Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

ID Pengalaman Emosi Dan Mekanisme Koping La

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 39, NO. 2, DESEMBER 2012: 208 . 221

Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia


yang Mengalami Penyakit Kronis
Suyanta1
Politeknik Kesehatan Semarang

Endang Ekowarni
Fakultas Psikologi
Uversitas Gadjah Mada

Abstract

The process of aging is a natural process faced by humans. They may experience health problems
when it gets old, it is contributing to their emotional suffering. This study aims to answer the
question of how the experience of seniors during chronic disease, what is the meaning of old age
and disease for the elderly, how the dynamics of the elderly in the face of chronic illness , and what
are the factors that influence the experience of emotions and coping mechanisms elderly who have
chronic diseases. The study was conducted with a qualitative phenomenological approach,
involving 6 subjects as key informants , and 6 family members and community leaders as one
additional informant. The data was collected through in-depth interviews and participatory
observation. Subject selection is determined by reference to key person who know the condition of
the subject to the criteria of age 60 years or older , had more chronic disease than a year, can
provide information through interviews. Results showed that the elderly experience while facing
chronic illness can be identified through the important themes that are synthesized in the form of
the internal dimensions of the disease view of the subject , the denial of the disease, the emergence of
the thoughts that accompany illness, the emergence of a variety of emotional experience, surrender
to face pain, and actions undertaken in overcoming the disease, and the external dimension of
support or attention of the family. Old age is interpreted as the age of the subjects was nearing
death, a lot of pain, and the patient should be approached religion, and should be able to accept the
situation. Disease is defined as fairness occurs in old age, as a rebuke of God, as a trial, as a reward,
as a disaster, as well as the will of God. Thoughts that accompany the disease appears to make the
subject was not ready to accept the disease in old age. Old age is the age of the end of life and
disease is the cause of a person's death. Factors that influence the experience of emotions and
coping mechanisms include lack of knowledge about the subject of illness, type of illness and prior
illness experiences, desires and thoughts experienced by subjects when sick, and the presence or
absence of support or care from family for sick.
Keywords: chronic disease, coping, elderly, emotion

Proses1 menua (aging) adalah proses Manusia akan mengalami perubahan me-
alami yang dihadapi oleh manusia. lalui tahap-tahap perkembangan seiring
dengan berjalannya waktu. Hurlock (2001)
menyebutkan tahap perkembangan terse-
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilaku-
but meliputi periode prenatal, bayi, masa
kan melalui: suyantas@ymail.com

208 JURNAL PSIKOLOGI


EMOSI, KOPING, LANSIA

dewasa awal, dewasa madya, dan lanjut suaikan diri dengan stres, dengan memilih
usia. Papalia, Old, et al. (2008) menyebut- strategi yang paling sesuai serta menuntut
kan bahwa ketika seseorang menjadi evaluasi yang berkesinambungan (Papalia,
semakin tua, mereka cenderung meng- Old, et al., 2008). Penelitian mengenai me-
alami atau berpotensi mengalami masalah kanisme koping telah dilakukan Sanders,
kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan Labott, et al. (2010), dan hasilnya menun-
adanya penurunan fungsi organ, adanya jukkan bahwa lansia menggunakan meka-
kondisi penyakit kronis, dan kehilangan nisme koping berfokus emosi melalui ber-
kemampuan untuk menyembuhkan diri. •˜ Š1•Š•Š–1–Ž—•Š•Šœ’1œŠ”’•1™Š•Š1™Ž—¢Škit
Administration on Aging (dalam Papalia, kronis sel sabit, sedangkan penelitian Hill,
Old, et al., 2008) juga menegaskan bahwa Dziedzic, et al. (2010) menunjukkan hasil
sebagian besar lansia memiliki satu atau berbeda bahwa lansia menggunakan
lebih kondisi kronis atau ketidakberda- koping pertahanan diri menghindar dalam
yaan fisik, dan kondisi tersebut menjadi mengatasi stres akibat penyakit osteoar-
semakin sering seiring dengan bertambah- thritis. Di Indonesia penelitian tentang
nya usia. Stickle dan Onedera (2006) koping pada lansia telah dilakukan oleh
melaporkan bahwa sekitar 80% dari lansia beberapa peneliti, antara lain oleh Nursasi
memiliki minimal satu kondisi penyakit dan Fitriyani (2002). Mereka meneliti
kronis sehingga akan menambah penderi- tentang koping lansia yang mengalami
taan emosionalnya. Schulz, Martire, et al. gangguan fungsi gerak, dan hasil menun-
(2000), kemudian Wrosch, Schulz, et al. jukkan bahwa sebagian besar responden
(2007) juga menyatakan hal serupa bahwa menggunakan koping yang adaptif, se-
penyakit kronis dan cacat berkontribusi dangkan koping maladaptif digunakan
terhadap penderitaan emosional sese- oleh 30,43% responden.
orang. Penelitian Hill, Dziedzic, et al. Berdasarkan latar belakang tersebut,
(2010) menunjukkan adanya respon emosi khususnya berkenaan dengan adanya
negatif pada lansia dengan sakit kronis perbedaan hasil-hasil penelitian sebelum-
osteoartritis. Hasil penelitian Sinclair dan nya mengenai pengalaman emosi dan
Blackburn (2008) memaparkan sebaliknya mekanisme koping lansia yang mengalami
bahwa pengalaman emosi positif dialami penyakit kronis, menjadi tema yang mena-
oleh lansia dengan penyakit kronis yang rik untuk dilakukan penelitian. Dengan
sama yaitu osteoartritis. Sementara itu di demikian diharapkan dapat memberikan
Indonesia Putri, Zulfitri, et al. (2011) mela- jawab terhadap beberapa pertanyaan yang
kukan studi mengenai hubungan emosi diajukan dalam penelitian ini mengenai
negatif kecemasan dengan status kese- bagaimana pengalaman lansia selama
hatan, hasil menunjukkan tidak ada kore-
mengalami penyakit kronis, apa mak-
lasi antara kecemasan dengan status
na usia tua dan makna penyakit bagi
kesehatan lansia.
lansia, bagaimana dinamika lansia da-
Koping (coping) dilakukan individu
lam menghadapi penyakit kronis, serta
untuk menangani masalah dan menyeim-
apa faktor-faktor yang mempengaruhi
bangkan emosi dalam situasi yang penuh
tekanan karena mengalami penyakit kro-
pengalaman emosi dan mekanisme ko-
nis. Penanganan masalah tersebut menca- ping lansia yang mengalami penyakit
kup semua hal yang dipikirkan atau dila- kronis.
kukan seseorang dalam usaha menye-

JURNAL PSIKOLOGI 209


SUYANTA & EKOWARNI

Metode Deskripsi Fenomenologis Subjek dan Tema-


tema Terkait
Penelitian ini menggunakan pende-
Secara ringkas gambaran kondisi sub-
katan kualitatif dengan metode fenome-
jek dan tema-tema terkait dapat dides-
nologi. Pengumpulan data dilakukan
kripsikan sebagai berikut; Subjek I, Wr (72
melalui wawancara mendalam (in-dept
tahun), pendidikan SMP, pensiunan ABRI,
interview) serta observasi (participant obser-
menderita berbagai penyakit sudah sejak
vation) pada enam orang subjek. Informasi
lama, antara lain malaria, hernia dan
tambahan didapat dari enam orang anggo-
rhematoid arthritis. Dari deskripsi fenome-
ta keluarga dan satu orang tokoh masya-
nologi subjek I dapat diidentifikasi adanya
rakat (key person) yang mengetahui tentang
tema-tema penting yang meliputi: (a)
subjek. Pemilihan subjek ditentukan ber-
Kegelisahan memikirkan penyakit; (b)
dasarkan referensi dari tokoh masyarakat
Kekhawatiran akan kematian; (c) Pikirkan
(key person) yang mengetahui kondisi
masa depan anak; (d) Pandangan menge-
subjek dengan kriteria inklusi individu
nai usia tua; (e) Pentingnya dukungan
lansia usia 60 tahun atau lebih, mengalami
keluarga; dan (f) Kepasrahan menghadapi
penyakit kronis lebih dari satu tahun, dan
penyakit; Subjek II, Ms (61 tahun) pendi-
memungkinkan untuk dapat memberikan
dikan SD, sebelum sakit bekerja sebagai
keterangan melalui wawancara. Tahapan
sopir bus malam. Mengalami berbagai
penelitian dilakukan melalui empat proses
penyakit kronis yaitu hipertensi, kencing
yaitu epoche, phenomenological reduction,
manis (diabetes mellitus) dan stroke. Akibat
imaginative variation, dan synthesis of
penyakit stroke yang diderita, subjek masih
meaning. Proses analisis dan interpretasi
mengalami kesulitan berjalan secara nor-
data dilakukan untuk mendapatkan des-
mal, kaki dan tangan kanan merasa lemah.
kripsi textural, dan deskripsi structural,
Dari deskripsi fenomenologi Ms dapat
melalui proses bracketing, horizonalizing,
diidentifikasi adanya tema-tema penting
dan meaning units. Selanjutnya memadu-
yang meliputi: (a) Penyangkalan terhadap
kan (composite) deskripsi textural dan struc-
penyakit; (b) Pandangan mengenai penya-
tural menjadi suatu makna yang universal
kit; (c) Memikirkan masa depan anak; (d)
dan mewakili responden secara keselu-
Memikirkan kebutuhan ekonomi; (e)
ruhan.Validitas hasil penelitian dilakukan
Pentingnya dukungan keluarga; dan (f)
dengan menggunakan triangulasi data.
Kepasrahan menghadapi penyakit; Subjek
III, Sd (72 tahun), pendidikan SD, meng-
Hasil alami sakit kronik rheumatik sudah tujuh
tahun. Merasa kadang-kadang sesak di
Pengalaman Lansia selama Mengalami Sakit
dadanya, pegal-pegal badannya terutama
Kronis
daerah pinggang sehingga sulit berjalan,
Guna memperoleh gambaran secara bila berjalan tidak tahan terlalu lama.
utuh mengenai diri dan pengalaman Daerah pinggang dan punggung belakang
masing-masing subjek selama menderita terasa panas dan sakit. Subjek jarang
penyakit kronis, maka peneliti memapar- memeriksakan sakitnya ke Puskesmas,
kan hal tersebut dalam dua bagian yang lebih senang dipijat. Dari deskripsi feno-
saling berkaitan satu sama lain, yaitu menologi Sd, dapat diidentifikasi adanya
dalam bentuk deskripsi fenomenologis tema-tema penting yang meliputi: (a)
masing-masing subjek serta sintesis tema- Penyangkalan terhadap penyakit; (b)
tema secara menyeluruh.

210 JURNAL PSIKOLOGI


EMOSI, KOPING, LANSIA

Pandangan mengenai penyakit; (c) Memi- nologi Nr dapat diidentifikasi adanya


kirkan kebutuhan ekonomi; (d) Memilih tema-tema penting yang meliputi: (a)
diam; (e) Pandangan mengenai usia tua; Penyangkalan terhadap penyakit; (b)
dan (f) Kepasrahan menghadapi penyakit; Pandangan mengenai penyakit; (c) Memi-
Subjek IV, Hj (67 tahun), pendidikan SMP, kirkan anak; (d) Kepasrahan menghadapi
ibu rumah tangga, suami pensiunan. penyakit; (e) Mengatasi sakit dengan
Menderita penyakit kronis hipertensi dan istighfar, dzikir dan sholawat; dan (f) Pen-
rhematoid arthritis, berlangsung sejak tingnya dukungan keluarga.
empat tahun lalu dan sering kambuh. Saat
ini sedang terjadi kekambuhan penyakit, Sintesis Tema
subjek mengeluh sakit seluruh tulang- Pada bagian ini tema-tema antar sub-
tulang dan sendi-sendi di kedua kaki, jek yang sejenis dikelompokkan menjadi
subjek merasakan sakit bila berjalan. Dari dua dimensi, yaitu dimensi internal dan
deskripsi fenomenologi Hj dapat diidenti- dimensi eksternal. Dimensi internal meli-
fikasi adanya tema-tema penting yang puti tema-tema yang berhubungan dengan
meliputi: (a) Penyangkalan terhadap pe- penghayatan internal, baik perasaan, pikir-
nyakit; (b) Pandangan mengenai penyakit; an, maupun tindakan selama mengalami
(c) Pikirkan masa depan anak; (d) Penting- sakit kronis. Sedangkan dimensi eksternal
nya dukungan keluarga; (e) Menengok merupakan dimensi sosial, yaitu tema-
cucu bisa menjadi obat; dan (f) Kepa- tema yang berpengaruh terhadap pemikir-
srahan menghadapi penyakit, Subjek V, Jw an, perasaan, dan tindakan subjek dalam
(65 tahun), pendidikan SD, mengalami menghadapi penyakit.
sakit hipertensi sudah sepuluh tahun
Dimensi Internal (Pandangan mengenai
lebih, sering kambuh tiga sampai empat
Penyakit)
kali dalam sebulan. Bila sedang kumat
kondisi pusing, muntah, lemah sehingga Pemahaman subjek terhadap penyakit
harus istirahat total dan tidak bekerja. yang dialami menunjukkan adanya kesa-
Sehari-hari subjek masih aktif bekerja maan. Semua subjek menyatakan ketidak-
menjadi tukang setrika di salah satu tahuan mengenai penyakit yang sesung-
tempat usaha konveksi di Magelang. Dari guhnya ia alami khususnya dari aspek
deskripsi fenomenologi Jw dapat diidenti- medis. Ketidaktahuan subjek mengenai
fikasi adanya tema-tema penting yang penyakit yang sesungguhnya dalam pene-
meliputi: (a) Penyangkalan terhadap litian ini, nampak memberikan pengaruh
penyakit; (b) Khawatir akan pekerjaan; (c) bagi persepsi mereka tentang penyebab
Pandangan mengenai penyakit; (d) Tuhan sakitnya, mereka memberikan statement
yang memberikan sembuh; (e) Pentingnya yang berbeda mengenai hal itu.
dukungan keluarga; dan (f) Pengaturan
Penyangkalan terhadap Penyakit
pola hidup; Subjek VI, Nr (75 tahun),
janda, pendidikan SD. Mengalami sakit Subjek menyatakan hal yang sama
kronis rheumatik dan osteoporosis sudah berkaitan dengan penyakit yang mereka
sembilan tahun dan sering kambuh, meng- alami, pada awal-awal mengalami sakit
alami rasa sakit dan panas di punggung, mereka mengingkari bahwa diri mereka
pinggang dan kesulitan berjalan. Menurut sakit berat. Penyangkalan tersebut berkait-
keterangan keluarga subjek punya kebia- an dengan aspek ketidaktahuan mengenai
saan merokok, sehari bisa menghabiskan penyakit yang sesungguhnya mereka
setengah bungkus. Dari deskripsi fenome- alami, disamping itu pengalaman sakit

JURNAL PSIKOLOGI 211


SUYANTA & EKOWARNI

sebelumnya turut membangun opini mereka. Semua subjek melakukan upaya


mereka mengenai sakit yang dialami seba- untuk menyembuhkan sakitnya dengan
gai suatu hal yang biasa saja. memadukan dua pendekatan yaitu secara
medis dan secara tradisional. Secara medis
Pikiran-pikiran mereka melakukan pemeriksaan dan pe-
Terdapat kesamaan mengenai aspek ngobatan yang sama yaitu ke tempat
pikiran-pikiran yang muncul pada diri fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain
subjek selama mengalami sakit. Pikiran- ke Puskesmas, mantri kesehatan, ada yang
pikiran tersebut berfokus pada dua hal ke praktik dokter, dan ada yang mondok
yaitu pikiran mengenai keluarga khusus- ke Rumah Sakit. Secara tradisional subjek
nya anak, dan pikiran tentang ekonomi melakukan berbagai upaya terapi seperti
dan pekerjaan. Hal tersebut mendorong pijat, kerik, dan minum ramuan obat-
mereka untuk segera memperoleh kesem- obatan.
buhan dengan melakukan berbagai upaya
tindakan-tindakan mengatasi penyakit. Dimensi Eksternal (Dukungan Keluarga)
Faktor eksternal yang sangat berpenga-
Pengalaman Emosi ruh dalam kehidupan subjek ketika meng-
Pengalaman emosi dalam menghadapi alami sakit adalah perhatian keluarga. Hal
sakit disampaikan oleh subjek dengan tersebut diungkapkan oleh semua subjek
berbagai ungkapan. Dari variasi penga- penelitian dengan cara dan alasan yang
laman emosi yang mereka sampaikan unik antara satu dengan yang lain.
terdapat unsur kesamaan pada beberapa Dukungan keluarga mendorong mun-
subjek. Umumnya pengalaman emosi culnya emosi positif menambah rasa
yang mereka kemukakan bersumber pada gairah, perasaan nyaman dan kese-
dua hal, yaitu respon emosi terhadap
nangan, sedangkan ketiadaan dukung-
penyakit yang dialami itu sendiri dan
an memberikan rasa kesepian dan
respon emosi terhadap pikiran lain yang
kesedihan.
menyertai sakit.
Makna Usia Tua dan Penyakit bagi Lansia
Kepasrahan Menghadapi Sakit
Ada empat macam makna yang
Setelah mengalami fenomena penyakit
•’œŠ–™Š’”Š—1 œž‹“Ž”1 –Ž—•Ž—Š’1 žœ’Š1 •žŠ ð1
dalam waktu yang cukup lama dengan
yaitu: (1) Usia tua merupakan usia yang
serentetan pengalaman emosi yang me-
sudah mendekati kematian; (2) Orang
nyertainya, terungkap juga adanya persa-
yang sudah memasuki usia tua akan
maan dan keunikan pada subjek mengenai
banyak mengalami sakit; (3) Orang yang
motivasi atau harapan, dan juga kepa-
sudah memasuki usia tua harus sabar dan
srahan bagi kesembuhan penyakitnya.
mendekati agama; (4) Orang yang sudah
Seluruh subjek baik secara implisit mau-
memasuki usia tua harus bisa menerima
pun eksplisit mengungkapkan akan kei-
keadaan. Selanjutnya terdapat enam
nginan dan juga keyakinan untuk sembuh
macam makna yang disampaikan subjek
namun dengan tingkatan yang berbeda.
mengenai penyakit bagi mereka, yaitu:
Tindakan-tindakan Mengatasi Sakit (1) Penyakit merupakan sesuatu yang
Terdapat kesamaan dan juga keunikan lumrah atau wajar terjadi pada usia tua;
strategi yang mereka pilih dan lakukan (2) Penyakit merupakan peringatan atau
guna mendapatkan kesembuhan penyakit teguran Tuhan; (3) Penyakit merupakan

212 JURNAL PSIKOLOGI


EMOSI, KOPING, LANSIA

cobaan atau ujian bagi manusia; belum menunjukkan hasil, maka subjek
(4) Penyakit merupakan ganjaran atau mulai merasakan kekhawatiran. Subjek
pahala dari Tuhan; (5) Penyakit merupa- mulai berpikir bahwa penyakitnya terse-
kan musibah; (6) Penyakit merupakan but merupakan penyakit berat, subjek
suratan atau takdir Tuhan. Dari keenam –Ž›ŠœŠ”Š—1 ”Ž‘Ž›Š—Š— •Š—1 ”Ž•’•Š”-
makna yang disampaikan subjek menge- ™Ž›ŒŠ¢ŠŠ— bahwa dirinya bisa mengalami
nai penyakit tersebut, makna kedua sam- sakit seperti yang dialami sekarang. Hal
pai enam memiliki kesamaan arti bahwa tersebut melahirkan pikiran-pikiran dan
penyakit merupakan takdir atau kehendak •’—•Š”Š—1 ™Ž—¢Š—•”Š•Š— yang terus-
Tuhan. menerus dengan mengatakan sakitnya
sebagai faktor kecapaian semata. Meski
Dinamika Lansia dalam Menghadapi Penyakit demikian sebenarnya subjek merasakan
Kronis •’•Š”1 —¢Š–Š— ð1 —Š–ž— secara tidak
menyadari, melalui penyangkalannya sub-
Ketidaktahuan mengenai penyakit
jek berharap sakitnya tersebut tidak tergo-
menjadi faktor penting dan mendasar,
long berat yang dapat menjadi pengantar
sehingga berpengaruh bagi respon atau
kematiannya.
perilaku subjek dalam menghadapi penya-
kit yang diderita. Hasil wawancara me- Berdasarkan hasil analisis terdapat
nunjukkan bahwa semua subjek mela- dorongan atau kebutuhan subjek untuk
kukan •’—•Š”Š—1’—”˜—œ’œ•Ž— 1 dalam upa- bisa hidup lebih lama dengan berbagai
ya mengatasi sakit, yaitu •Ž—•Š—1 –Ž•Š”ž- alasan atau tujuan. Keinginan subjek
”Š—1 •Ž›Š™’1 •›Š•’œ’˜—Š• 1 ¢Š—•1 meliputi untuk hidup lebih lama, menjadikan sub-
kerik, pijat •Š—1 meminum ramuan obat- jek merasa tidak siap menerima penyakit
obatan , namun juga melakukan terapi di usia yang sudah tua karena sesuai
medis di Puskesmas meski dilakukan de- dengan pandangan subjek bahwa usia tua
ngan setengah hati. Sž‹“Ž”1œŽ•Š•ž1 ”‘Š Š- adalah usia penghujung dari kehidupan
•’› 1Š•Šž1œŽ•Š•ž1‹Ž›Š•Š1•Š•Š–1 ”Ž‹’—•ž—•- yang sudah dekat dengan kematian, dan
Š— 1 –Ž—ŒŠ›’-cari penyebab, mencari obat, umumnya penyakit merupakan penyebab
atau cara apa yang paling tepat untuk seseorang mengalami kematian. Dorongan
menyembuhkan sakit. Untuk mereduksi untuk bisa hidup lebih lama dilatarbela-
kekhawatiran yang dirasakan, subjek kangi oleh empat macam alasan, yaitu:
–Ž—•Ž–žkakan alasan yang bisa diteri- (1) Keinginan untuk bisa melihat anak-
–Š (rasionalisasi) tentang penyakit yang cucu tumbuh dan berkembang; (2) Pikiran
diderita sebagai penyakit biasa. Keterba- bahwa anak-anaknya masih butuh pen-
tasan pengetahuan subjek mengenai dampingan; (3) Keinginan untuk tetap
penyakitnya karena pendidikan subjek aktif dan bekerja guna mencukupi kebu-
yang relatif rendah. tuhan; dan (4) Merasa amal baiknya masih
kurang. Keempat alasan tersebut membe-
Berdasarkan pengalaman subjek me-
rikan spirit subjek untuk terus berupaya
ngenai sakit yang pernah dialami sebe-
mencari kesembuhan. Hal tersebut juga di
lumnya, subjek berkeyakinan bahwa
dukung oleh keyakinan mereka akan
dengan hanya melakukan tindakan seder-
kekuasaan Tuhan. Berdasar pandangan
hana seperti kerik dan pijat, kesehatan
mereka mengenai penyakit sebagai kehen-
mereka akan segera pulih kembali. Selan-
dak atau takdir Tuhan, maka sebagai
jutnya setelah serangkaian upaya yang
puncak emosi dan usahanya mereka
dilakukan untuk mengobati penyakit

JURNAL PSIKOLOGI 213


SUYANTA & EKOWARNI

–Ž—¢Š•Š”Š—1 ™Šœ›Š‘ . Pasrah dimaknai (represi), memilih diam, penyangkalan,


oleh mereka sebagai penerimaan diri atas dan pasrah.
kehendak Tuhan, namun tidak berarti
Jenis Penyakit dan Pengalaman Sakit sebelum-
diam. Wujud kepasrahan tersebut oleh
nya
subjek dinyatakan dengan cara bŽ›•˜ Šð1
mengaji, dzikir, istighfar, dan sholawat. Jenis penyakit dan pengalaman sakit
subjek sebelumnya menjadi faktor yang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengala- berpengaruh bagi munculnya respon
man Emosi dan Mekanisme Koping Lansia emosi dan mekanisme koping yang dila-
yang Mengalami Penyakit Kronis kukan. hal tersebut terlihat dari ungkapan-
ungkapan subjek dalam menanggapi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit yang berorientasi pada kebiasaan
pengalaman emosi dan mekanisme koping
sebelumnya dan kebiasaan setempat. Jenis
subjek secara rinci tidaklah sama persis,
penyakit yang dialami juga akan menen-
namun hal tersebut dapat dikelompokkan
tukan respon yang berbeda berkenaan
berdasar reduksi faktor.faktor yang mela-
dengan emosi dan mekanisme kopingnya.
tar belakangi pengalaman ketidaksiapan
lansia menerima dan menghadapi penya- Kebutuhan atau Keinginan
kit yang diderita. Berdasarkan data Dorongan keinginan dan pikiran-pikir-
dan uraian hasil analisis jawaban atas per- an yang dialami subjek ketika sakit,
tanyaan penelitian sebelumnya dapat khususnya yang berkaitan dengan faktor
diidentifikasi adanya berbagai faktor yang internal seperti keinginan bisa melihat
melatarbelakangi atau mempengaruhi cucu tumbuh besar, keinginan untuk tetap
pengalaman emosi dan mekanisme koping aktif dan produktif guna mencukupi
subjek, yaitu: kebutuhan ekonomi, pikiran bahwa anak-
Kurangnya Pengetahuan mengenai Penyakit anak masih butuh pendampingan, dan
perasaan akan amal baik yang masih ku-
Kurangnya pemahaman subjek terha-
rang, menjadi faktor yang juga berpenga-
dap penyakitnya melahirkan berbagai
ruh bagi pengalaman emosi lansia yang
respon emosi dan mekanisme koping yang
mengalami sakit kronis.
berbeda. Dari hasil wawancara dan obser-
vasi menunjukkan bahwa subjek memiliki Dukungan Keluarga
pemahaman yang rendah mengenai sakit Faktor dukungan keluarga menjadi
yang dialami, dan respon emosi yang faktor penting yang turut memberikan
ditunjukkan meliputi khawatir, kebi- kontribusi bagi respon emosi dan meka-
ngungan, keheranan, ketidakpercayaan, nisme koping subjek ketika sakit. Terlihat
ketidak nyamanan, sedih, putus asa, mela- dalam penelitian ini, bahwa hasil wawan-
lui dinamika yang bervariasi antar subjek. cara dengan beberapa subjek, menunjuk-
Mekanisme koping yang dilakukan subjek kan adanya ungkapan subjek yang ber-
juga menunjukkan dinamika yang berva- kaitan dengan hal tersebut. Dari ungkapan
riasi disebabkan oleh pemahaman yang subjek dapat diidentifikasi adanya tiga
rendah mengenai sakit yang dialami yang perasaan positif sebagai respon subjek
meliputi menjalani terapi secara inkon- terhadap dukungan dari keluarga mereka,
sisten, mengemukakan alasan yang bisa ¢Š’•žñ1™Ž›ŠœŠŠ—1 •Š–‹Š‘1œŽ–Š—•Š• ð1™Ž›Š-
diterima (rasionalisasi), menekan keinginan œŠŠ—1 •Ž›‘’‹ž› ð •Š—1™Ž›ŠœŠŠ—1 œŽ—Š—• ï

214 JURNAL PSIKOLOGI


EMOSI, KOPING, LANSIA

Diskusi malu tersebut dijelaskan oleh Hill,


Dziedzic et al. (2010) berkaitan dengan
Pengalaman emosi dan mekanisme
persepsi subjek akan ketergantungan dan
koping yang dialami oleh subjek ketika
kemandirian. Dalam penelitian tersebut
menghadapi sakit kronis tidak berdiri
rasa malu yang dikemukakan subjek
sendiri sebagai sesuatu yang terpisah dari
dihubungkan dengan ketidakmampuan
keseluruhan dinamika kehidupannya.
subjek untuk melakukan tugas secara
Kedua hal tersebut merupakan bagian dari
normal. Perbedaan bentuk emosi yang
keseluruhan proses psikodinamika yang
ditampilkan tersebut dapat dipahami,
terjadi, dan dipengaruhi oleh berbagai
mengingat latar belakang subjek penelitian
macam faktor. Mengacu pada skema
ini memang berbeda. Hurlock (2001)
emosi Greenberg (2002) maka fakta pera-
menjelaskan mengenai hal itu, bahwa
saan atau emosi yang dialami bersamaan
perbedaan latar belakang subjek seperti
dengan pikiran-pikiran yang ada akan
halnya budaya dan sikap lingkungan
membentuk pengalaman emosi subjek.
sosialnya dapat mempengaruhi persepsi
Pengalaman emosi itulah yang kemudian
subjek akan penyakit serta akibat yang
menentukan perilaku yang ditampilkan
ditimbulkannya. Dari sudut pandang
subjek selama menderita sakit kronis. Hal
peneliti, perbedaan respon emosi yang
tersebut juga dibenarkan Kupers (2001)
dialami subjek dalam penelitian ini
bahwa keberadaan emosi bisa meng- disebabkan oleh persepsi dan pemaknaan
giring individu mencapai hasil positif subjek akan usia tua. Dalam penelitian ini
dalam kehidupan, antara lain mening- faktor yang menjadi latar belakang lebih
katnya kreativitas dan optimisme, atau berkaitan dengan persoalan ekonomi dan
sebaliknya, membawa individu kepada anak, berbeda dengan penelitian sebelum-
perilaku negatif seperti agresif dan nya yang lebih didasarkan atas faktor
pesimisme. harga diri.

Dari sudut pandang teori, respon Perbedaan jenis penyakit memberikan


emosi yang ditampilkan subjek terdiri atas pengaruh bagi perbedaan emosi yang
emosi negatif dan emosi positif. Emosi dialami. Penyakit yang menjadi objek
negatif yang dialami subjek meliputi kajian penelitian sebelumnya, adalah
perasaan khawatir, kebingungan, keheran- berhubungan dengan penyakit degeneratif
an, ketidakpercayaan, rasa tidak nyaman, hand osteoarthritis. Penyakit tersebut mem-
sedih, dan putus asa, adapun emosi positif berikan dampak disfungsi bagi subjek
berupa perasaan tambah semangat, dalam menjalankan aktivitasnya, karena
perasaan terhibur dan rasa senang. Bila tangan merupakan organ utama bagi sese-
merujuk pada hasil penelitian sebelumnya orang dalam melakukan aktivitas pada
dari Hill, Dziedzic et al. (2010), terdapat umumnya, sementara dalam penelitian ini
kesamaan munculnya pengalaman emosi penyakit yang menjadi objek tergolong
negatif lansia dalam menghadapi sakit penyakit degeneratif yang berhubungan
kronis. Namun demikian bentuk atau jenis dengan organ badan. Hal tersebut mem-
emosi yang ditampilkan berbeda. Pada perkuat hasil penelitian ini bahwa salah
penelitian ini emosi negatif didominasi satu faktor yang berpengaruh pada penga-
perasaan khawatir, sedih, dan putus asa, laman emosi dan mekanisme koping
sementara pada penelitian sebelumnya lansia yang mengalami sakit kronis, ada-
didominasi oleh perasaan malu. Perasaan lah faktor penyakit yang dialami, dimana

JURNAL PSIKOLOGI 215


SUYANTA & EKOWARNI

salah satu domainnya adalah perbedaan saan terhibur, dan perasaan senang,
jenis penyakit. Dari sudut pandang teori, sementara dalam penelitian Sinclair dan
hal tersebut relevan dengan apa yang Blackburn (2008) hal tersebut terungkap
dikemukakan Hurlock (2001) bahwa peru- secara implisit, yaitu tercermin dari perila-
bahan fisik, psikologis, dan sosial, seiring ku yang ditampilkan berupa perilaku
dengan proses menua akan memberikan positif, salah satunya adalah perilaku
efek reaksi terutama secara emosi, dan subjek menemukan makna serta perubah-
salah satu faktor perubahan fisik tersebut an positif yang terkait dengan penderitaan
adalah munculnya penyakit kronis yang mereka. Dalam penelitian ini pengalaman
dialami. emosi positif teridentifikasi karena penga-
Selain dipengaruhi oleh faktor penya- ruh dukungan yang diberikan keluarga
kit, pengalaman emosi pada subjek dalam terhadap subjek selama sakit.
penelitian ini teridentifikasi dilatarbela- Dari sudut pandang peneliti, penga-
kangi oleh pengetahuan subjek, serta laman emosi positif dan negatif yang
dorongan kebutuhan dan keinginan. dialami subjek tidaklah menggambarkan
Mengenai hal itu Hurlock (2001) menam- suatu sudut perbedaan dalam dua kutub
bahkan bahwa faktor yang berpengaruh yang saling berlawanan, atau dimaknai
terhadap emosi dan penyesuaian diri pada sebagai emosi baik atau buruk, akan tetapi
lansia, selain kondisi penyakit adalah hal tersebut menggambarkan adanya sua-
faktor persiapan untuk hari tua, penga- tu realita yang memiliki nilai kewajaran,
laman masa lampau, kepuasan dari mengingat perjalanan hidup mereka
kebutuhan, kenangan akan persahabatan berjalan melalui suatu masa pasang surut,
lama, sikap anak-anak yang telah dewasa, serta fluktuasi gelombang kehidupan yang
sikap sosial, sikap pribadi, metode penye- secara spesifik berbeda antara individu
suaian diri yang dimiliki, kondisi hidup, satu dengan individu lainnya. Fenomena
dan kondisi ekonomi. Dari sudut pandang pengalaman emosi positif dan negatif
teori Hurlock (2001), faktor pengetahuan pada lansia dalam penelitian ini, meng-
mengenai penyakit yang dialami dalam gambarkan bahwa emosi tidak duduk
penelitian ini bisa dikategorikan sebagai dalam suatu kubu yang stagnan. Tetapi
tambahan faktor yang mempengaruhi emosi akan selalu dinamis, bergerak
emosi dan penyesuaian diri lansia. Ada- mengikuti irama penyesuaian diri dan
pun faktor kebutuhan dan keinginan dari bergantung pada ada tidaknya faktor yang
hasil penelitian ini, bisa dikategorikan ke mempengaruhi. Pengalaman emosi berja-
dalam faktor kepuasan dari kebutuhan lan melalui tahap-tahap tertentu dan akan
yang berpengaruh bagi emosi dan penye- berhenti pada suatu titik tertentu menuju
suaian diri. tahap penerimaan diri, kemudian akan
Hasil penelitian sebelumnya yang ‹Ž›•Ž›Š”1 ”Ž–‹Š•’1 œŽŒŠ›Š1 œ’”•’” 1 –Ž—ž“ž1
dilakukan oleh Sinclair dan Blackburn tahap awal penyesuaian diri kembali,
(2008) juga menunjukkan adanya kesama- manakala situasi atau kondisi menuntut
an mengenai pengalaman emosi positif untuk itu.
yang dialami subjek, namun berbeda Hasil penelitian ini menunjukkan
dalam pengungkapan emosi tersebut. adanya proses yang dinamis dari subjek
Dalam penelitian ini secara eksplisit subjek dalam mengatasi masalah penyakit dan
menyatakan adanya emosi-emosi positif akibat yang ditimbulkannya. Serangkaian
berupa perasaan tambah semangat, pera- proses dinamika subjek itu menggambar-

216 JURNAL PSIKOLOGI


EMOSI, KOPING, LANSIA

kan tentang mekanisme koping yang Kondisi penyakit yang tidak segera
dilakukannya selama sakit. Teridentifikasi menunjukkan perbaikan, berdampak bagi
dalam penelitian ini bahwa awal mula pemikiran subjek akan keberadaan diri-
mengalami sakit, subjek langsung melaku- nya, saat itulah pengalaman emosi dan
kan tindakan sesuai dengan pengetahuan- mekanisme koping mereka juga menga-
nya mengenai penyakit yang dialami. lami perubahan. Mengemukakan alasan
Tindakan riil yang subjek lakukan adalah yang bisa diterima, menekan keinginan,
berobat secara tradisional, selain itu terapi memilih diam, penyangkalan, dan pasrah
medis juga menjadi pilihan subjek dalam merupakan bentuk koping yang mereka
mengatasi sakit. Dari sudut pandang pergunakan selanjutnya. Perubahan meka-
subjek, tindakan yang mereka lakukan nisme koping subjek tersebut dalam
tersebut merupakan kewajaran sebuah pandangan Lazarus dan Folkman (1985)
usaha untuk mendapatkan kesembuhan merupakan suatu kewajaran, karena
dengan prinsip second opinion, yaitu sejauhmana tingkat stres dari suatu kondi-
memilih tindakan lain setelah tindakan si atau masalah yang dialaminya (dalam
yang pertama tidak menunjukkan hasil hal ini penyakit yang mereka alami), akan
yang memuaskan. Namun dari sudut menentukan mekanisme atau strategi
pandang peneliti, hal tersebut dapat koping mana yang akan dipergunakan,
dikategorikan sebagai tindakan yang dan menurut Lazarus, subjek dalam hal ini
inkonsisten. Adapun dari kacamata teori, menggunakan koping berfokus pada emo-
apa yang dilakukan subjek tersebut meru- si (emotion focused coping). Field, Chen, et
pakan bentuk mekanisme koping yang al. (1997) juga menyatakan para lansia
berfokus pada penyelesaian masalah
dapat melakukan koping berfokus
(problem-solving focused coping) (Lazarus &
pada masalah, akan tetapi mereka juga
Folkman, 1985).
lebih mampu menggunakan pengatur-
Sebagaimana hasil penelitian ini
an emosi jika situasi menghendaki,
bahwa apa yang dilakukan subjek terse-
yakni pada saat masalah tindakan
but, dilatarbelakangi oleh pengetahuan
subjek akan penyakit dan pengalaman
yang difokuskan pada masalah akan
penyakit subjek sebelumnya. Hal ini sia-sia atau kontraproduktif. Penggu-
berbeda dengan apa yang dituliskan naan koping fokus emosi, dari pan-
Lazarus dan Folkman (1985), bahwa meka- dangan hasil penelitian sebelumnya
nisme atau strategi koping mana yang dihubungkan dengan penurunan ter-
paling banyak atau sering digunakan sese- hadap penerimaan diri (Kling, Seltzer,
orang akan sangat tergantung pada et al., 1997).
kepribadian seseorang, dan sejauhmana
Bila melihat hasil penelitian sebelum-
tingkat stres dari suatu kondisi yang diala-
nya yang dilakukan Fields, Jahnke et al.
minya. Berdasarkan temuan ini, khusus
dihubungkan dengan stressor penyakit,
(1995) mengenai studi terhadap 70
maka pengetahuan dan pengalaman sebe- remaja, 69 pemuda, dan 74 orang
lumnya mengenai penyakit dapat diper- paruh baya, serta 74 lansia di Amerika
timbangkan menjadi faktor tambahan Serikat. Terdapat kesamaan hasil me-
yang mempengaruhi seseorang dalam ngenai mekanisme koping yang sering
menentukan pilihan strategi kopingnya. dilakukan oleh lansia. Dalam hasil
penelitian mereka, lansia mengguna-

JURNAL PSIKOLOGI 217


SUYANTA & EKOWARNI

kan mekanisme koping berfokus pada penerimaan diri. Sebuah penelitian yang
masalah, namun dalam menghadapi mengungkap tentang hubungan reli-
situasi dengan implikasi emosi yang giusitas untuk kebahagiaan pasien
tinggi, para lansia menggunakan penyakit kronis telah dilakukan oleh
koping fokus emosi lebih sering dari- Karademas (2010) bahwa perasaan ti-
pada orang yang lebih muda. Hasil dak berdaya dan penerimaan penyakit
penelitian ini juga menunjukkan sub- menjadi mediator bagi hubungan
jek menggunakan kedua jenis koping antara religuisitas dengan kesehatan,
tersebut selama menghadapi sakit beragama berhubungan secara ber-
kronis. Hasil yang sedikit berbeda makna dengan kebahagiaan.
nampak bila dibandingkan dengan Berkaitan dengan mekanisme koping,
hasil penelitian Sanders, Labott, et al. hasil penelitian ini juga menunjukkan
(2010), bahwa dalam penelitian mereka, adanya kesamaan dengan penelitian
lansia hanya menggunakan koping sebelumnya yang dilakukan oleh Nursasi
fokus emosi saja, sementara dalam dan Fitriyani (2002). Lansia dengan gang-
penelitian ini, kedua fokus mekanisme guan penurunan fungsi gerak, lebih
banyak menggunakan koping penging-
koping dipergunakan. Namun demi-
karan (penyangkalan) yaitu sebanyak 63%
kian terdapat kesamaan salah satu
dari seluruh responden. Dalam penelitian
bentuk perilaku koping fokus emosi ini penyangkalan dilakukan oleh semua
yang dilakukan lansia dalam peneli- subjek berkenaan dengan penyakit yang di
tian ini dan penelitian mereka, yaitu derita. Koping pengingkaran menurut
‹Ž›•˜ Šï1 Ž–’”’Š—1 “ž•Š1 •Ž—•Š—1 ‘Šœ’•1 Stuart dan Sundeen (1995) termasuk
penelitian sebelumnya oleh Hunter dan dalam katagori koping mal-adaptif yang
’••Ž—1 ûXVWVüð1 ‹Š‘ Š1 ‹Ž›•˜ Š1 –Ž›ž™Š”Š—1 dapat menghambat fungsi integratif.
salah satu bentuk perilaku koping yang Dinamika pengalaman emosi dan
dipergunakan oleh lansia dalam panti
mekanisme koping yang dialami sub-
jompo.
jek selama menghadapi penyakit
Kesamaan hasil penelitian ini de- kronis merupakan serangkaian proses
ngan dua penelitian di atas, berkenaan diri subjek menuju pada pencapaian
•Ž—•Š—1 ‹Ž›•˜ Šð1 •Š›’1 œž•ž•1 ™Š—•Š—•1 penerimaan diri (self acceptance) yang
teori dapat dihubungkan dengan pe- merupakan central phenomenon peneli-
ngaruh kesadaran beragama. Menurut tian ini. Penerimaan diri merupakan
Daaleman, Perera et al. (dalam Santrock, aspek penting yang berkenaan dengan
2002) bahwa agama dapat memenuhi
pencapaian kebahagiaan (subjektif well
beberapa kebutuhan psikologis yang pen-
being) bagi lansia. Dalam pandangan
ting pada lansia dalam hal menghadapi
.kematian, menemukan dan memperta-
subjek, penyakit yang mereka alami
hankan perasaan berharga, serta meneri- menjadi faktor penghalang bagi upaya
ma kekurangan di masa tua. Kesadaran pencapaian kebahagiaan mereka. Hal
agama pada subjek penelitian ini juga tersebut terlihat dari respon kesedihan
nampak dari pemaknaan mereka menge- dan keputusasaan yang diungkapkan,
nai usia tua dan penyakit. Hal tersebut hal tersebut juga terdorong oleh kondi-
sangat membantu subjek dalam mencapai si ekonomi yang kurang baik dan atau

218 JURNAL PSIKOLOGI


EMOSI, KOPING, LANSIA

permasalahan anak. Dari sudut pan- Kesimpulan


dang teori hal tersebut memiliki kesa-
Pengalaman lansia selama mengha-
maan dengan apa yang disampaikan
dapi penyakit kronis sesuai dengan
Santrock (2002) bahwa pendapatan,
deskripsi fenomenologis subjek penelitian
kesehatan, gaya hidup aktif, serta jaringan
menunjukkan adanya tema-tema penting
pertemanan dan keluarga, dikaitkan
yang disintesis menjadi dua dimensi, yaitu
dengan kepuasan hidup orang-orang
dimensi internal dan dimensi eksternal.
dewasa lanjut. Kepuasan hidup (life
Dimensi internal meliputi tema-tema yang
satisfaction) adalah kesejahteraan psikolo-
berhubungan dengan penghayatan inter-
gis secara umum, atau kepuasan terhadap
nal, yaitu pandangan subjek mengenai
kehidupan secara keseluruhan yang di-
penyakit, adanya penyangkalan terhadap
gunakan secara luas sebagai indeks kese-
penyakit, munculnya pikiran-pikiran yang
jahteraan psikologis pada orang-orang
menyertai sakit, munculnya berbagai
dewasa lanjut.
pengalaman emosi, kepasrahan mengha-
Apa yang dirasakan dan dialami sub- dapi sakit, dan tindakan-tindakan yang
jek menunjukkan adanya ketidaksiapan dilakukan dalam mengatasi penyakit.
subjek dalam menerima kondisinya. Pada Dimensi eksternal merupakan dimensi
hakekatnya subjek menyadari bahwa sosial, yaitu tema-tema yang berpengaruh
penerimaan diri menjadi faktor penting terhadap pemikiran, perasaan, dan tindak-
yang harus dimiliki oleh lansia. Menerima an subjek dalam menghadapi penyakit
diri tidak berarti mereka membiarkan diri berupa dukungan atau perhatian keluarga.
mereka dalam kondisi sakit sampai
Usia tua dimaknai subjek sebagai usia
datangnya kematian. Merujuk pada kon-
yang sudah mendekati kematian, akan
sep Baltes dan Baltes (1990) bahwa terda-
banyak mengalami sakit, harus sabar dan
pat tiga faktor utama yang diperlukan
mendekati agama, serta harus bisa mene-
lansia untuk melewati penuaan dengan
rima keadaan. Sedangkan makna penyakit
sukses, yaitu seleksi (selective), optimisasi
bagi subjek merupakan sesuatu yang
(optimization), dan kompensasi (compen-
lumrah atau wajar terjadi pada usia tua,
sation). Kompensasi menjadi relevan ketika
penyakit merupakan peringatan atau
tugas-tugas kehidupan membutuhkan
teguran Tuhan, penyakit merupakan coba-
suatu tingkat kapasitas tertentu yang
an atau ujian bagi manusia, penyakit me-
melebihi tingkatan saat ini dari kemam-
rupakan ganjaran atau pahala dari Tuhan,
puan seorang dewasa lanjut yang poten-
penyakit merupakan musibah, serta
sial. Lansia secara khusus butuh berkom-
penyakit merupakan suratan atau takdir
pensasi atas hilangnya sebagian kemam-
Tuhan.
puan mereka saat masih sehat. Satlin
(dalam Hurlock, 2001) menyebutkan bah- Dinamika lansia merupakan serang-
wa proses penuaan yang berhasil membu- kaian proses gambaran perilaku subjek
tuhkan usaha dan keterampilan-keteram- dalam menghadapi sakit. Ketidaktahuan
pilan untuk mengatasi masalah, namun subjek mengenai penyakitnya merupakan
hal tersebut bukan perkara yang mudah, faktor mendasar yang menjadikan subjek
bahkan dapat menyulitkan lansia karena melakukan tindakan inkonsisten serta
penurunan dari kondisi mereka. melatarbelakangi munculnya pengalaman
emosi negatif. Keinginan subjek untuk
hidup lebih lama dengan alasan bisa meli-

JURNAL PSIKOLOGI 219


SUYANTA & EKOWARNI

hat anak-cucu tumbuh dan berkembang, melakukan optimisasi (optimization) atas


adanya pikiran anak-anaknya masih butuh potensi yang masih ada, dan perlu
pendampingan, keinginan untuk tetap melakukan kompensasi (compensation) atas
bekerja guna mencukupi kebutuhan, dan hilangnya aktivitas dan kemampuan saat
pikiran amal baiknya masih kurang menja- sehat dan muda.
dikan subjek merasa tidak siap menerima Bagi para praktisi
penyakit di usia yang sudah tua. Bagi
Memberikan wawasan serta pemaham-
subjek usia tua adalah usia penghujung
an mengenai berbagai penyakit dan
dari kehidupan yang sudah dekat dengan
problem kesehatan kepada lansia, akan
kematian, dan umumnya penyakit meru-
sangat membantu kesiapan lansia dalam
pakan penyebab seseorang mengalami
menerima keadaan diri mereka. Selain itu
kematian.
melibatkan keluarga dalam terapi akan
Faktor-faktor yang mempengaruhi memberikan kontribusi bagi munculnya
pengalaman emosi dan mekanisme koping pengalaman emosi positif dan koping
meliputi kurangnya pengetahuan subjek yang konstruktif.
mengenai penyakit, jenis penyakit dan
pengalaman sakit yang pernah dialami
subjek sebelumnya, dorongan kebutuhan, Kepustakaan
keinginan dan pikiran-pikiran yang diala-
Baltes P.B., & Baltes M.M. (1990). Psycho-
mi subjek ketika sakit, dan ada tidaknya
logical perspectives on successful aging:
dukungan atau perhatian keluarga selama
The model of selective optimization with
sakit. compensation. New York: Cambridge
University Press.
Saran Erickson E.H., Erickson J.M., & Kivnick
H.Q. (1986). Vital Involvment in Old
Berkenaan dengan hasil penelitian ini,
Age: The Experience of Old Age in Our
peneliti menyampaikan beberapa saran
Time. New York: Norton.
kepada berbagai pihak, yaitu;
Fields F., Chen Y., & Norris L. (1997).
Bagi lingkungan akademik
Everyday problem solving across the
Berbagai kajian yang menjadi dasar adult life span: Influence of domain
bagi pemahaman mengenai psikologi specificity and cognitif appraisal.
manusia termasuk lansia di Indonesia, Psychology and Aging Journal, 12, 684-
lebih mengacu pada kajian psikologi orang 693.
barat. Akan menjadi hal yang lebih baik
Fields F., Jahnke H.C., & Champ C.J.
bila dapat dikembangkan juga referensi
(1995). Age differences in Problem
psikologi mengenai orang-orang Indonesia
Solving style: The role of Emotional
yang dijadikan objek kajian yang diajarkan
Salience. Journal of Psychology and
oleh para kalangan akademisi di pergu-
Aging, 10, 173-180.
ruan tinggi.
Greenberg L.S. (2002). Emotion-Focused
Bagi para lansia
Therapy: Coaching Clients to Work
Penerimaan kondisi diri yang menga- Trough Their Feelings. Washington, DC:
lami perubahan karena aspek menua American Psychological Assosiation.
menjadi salah satu kunci diperolehnya
Hill S., Dziedzic K.S., & Ong B.N. (2010).
kebahagiaan di akhir kehidupan. perlu
The functional and psychological

220 JURNAL PSIKOLOGI


EMOSI, KOPING, LANSIA

impact of hand osteoarthritis. Chronic Putri D.P., Zulfitri R., & Karim, D. (2011).
Illness Journal, 6(2), 101-110. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Hunter I.R., & Gillen M.C. (2010). Stress Tingkat Kecemasan Pada Lansia di
coping mechanisms in elderly adults: Kelurahan Lembah Sari Rumbai Pesi-
an initial study of recreational and sir. Journal Prodi Keperawatan Uni-
other coping behaviors in nursing versitas Riau.
home patients. Adultspan Journal, 22. Sanders K.A., Labott S.M., Molokie R.,
Hurlock E.B. (2001). Psikologi Perkembangan Shelby S.R., & Desimone J. (2010) Pain,
edisi kelima: Suatu Pendekatan Sepanjang Coping and Health Care Utilization in
Rentang Kehidupan. (Terjemahan oleh Younger and Older Adults with Sickle
Istiwidayanti & Sujarwo). Jakarta: PT. Cell Disease. Journal Health Psychology,
Gelora Aksara Pratama. 15(1), 131-7.

Karademas E.C. (2010). Illness Cognitions Santrock J.W. (2002). Life-Span Development
as a Pathway Between Religiousness - Perkembangan Masa Hidup Edisi
and Subjective Health in Chronic kelima, (Terjemahan oleh Damanik &
Cardiac Patients. Journal of Health Chusairi). Jakarta: Erlangga.
Psychology, 15, 239-247. Schulz R., Martire LM., Beach SR., &
Kling K.C., Seltzer M.M., & Ryff C.D. Scheier, MF. (2000). Depression and
(1997). Distinctive Late-live Chal- Mortality in The Elderly. Current
lenges: Implications for Coping and Directions in Psychological Science, 9,
Well-being. Journal of Psychology and 204.208.
Aging, 12, 288-295. Sinclair V.G., & Blackburn D.S. (2008).
Kupers W. (2001). A Phenomenology of Adaptive coping with rheumatoid
Embodied Passion and The Demotiva- arthritis: the transforming nature of
tional Realities of Organisation. Paper response shift. Journal of Chronic Illness.
Presented at CMS, Manchester at the 4(3), 219-230.
stream. Stickle F., & Onedera J.D. (2006).
Lazarus S.R., & Folkman S. (1985). Stress Depression in older adults (geriatric
Appraisal and Coping. New York: depression). Article Adultspan Journal.
Publishing Company. Stuart G.W., & Sundeen S.J. (1995).
Nursasi A.Y., & Fitriyani P. (2002). Koping Principles and Practice of Psychiatric
Lanjut Usia Terhadap Penurunan Nursing (Sixth edition). St. Louis:
Fungsi Gerak Di Kelurahan Cipinang Mosby Year Book.
Muara Kecamatan Jatinegara Jakarta Wrosch C., Schulz R., Miller GE., Lupien
Timur. Jurnal Makara Kesehatan, 6(2) S., & Dunne E. (2007). Physical health
Papalia D.E., Old S.W., & Feldman R.D. problems, depressive mood, and
(2008). Human Development (Psikologi cortisol secretion in old age: Buffer
Perkembangan) Edisi IX. (Terjemahan effects of health engagement control
oleh A.K Anwar). Edisi IX Cetakan 1. strategies. Journal of Health Psychology,
Jakarta: Kencana. 26, 341.349.

JURNAL PSIKOLOGI 221

You might also like