47-Article Text-221-1-10-20220425
47-Article Text-221-1-10-20220425
47-Article Text-221-1-10-20220425
114-119 2022
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Negeri Padang, West Sumatera,
Indonesia
*Correspondence author: dezihandayani3252@gmail.com
Abstract
Ecoenzyme is a liquid from the fermentation of organic matter, sugar and water or commonly known as environmentally
friendly enzymes. Ecoenzyme liquid contains various secondary metabolites produced by microbes (bacteria and fungi)
that exist during the fermentation process. Ecoenzymes can generally be made from organic materials such as
vegetable waste and unprocessed fruit waste. One of the organic materials that is easily obtained and produces
ecoenzyme with a distinctive aroma is orange peel. The purpose of this study was to determine the types of fungi from
ecoenzyme liquid with organic sources of various types of orange peel. This research is a descriptive research
conducted in June-December 2021 at the Research Laboratory of the Biology Department, FMIPA UNP. The
ecoenzyme samples used were a mixture of several types of citrus, namely honey orange peel, Mandarin orange,
Pasaman orange, Gunung Omeh orange, lime and kaffir lime. The results showed that the ecoenzyme sample found 1
fungal isolate. The results of macroscopic and microscopic observations generally obtained that the fungal isolates were
round with wavy edges, slow growth, brownish white in color, the cells were flat rod-shaped and quite long, had a
rough surface, and had one nucleus. The isolates obtained showed the characteristics of yeast. Therefore, it can be
concluded that it was successful to isolate 1 fungal isolate from ecoenzyme liquid with organic sources of various types
of orange peels.
Abstrak
Ecoenzyme merupakan merupakan cairan dari hasil fermentasi bahan organik, gula dan air yang mengandung berbagai
senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan cendawan) yang ada selama proses fermentasi.
Ecoenzyme umumnya dapat dibuat dari bahan organik seperti limbah sayuran dan buah-buahan yang belum diolah.
Salah satu bahan organik yang mudah didapatkan dan menghasilkan ecoenzyme dengan aroma yang khas adalah kulit
jeruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis cendawan dari cairan ecoenzyme dengan sumber
bahan organik berbagi jenis kulit jeruk. Penelitian ini merupakan penelitian deskiriptif yang dilaksanakan pada bulan
Juni-Desember 2021 di Laboratorium Penelitian Jurusan Biologi FMIPA UNP. Sampel ecoenzyme yang digunakan
adalah campuran dari beberapa jenis jeruk, yaitu kulit jeruk madu, jeruk Mandarin, jeruk Pasaman, jeruk Gunung
Omeh, jeruk nipis dan jeruk purut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel ecoenzyme ditemukan 1 isolat
cendawan. Hasil pengamatan makroskpis dan mikroskopis umumnya didapat isolat cendawan berbentuk bulat dengann
tepinya bergelombang, pertumbuhannya lambat, bewarna putih kecoklatan, selnya berbentuk batang pipih dan cukup
panjang, memiliki permukaan kasar, dan memiliki satu intisel. Isolat yang didapat menunjukkan karateristik
114
khamir. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa berhasil mengisolasi 1 isolat cendawan dari cairan ecoenzyme dengan
sumber bahan organik berbagai jenis kulit jeruk.
Pendahuluan
Ecoenzyme merupakan cairan dari hasil fermentasi bahan organik, gula dan air atau biasa dikenal sebagai enzim
ramah lingkungan. Ecoenzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong pediri Asosiasi Pertanian
Organik Thailand (Mardiani, 2021). Ecoenzyme adalah cairan yang dihasilkan dari proses fermentasi selama 3 bulan
dengan bahan sederhana gula, limbah atau sampah organik dan air dengan menggunakan komposisi 1 : 3 : 10. Selama
proses ecoenzyme dihasilkan ozon dan oksigen yang setara dengan dihasilkan oleh 10 pohon (Nazim, 2015).
Cairan Ecoenzyme mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri
dan cendawan) yang ada selama proses fermentasi. Senyawa metabolit sekunder tersebut diantaranya adalah enzime
(amylase, tripsin, dan lipase), fenol, alkohol dan asam organik (Utpalasari, 2020). Oleh karena itu ecoenzyme dapat
digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah sebagai pembersih rumah tangga, sabun, sampo, perawatan
wajah dan tubuh, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai desinfektan karena bersifat sebagai antibakteri. Ecoenzyme juga
dapat digunakan untuk pembersih udara dan menghilangkan bau serta partikel beracun yang ada di udara (Maula,
2020). Pembuatan ecoenzyme memberikan dampak positif yang luas bagi lingkungan secara global maupun ekonomi.
Ecoenzyme umumnya dapat dibuat dari bahan organik seperti limbah sayuran dan limbah buah-buahan yang
belum diolah. Salah satu bahan organik yang mudah didapatkan dan menghasilkan ecoenzyme dengan aroma yang khas
adalah kulit jeruk. Kulit jeruk yang digunakan bisa berbagai macam, seperti kulit jeruk madu, jeruk Mandarin, jeruk
Pasaman, jeruk Gunung Omeh, jeruk nipis dan jeruk purut. Bahan organik kulit jeruk bagus digunakan sebagai sumber
organik karena memiliki sifat yang khas seperti aroma dan rasa yang tajam, sumber vitamin C dan juga kaya akan
khasiat obat serta nilai keasaman yang tinggi (Vama, 2020). Kulit jeruk memilki beberapa kandungan senyawa kimia
seperti asam askorbat, vitamin E, vitamin A, dan polifenol. Dimana polifenol sebagai antioksidan dapat menghambat
radikal bebas yang berperan penting dalam pathogenesis inflamasi. Substansi dari polifenol yaitu flavonoid memiliki
efek anti inflamasi, antioksidan, dan antibakteri (Roska, 2018). Kulit jeruk juga mengandung asam sitrat, asam oksalat,
asam malat, dan asam suksinat (Srimathi, 2020).
Ecoenzyme yang terbuat dari bahan organik memiliki jenis mikroba yang berbeda. Mikroba tesebut umumnya
berupa bakteri dan cendawan. Beberapa literatur mengatakan bahwa bakteri yang ada dalam ecoenzyme adalah Bakteri
Asam Laktat (BAL). Bakteri Asam Laktat dapat ditemukan pada lingkungan yang kaya akan karbohidrat, selain itu
bakteri ini juga dapat ditemukan pada berbagai jenis fermentasi makanan, sayuran, dan buah buahan (Ismail, 2007),
contohnya seperti buah durian, nanas, sirsak, cacao, pisang, dan jeruk. Sudah banyaknya penelitian yang dilakukan
untuk mengeksplorasi Bakteri Asam Laktat dari berbagai sumber, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim,
(2017) ecoenzyme yang dibuat dari kulit mangga ditemukan adanya Bakteri Asam Laktat, dan penelitian yang dilakukan
oleh Yusmarini, et al., (2009) yang terbuat dari susu kedelai juga ditemukannya Bakteri Asam Laktat. Bakteri Asam
Laktat berperan penting dalam industri fermentasi dan pertanian, contohnya adalah untuk produksi Hormon Indole
Asetic Acid (IAA) dan siderophore. Walaupun beberapa sumber, meurut Ervinta, (2020) menyatakan bahwa mikroba
yang terdapat dalam ecoenzyme adalah bakteri dan cendawan , tetapi belum ada literatur yang membahas mengenai jenis
- jenis cendawan apa saja dan apa fungsinya dalam ecoenzyme dari bahan organik kulit jeruk. Maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitan dengan judul “Jenis - Jenis Cendawan dari Cairan Ecoenzyme dengan Sumber Bahan
Organik Berbagai Jenis kulit Jeruk”.
.
Bahan dan Metode
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2021 di Laboratorium Penelitian Jurusan Biologi
FMIPA UNP.
115
dengan menggunakan alkohol 70 %. Untuk alat yang berbahan logam disterilisasi dengan cara dipanaskan pada api
bunsen hingga logam berubah warna menjadi kemerahan.
Pembuatan medium
Pada penelitian ini medium yang digunakan yaitu medium PDA (Potato Dexstrosa Agar). Untuk 1 liter medium
PDA ditimbang sebanyak 39 gram bubuk PDA yang dilarutkan dengan aquades dan volumenya dicukupkan sampai
1000 ml, lalu dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk. Medium PDA kemudian dituang kedalam 4 erlemeyer 500 ml.
Setelah itu disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi selama 15 menit. Apabila
medium sudah steril didinginkan pada suhu ruang ± 40 oC dengan ditambahkan antibiotik ampicillin sebanyak 500
mg/L kemudian diaduk sampai larut. Lalu medium dituang kedalam cawan petri steril.
Pembuatan ecoenzyme
Ecoenzyme dibuat dengan bahan dasar kulit buah yang dicampur molase dan air dengan perbandingan 3 : 1 : 10
dengan komposisi 900 gram bahan organk (kulit jeruk), 300 gram molase dan 3 L aquades. Campuran tersebut dituang
kedalam wadah 5 kg lalu difermentasikan selama 3 bulan. Kulit jeruk yang digunakan adalah kulit jeruk yang airnya
sudah diperas.
Pengambilan sampel
Sampel ecoenzyme yang digunakan dalam penelitian ini diambil pada saat panen yaitu hari ke 100 setelah
fermentasi. Pada saat panen tutup wadah masing-masing ecoenzyme dibuka, kemudian sampel cairan ecoenzyme di ambil
pada pada bagian atas permukaan sebanyak 5 ml menggunakan falcon steril, selanjurnya sampel dibawa ke
Laboratorium Penelitian Terpadu untuk diteliti.
Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan jenis cendawan yang berhasil diisolasi dari cairan ecoenzyme. Data
yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel.
Tabel 1. Karakteristik morfologi cendawan secara makoskopis dan miroskopis dari cairan Ecoenzyme
Pengamatan
116
1A ,4A, Koloni bewarna putih
4B kecoklatan, memiliki tekstur
kasar, pada bagian tepinya
bergelombang,
pertumbuhannya lambat, selnya
berbentuk batang pipih, dan
cukup panjang,masing-masing
ada yang memiliki 1 inti sel.
1000 X
1000 X
117
6A Koloni bewarna putih
kecoklatan, memiliki tekstur
kasar, pada bagian tepinya
bergelombang,
pertumbuhannya lambat,selnya
berbentuk batang pipih, cukup
panjang membentuk pipa,
memiliki 1 inti sel dan ada yang
1000 X 2 inti sel.
Berdasarkan hasil yang didapat, ecoenzyme yang terbuat dari beberapa kombinasi substrat bahan organik kulit
jeruk ditemukan 1 isolat cendawan yang berhasil diisolasi dengan morfologi karakteristik yang berbeda-beda.
Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati bentuk koloni, permukaan koloni, dan warna koloni
(Juwita,2013). Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop, dengan mengamati
bentuk sel dan ukuran sel (Suryaningsih, 2018).
Berdasarkan pengamatan makroskopis pada isolat yang didapatkan, karakteristik cendawan yang mendominasi
yaitu koloni berbentuk bulat tepinya bergelombang, dan memiliki permukaan kasar. Sedangkan berdasarkan
pengamatan mikroskopis karakteristik cendawan tersebut memiliki satu inti sel dan ada yang membelah menjadi dua
inti sel, selnya berbentuk batang pipih dan cukup panjang.
Umumnya cendawan yang didapat dari fermentasi ecoenzyme yang terbuat dari substrat bahan organik kulit
jeruk termasuk kedalam kelompok khamir. Khamir merupakan mikroorganisme dari golongan fungi yang termasuk
uniseluler yang biasanya hidup sebagai saprofit maupun parasit (Widiastutik, 2014). Khamir bereproduksi secara
aseksual melalui pembentukan tunas (budding), atau pembelahan dan juga memiliki fase seksual yang tidak tertutup
dalam tubuh buah. Khamir banyak ditemukan di beberapa tempat terutama pada tumbuhan seperti buah-buahan, biji-
bijian dan makanan yang mengandung gula (Mahreni, 2011).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa kombinasi pada penelitian yaitu 1A (manis,
manis, asam, asam), 2A (manis, asam), 3A (asam,asam) 4A (manis), 5A (manis), 6A (asam), 7A (asam). Masing-masing
kombinasi dilakukan secara duplo. Dari hasil pengamatan 1A, 4A, dan 4B ditemukan karakteristik koloni cendawan
yang sama yaitu koloni bewarna putih kecoklatan, berbentuk bulat tepinya bergelombang, permukaan koloni kasar,
selnya berbentuk batang pipih dan cukup panjang. Masing-masing ada yang memiliki 1 intisel dan ada yang membelah
menjadi 2 intisel.
Pada kombinasi 1B ditemukan karakteristik koloni cendawan bewarna putih kecoklatan, memiliki tekstur
permukaan kasar, berbentuk bulat pada bagian tepinya bergelombang, pertumbuhannya lambat, memiliki 1 inti sel dan
ada yang 2 intisel, ukurannya ada yang cukup panjang berbentuk batang pipih dan ada yang pendek.
Pada kombinasi 2A, 2B dan 5B ditemukan karakteristik morfologi koloni cendawan bewarna putih
kecoklatan, memiliki tekstur kasar, pada bagian tepinya bergelombang, selnya berbentuk batang pipih dan cukup
panjang. Masing-masing ada yang memiliki 1 intisel dan ada yang memiliki 2 intisel. Sedangkan pada kombinasi 3B
ditemukan karakteristik koloni cendawan bewarna putih kecoklatan, pada bagian tepinya bergelombang, memiliki
tekstur kasar, pertumbuhannya lambat dan menyebar, selnya berbentuk batang pipih ukurannya ada yang cukup
panjang dan ada yang pendek.
Pada kombinasi 3B, 5A, 6B, 7A, dan 7B ditemukan koloni cendawan bewarna putih kecoklatan, memiliki
tekstur permukaan kasar, berberntuk bulat pada bagian tepinya bergelombang, pertumbuhannya lambat, selnya
berbentuk batang pipih dan cukup panjang. Memiliki 1 intisel dan ada yang 2 intisel. Sedangkan pada kombinasi yang
terakhir yaitu 6A ditemukan karakteristik morfologi cendawan bewarna putih kecoklatan, berbentuk bulat pada bagian
tepinya bergelombang, memiliki tekstur permukaan kasar, pertumbuhannya lambat dan menyebar, selnya berbentuk
batang pipih dan cukup panjang.
Berdasarkan penelitian Ervinta (2020) disebutkan bahwa ecoenzyme yang terbuat dari kandungan jerami padi,
jerami jagung dan pelepah kelapa sawit ditemukan adanya bakteri dan cendawan. Pada penelitian ini dapat dibuktikan
bahwa ditemukan 1 isolat cendawan dari cairan ecoenzyme, namun sampel ecoenzyme yang digunakan terbuat dari bahan
118
organik kulit jeruk. Adapun cendawan yang peneliti temukan tergolong ke dalam kelompok YEAST tetapi belum
diketahui spesiesnya.
Daftar Pustaka
Ervinta E, Mirwandhono RE, Ginting N & Simanullang B. 2020. Fermentation by Eco Enzyme on Nutritional Content
of Rice Straw, Corn Straw, and Oil Palm Fronds. Jurnal Peternakan Integratif. 8(3).
Ibrahim A, Fridayanti A & Delvia F. 2017. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Buah Mangga
(Mangifera indica L.). Jurnal Ilmiah Manuntung. 1(2): 159-163.
Ismail YS, Yulvizar C & Putriani P. 2017. Isolasi, Karakterisasi Dan Uji Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat
dari Fermentasi Biji Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Bioleuser. 1(2).
Juwita DA, Netty S & Roslinda, R. 2013. Isolasi Jamur pengurai pati dari tanah limbah sagu. Jurnal farmasi. 1(1)
Mahreni SS. 2011. Kinetika Pertumbuhan Sel Saccharomyces cerevisiae dalam Media Tepung Kulit Pisang. Yogyakarta:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Mardiani IN, Nurhidayanti N & Huda M. 2021. Sosialisasi Pemanfaatan Limbah Organik Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Eco Enzyme Bagi Warga Desa Jatireja, Kecamatan Cikarang.
Maula RNM, Astuti AP & Maharani ETW. 2020. Analisis Efektifitas Penggunaan Eco-Enzyme Pada Pengawetan B
Nazim F & Meera V. 2015. Use Of Garbage Enzyme As A Low Cost Alternative Method For Treatment Of
Grey.Water - A Review. Journal of Environmental Science and Engineering.
Roska TP, Sahati S, Fitrah AD, Juniarti N & Djide N. 2018. Efek Sinergitas Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis L) Pada
Patch Bioselulosa Dalam Meningkatkan Penyembuhan Luka Bakar. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika
Journal of Pharmacy)(e-Journal). 4(2): 87-92.
Srimathi N, Subiksha M, Abarna J & Niranjana T. 2020. Biological Treatment of Dairy Wastewater using Bio Enzyme
from Citrus Fruit Peels. International Journal of Recent Technology and Engineering. 9(1): 292-295.
Suryaningsih V, Ferniah RS & Kusdiyantini E. 2018. Karakteristik Morfologi, Rukbiokimia, Dan Molekuler Isolat
Khamir IK-2 Hasil Isolasi Dari Jus Buah Sirsak (Annona muricata L.). Jurnal Akademika Biologi. 7(1): 18-25.
Utpalasari RL & Dahliana I. 2020. Analisis Hasil Konversi Eco-Enzyme Menggunakan Nenas (Ananas comosus) dan
Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Redoks. 5(2). 135-140.
Vama LAPSIA & Cherekar MN. 2020. Production, Extraction and Uses of Eco-Enzyme Using Citrus Fruit Waste:
Wealth From Waste. Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env. Sc, 22(2). 346-351.
Widiastutik N & Alami NH. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Yeast Dari Rhizosfer Rhizophora Mucronata Wonorejo.
Jurnal Sains dan Seni ITS. 3(1): E11-E16.
Yusmarini Y, Indrati R, Utami T & Marsono Y. 2009. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat proteolitik dari susu
kedelai yang terfermentasi spontan. Jurnal Natur Indonesia. 12(1): 28-33.
119