1. Dr. SATYA PRANATA ASMARA, MBA
DOSEN PENGAMPU
FAKTOR INDIVIDU
DALAM ORGANISASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
Mata Kuliah Pengantar Manajemen
2. FAKTOR INDIVIDU DALAM ORGANISASI
BAB XI
1. Mengetahui pentingnya mengenali karakteristik individu sebagai esensi
dari faktor sumber daya manusia dalam organisasi
2. Mengetahui bahwa karakteristik individu sangat beragam dan dapat
berdampak pada perilaku, kepribadian, sikap individu dalam organisasi
3. Mengetahui berbagai isu seputar karakteristik individu dalam organisasi,
terutama mengenai stres dan kreatifitas.
T U J U A N
3. Kontribusi dan Kompensasi
Kontribusi
Apa yang dapat diberikan
oleh individu bagi organisasi
atau perusahaan
Kompensasi
Apa yang dapat diberikan
oleh organisasi atau
perusahaan bagi individu
4. Kontribusi dan Kompensasi
Kontribusi dari
Individu bagi
organisasi :
• Usaha
• Kemampuan
• Keahlian
• Loyalitas
• Waktu
• Kompetensi
Kompensasi dari
Organisasi bagi
individu :
• Upah
• Kepastian dan
Keamanan Kerja
• Benefit
• Peluang Karir
• Status
• Peluang Promosi
5. 3 Faktor yang terkait dengan Individu dalam Organisasi
Keragaman Individu dalam Organisasi (Individual
Differences in Organization)
Perusahaan perlu memahami keragaman ini secara
lebih terbuka dan menerimanya sebagai dinamika
yang terdapat dalam organisasi manapun
Kontrak Psikologis (Psychological Contract)
Suatu kesepakatan tidak tertulis yang muncul ketika
seseorang bergabung dengan sebuah organisasi
atau ketika tenaga kerja bergabung dalam sebuah
perusahaan
Kesesuaian Tenaga Kerja yang dibutuhkan Perusahaan
(Personal Job Fit)
Walaupun seleksi utk mendapatkan tenaga kerja yang
sesuai dilakukan dengan ketat, tetapi kadang2 tdk
menghasilkan sesuai harapan. Hal ini terutama
karena menyangkut faktor manusia yg tdk sempurna
6. Faktor Individu dan
Kepribadian(Big Five
Model of Personality)
Cenderung lebih patuh dengan
individu lainnya dan memiliki
kepribadian yang ingin menghindari
konfilk
Cenderung lebih berhati-hati dalam
melakukan suatu tindakan ataupun
penuh pertimbangan dalam
mengambil sebuah keputusan,
mereka juga memiliki disiplin diri
yang tinggi dan dapat dipercaya
Tingkat kenyamanan seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain
Ketertarikan terhadap hal-hal baru
dan keinginan untuk mengetahui
serta mempelajari sesuatu yang baru
Kepribadian yang menilai
kemampuan seseorang dalam
menahan tekanan atau stress.
7. Faktor Individu dan Kepribadian(Big Five Model of Personality)
Tinggi Conscientiousness Rendah
Tinggi Neuroticism / Negative Emotion Rendah
Tinggi Extraversion Rendah
Tinggi Agreeableness Rendah
Tinggi Openness Rendah
Kooperatif (dapat
bekerjasama), penuh
kepercayaan, bersifat baik,
hangat dan berhati lembut
serta suka membantu.
Tidak mudah bersepakat
dengan individu lain karena
suka menentang, bersifat
dingin dan tidak ramah.
Dapat diandalkan,
bertanggung jawab,
tekun dan berorientasi
pada pencapain.
Kurang bertanggung
jawab, terburu-buru, tidak
teratur dan kurang dapat
diandalkan dalam
melakukan suatu pekerjaan
Emotional
Stability (Stabilitas
Emosional), tenang saat
menghadapi masalah,
percaya diri, memiliki
pendirian yang teguh
Mudah gugup, depresi,
tidak percaya diri dan
mudah berubah pikiran
Senang bergaul, mudah
bersosialisasi, hidup
berkelompok dan tegas
Pemalu, suka
menyendiri, penakut
dan pendiam.
Kreatif, Imajinatif,
Intelektual, penasaran
dan berpikiran luas
Cenderung konvensional
dan nyaman terhadap
hal-hal yang telah ada
serta akan menimbulkan
kegelisahan jika
diberikan tugas-tugas
baru.
8. Beberapa Perilaku lain dari Individu
Self-efficacy :
perilaku ini merujuk pada kepercayaan diri
dari individu untuk dapat melakukan
sesuatu. Individu yang memiliki self-eficacy
yang tinggi adalah individu yg memiliki
keyakinan utk mengerjakan berbagai hal,
sebaliknya individu yang memiliki self-
eficacy rendah adalah individu yang
seringkali meragukan kemampuan dirinya
utk melakukan berbagai hal.
Locus of Control :
merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan
kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus
pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus
pengendalian internal yang mencirikan seseorang
memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab
atas perilaku kerja mereka di organisasi. Lokus
pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang
mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan
tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu
organisasi.
9. Beberapa Perilaku lain dari Individu
Machiavellianism:
Seorang individu yang macheavelianisme nya tinggi adalah
pragmatis, menjaga jarak emosional, dan yakin tujuan dapat
menghalalkan segala cara. Orang-orang yang macheavelianisme
nya tinggi sering melakukan manipulasi , lebih suka menang,
kurang bisa dibujuk, dan membujuk lebih banyak orang lain
dibandingkan dengan orang-orang yang macheavelianisme rendah.
Authoritarianism :
Perilaku ini merujuk pada keyakinan individu akan peran tingkatan
hierarki dlm satu organisasi dan kaitannya dengan kekuasaan dalam
organisasi. Individu yang tingkat authoritarianism-nya tinggi
beranggapan bahwa jika perintah atau keputusan telah dikeluarkan
dari hierarki yang lebih tinggi, maka tdk ada alasan utk
menolaknya. Sebaliknya individu dengan tingkat authoritarianism
yang rendah beranggapan bahwa kebenaran tidak selalu muncul
berdasarkan tingkat hierarki dalam sebuah organisasi, sehingga
yang datang dari atas tidak serta merta harus diikuti.
orang-orang yang macheavelianisme tinggi sangat cocok yang membutuhkan keterampilan
tawar-menawar atau yang menawarkan imbalan besar untuk menang. Orang-orang yg
macheavelianisme tinggi adalah orang yang tinggi rasionalitasnya, rendah tingkat loyalitas dan
persahabatan, serta menyukai untuk melakukan kontrol terhadap orang lain. Orang-orang yang
macheavelianisme rendah cenderung memiliki tingkat emosional yg tinggi, rasionalitas yg rendah,
menghargai persahabatan dan loyalitas, serta kurang menyukai utk mengontrol orang lain.
10. Beberapa Perilaku lain dari Individu
Risk propensity:
Perilaku ini merujuk kepada kecenderungan
individu dlm hal pengambilan resiko dan
menjawab tantangan. Individu yang risk
propensity nya tinggi adalah seorang risk taker
atau pengambil resiko. Individu yang Risk
propensity nya rendah adalah seorang yang risk
avoider atau penghindar resiko.
Self-esteem:
Perilaku ini merujuk kepada sebuah keyakinan dari
seseorang atau individu bahwa dirinya layak untuk
mendapatkan penghargaan. Individu dengan self
esteem yang tinggi cenderung berupaya untuk mencari
posisi yang tinggi dalam sebuah organisasi, dan
sebaliknya untuk yang self-esteem yang rendah.
11. Perilaku Individu dan Sikap Berorganisasi
• Komponen Afektif: menyangkut perasaan yang dirasakan oleh seseorang
mengenai gagasan, situasi atau lingkungan yg dihadapinya. Misal:”saya
kecewa dengan kualitas pelayanan dari PT XYX”
• Komponen Kognitif: menyangkut pengetahuan seseorang mengenai sesuatu
yg terkait dg gagasan, situasi maupun lingkungan yg dihadapinya. Misal:
“Kualitas pelayanan PT XYZ jauh di bawah kualitas Pelayanan PT DEF”
• Komponen Intensi: menyangkut harapan dari seseorang sebagai akibat dari
gagasan, situasi maupun lingkungan yg dihadapinya. Misal: “Saya pikir
perusahaan tidak perlu lagi menjadi konsumen dari PT XYZ”
Griffin (2000) menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen utama,
yaitu:
12. Perilaku Individu dan Sikap Berorganisasi
Persepsi Selektif
Proses penyeleksian informasi
mengenai sesuatu dimana sesuatu
tersebut mengalami berbagai
kontradiksi dan ketidaksesuaian
dari persepsi awal yang kita yakini
Stereotip
Proses pelabelan terhadap
seseorang berdasarkan suatu
kejadian tertentu yang dialami atau
dilakukan oleh seseorang tersebut.
13. Beberapa Isu seputar Perilaku Individu
Tahap 1: Alarm Tahap 2 : Resistance Tahap 3 : Exhaustion
Respon terhadap Stress
Level Normal dari
Resistance
General
Adaptive
Syndrome
(GAS)
Model
Tahap 1: “Alarm” adalah tahap
dimana individu mengalami
sesuatu yg menyebabkan
dirinya memberikan respon yg
tdk biasanya. Pd saat ini tubuh
akan memberikan semacam
reaksi atas aktivitas yg tdk
normal tsb misal stres, panik,
dll. Bentuk respon tsb
dinamakan sbg alarm.
General Adaption Syndrome
(GAS)
Tahap 3: “Exhaustion”
yaitu tahap dimana
individu mengalami
indikasi lain sbg akibat
dari penyesuaian yg
dilakukan pd tahap
sebelumnya. Indikasi ini
dpt lebih baik dri keadaan
pd tahap 1 atau 2, atau
sebaliknya ketika respon
pd tahap 1 dan 2 tdk
menyelesaikan masalah yg
dialami pertama kali pada
tahap 1.
Tahap 2: “Resistance” yaitu
tahap dimana individu
melakukan penyesuaian diri
berupa reaksi atas respons
yg dia lakukan pd tahap
alarm. Bentuk penyesuaian
diri misalnya berupa
tindakan utk menyelesaikan
sesuatu, membiarkan
sesuatu, atau pengabaian
thd sesuatu, dll.
14. Stres pd dasarnya merupakan respon individu thd tekanan
yg tinggi dlm pekerjaan. Tekanan yg tinggi tsb sering
disebut stressor. Stres terjadi seiring dg pengalaman yg
dilalui oleh individu yg dinamakan sbg General Adaption
Syndrome (GAS).
Griffin (2000) membagi individu dalam perilakunya thd stres menjadi 2 tipe, yaitu:
Perilaku Individu dan Stres
Individu Bertipe A: adalah individu yg
bersifat kompetitif dan sangat menyukai
pekerjaan dan sangat dapat mengatur
pekerjaan dengan waktu yg tersedia
sekalipun terbatas.
Individu Bertipe B: adalah individu yg kurang
memiliki sifat kompetitif, dan kurang
menyukai pekerjaan serta kurang terampil
dlm mengatur pekerjaan dg waktu yg
diberikan
15. Faktor-faktor Penyebab Stres
Tuntutan interpersonal (interpersonal demands): terkait
dg adanya tekanan yg muncul dari rekan kerja, kelompok
kerja, maupun adanya konflik personal dalam organisasi
Tuntutan pekerjaan (task demands): berupa tuntutan
tugas yg harus diselesaikan, misalnya keputusan yg
cepat, keputusan yg kritis, atau kurangnya informasi yg
mendukung penyelesaian pekerjaan
Tuntutan fisik (physical demands): tekanan akibat
keadaan fisik, misal temperatur yg tinggi, kualitas
ruangan yg buruk, atau kondisi fisik pekerja yg sedang
sakit.
Tuntutan peran/fungsi (role demands):
tekanan akibat adanya ambisi dari individu
mengenai sesuatu yg ingin dicapai
17. Kreativitas Individu dalam Organisasi
Faktor Pendorong Kreativitas Individu
a. Pengalaman individu dg kreativitas: yaitu apakah
individu2 tersebut pernah terlibat dlm kegiatan2 yang
menuntutnya utk bertindak kreatif atau tidak pernah.
b. Perlakuan terhadap individu: terkait dengan bagaimana
cara manajer misalnya memperlakukan tenaga
kerjanya. Ada yg bersifat hierarkis, topdown, atau
sebaliknya.
c. Kemampuan kognitif dari individu: ada individu yang
cenderung untuk memiliki convegent cognitif
thinking yaitu terbiasa utk melihat berbagai persamaan
dari berbagai perbedaan yang ada. Orang kreatif
memiliki kemampuan di dua jenis cara berpikir baik
divergen maupun convergen.
d. Kreativitas Individu dalam Organisasi
18. Kreativitas Individu dalam Organisasi
Tahap-tahap Munculnya Kreativitas ada 4 tahap:
Tahap persiapan :
berupa proses pendidikan/pelatihan dan
pemberian informasi tertentu kepada
individu.
Tahap Tahap inkubasi:
individu dikondisikan pada kondisi tertentu
yg memungkinkan dirinya utk mendapatkan
gagasan-gagasan baru mengenai sesuatu.
Tahap Penemuan
gagasan:
pd tahap ini individu
berhasil menemukan
gagasan yang mungkin
akan memberikan
manfaat perubahan
bagi organisasi.
Tahap pengujian:
merupakan tahap terakhir utk
merealisasikan gagasan mengenai sesuatu.
1
2
4
3