Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Analisis Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan, Dan Pencatatan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Pada PT X

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410 - 9875

Vol. 19, No. 1a, November 2017, Issue 4, Hlm. 266-273 http://jurnaltsm.id/index.php/JBA

ANALISIS PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN, DAN


PENCATATAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PEGAWAI
TETAP PADA PT X

LYDIA CHRISTIANA HERYANTO dan WILLIEM CHAHYA WIJAYA

STIE TRISAKTI
lydiachristiana95@gmail.com

Abstract: The purpose of this study is to analyze the suitability calculations,


payment and reporting of Income Tax 21 made by the company with the tax
regulations. The study also compare the amount of income tax payable 21 PT X
with PER 31 / PJ / 2012 and PER 32 / PJ / 2015 as a result of the change in
taxable income. Data of this study consisted of payroll, list income tax calculation
Article 21, SPT Masa PPh Article 21, the evidence reported Income Tax Article
21. This study discusses the calculation, payment, reporting and recording of
Income Tax Article 21 PT X and comparison calculations with PER 31 / PJ / 2012
and PER 32 / PJ / 2015. Descriptive analysis method used for this study, where the
study is conducted by collecting data and information related to the calculation,
payment, reporting, and recording of Income Tax Article 21. The result of this
research is the calculation, payment, and tax reporting in 2015 by PT X is not in
accordance with the tax regulations. In reporting PT X there some reporting are
delays. PT X in the calculation and reporting of payroll and income tax article 21
2015 in accordance with the method of gross-up can be seen from the SPT 1771
Board Annual annex I point 5 appears deferred admission fee. The change of
taxable income, causing the overpayment that the correction made directly from
January to June and compensation to reduce taxes in July.

Keywords: Analyze of Compatibility, Income Tax Art 21 and PER 32/PJ/2015.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kesesuaian perhitungan,


penyetoran, dan pelaporan PPh 21 yang dibuat oleh perusahaan dengan peraturan
perpajakan. Penelitian ini juga membandingkan jumlah PPh 21 terutang PT X
dengan PER 31/PJ/2012 dan PER 32/PJ/2015 akibat dari adanya perubahan PTKP.
Data penelitian ini terdiri dari daftar gaji, daftar perhitungan PPh Pasal 21, SPT
Masa PPh Pasal 21, bukti lapor PPh Pasal 21. Penelitian ini membahas
perhitungan, penyetoran, pelaporan dan pencatatan PPh Pasal 21 PT X dan
perbandingan perhitungan dengan PER 31/PJ/2012 dan PER 32/PJ/2015. Metode
deskriptif analisis digunakan untuk penelitian ini, dimana penelitian dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan
perhitungan, penyetoran, pelaporan, dan pencatatan PPh Pasal 21. Hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut pertama perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak
tahun 2015 yang dilakukan PT X sudah sesuai dengan peraturan perpajakan.
Dalam pelaporan PT X terdapat keterlambatan. Kedua, PT X dalam melakukan
perhitungan dan pelaporan gaji dan PPh Pasal 21 tahun 2015 telah sesuai dengan
menggunakan metode gross up dapat dilihat dari lampiran SPT Tahunan Badan
1771 lampiran I butir 5 muncul biaya yang ditangguhkan pengakuannya. Ketiga,

266
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

adanya perubahan PTKP, menyebabkan muncul lebih bayar yang langsung dibuat
pembetulannya dari Januari sampai Juni dan kompensasinya untuk mengurangi
pajak di bulan Juli.

Kata kunci: Analisis kesesuaian, Pajak Penghasilan Pasal 21 dan PER 32/PJ/2015.

PENDAHULUAN assessment, dimana wajib pajak diberi


Indonesia adalah negara yang kaya akan kepercayaan dan tanggung jawab penuh dari
sumber daya alam dan penduduknya yang pemerintah untuk menghitung, membayar dan
banyak. Pembangunan di Indonesia memiliki melaporkan sendiri jumlah pajak yang
arti yang sangat penting untuk memberikan terhutang. Dengan sistem ini pemerintah
kesejahteraan kepada masyarakat. Untuk berharap agar pelaksanaan pemungutan pajak
mewujudkan kesejahteraan kepada penghasilan dapat berjalan dengan lebih
masyarakat, pemerintah harus memiliki sumber mudah dan lancar.
pembiayaan yang memadai. Salah satu Perusahaan sebagai pemotong pajak
sumber dana untuk pembangunan di Indonesia memiliki peranan yang sangat besar bagi
adalah dari sektor pajak. Pajak adalah pemerintah. Mengingat saat ini tidak sedikit
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada perusahaan yang melaksanakan pemotongan
kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin pajak tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Hal
dan surplusnya digunakan untuk public saving ini disebabkan perusahaan menganggap pajak
yang merupakan sumber utama untuk sebagai biaya sehingga perusahaan akan
membiayai public investment (Soemitro meminimalkan biaya tersebut untuk
2007,11). Pemasukan dari sektor pajak cukup mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi
besar sehingga sebaiknya pemerintah kelancaran pemotongan pajak diperlukan kerja
memberikan perhatian khusus dan dapat sama yang baik antara pemerintah dengan
mengelola dengan lebih terarah agar perusahaan. Dalam era sekarang ini banyak
pembangunan dapat berjalan dengan lancar. perusahaan yang berusaha untuk memperkecil
Dilihat dari jenis pajak yang harus dibayar oleh jumlah pajaknya ataupun menggelapkan
masyarakat terdiri dari pajak pusat dan pajak pajaknya, maka diharapkan kepada
daerah.. perusahaan untuk dapat terus mengikuti
Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan peraturan pajak yang ada dan dapat
salah satu pajak langsung yang dipungut oleh menghindari dari upaya-upaya pelanggaran
pemerintah pusat atau merupakan pajak hukum yang nantinya akan berdampak buruk
negara yang berasal dari pendapatan rakyat. terhadap perusahaan sendiri. Pajak
Pajak Penghasilan Pasal 21 dikenakan atas Penghasilan Pasal 21 ini adalah salah satu
penghasilan baik yang diperoleh orang pribadi pemasukan terbesar bagi pemerintah, oleh
maupun badan yang memperoleh penghasilan sebab itu harus di kelola dengan benar agar
di Indonesia seperti gaji, upah, honorarium, dapat digunakan untuk kesejahteraan rakyat
tunjangan dan pembayaran lain sehubungan Indonesia. Dengan adanya perubahan PTKP
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang pada 1 Juli 2015, mengakibatkan perhitungan
dilakukan wajib pajak dalam negeri. Dasar Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terhitung
hukum pemotongan PPh pasal 21 adalah sejak Januari sampai dengan Juni 2015
berdasarkan ketentuan Undang-Undang mengalami kelebihan pembayaran. Kelebihan
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan ini akan menjadi kompensasi untuk
keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 pada
1983 tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan periode berikutnya.
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
32/PJ/2015. Undang-undang pajak Pengertian PPh Pasal 21
penghasilan telah menetapkan sistem Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan Pajak
pemungutan pajak penghasilan secara self- Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan

267
ISSN: 1410 - 9875 Lydia Christiana Heryanto dan Williem Chahya Wijaya

berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan namanya sendiri, bukan untuk dan
pembayaran lain dengan bentuk dan nama atas nama persekutuan.
apapun yang diterima atau diperoleh Wajib 2. Honorarium atau pembayaran lain
Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan tersebut dengan kegiatan dan jasa yang
yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dilakukan oleh orang pribadi
dalam negeri dengan status Subjek Pajak luar
negeri.
Pemotong PPh Pasal 21 3. Honorarium atau imbalan lain
Berikut ini yang termasuk pemotong PPh pasal kepada peserta pendidikan,
21 adalah pelatihan, dan magang.
a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan
pribadi dan badan, baik merupakan pusat pemerintahan, organisasi yang bersifat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang nasional dan internasional, perkumpulan,
membayar gaji, upah, honorarium, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
tunjangan dan pembayaran lain dengan menyelenggarakan kegiatan, yang
nama dan dalam bentuk apapun, sebagai membayar honorarium, hadiah, atau
imbalan sehubungan dengan pekerjaan penghargaan dalam bentuk apapun
atau jasa yang dilakukan oleh pegawai kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
atau bukan pegawai. negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
b. Bendahara atau pemegang kas Penyelenggara kegiatan wajib memotong
pemerintah, termasuk bendahara atau pajak atas pemberian hadiah atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat penghargaan dalam bentuk apapun yang
termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak
Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, orang pribadi dalam negeri berkenaan
lembaga-lembaga Negara lainnya, dan dengan suatu kegiatan. Dalam pengertian
Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar penyelenggara kegiatan termasuk antara
negeri, yang membayarkan gaji, upah, lain badan, badan pemerintah, organisasi
honorarium, tunjangan, dan pembayaran termasuk organisasi internasional,
lain dengan nama dan dalam bentuk perkumpulan, orang pribadi serta lembaga
apapun sehubungan dengan pekerjaan lainnya yang menyelenggarakan kegiatan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan. olahraga, keagamaan, kesenian dan
c. Dana pensiun, badan penyelenggara kegiatan lainnya. (Mardiasmo 2011,170)
jaminan social tenaga kerja, dan badan-
badan lain yang membayar uang pensiun Subjek PPh Pasal 21
dan tunjangan hari tua atau jaminan hari Subjek Pajak Penghasilan adalah:
tua. 1. Orang pribadi
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan 2. Warisan yang belum terbagi
usaha atau pekerjan bebas serta badan 3. Badan
yang membayar: 4. Bentuk Usaha Tetap
1. Honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan Saat Terutang PPh Pasal 21
dengan jasa dan/atau kegiatan Menurut (Mohammad Yamin 2012,105) saat
yang dilakukan oleh orang pribadi terutang PPh Pasal 21 adalah:
dengan status Subjek Pajak dalam 1. PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima
negeri, termasuk jasa tenaga ahli Penghasilan pada saat dilakukan
yang melakukan pekerjaan bebas pembayaran ata pada saat terutangnya
dan bertindak untuk dan atas penghasilan yang bersangkutan.

268
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

2. PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong Rekonsiliasi Fiskal


PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak. Rekonsiliasi fiskal dilakukan wajib pajak karena
3. Saat terutang untuk setiap masa pajak terdapat perbedaan penghitungan, khususnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) laba menurut akuntansi (komersial) dengan
adalah akhir bulan dilakukan pembayaran laba menurut perpajakan (fiskal). Laporan
atau pada akhir bulan terutangnya komersial berdasarkan prinsip yang berlaku
penghasilan yang bersangkutan. umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), sedangkan untuk kepentingan fiskal
Perhitungan PPh Pasal 21 laporan keuangan disusun berdasarkan
Format penghitungan PPh Pasal 21 terutang: peraturan perpajakan (Undang-undang Pajak
PPh Pasal 21 terutang = Tarif Pajak x PKP Penghasilan disingkat UU PPh) (Siti Resmi
2014, 399)
Penyetoran PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh METODE PENELITIAN
pemotong PPh Pasal 21 untuk setiap masa Metode penelitian yang digunakan
pajak wajib disetor ke kantor pos atau bank dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan analisis atau pendekatan terhadap studi kasus
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang terjadi di PT X Metode Deskriptif Analisis
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim yang menggambarkan keadaan perusahaan
berikutnya. mengenai aspek Pajak Penghasilan Pasal 21
yang meliputi cara perhitungan, penyetoran,
Pelaporan PPh Pasal 21 pelaporan, dan pencatatan Pajak Penghasilan
Pemotong pajak wajib melaporkan Pasal 21 di PT X. Tujuan penelitian ini adalah
penyetoran tersebut ke Kantor Pelayanan membantu penulis untuk mengetahui cara
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar selambat- perhitungan, penyetoran, pelaporan dan
lambatnya pada tanggal 20 bulan takwim pencatatan PPh Pasal 21 dan untuk
berikutnya dengan menggunakan Surat mengetahui kesesuaian perhitungan,
Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21. penyetoran, pelaporan, dan pencatatan PPh
Untuk PPh Badan, pelaporan PPh Pasal 21 Pasal 21 dengan peraturan perpajakan yang
menggunakan Surat Pemberitahuan Tahunan berlaku sesuai dengan UU PPh No. 36 tahun
1771 2008
Objek yang menjadi tempat penelitian
Pencatatan PPh Pasal 21 ini adalah PT X yakni perusahaan yang
Pencatatan yaitu pengumpulan data yang bergerak dibidang jasa akuntansi dan
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran perpajakan. (Finance and Tax Consultant). PT
atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan X bertempat di Jakarta Barat. Data yang
bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah penulis gunakan adalah data sekunder.
pajak yang terutang, termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai ANALISIS DAN PEMBAHASAN
pajak yang bersifat final. Berikut ini adalah hasil penelitian
mengenai perhitungan, penyetoran, pelaporan,
SPT Badan pencatatan beserta dengan kesesuaiannya
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan terdiri
dari Induk SPT dan lampiran yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

269
ISSN: 1410 - 9875 Lydia Christiana Heryanto dan Williem Chahya Wijaya

Tabel 1 Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan PT X pada Tahun 2015 menurut PER
31/PJ/2012
NAMA Penghasilan PTKP PPh
Bruto
Sandra Terta 122.735.479 24.300.000 7.804.579
Lindawati Terta 77.367.474 24.300.000 2.167.476
Novi Astuti Sucoko 46.862.110 24.300.000 2.009.091
Wyvianne 44.195.840 24.300.000 793.948
Delviana 107.097.807 24.300.000 5.582.457
Herlisa 56.248.091 24.300.000 1.136.491
Catherine 59.479.214 24.300.000 1.313.764
Anita 62.949.169 24.300.000 2.503.817
Sugiarto Terta 58.244.745 30.375.000 854.161

Tabel 2 Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan per bulan PT X Tahun 2015 Sebelum Perubahan
PTKP
Bulan Penghasilan Bruto PPh
Januari 51.225.000 2.173.433

Tabel 3 Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan per bulan PT X Tahun 2015 Sesudah Perubahan
PTKP
Bulan Penghasilan Bruto PPh
Januari 52.508.580 1.283.580

Tabel 4 Penyetoran PPh Pasal 21 Karyawan PT X Tahun 2015


MASA PPh Disetor Tanggal Penyetoran
Januari 2.173.433 10 Februari 2015

Tabel 5 Pelaporan PPh Pasal 21 Karyawan PT X Tahun 2015


Nominal Lapor
Masa Pajak Tanggal Pelaporan Tempat Pelaporan
(Rp)
KPP Grogol
Januari 2.173.433 16 Februari 2015
Petamburan

Tabel 6 Jurnal pencatatan PPh pasal 21 pada PT X


MASA PENCATATAN JURNAL DEBIT KREDIT
27 Januari Pembayaran Gaji Biaya gaji dan 51.225.000
lembur
Bank BCA 51.225.000
13 Februari Penyetoran Pajak Biaya gaji dan 2.173.433
bulan Januari lembur
Bank BCA 2.173.433

270
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

Tabel 7 Kesesuaian Perhitungan Pajak Tahunan atas sampel pegawai tetap


Nama Peng.bruto PPh Setahun PPh menurut Selisih Kesesuaian
(1721 A1) PER 32
Sandra 121.932.600 6.811.300 6.811.300 - Sesuai
Delviana 106.269.250 4.585.750 4.585.750 - Sesuai
Herlisa 56.034.850 833.650 833.650 - Sesuai
Catherine 59.245.000 984.350 984.350 - Sesuai
Anita 62.717.650 1.149.550 1.149.550 - Sesuai

Tabel 8 Kesesuaian Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan per bulan PT. “X” Tahun 2015 Setelah
Perubahan PTKP
Bulan Penghasilan Bruto PPh Perusahaan PPh Penelitian Kesesuaian
Januari 52.508.580 1.283.580 1.283.580 Sesuai

Tabel 9 Kesesuaian Penyetoran Pajak


Masa Tanggal Penyetoran Tanggal Jatuh Tempo Kesesuaian
Penyetoran
Januari 10 Februari 2015 10 Februari 2015 Sesuai

Tabel 10 Kesesuaian Pelaporan PPh Pasal 21 dengan PER 32/PJ/2015


Tanggal Jatuh Tempo
Masa Tanggal Pelaporan Kesesuaian
Pelaporan
Januari 16 Februari 2015 20 Februari 2015 Sesuai

Tabel 11 Perhitungan dan Pelaporan Gaji pada Laporan Laba Rugi dengan Daftar A1 Formulir
1721 Lampiran I PT X
No. Keterangan Laporan Laba Rugi Daftar A1 1721- I Kesesuaian
1 Gaji Rp 664.127.010 Rp 664.127.010 Sesuai

Tabel 12 Kesesuaian Perhitungan Gaji pada Daftar A1 Formulir 1721 Lampiran I dengan SPT
Tahunan Badan 1771 Lampiran II PT X
No. Keterangan Daftar A1 1721-I SPT Tahunan Badan Kesesuaian
1771-II
1 Gaji Rp 664.127.010 Rp 664.127.010 Sesuai

Tabel 13 Kesesuaian Metode PT X pada SPT Tahunan Badan 1771 lampiran I Butir 5 Bagian
Penyesuaian Fiskal Positif
No Uraian Rupiah
(1) (2) (3) (4)
5 Penyesuaian Fiskal Positif
k. Biaya yang dapat ditangguhkan 5k Rp 1.022.990.634
pengakuannya

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa PT. Adikarya menerapkan metode gross up.

271
ISSN: 1410 - 9875 Lydia Christiana Heryanto dan Williem Chahya Wijaya

Tabel 14 Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Per Bulan Tahun 2015 Sebelum dan Sesudah
Perubahan PTKP
PPH SEBELUM PPH SETELAH
MASA SELISIH KOMPENSASI
PERUBAHAN PERUBAHAN
Januari 2.173.433 1.283.580 889.853
Februari 2.624.323 1.730.400 893.923 (889.853)

PENUTUP melakukan pencatatan dengan cash basis


Dari hasil penelitian terhadap PT X dimana ketika terjadi pembayaran baru
dalam pengenaan pajak dan perhitungan Pajak dicatat menggunakan sistem akuntansi
Penghasilan Pasal 21 maka dapat disimpulkan accurate.
bahwa: 3. Tata cara perhitungan Pajak Penghasilan
1. Perhitungan PPh Pasal 21 pada PT X Pasal 21 tahun 2015 atas karyawan pada
Tahun 2015 bulan Januari sampai dengan PT. X sudah sesuai dengan peraturan PER-
Juni menggunakan tata cara perhitungan 32/PJ/2015. Penyetoran PPh terutang PT
menurut PER -31/PJ/2012. Penulis X tidak ada yang mengalami keterlambatan,
mengambil 5 sampel perhitungan PPh 21 semua penyetoran PPh Pasal 21 dilakukan
atas pegawai tetap untuk diteliti. Untuk sebelum tanggal 10 bulan berikutnya. Untuk
Januari sampai Juni, 5 sampel tersebut pelaporannya ada keterlambatan pada
dihitung menggunakan PER-31/PJ/2012, bulan Juni sehingga dikenakan denda Rp
dimana untuk Sandra Terta, Wyvianne, 100.000. PT X sudah melakukan
Delviana, Herlisa, dan Anita dengan status pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 setiap
TK/0 menggunakan PTKP sebesar Rp bulannya. Untuk kompensasi, PT. Adikarya
24.300.000. Pada bulan Juli 2015, terjadi digunakan untuk mengurangi pajak pada
perubahan PTKP yang diatur di PMK nomor bulan Juli.
122/PMK.010/2015 yang menyebabkan 4. Kesesuaian Perhitungan dan Pelaporan
harus dilakukan pembetulan pada SPT PPh Gaji dan PPh Pasal 21 PT X pada SPT
masa 21. Setelah adanya perubahan Tahunan 2015 telah sesuai berdasarkan
kebijakan pajak, maka untuk Sandra Terta, perbandingan daftar A1 dan SPT badan
Wyvianne, Delviana, Herlisa, dan Anita 2015 yaitu Rp 664.127.010,- PT X
dengan status TK/0 menggunakan PTKP menerapkan metode gross up hal ini dapat
sebesar Rp 36.000.000. Akibat dari dibuktikan dengan munculnya beban pajak
perubahan PTKP ini, pada bulan Januari yang dapat ditangguhkan pengakuannya di
terdapat PPh lebih bayar sebesar (Rp SPT Tahunan Badan 1771 lampiran I Butir
889.853), bulan Februari sebesar (Rp 5 Bagian Penyesuaian Fiskal Positif
893.923), bulan Maret sebesar (Rp sebesar 1.022.990.634 yang di dalamnya
833.257), bulan April sebesar (Rp 828.472), sudah termasuk Gaji, upah, bonus,
bulan Mei sebesar (Rp 532.862), bulan Juni gratifikasi, honorarium, thr, dsb sebesar Rp
sebesar ( Rp 532.862). Total kompensasi 664.127.010,-
lebih bayar dari Januari -Juni 2015 adalah 5. Dalam perbandingan perhitungan PPh per
Rp 4.811.319. PT X menggunakan bulan antara PTKP lama dan baru terdapat
kompensasi ini di bulan Juli sehingga PPh kelebihan bayar akumulasi per bulan Rp
21 yang dibayarkan pada bulan Juli sebesar 4.811.319 yang digunakan untuk
Rp 457.881,- mengurangi Pajak Terutang Pasal 21 bulan
2. Penyetoran PPh terutang seluruh karyawan Juli 2015. PT X sudah melakukan
yang dilakukan PT X melalui bank BCA. pembetulan secara teratur setiap bulannya.
Pelaporan SPT Masa dan Tahunan Untuk hal ini PT X melakukan perhitungan
dilakukan di KPP Grogol Petamburan dan sudah sesuai dengan PER-32/PJ/2015.
semua bukti pelaporan lengkap. PT X

272
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

REFERENSI:
Ismail, Tjip. 2013.Hukum Pajak. Jakarta: Citra Kreasindo Mandiri
Mardiasmo.2011.Perpajakan Edisi Revisi .Yogyakarta: Andi
Resmi,Siti. 2014.Perpajakan Teori dan Kasus.Jakarta: Salemba Empat
Suandy,Erly. 2002.Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Suhartono,Rudy and Wirawan B. Ilyas. 2010.Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat
Supramono and Theresia Woro Damayanti. 2015.Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan.
Yogyakarta: CV.Andi Offset.
Tansuria, Billy Ivan. 2010.Pajak Penghasilan: Pemotongan & Pemungutan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Waluyo. 2012.Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Yani,Ahmad. 2006.Solusi Masalah Pajak Penghasilan. Jakarta: Prenada Media
Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas undang-undang nomor 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi
Peraturan Menteri Keuangan No.162/PMK.011/2012 Tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 122/PMK.010/2015 tentang Penyesuaian
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak

273

You might also like