4158-Article Text-15440-1-10-20211117
4158-Article Text-15440-1-10-20211117
4158-Article Text-15440-1-10-20211117
ABSTRACT
This research aimed to find out the strategy of tax planning which was conducted at PT. Pertani (Persero)
Wilayah 3 without prejudice to tax obligations regarding compliance in the collection of income tax article 22 to
corporate partners. This research used qualitative descriptive with the source data through observations,
interviews, books, and previous research results which discussed the income tax article 22 and tax planning. The
result research show that company was it was obliged to collect taxes every time to procure or purchase goods
and services. Based on the regulation of collect stated in the Ministry Regulation of Republic of Indonesia
No110/PMK.010/2018. Therefore, it used by companies to carry out tax planning strategies in overcoming the
phenomena that occur by making purchases in stages whose purchase value is below the provisions of the
exclusion of article 22 income tax collection excluding VAT and is not a split payment from a transactions the
second ways were used the gross-up method with the special calculation formula i.e. namely the result of the bill
multiplied by ten divided by the result of the subtraction often minus the result of 10 times the income tax rate
of article 22, also making an initial agreement with partners for the amount of DPP (after gross-up) to be
included in the billing memo so that it looks like a normal bill.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi perencanaan pajak yang dilakukan pada PT.
Pertani (Persero) Wilayah 3 dengan tidak mengurangi kewajiban perpajakan mengenai kepatuhan
dalam pemungutan PPh Pasal 22 kepada rekanan. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif
dengan sumber data melalui observasi, wawancara, buku, dan hasil penelitian terdahulu yang
membahas tentang PPh pasal 22 dan perencanaan pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan wajib memungut pajak setiap kali melakukan pengadaan atau pembelian barang dan jasa.
berdasarkan peraturan pemungutan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Republik Indonesia
No110/PMK.010/2018. Oleh karena itu digunakan perusahaan untuk melakukan strategi
perencanaan pajak dalam mengatasi fenomena yang terjadi dengan melakukan pembelian secara
bertahap yang nilai pembeliannya di bawah ketentuan pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 tidak
termasuk PPN dan bukan merupakan pembayaran split dari suatu transaksi. cara kedua digunakan
metode gross-up dengan rumus perhitungan khusus yaitu hasil tagihan dikalikan sepuluh dibagi
hasil pengurangannya sering dikurangi hasil 10 kali tarif PPh pasal 22, juga membuat kesepakatan
awal dengan rekanan untuk besaran DPP (setelah gross-up) untuk dimasukkan ke dalam billing memo
agar terlihat seperti tagihan biasa.
PENDAHULUAN
Demi kelancaran dalam menjalankan fungsi pemerintahan disuatu negara
diperlukannya sumber pendapatan negara atau modal, salah satu sumber pendapatan
terbesar diperoleh dari pungutan berupa pajak. Pajak memiliki peran penting dalam
pelaksanaan pembangunan negara dan memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu
pemerintah untuk membentuk dana cadangan dan/atau memberikan pinjaman/penyertaan
2
TINJAUAN TEORITIS
Pajak Penghasilan (PPh)
Definisi pajak memiliki unsur–unsur iuran dari rakyat kepada negara berupa uang dan
bersifat memaksa berdasarkan UU, iuran tesebut digunakan untuk membiayai pengeluaran
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 10, Nomor 8, Agustus 2021
3
Sifat Pemungutan
Pada dasarnya sifat pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 bersifat tidak final dan
dapat diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam satu tahun berjalan
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 10, Nomor 8, Agustus 2021
5
bagi Wajib Pajak yang dipungut, kecuali pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
penjualan bahan bakar minyak dan bahan bakar gas kepada agen, bersifat final.
Terdapat teori pendukung atau memberikan justifikasi tentang hak negara untuk
memugut pajak meliputi; pertama teori asuransi, negara melindungi keselamatan jiwa, harta
benda, dan hak-hak rakyatnya, oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang
diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut;
kedua teori kepentingan, pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada
kepentingan masing–masing individu (misal perolehan keuntungan), semakin besar
kepentingan seseorang terhadap negara semakin tinggi pajak yang harus dibayar.
Ketiga teori daya pikul, beban pajak untuk semua orang sama beratnya sesuai daya
pikul masing-masing orang dengan pengukuran menggunakan unsur objektif melihat
besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki seseorang dan unsur subjektif
memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi, contoh penghasilan/
bulan Wajib Pajak (WP) yang menikah dan belum menikah besar objektif sama namun
subjektifnya berbeda sehingga WP yang menikah pajaknya lebih kecil daripada WP yang
belum menikah.
Keempat teori bakti, dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat
dengan negaranya, sebagai warga negara yang berbakti menyadari pembayaran pajak
adalah suatu kewajiban; dan teori terakhir teori asas daya beli sebagai dasar pemungutan
pajak terletak pada saat WP melakukan pembelian barang maupun jasa, semakin tinggi daya
beli dari rumah tangga masyarakan semakin besar pendapatan rumah tangga negara yang
selanjutkan akan disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan
kesejahteraan masyarat (Mardiasmo, 2019:5). Dengan demikian harapannya kepentingan
seluruh masyarakat lebih diutamakan. Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan
penerima penghasilan serta memiliki hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan UU
Perpajakan.
Strategi Perencanaan
Terdapat aspek – aspek dalam ketaatan pajak meliputi aspek formal dan
administratif merupakan segala urusan yang menyangkut penyelenggaraan menurut
peraturan perpajakan yang berlaku termasuk ketentuan umum dan tata cara perpajakan;
aspek material merupakan serangkaian perhitungan angka yang menggambarkan terjadinya
pajak terutang, dalam kasus ini semua perpajakan harus dilakukan dengan benar dan
lengkap bebas dari kelalaian teknis (Wisanggeni dan Suharli, 2017:4).
Secara garis besar pengaruh pajak terhadap perusahaan indentik dengan unsur
menurunkan laba. Pembayaran kewajiban pajak atas penghasilan yang didapat atau
perolehan laba pada perusahaan diakui sebagai biaya dan/atau beban, untuk meningkatkan
efisiensi dan daya saing maka perlu melakukan penekanan biaya seoptimal mungkin.
Sehingga dalam rangka meminimalkan beban dibutuhkannya strategi penghematan pajak
(tax saving) dan perencaraan pajak (Tax planning). Sarana pengelolaan kewajiban pajak dalam
suatu perusahaan disebut manajemen pajak (tax management).
Strategi merupakan suatu rancangan sebuah rencana yang akan dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan keunggulan masing–masing agar dapat merebut pangsa pasar
dan memukul pesaing baik dibidang produksi, perdagangan, persenjataan. Perencanaan
adalah suatu kegiatan yang dimulai dengan menentukan dan merencanakan langkah-
langkah untuk meraih tujuan yang ingin dicapai secara menyeluruh serta sebagai alat
umpan balik atas hasil yang dicapai dengan rencana awal. Peranan perencanaan sangat
strategis sehingga menjadi salah satu fungsi manajemen yang penting, karena didalamnya
terdapat rencana pembayaran pajak yang efektif. Fungsi utama perencanaan adalah
memberi arah perusahaan dengan tujuan bahwa perusahaan harus mematuhi semua
peraturan UU perpajakan yang berlaku di Indonesia; mengurangi kesalahan dalam
6
Tabel 1
Rumus Gross Up untuk Perhitungan Tunjangan PPh Pasal
PKP x 5%
sd 50.000.000,- 5%
(100 - Trif Normal)
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Penelitian
Selama proses penelitian ini berlangsung, jenis penelitian diketahui adalah deskriptif
kualitatif, penulis membahas tentang strategi perencanaan pajak penghasilan pasal 22 (PPh
pasal 22) berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan No.110/PMK.010/2018. Instrumen
penelitian tidak bersifat eksternal atau objektif melainkan menggunakan metode internal
atau subjektif penelitian sendiri tanpa melakukan eksperimen, tidak terpacu pada variabel –
variabel definisi operasional, tujuannya menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
keadaan subjek yang diteliti.
Kelompok Tani B, Kelompok Tani C, CV A dan CV B serta lima contoh transaksi pembelian.
Sumber data kedua menggunakan data sekunder melalui pembelajaran dari buku-buku dan
hasil penelitian terdahulu yang membahas tentang pajak penghasilan pasal 22.
Satuan Kajian
Satuan kajian yang menggambarkan objek peneliti sebagai klasifikasi dalam
pengumpulan data adalah strategi perencanaan pajak penghasilan pasal 22. Strategi
perencanaan merupakan salah satu tugas dari manajemen untuk memberikan sebuah
keputusan dalam menghadapi fenomena yang terjadi dilapangan dengan pertimbangan
saling menguntungkan seperti menjaga hubungan baik terhadap rekanan dan kepatuhan
terhadap kewajiban perpajakan ke Pemerintah.
Dalam hal ini penulis mengambil beberapa sampel pengadaan barang yang dilakukan
perusahaan pada tahun 2020 dengan kesepakatan merahasiakan indentitas rekanan.
Penerapan PPh pasal 22 merupakan salah satu kewajiban perpajakan perusahaan WAPU
(Wajib Pungut) disetiap melakukan transaksi pengadaan dan pembelian barang sesuai
dengan ketentuan UU yang berlaku. Perolehan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) tidak
boleh digunakan untuk modal perusahaan, melainkan hanya boleh dipergunakan untuk
modal pembiayaan operasional produksi benih subsidi mulai dari pembelian bahan mentah,
pembelian bahan pembantu hingga barang subsidi tersebut siap tanam dan biaya
pengiriman barang ketujuan para kelompok tani yang ditunjuk.
paling efektif dan efisien; evaluasi perencanaan pajak dengan melakukan pegelolaan pajak
yang bertujuan untuk memastikan bahwa pajak dipungut sesuai dengan rencana dan
memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu; perubahan peraturan perpajakan penyebab
perencanaan pajak menjadi lemah, sehingga perlu dikaji dan diperbaiki.
Hasil wawancara penulis dalam penelitian ini kepada informan yang berkaitan
langsung dengan perencanaan pajak adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan
meliputi “Bagaimana upaya mengatasi fenomena tersebut?” Jawaban yang diterima penulis
“Menerapkan strategi perencanaan terlebih dahulu sebelum bertindak.” Pertanyaan kedua
“Strategi apa yang digunakan agar tidak melanggar peraturan perpajakan?” Jawaban yang
diperoleh “Memanfaatkan PMK No.010 tahun 2018 tentang ketentuan pengecualian
pemungutan pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 khususnya untuk perusahaan BUMN, artinya
Ketika perusahaan melakukan pembelian dengan total pembelian diatas batas
ketentuan pemungutan PPh Pasal 22 kepada rekanan yang keberatan dipotong/ dipungut
pembayarannya, maka perusahaan melakukan pembelian secara bertahap (tidak sekaligus)
dengan tujuan agar nominal pada nota tagihan (Invoice) yang diterima perusahaan
jumlahnya dibawah ketentuan pemungutan PPh Pasal 22, tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari suatu
transaksi yang nilai sebenarnya lebih dan melakukan metode gross up dengan rumus
perhitungan tersendiri. Perumusan metode gross up yang dimaksud adalah
Tagihan x 10
Gross UP =
(10 – (10 x tarif PPh ps 22))
Pembahasan
PT. Pertani (Persero) sebagian besar kegiatan usahanya bertugas untuk menerima
penunjukan langsung dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
mendistribusikan bantuan Benih Subsidi kepada para Petani yang ada di Indonesia.
Sehingga dibutuhkannya Calon Benih (CB) baik yang Calon Benih Kering Sawah (CBKS),
Calon Benih Kering Kotong (CBKK), Calon Benih Kering Bersih (CBKB) dan bahan
pembantu lainnya untuk dijadikan Benih Subsidi siap tanam. Melihat slogan perusahaan
“Dari Petani Untuk Petani” maka untuk memenuhi kebutuhan produksi tersebut,
perusahaan membutuhkan kerja sama dari rekan dan rekan yang dimaksud diutamakan
dari Kelompok Tani, perusahaan diperbolehkan bekerjasama kepada rekanan PT/CV/UD
(diluar Kelompok Tani) jika persediaan CB di Kelompok Tani sedikit. Selama penelitian
berjalan, penulis menemukan beberapa contoh kasus dibawah ini.
Tabel 2
Daftar Pembelian
Pemotongan
No. Rekanan Pembelian Pembayaran Keterangan
PPh
1 Kelompok. Tani A CBKK 18.000.000 Keberatan dipotong
CBKK 19.000.000
CBKK 38.000.000 95.238
2 Kelompok Tani B CBKS 38.000.000 95.000 Bersedia dipotong
UREA 9.800.000
UREA 6.200.000 94.416 Keberatan dipotong
3 Kelompok. Tani C CBKB 9.500.000 Keberatan dipotong
CBKB 9.800.000
CBKB 60.000.000 913.706
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 10, Nomor 8, Agustus 2021
11
Dari tabel pembelian ini diketahui terdapat perbedaan cara perhitungan pemotongan
yang terjadi dikarenakan Kelompok Tani A dan Kelompok Tani C keberatan dipotong PPh
Pasal 22, untuk CV A dan B bersedia dipotong PPh pasal 22, sedangkan Kelompok Tani B
pembelian CBKS bersedia dipotong PPh pasal 22 tetapi tidak berlaku untuk pembelian Urea
(keberatan dipotong PPh ps 22). Sehingga strategi perencanaan perhitungan diuraikan oleh
penulis sebagai berikut:
Pembelian pertama CBKK sebesar Rp75.000.000,- kepada rekanan Kelompok Tani A,
jika dihitung secara normal pungutan PPh Pasal 22 semestinya sebesar Rp187.500,-. Karena
rekanan keberatan untuk dipotong PPh Pasal 22 maka perusahaan melakukan strategi
perencanaan dengan melakukan pembelian secara bertahap.
Tahap pertama dan kedua dilakukan pembelian dibawah Rp20.000.000,- sesuai
dengan ketentuan pengecualian pemungutan PPh Pasal 22, tahap ketiga dilakukan
pembelian sebesar Rp38.000.000,- dengan menggunakan metode gross up, maka untuk
mengetahui besarnya Dasar Pengenaan Pajak (DPP) diambil dari rumus perhitungan
“Tagihan x 10 / (10 – (10 x tarif)” sehingga diketahui Rp38.000.000,- x 10 / (10 – (10 x 0,25%)
= Rp38.095.238,- (DPP) dikali 0,25% (tarif PPh ps 22) menjadi Rp95.238,- (pemungutan PPh
Pasal 22). Jadi dalam hal ini perusahaan telah melakukan salah satu cara penghematan
penggunaan dana PMN dan pada nota tagihan (invoice) yang diterbitkan oleh Kelompok
Tani A atas pembelian CBKK tahap ke tiga tertera merupakan DPP yaitu Rp38.095.238,-
(include PPh).
Pembelian kedua CBKS sebesar Rp93.000.000,- kepada rekanan Kelompok Tani B dan
CV A bersedia dipotong / dipungut PPh Pasal 22 sehingga tidak dibutuhkan strategi
perencanaan dan metode perhitungannya normal (DPP x tarif PPh ps 22) dengan
perhitungan DPP Rp93.000.000,- dikali 0,25% menjadi Rp232.500,- (pemungutan PPh Pasal
22) dalam hal ini nota tagihan (invoice) yang diterbitkan oleh Kelompok Tani B dan CV A
normal tidak gross up,
Pembelian bahan pembantu pupuk Urea kepada Kelompok Tani B sebesar
Rp16.000.000,- perlakuannya berbeda, dikarenakan rekanan tidak dapat menerbitkan faktur
pajak dan keberatan untuk dipotong PPh Pasal 22. Maka perusahaan melakukan strategi
perencanaan dengan melakukan pembelian secara bertahap, tahap pertama dilakukan
pembelian sebesar Rp9.800.000,- (sesuai dengan ketentuan pengecualian pemungutan PPh
ps 22 dibawah 10 juta ) dan tahap kedua sebesar Rp6.200.000,- dengan menggunakan metode
gross up diketahui besarnya Dasar Pengenaan Pajak (DPP) diambil langsung dari rumus
perhitungan “Tagihan x 10 / (10 – (10 x tarif)” sehingga Rp6.200.000,- x 10 / (10 - ( 10 x 1,5%
) = Rp6.294.416,- (DPP) dikali 1,5% (tarif PPh ps 22) menjadi Rp94.416,- (pemungutan PPh
Pasal 22), jadi dalam hal ini perusahaan telah melakukan salah satu cara penghematan
penggunaan dana PMN dan pada nota tagihan (invoice) yang diterbitkan oleh Kelompok
Tani B atas pembelian pupuk Urea tahap akhir yang tertera merupakan DPP yaitu
Rp6.294.416,- (include PPh), sedangkan
Pembelian bahan pembantu pupuk Urea kepada rekanan CV A perlakuan perhitungan
DPP berbeda, dikarenakan rekanan dapat menerbitkan faktur pajak dengan kesepakatan
harga yang berlaku include PPN dan pembayaran bersedia dipotong PPh Pasal 22. Maka
diketahui besarnya Dasar Pengenaan Pajak (DPP) diambil dari rumus perhitungan “Tagihan
x 100 / 110” sehingga Rp16.000.000 x 100 / 110 = Rp14.545.455 (DPP) dikali 1,5% (tarif PPh
12
ps 22) menjadi Rp218.182,- (pemungutan PPh Pasal 22) untuk penerbitan nota tagihan
(invoice) normal yaitu Rp16.000.000,- (include PPN).
Transaksi pembelian terakhir CBKB sebesar Rp139.300.000,- jika dihitung secara
normal pungutan PPh ps 22 diketahui sebesar Rp2.089.500, dikarenakan rekanan Kelompok
Tani C keberatan untuk dipotong/ dipungut PPh Pasal 22 sehingga perusahaan menerapkan
strategi perencanaan, namun berbeda dengan rekanan CV B yang bersedia dipotong PPh
Pasal 22. Maka terdapat perbedaan perlakuan pembelian maupun perhitungan pemungutan
PPh Pasal 22 yaitu
Melakukan pembelian kepada Kelompok Tani C, perusahaan melakukan pembelian
secara bertahap (seperti contoh pembelian pertama), dikarena CBKB merupakan barang
yang mengalami proses produksi terlebih dahulu sebelum penyerahan barang maka
pembelian tahap pertama dan kedua kepada Kelompok Tani C dilakukan dibawah
Rp10.000.000,- sesuai dengan ketentuan pengecualian pemungutan PPh Pasal 22, dan
pembelian tahap ketiga dilakukan sebesar Rp60.000.000,- dengan menggunakan metode
gross up, diketahui besarnya Dasar Pengenaan Pajak (DPP) diambil dari rumus perhitungan
“Tagihan x 10 / (10 – (10 x tarif)” sehingga Rp60.000.000,- x 10/(10–(10x1,5%) =
Rp60.913.706,- (DPP) dikali 1,5 % (tarif PPh ps 22) menjadi Rp913.706,- (pemungutan PPh ps
22).
Pembelian CBKB kepada CV B sebesar Rp60.000.000,- dan rekanan bersedia dipotong/
dipungut PPh Pasal 22 maka perhitungan dilakukan secara normal Rp60.000.000,- dikali
1,5% (tarif PPh ps 22) menjadi Rp900.000,- (pemungutan PPh ps 22). Jadi dalam hal ini
perusahaan telah melakukan salah satu cara penghematan penggunaan dana PMN dan pada
nota tagihan (invoice) yang diterbitkan oleh Kelompok Tani C atas pembelian CBKB tahap ke
tiga setelah menggunakan metode gross up menjadi Rp60.913.706,- (include PPh), sedangkan
nota tagihan (invoice) yang diterbitkan oleh CV B normal.
Dengan menggunakan strategi perencanaan atas fenomena yang terjadi diketahui
pada contoh transaksi pembelian pertama, ke tiga dan ke empat merupakan salah satu cara
membantu penghematan cash flow perusahaan dalam masa tertentu, dan setoran
pemungutan PPh Pasal 22 tersebut akan diakui sebagai biaya yang nantinya ditambahkan
pada harga pokok penjualan. Strategi perencanaan PPh Pasal 22 atas fenomena diatas telah
dirangkum oleh penulis dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 3
Rangkuman Strategi Perencanaan PPh Pasal 22
Transaksi Normal Strategi Perencanaan
Penghematan
No. Rekanan Pembelian Pot. PPh Pot. PPh
Pengadaan Pengadaan Cash Flow
ps 22 ps 22
CBKK - 19.000.000
UREA 9.800.000
CBKB - 9.800.000
Keterbatasan
Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti selama penelitian adalah kurangnya
informasi yang jelas mengenai ketentuan perhitungan metode gross up untuk Pajak
Penghasilan Pasal 22; perolehan data penelitian tidak boleh dipublikasikan, sehingga peneliti
mengungkapkannya dengan berupa contoh gambaran transaksi.
Saran
Dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan PT. Pertani (Persero) Wilayah 3 disarankan
untuk mempertahankan kedisiplinan dan selalu mengikuti ketentuan peraturan perpajakan
yang berlaku, karena sifat dari perpajakan yang dinamis sehingga peraturan maupun
undang-undang perpajakan dapat berubah setiap tahunnya; perhatikan kembali DPP pada
nilai kontrak dan PO apakah nominal sesuai dengan terbitnya nota tagihan (invoice) setelah
di Gross-UP yang dikirim ke perusahaan; memberikan arahan kepada rekanan yang
keberatan dipungut/ dipotong PPh Pasal 22 untuk mengajukan permohonan SKB (Surat
Keterangan Bebas) Pajak di KPP setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Mapanawang, M. A. Sondakh, J. dan Pusung, R. 2018. Evaluasi Penerapan PPh Pasal 22 atas
Pembelian Barang yang dibiayai dengan APBN di Pengadilan Tata Usaha Negara
Manado. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Mardiasmo. 2019. Perpajakan. Edisi 2019. Andi. Yogyakarta.
Marfiana, Andri. 2019. Keuntungan dan kerugian penggunaan metode gross-up dalam
perhitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap melalui analisa perbandingan melalui analisa
perbandingan.
Peraturan Mentri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2018. Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan No. 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 sehubungan
dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Import atau Kegiatan
Usahan di Bidang lain.
Pohan, Chairil Anwar. 2018. Optimizing Corporate Tax Management Kajian Perpajakan dan Tax
Planning-nya Terkini. Edisi 2. Bumi Aksara. Jakarta.
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
Sumarsan, Thomas. 2013. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Indeks. Jakarta.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008. Perubahan Keempat atas UU No.
7 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 10, Nomor 8, Agustus 2021
15
Wae, D. Sabijono, H. dan Lambey, R. 2019. Analisis Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal
22 atas Pengadaan Bbarang Pada Kantor Perwakilan Pemda Kabupaten Kepulauan
Talaud di Manado. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Wisanggeni, I dan Suharli, M. 2017. Manajemen Perpajakan Taat Pajak dengan Efisien. Edisi
Asli. Mitra Wacana Media. Jakarta.