet. Generasi ini cenderung
hadiah, sertifikat, atau penghargaan). Hal memiliki kemampuan komunikasi publik
ini disebabkan karena generasi ini yang cukup rendah. Para pendidik dan
mempunyai kemampuan dan orang tua perlu mengetahui informasi
eksistensinya sebagai individu yang unik. terkini dalam era digital. Para pendidik
Pada umumnya suatu generasi yang dan orang tua juga tidak boleh
merasa diri unik dan istimewa selalu memasung anak dalam isolasi
membutuhkan justifikasi sebagai bentuk lingkungan yang jauh dari teknologi,
pengakuan terhadap apa yang tetapi mendampingi atau menemani
127 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 128
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
129 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
justru menerima dampak negatif dari lain, orang tua harus siap
penggunaan media digital dan teknologi. mengaplikasikan semua tip parenting ke
Pola Asuh Anak di Era Digital dalam dirinya. Jika mentalitas dan
digital yang dijelas ini, maka orang tua menjadi sosok orang tua ideal, maka
menerapkan pola asuh yang efektif jika dikemukakan tentang peran orang tua
orang tua mengetahui apa yang harus di yang ideal terhadap anak, terutama
buat untuk mendidik anak di era digital. berkaitan dengan tipe pola asuh orang
Orang tua diharapkan mampu tua dalam keluarga. Ada banyak teori
melindungi anak-anak dari ancaman era mengenai pola asuh orang tua terhadap
digital, tetapi tidak menghalangi potensi anak dalam keluarga. Secara umum, pola
manfaat yang bisa ditawarkannya. asuh anak dalam keluarga terbagi dalam
dikemukakan ini, orang tua dapat (1) pola asuh otoriter; (2) pola asuh
menerapkan model atau pola demokrasi; (3) pola asuh permisif. Kajian
pengasuhan yang bersifat arif, positif, dalam tulisan ini mau menerapkan teori
Pola asuh orang tua atau parenting yang dikembangkan oleh Diana Baumrind.
utama adalah effective parenting atau Zaini (2019 : 109) mengadopsi dan
pola asuh yang efektif (Zaini, 2019 : mengembangkan pola asuh yang
109)). Pola asuh seperti ini bukan hanya dikembangkan Diana Baumrind dalam
bagaimana mendidik anak yang efektif. empat (4) kategori pola asuh orang tua
Effective parenting berkaitan erat dengan terhadap anak di keluarga, yakni orang
mentalitas dan karakter. Orang tua perlu tua authoritarian (otoriter); orang tua
dibangun dalam diri orang tua dan uninvolved; dan orang tua authoritative.
dilatih terus-menerus, sehingga para Setiap orang tua tidak harus mutlak
orang tua dapat menjadi sosok teladan menggunakan satu tipe pola asuh, tetapi
yang diinginkan anak-anak. Dengan kata para orang tua dapat mengkombinasikan
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 130
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
131 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
tipe ini memberikan aturan main dan yang demkoratis dengan ciri-ciri
disiplin kepada anak, namun memiliki pengasuhannya, yakni (a)ada kerja sama
gaya komunikasi yang lebih baik antara orang tua dan anak; (b) anak
ketimbang authoritarian. Orang tua yang diakui sebagai pribadi yang dapat
berkarakter seperti ini penuh kasih bertumbuh dan berkembang; (c) ada
sayang seperti tipe permisif, dan bimbingan dan pengarahan dari orang
responsif terhadap kebutuhan anak. tua; (d) ada kontrol dari orang tua yang
Orang tua ini mengutamakan sikap tidak kaku. Pola asuh ini mempunyai ciri
assertive (tegas) dan proaktif. Orang tua bahwa orangtua selalu berusaha
tipe ini melatih anak untuk mendorong anak supaya memiliki
bertanggungjawab terhadap diri sendiri, kepercayaan diri yang tinggi serta
sesama dan juga mandiri. Orang tua membuka ruang dan kesempatan bagi
authoritative memiliki karakter ideal anak untuk membicarakan apa yang
menjadi teladan atau teladan (role anak inginkan.
model) bagi anak. Orang tua mendidik Setiap tipe pola asuh orang tua atau
anak dengan kasih sayang dan parenting yang dijelaskan ini mempunyai
kedisiplinan. Selain itu, orang tua juga dampak tersendiri terhadap
memberikan kebebasan yang perkembangan karakter anak di masa
bertanggung jawab bagi anak. Orang tua yang akan datang (Santosa, 2015:110-
memahami karakter anak-anaknya 112). Orang tua otoriter menghasilkan
dengan mendalam, dan mengetahui anak-anak yang tumbuh dewasa menjadi
kebutuhan emosional anak. Orang tua orang yang patuh terhadap peraturan
yang bertipe authoritative terkadang dan memiliki kompetensi tinggi. Namun,
memperlakukan anak sebagai teman dan pola asuh orang tua yang otoriter justru
juga menggunakan otoritasnya sebagai berisiko negatif bagi anak yakni anak
orang tua. Tipe ini memiliki mentalitas kurang merasa bahagia, mengalami
yang baik dan pemikiran yang terbuka hambatan dalam menjalin hubungan baik
terhaap ilmu parenting baru. Mentalitas dengan banyak orang, memiliki nilai diri
yang mau belajar berubah jika memiliki sendiri cukup rendah (anak merasa tidak
kekurangan agar dapat menjadi teladan percaya diri) serta cenderung cepat
yang lebih baik lagi untuk anak-anaknya. untuk depresi.
Pola asuh orang tua yang authoritative Sedangkan orang tua permisif
ini identik dengan pola asuh orang tua berpeluang memproduksi anak-anak
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 132
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
133 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 134
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
135 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
(orang tua dapat bercanda dengan anak dibujuk, diberi kebebasan tetapi tetap
saat bicara, dan sebaliknya orang tua dengan suatu kontrol supaya
tidak boleh tersinggung jika dijadikan pertumbuhan dan perkembangan anak
objek atau korban humor. Canda tawa tetap terkendali dengan baik. Pola asuh
yang sehat dapat membangun hubungan orang tua seperti ini menjadi semakin
positif). Kesebelas, appreciate our teens mendesak terutama di era digital saat ini.
special strengths (orang tua perlu Pola asuh yang efektif di era digital
menerima anak apa adanya dan tidak adalah pola asuh authoritative dan
boleh membandingkan anak dengan demokratis. Kedua pola asuh ini tidak
saudara atau orang lain karena akan mensteril anak dari pengaruh era digital,
membuat anak merasa rendah diri dan tetapi berupaya menguatkan anak agar
tidak termotivasi untuk berjuang). bersikap kritis terhadap pengaruh-
Keduabelas, involve our teens in setting pengaruh positif dan negatif era digital.
boundaries and making rules (orang tua Selain itu, orang tua harus mampu
perlu membantu anak menciptakan memahami ragam aplikasi yang
batasan, aturan dan konsekuensi dalam mendidik dan memandu anak supaya
hidup). Ketigabelas, be real with our teens anak menggunakannya untuk tujuan
(orang tua perlu bersikap menghargai yang baik dan positif. Orang tua harus
dan etika sopan santun). mengawasi atau menuntun anak dalam
Kesimpulan menggunakan media informasi tersebut
Pola asuh anak dalam keluarga supaya tidak menyimpang dari nilai-nilai
mencakup empat (4) kategori, yaitu pola pendidikan yang sebenarnya.
asuh otoriter, pola asuh permisif, pola Orang tua yang peduli terhadap anak
asuh yang kurang memiliki tuntutan berarti orang tua yang terlibat dalam
terhadap anak dan kurang responsive seluruh dimensi pembentukan seorang
terhadap kebutuhan anak (orang anak. Artinya, orang tua tidak hanya
uninvolved), pola asuh demokratis dan piawai dan paham segala macam hal dan
authoritative. Orang tua yang hebat istilah teknis dari perangkat dan media
harus terlibat dalam mendidik anak digital yang akan dibeli atau telah
dengan mengimplementasikan pola asuh digunakan anak. Akan tetapi, selama
yang arif, positif, efektif, konstruktif dan anak masih tergantung kepada orang tua,
transformatif. Orang tua harus mendidik maka orang tua wajib mengetahui, bukan
anak bukan dengan paksaan, tetapi membatasi, untuk apa dan bagaimana
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 136
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
137 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 138