1. Menjelaskan cara menentukan indeks bias prisma dengan mengukur sudut deviasi minimum menggunakan spectrometer.
2. Menjelaskan prinsip kerja spectrometer untuk memisahkan spektrum warna cahaya menggunakan prisma.
3. Bertujuan untuk mengukur sudut puncak prisma, indeks bias prisma, dan memahami spektrum warna cahaya.
1 of 9
More Related Content
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
1. SPECTROMETER
Nama : LYDIA NURKUMALAWATI
NIM : 1306619018
Prodi : FISIKA
Nama Percobaan : SPECTROMETER
Tanggal Percobaan : 21 MEI 2020
Tanggal Pengumpulan : 19 MEI 2020
Nama Dosen : Dr. Firmanul Catur Wibowo, M.Pd
Pre-Test Laporan Awal Laporan Akhir
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
2. A. TUJUAN
1. Menentukan sudut puncak prisma.
2. Menjelaskan bagaimana menentukan indeks bias sebuah prisma.
3. Menentukan indeks bias prisma dengan metode deviasi minimum.
4. Memahami prinsip kerja spectrometer dan terampil menggunakannya.
5. Untuk mengetahui spectrum warna pada cahaya dari gelombang-gelombang yang ada.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Spectrometer prisma.
2. Sumber cahaya monokromatis, misalnya lampu natrium.
C. TEORI DASAR
Spectrometer merupakan alat yang dipakai untuk mengukur sudut simpangan (deviasi)
suatu berkas cahaya akibat adanya pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi dan
hamburan. Alat tersebut mempunyai 4 komponen utama yaitu :
Kolimator
Kolimator pada dasarnya merupakan tabung yang dilengkapi dengan sebuah lensa
akromatis pada salah satu ujung yang menghadap prisma dan sebuah celah yang dapat diatur
lebarnya. Celah tersebut digunakan untuk memperoleh berkas cahaya sejajar yang
mempunyai sudut simpangan sama untuk tiap sinar. Kedudukan celah dapat diatur dengan
tombol pada kolimator. Kolimator ini diletakkan pada tiang statis ke dasar spectrometer.
Teleskop
Komponen ini terdiri dari lensa obyektif yang menghadap ke meja spectrometer dan sebuah
okuler yang posisinya terhadap lensa obyektif dapat diatur. Okuler sendiri terdiri dari dua
lensa (lensa mata dan lensa medan) yang posisinya dapat diatur satu sama lain. Sebagai
rujukan, untuk menentukan posisi bayangan celah dengan tepat digunakan benang silang
dipasang pada bidang tegak lurus pada sumber cahaya antara lensa mata dan lensa medan
dalam okuler.
Teleskop ini diletakkan pada tangkai yang dapat diputar terhadap sumbu spectrometer. Jika
dasar spectrometer horizontal, maka sumbu spectrometer vertikal dan teleskop berputar di
bidang horizontal dengan sumbunya terus menuju ke pusat rotasi yang terletak pada garis
sumbu. Sedangkan posisi teleskop terhadap kolimator atau posisi rujukan lainnya dapat
dibaca pada kedua nonius yang berlawanan posisinya dan ikut berputar dengan teleskop.
Prisma
Prisma merupakan bagian terpenting dari spectrometer diletakkan pada meja spectrometer.
3. Meja Spectrometer
Meja spectrometer mempunyai sumbu rotasi berimpit dengan sumbu rotasi teleskop. Meja
ini dapat diatur posisinya dengan cara menaikkan atau menurunkan atau dapat diputar
dengan melonggarkan sekrupnya kemudian menguatkannya. Pengaturan ini dapat pula
digunakan untuk mengatur tegaknya bidang pemantul.
Dengan mengukur deviasi minimum yang terjadi untuk suatu cahaya monokromatis tertentu
yang digunakan, indeks bias prisma dapat ditentukan berdasarkan formula berikut:
(1)
dimana n adalah indeks bias prisma, Dm adalah deviasi minimum dan Ξ² adalah sudut
puncak prisma.[1]
TEORI TAMBAHAN.
Spektrometer.
Spektrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengamati spektrum
cahaya yang terurai setelah melewati suatu medium sehingga membentuk suatu spektrum
dengan menggunakan kisi difraksi atau prisma untuk memisahkan panjang gelombang
cahaya yang berbeda.
Spektrometer terdiri dari lima bagian utama yaitu, celah masuk, kolimator,
pendispersi, lensa, detektor. Terdapat dua jenis spektrometer dari segi pendispersian, yaitu
dengan prisma dan kisi. Pada spektrometer berbasis prisma, prisma memiliki keuntungan
menghasilkan satu spektrum cahaya yang jelas (terang), tapi nilainya tidak linear. Dispersi
akan berkurang secara signifikan di daerah panjang gelombang merah, dan analisis spektral
diperlukan tiga referensi (pengukuran ulang) tambahan untuk dikalibrasi. Sedangkan pada
kisi mempunyai kemampuan untuk memberikan resolusi yang sangat baik, tapi grating
juga akan mendispersikan spektrum visibel.
Prinsip kerja dari spektrometer adalah dispersi cahaya dimana kondisi saat sebuah
cahaya putih terurai menjadi spektrum warna. Untuk memunculkan dispersi cahaya ini
biasanya digunakan cermin prisma. Cahaya yang melalui cermin prisma akan terurai
menjadi spektrum optik.[2]
[1] Tim Dosen Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika Dasar II (Jakarta : UNJ. 2014), hlm 30-31.
[2] Soedojo, Peter, 1985. Azas-azas Ilmu Fisika Jilid II. University Gajah Mada
4. Dispersi Cahaya
Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya polikromatik atau cahaya putih yang
dapat terurai menjadi cahaya yang berwarna-warni, menjadi cahaya monokromatik yaitu
cahaya tunggal yang tidak bisa diuraikan lagi (merah, jingga, kuing, hijau, biru nila, ungu)
lewat pembiasan atau pembelokan. Cahaya merupakan gelombang transversal yang
termasuk gelombang elektromagnetik. Sifat-sifat cahaya diantaranya dapat mengalami
pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), pelenturan (difraksi), diserap arah getarnya
(polarisasi), dan diuraikan (dispersi). Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih
menjadi cahaya yang berwarna-warni. Suatu cahaya putih terdiri atas beberapa spektrum
warna yang terbagi berdasarkan panjang gelombang masing-masing. Saat suatu sinar
cahaya melewati suatu medium yang transparan maka akan mengalami pembiasan akibat
perbedaan indeks bias medium yang dilewatinya. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila
seberkas cahaya putih dilewatkan pada suatu prisma sehingga membentuk spektrum
cahaya.Spektrum ini dapat diamati melalui spectrometer[3]
Prisma.
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas
sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias
I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar
tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal sebab sinar datang dari zat optik kurang
rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca sebab sinar datang dari zat optik rapat
ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati
sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula.
Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan
prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada
sudut datangnya sinar. Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya
cahaya ke prisma. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun
akan semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang cahaya
ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas
cahaya yang masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki,
sehingga berlaku i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang), dan i2 = r1 = r (dengan r = sudut
bias)[4].
[3] Sears-Zemansky, 2001. Fisika universitas Jilid 1. Jakarta: Bina Cipta.
[4] Beiser, A. 1987. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga
5. Indeks bias suatu prisma.
[5]Secara matematis indeks bias (n) prisma adalah:
π =
sin
1
2
(πΌ+πΏ π)
sin
1
2
πΌ
Dengan sebagai sudut pembias prisma, dan adalah sudut deviasi minimum. Sudut
deviasi adalah sudut antara perpanjangan sinar datang dengan perpanjangan sinar-sinar bias
pada sisi kanan prisma. Sedangkan sudut deviasi minimum sudut terkecil yang dapat
dihasilkan dengan mengubah sudut datang. Deviasi minimum terjadi jika sinar melalui
prisma secara simetris. berdasarkan persamaan di atas, maka untuk spektrum warna merah,
kuning dan biru dapat diturunkan persamaan indeks bias bahan prisma untuk berbagai
panjang gelombang yaitu:
π π =
sin
1
2
(πΌ+πΏ π)
sin
1
2
πΌ
Sedangkan daya dispersi bahan prisma yaitu:
π· =
π πβπ π
π πβ1
Spektrum warna.
Spektrum kasat mata adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang tampak oleh
manusia. Radiasi elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang disebut cahaya.
Spektrum elektromagnetik ini dipancarkan secara keseluruhan melalui atmosfer bumi.
Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang elektromagnetik. Peristiwa
pemecahan gelombang elektromagnetik berfrekuensi banyak atau polikromatik menjadi
spektrum-spektrum frekuensi tunggal disebut sebagai dispersi. Cahaya tampak yaitu
bagian spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh Mata normal
manusia mempunyai panjang gelombang antara 400 sampai 700 nm. Mata yang telah
beradaptasi dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555 nm.
Untuk mata manusia hanya dapat melihat sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik.
Kita dapat menyebut bagian itu sebagai cahaya kasat mata. Beragam warna yang keluar
dari spektrum cahaya kasat mata terkait dengan berbagai panjang gelombang cahaya. Mata
kita memiliki sel yang disebut kerucut, yang sangat peka terhadap berbagai panjang
[5] Herman dan asisten,Penuntun Praktikum Fisika dasar 2, (Makassar: Unit Laboratorium Fisika dasar jurusan
Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar, 2015), hlm. 33-34.
6. gelombang dan memungkinkan kita melihat warna. Tiga jenis kerucut dipengaruhi oleh
cahaya bagian merah, hijau, dan biru dari spektrum. Warna pencampuran seperti pink atau
ungu, tidak terdapat dalam spektrum ini karena warna-warna tersebut didapatkan dengan
mencampurkan beberapa panjang gelombang cahaya.[6]
Tabel Warna-Warna di Dalam Spektrum
Warna Panjang gelombang
Ungu 380-450 nm
Biru 450-495 nm
Hijau 495-570 nm
Kuning 570-590 nm
Jingga 590-620 nm
Merah 620-750 nm
Pink 1000-10.000 nm
D. CARA KERJA
Persiapan
1. Mengarahkan teleskop untuk melihat benda yang jauh sehingga terlihat jelas. Perlu
diketahui bahwa berkas sinar yang masuk teleskop dalam keadaan sejajar.
2. Meletakkan teleskop dan kolimator dalam satu garis lurus dan atur keduanya agar tegak
lurus terhadap sumber cahaya.
3. Menyinari celah dengan sumber cahaya dan atur lebarnya, sehingga gambar celah
terlihat dengan jelas pada teleskop.
4. Mengatur ketinggian meja prisma sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mudah.
Pengukuran sudut puncak prisma
1. Meletakkan prisma di atas meja spectrometer sehingga sudut yang akan diukur
menghadap ke arah sumber cahaya.
2. Mendekatkan celah kolimator dengan sumber cahaya.
3. Mengatur posisi prisma agar pantulan cahaya dari kolimator dapat dilihat okuler
teleskop di dua tempat, yaitu pada kedudukan I dan kedudukan II.
4. Mencatat sudut pergeseran kedudukan π. Buktikan bahwa besarnya sudut puncak
prisma sama dengan π.
5. Mengulangi langkah 1 β 4 beberapa kali untuk meperoleh harga rata-rata dari sudut
puncak prisma.
[6] Thomas J. Bruno, Paris D. N. Svoronos.CRC Handbook of Fundamental Spectroscopic Correlation Charts.
CRC Press, 2005.
7. Pengukuran sudut deviasi minimum
1. Meluruskan okuler teleskop dengan celah kolimator sampai cahayanya terlihat jelas,
dan catat posisinya. Ini disebut kedudukan I.
2. Meletakkan prisma di atas meja spectrometer, sehingga sinar dari celah akan jatuh pada
salah satu sisi prisma (perhatikan gambar 3).
3. Memutar okuler teleskop sampai diperoleh sinar bias sembarang.
4. Memutar prisma perlahan-lahan dengan cara memutar meja spectrometer sehingga
terlihat sinar bias tersebut bergeser, sambil mengamati sinar bias melalui okuler.
5. Memerhatikan pergerakan sinar bias tersebut melalui okuler sampai pada suatu saat
sinar tersebut berbalik arah walaupun prisma diputar satu arah. Dengan menggeser meja
spectrometer bolak-balik di daerah itu, coba temukan tempat terjadinya pembalikan arah
sinar itu. Tempat itu disebut kedudukan II.
6. Sudut yang dibentuk oleh posisi akhir terhadap posisi okuler mula-mula (lurus dengan
celah) adalah sudut deviasi minimum, Dm.
7. Mengulangi langkah 1 hingga 6 beberapa kali untuk memperoleh nilai rata-rata deviasi
minimum.
E. JAWABAN PERTANYAAN AWAL.
1. Berdasarkan referensi yang relevan, sebutkan cara lain dalam menentukan indeks bias
prisma. Jelaskan dengan singkat!
Jawab:
Caranya sebagai berikut:
a. Meletakan papan tripleks bulat diatas meja. Kemudian meletakan sehelai kertas.
b. Meletakan prisma diatas kertas dan menandai dengan pensil bidang alas prisma
tersebut kemudian mengangkat dan memindahkan prisma tersebut.
c. Menandai titik ditengah-tengah garis kiri sisi segitiga. Lalu membuat garis tegak
lurus sisi tersebut tepat dititik tersebut. Setelah itu, membuat sudut 35ο° dengan
busur dititik sudut tersebut.
d. Menancapkan dua buah jarum pentul digaris yang membuat sudut 35ο° terhadap
garis tegak lurus. Dan meletakan kembali prisma pada posisi semula. Lalu
mengamati dari sisi lainnya agar kedua jarum pentul tersebut kelihatan berimpit.
Dan sementara itu menancapkan kembali jarum pentul ketiga dan keempat
sehingga Nampak keempat jarum tersebut berimpit (tinggal kelihatan satu).
e. Menandai dengan pensil posisi jarum ketiga dan keempat agar garisnya
menyentuh sisi prisma sebelah kanan.
8. f. Memperpanjang garis tersebut agar berpotongan dengan perpanjangan garis yang
dari jarum 1 dan jarum 2. Lalu mengukur sudut yang terbentuk dari dua garis
tersebut.
g. Mengulangi langkah 3s/d5 dengan merubah sudut datang menjadi 40ο°,45ο°,50ο°.ο’2
2. Turunkan rumus: Dm = (n-1) Ξ² yang kita gunakan dalam percobaan ini!
Jawab:
n =
π·π
ο’
+1
ππ
ππ·π
=
1
ο’
ππ
ππ½
= -
π·π
ο’2
οn=β (
ππ
ππ·π
)
2
(βπ·π)2
+ (
ππ
ππ·π
)
2
(βπ½)2
Sehingga,
οDm= β(
ππ·π
ππ
)
2
(
2π
3
)
2
+ (
ππ·π
ππ½
)
2
(βπ½)2
Didapat Dm = I1 + r2 β r
Karena I1 = r2, pada sudut minimum
Dm = I1 + I2 - ο’
Dm + ο’ = 2I1
I1 =
π·π+π½
2
r1 = r2 ; ο’ = r1 + I2
ο’ = I1 + r1
r1 =
π½
2
Sehingga,
sin 1
sin π
=
π2
π1
sin(
π·π+π½
2
)
sin(
π½
2
)
=
π2
π1
Bila ο’ ο£ 15ο°, maka sin Dm = Dm
sin(
π·π+π½
2
)
sin(
π½
2
)
=
π2
π1
Dm (
π2
π1
β 1) ο’
9. 3. Jelaskan apa perbedaan pemakaian dua rumus berikut:
- Rumus pertama Dm = (n-1) Ξ²
- Rumus kedua n sinΒ½ Ξ² = sin Β½ (Dm + Ξ²)
Jawab:
a. Rumus tersebut dipakai pada percobaan jika prisma berada di udara. Pada
saat prisma berada di udara, maka n1 = 1 dan n2 = n sehingga rumus yang
dipakai adalah rumus tersebut.
b. Rumus tersebut dipakai untuk mengukur indeks bias dengan mencari Ξ΄min.
Secara eksperimen pada prisma yang sudut A-nya diketahui. Sudut deviasi
adalah suatu sudut yang dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan cahaya
dating dengan perpanjangan cahaya bias yang meninggalkan prisma. Deviasi
akan mencapai minimum jika sudut dating cahaya ke prisma sama dengan
sudut bias cahaya yang meninggalkan prisma (Ξ΄min, i = r).
4. Dalam setiap percobaan, hasil yang diperoleh tidak selalu sama dengan perhitungan
numerik, artinya selalu ada kesalahan atau error. Jelaskan apa saja yang menyebabkan
hal itu terjadi.
Jawab:
Pada praktikum biasanya terjadi kesalahan seperti pada di atas dikarenakan
pengamat yang tidak hati-hati dalam melakukan praktikum, tidak teliti, atau bahkan
bergantian mengamati. Jadi, bukan satu pengamat yang melakukannya sehingga data
yang didapatkan kurang valid.