3. Latar belakang
• Berdasarkan yang didapatkan di Instalasi Rawat Inap
THT/Paru Rumah Sakit Mayjen H.A Thalib Kabupaten
Kerinci pada tahun 2011 tercatat penderita bronkitis sebanyak
7 orang, pada tahun 2012 penderita bronkitis menjadi 9 orang,
sedangkan untuk tahun 2013 dari bulan Januari sampai dengan
Mei 2013 jumlah penderita bronkitis di Ruangan Rawat Inap
THT/Paru berjumlah 8 orang (Medical Record Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib 2013).
• Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari bronkitis maka
pasien perlu diberikan asuhan keperawatan secara konfrehensif
(holistic), dengan menggunakan metode pemecahan masalah
yang bersifat ilmiah seperti proses keperawatan. (pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi)
4. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum:
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan yang jelas dan
nyata pada bronkitis melalui pendekatan proses keperawatan
di Rumah Sakit Umum M.H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
2. Tujuan khusus:
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan.
c. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
6. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Respirasi dapat didefenisikan sebagai gabungan aktivitas
berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 ke
seluruh tubuh dan pembuangan CO2 (hasil dari pembakaran
sel). Fungsi dari respirasi adalah menjamin tersedianya O2
untuk kelangsungan metabolisme sel sel tubuh serta
mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel secara terus
menerus. Irman Somantri (2009 : 2-3).
Sistem Pernapasan : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Bronkus,
Bronkiolus, Alveoli, Alveolus
7. Definisi
• Bronkitis akut adalah kondisi umum yang di sebabkan oleh
infeksi dan inhalan yang menyebabkan inflamasi lapisan mukosa
percabangan trakeobronkial. (Jan Tambayong, 2002 : 97).
• Bronkitis kronis adalah inflamasi luas jalan nafas dengan
penyempitan atau hambatan jalan napas dan peningkatan produksi
sputum mukoid, menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perfusi
dan menyebabkan sianosis. (Doenges, 2000 : 152)
• Bronkitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkus dan trhakea
oleh berbagai sebab. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan
oleh virus seperti Rhinovirus, respiratoty syncitial virus (RSV),
virus influenza, virus parainfluenza,dan coxsackie virus. (Arif
Muttaqin, 2009 : 117)
8. Etiologi
• Menurut Irman Somantri (2009 : 58-59), penyebab bronkitis
adalah :
• Infeksi, seperti Stapphylococcus, Pneumococcus, haemophilus
influenzae.
• Alergi
• Rangsangan, seperti asap yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, rokok.
9. Patofisiologi
Menurut Irman Somantri (2009 : 58-59):
Bronkitis timbul sebagai akibat dari adanya paparan terhadap
agen infeksi maupun non-infeksi ( terutama rokok tembakau ).
Iritan akan memicu timbulnya respons inflamasi yang akan
menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospame. Tidak seperti emfisema, bronkitis lebih
memengaruhi jalan napas besar dan kecil dibandingkan aveoli.
Aliran udara dapat mengalami hambatan atau mungkin tidak
10. Manifestasi Klinis
Menurut Irman Somantri (2008 : 51), manifestasi klinis
bronkitis adalah :
• Penampilan umum : Cenderung overweight, sianosis akibat
pengaruh sekunder polisitemia, edema (akibat CHF kanan),
dan barrel chest .
• Usia : 45 – 65 tahun .
• Pengkajian : Batuk persisten, produksi sputum seperti kopi,
dispnea dalam beberapa keadaan, variabel wheezing pada saat
ekspirasi, serta seringnya infeksi pada sistem respirasi . Gejala
biasanya timbul pada waktu yang lama .
Jantung : Pembesaran jantung, cor pulmonal, dan Hematokrit
> 60% .
• Riwayat merokok.
11. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (2000 : 155) pemeriksaan penunjang pada
pasien bronkitis adalah:
1. Sinar X dada
2.Tes fungsi paru
3. Total Lungs capacity
4. Volume Residu
5. Rasio volume ekspirasi
6. Gas Darah Arteri
7. Bronkogram
8. Sputum
9. EKG
10. Latihan, Tes stres
12. Penatalaksanaan Medis
• Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya di sertai infeksi .
• Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan
karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap
CO2.
• Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum
dengan baik .
• Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas
14. Tinjauan Kasus
• Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Pekerjaan : Tani
Alamat : Sungai Tutung
Tanggal/jam Masuk Rumah Sakit : 13 Juni 2013/19.00 Wib
Nomor Register : 12000936
Ruangan/kamar : THT/Paru
Hari /tanggal Pengkajian : Kamis, 15 Juni 2013
Jam Pengkajian : 15.00 Wib
Diagnosa Medis : Bronkitis
15. • Identitas Penanggung Jawab:
Nama : Tn. H
Hubungan dengan Pasien : Anak Kandung Pasien
Pekerjaan : Tani
Alamat : Sungai Tutung
16. • Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien masuk rumah sakit tanggal 13 Juni 2013 Jam 19.00
Wib dengan keluhan : sesak nafas, nyeri dada pada saat batuk,
lemas, mual, nafsu makan menurun dan batuk berdahak sejak
dua hari yang lalu.
17. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Propocative/Palliatif (P)
Pasien mengeluh sesak nafas sejak dua hari yang lalu, respirasi : 28 kali/menit, ia
mengatakan hal ini di alaminya karena ia sering merokok, pada saat sesak yang
pasien lakukan untuk mengurangi keadaan tersebut ialah dengan cara
membungkukkan badannya dan beristirahat.
2. Quantity/Quality (Q)
Pada saat sesak pasien merasakan nyeri di bagian dada kiri dan kanan
dengan skala nyeri ringan. Pasien tampak meringis saat batuk, nafas pasien cepat
dan dangkal, pasien batuk berdahak dengan dahak berwarna hijau, jumlah
sputum 10-30 cc/ hari. Bunyi nafas pasien Ronki, dan pasien di berikan oksigen
nasal kanul 3 liter/menit.
3. Region (R)
Pasien mengatakan sesak yang dirasakannya yaitu di bagian dada sebelah kanan
dan kiri.
4. Severity (S)
Penyakit yang dialami oleh pasien sangat mengganggu aktifitas pasien, semua
kebutuhan sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga pasien.
5. Time (T)
Sesak nafas pada pasien terjadi saat ia batuk dan hal tersebut terjadi dengan
durasi sekitar 5 menit dengan frekuensi tak menentu seperti pada saat tidur.
18. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
1. Pernah di Rawat/Dioperasi :
Pasien mengatakan belum pernah dirawat atau dioperasi, ia
mengatakan baru kali ini dirawat di rumah sakit.
2. Alergi :
Pasien mengatakan tidak mengalami alergi baik terhadap obat,
makanan maupun minuman.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien yaitu bronkitis.
19. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
pada saat pengkajian pasien terlihat lemah dan wajah nya
terlihat pucat, seluruh aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
pasien.
TTV : suhu: 36,5 ºC
TD : 100/60 mmhg
RR : 28 kali /menit
Pemeriksaan thorak dan paru
Bentuk Thorak simetris kiri dan kanan, frekuensi pernafasan
28 kali/menit. Pernafasan cepat dan dangkal dengan nyeri
tingkat ringan. Skala nyeri 2. Bentuk dada barrel chest,
Getaran suara teraba, Suara napas ronki, suara ucapan jelas.
20. NO Data fokus Etiologi Problem
1 Data Subjektif :
Pasien mengatakan sesak ketika sedang
batuk.
Pasien mengatakan nyeri dada saat
batuk.
Data Objektif : Suara nafas abnormal:
ronchi, Pernapasan : 28 kali/menit. Pasien
batuk berdahak. Pernafasan cuping hidung
dan terdapat tanda kesulitan bernafas.
Peningkatan produksi
sputum
Penumpukan secret
pada jalan
nafas
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
2 Data Subjektif :
Pasien mengatakan aktivitas nya terganggu
Pasien mengatakan badan terasa lemas
Data Objektif :
Pasien tampak lemah
Aktivitas pasien tampak terganggu
Semua aktifitas di bantu oleh keluarga
Derajat kekuatan otot 4.
Keletihan fisik
Hambatan mobilitas fisik
Immobilisasi
Ketidak mampuan pasien
melakukan aktivitas
secara mandiri
Intoleransi
aktivitas
21. 3 Data Subjektif :
Pasien mengatakan mual dan nafsu makan
menurun. Pasien mengatakan sulit
mengunyah saat batuk dan sesak.
Pasien mengatakan berat badan sebelum
sakit 53 kg
Data Objektif :
Porsi yang di sediakan tidak habis, hanya ¼
porsi. Berat badan pasien sekarang 52 kg.
Berat badan pasien sebelum 53 kg.
Penumpukan secret di
jalan nafas
Reflek batuk
meningkat
Kesulitan menelan
Intake nutrisi
berkurang
Resiko
gangguan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
4 Data Subjektif :
Pasien mengatakan susah tidur pada malam
hari karena batuk. Pasien mengatakan sering
terbangun saat batuk.
Data Objektif :
Pasien tampak gelisah. Pasien tampak sesak
ketika batuk.
Pasien hanya tidur 3-4 jam saja.
Terdapat lingkar hitam di sekeliling mata
Sesak napas, frekuensi
napas meningkat
Gelisah
Sulit mempertahankan
tidur
Gangguan pola
tidur.
22. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret ditandai dengan : pasien mengatakan sesak ketika
sedang batuk, pasien mengatakan nyeri dada saat batuk, suara nafas
abnormal ronchi, pernapasan = 28 kali/ menit, pasien batuk berdahak,
pernafasan cuping hidung, terdapat tanda kesulitan bernafas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan ketidakefektifan
jalan nafas yang ditandai dengan : pasien mengatakan aktivitasnya
terganggu, pasien mengatakan badan terasa lemas, pasien tampak lemah,
aktivitas pasien tampak terganggu, semua aktifitas di bantu oleh keluarga.
3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia di tandai dengan : pasien mengtakan mual dan nafsu
makan menurun, pasien mengatakan sulit menelan saat batuk dan sesak,
berat badan sebelum 53 kg, porsi yang di sediakan tidak habis, hanya ¼
porsi, pasien tampak pucat dan lemah, berat badan pasien sekarang 52 kg.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk di tandai dengan : pasien
mengatakan susah tidur pada malam hari karena batuk, pasien mengatakan
sering terbangun saat batuk, pasien tampak gelisah, pasien tampak sesak
ketika batuk, pasien hanya tidur 3-4 jam saja dan terdapat lingkaran hitam
di sekeliling mata.
23. Dari lima kemungkinan diagnosa yang penulis tampilkan pada
tinjauan teoritis, penulis mengangkat empat diagnosa yang
muncul pada pasien, yaitu:
• Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahanan, tebal, sekresi
kental. Penulis menegakkan diagnosa ini karena pasien
mengatakan sesak, suara nafas abnormal, pasien batuk berdahak
dan terdapat tanda kesulitan bernapas.
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan
ketidakefektifan jalan napas. Diagnosa ini di tegakkan karena
pasien tidak mampu melakukan aktivitas sendiri, aktivitas pasien
terganggu dan semua aktivitas di bantu keluarga.
• Resiko terhadap gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia. Penulis menegakkan diagnosa
ini karena nafsu makan pasien menurun, pasien sulit mengunyah,
dan porsi makan yang di sediakan tidak habis.
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk. Tidur pasien
terganggu karena pasien susah tidur karena batuk
24. Ada dua diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada tinjauan
kasus, yaitu :
• Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan suplai
oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan
udara). Diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ada data-data yang
mendukung. Seperti tidak dilakukannya pemeriksaan analisa gas
darah.
• Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan
kurangnya informasi/tidak mengenal sumber informasi, diagnosa ini
tidak diangkat karena pasien tahu mengenai kondisinya dan tentang
penyakit yang dideritanya sekarang.
25. Evaluasi
Pada tahap evaluasi terhadap pelaksanaan proses keperawatan
ternyata semua tujuan untuk mengatasi masalah pasien dapat
tercapai.
• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi secret.
Evaluasi :
Setelah di lakukan tindakan 3 x 24 jam masalah pasien dapat
teratasi, di mana Tn. S mengatakan batuk dan sesak tidak
ada lagi, dan tidak ada lagi secret yang kental.
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan
ketidakefektifan jalan napas.
Evaluasi :
Setelah di lakukan tindakan 3 x 24 jam masalah pasien dapat
teratasi, di mana Tn. S mengatakan sudah bisa beraktivitas
sendiri, dan badan tidak terasa lemah lagi, pasien tampak
kuat dan pasien tidak di bantu oleh keluarga lagi.
26. • Resiko terhadap gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia
Evaluasi :
Setelah di lakukan tindakan 2 x24 jam masalah
pasien dapat teratasi, di mana Tn. S mengatakan
tidak mengalami kesulitan menelan, nafsu makan
meningkat, porsi yang disediakan habis dan
pasien tampak segar.
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk.
Evaluasi :
Setelah di lakukan tindakan 2x24 jam masalah
pasien dapat teratasi, di mana Tn.S mengatakan
sudah bisa tidur nyenyak dalam posisi semi fowler.
27. Penutup
• Saran
Bagi Rumah Sakit.
Penulis menyarankan kepada pihak rumah sakit (perawat) untuk
dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara konprensif,
khususnya pada pasien bronkitis.
Bagi Institusi Pendidikan.
Diharapkan dapat meningkatkan keberadaan praktek mahasiswa di
ruangan dan meningkatkan peran Clinical Instruktur (CI) ruangan
serta pendidikan.
Bagi mahasiswa
Untuk mencapai hasil keperawatan yang lebih baik terhadap pasien
sangat diperlukan sekali kerjasama baik antara mahasiswa, perawat
ruangan, kepala ruangan dan tim kesehatan lainnya serta keluarga
pasien. Dalam membuat rencana tindakan dan penerapan tindakan
diharapkan mahasiswa dan perawat melakukan sesuai dengan teori
yang ada serta disesuaikan dengan keadaan pasien.