1. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan kesehatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.
2. Ada beberapa model asuhan keperawatan, termasuk model tim dan primer, yang berfokus pada kontinuitas asuhan dan tanggung jawab perawat untuk pasien.
3. Konferensi antardisiplin melibatkan diskusi tim tentang perke
1 of 8
More Related Content
Manajemen kep
1. SELASA, 15 JANUARI 2013
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Pengantar Manajemen Keperawatan
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. (P. Siagian, 2000)
Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989)
Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun
dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyrakat.
2.1.2 Fungsi Manajemen
1. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :
a. Gambaran apa yang akan dicapai
b. Persiapan pencapaian tujuan
c. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d. Persiapan tindakan – tindakan
e. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f. Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan
menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan
dan fasilitas.
3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja.
Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran
sendiri, termotivasi secara interval
4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan
dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya
tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah
selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi
organik administrasi dan manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money,
material, methode, machine, minute dan market.
2.1.3 Prinsip Manajemen
Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah
a. Division of work (pembagian pekerjaan)
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
c. Dicipline (disiplin)
d. Unity of command (kesatuan komando)
e. Unity of direction (kesatuan arah)
f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada
kepentingan umum)
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
h. Centralization (sentralisasi)
2. i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j. Order (ketertiban)
k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
l. Equity (keadilan)
m. Inisiative (prakarsa)
n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)
2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka
dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari
lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel,
peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output
adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk
budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang
standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit
keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
2.1.5 Prinsip – prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui
fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana
yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan
kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat –
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
3. j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator
seyogyanya bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta
fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2.2 Metode Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberianasuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit
adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan
berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam
penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998;
143) yaitu:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
e. Kepuasan kinerja perawat.
2.2.2 Tujuan
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.
2.2.3 Macam-macam metode Asuhan Keperawatan
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model ini diterapkan pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
– 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini
berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (
tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
Kepala Ruangan
Perawat :
Pengobatan
Perawat :
4. Pengobatan
Perawat :
Pengobatan
Perawat :
Pengobatan
Pasien
2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti
isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien
tertentu (Nursalam, 2002).
Kepala Ruangan
Staf Perawat
Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien
Pasien
Pasien
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
5. Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)
Kepala Ruangan
Dokter
Sarana RS
Perawat Primer
Pasien
Perawat Pelaksana evening
Perawat Pelaksana night
Perawat Pelaksana jika diperlukan
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu ( Douglas, 1984).
Kepala Ruangan
6. Ketua Tim
Ketua Tim
Ketua Tim
Anggota
Anggota
Anggota
Pasien / klien
Pasien / klien
Pasien / klien
2.3 Interdisciplinary Rounds or Case Conference
2.3.1 Pengertian KonferensI
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang telah
dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik hari
tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak
direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik.
1. Konferensi klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan seperti
dokter, perawat dan ahli gizi yang membahas tentang perkembangan pasien, ilmu-ilmu
terbaru yang bertujuan dalam perkembangan pelayanan kesehatan dan untuk
kesehatan pasien.
2. Konferensi pra-klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan
dilakukan keesokan hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai
dari fokus pengkajian, sampai kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan
bersama.
2.3.2 Interdisciplinary Rounds Or Case Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat
tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
1. Pre Conference
7. Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian),
dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006)
2. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference
adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Tujuan Pre dan Post Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk
menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian
masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi
masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan
diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi
dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan
asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).
3. Peer review
Peer Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi dengan
kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview praktek sejawatnya dengan
menggunakan standar kinerja yang baku. Ini adalah self-regulation dan mendukung prinsip
autonomi.Peerreviewterdiri dari sejawatyang memeriksatujuanasuhan langsung dari sejawatnya
dengan standar yang khusus, indicator kritis dari asuhan yang ditulis oleh sejawat. Tujuan peer
review adalah untuk mengukur akontabilitas, evaluasi dan meningkatkan pemberian asuhan,
identifikasi kekuatan dan kelemahan, mengembangkan policy yang baru atau diubah.
2.4 Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan pasien dari hal-hal yang dapat
membahayakan keselamatan pasien seperti jatuh, kebakaran, dll.
a. Pasien Safety
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman.(Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
b. Universal precation
Tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat, pelayanan dalam
rangka pengurangi resiko penyebaran infeksi (Nursalam dan Ninuk, 2007).
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan
dengan menggunakan Instrumen Akreditasi rumah Sakit. Standar Keselamatan Pasien
menurut (PMK No. 1691 tentang keselamatan pasien Rumah Sakit) terdiri dari 7 standar
yaitu :
8. Target 1 syarat 1
Identifikasi pasien secara tepat : tujuan dari sasaran ini adalah untuk mendapatkan
identifikasi yang setepatnya dari individu yang menerima perawatan tersebut
Target 2 syarat 2
Meningkatkan komunikasi yang efektif : komunikasi yang tidak efektif adalah hal yang
paling sering disebutkan sebagai penyebab dari kasus-kasus sentinel. Komunikasi
harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu, dan di mengerti sang penerima.
Target 3 syarat 3
Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian : manajemen
obat-obatan yang tepat merupakan faktor penting dalam menjamin keselamatan pasien
Target 4 syarat 4, 5 dan 6
Mengurangi salah lokasi, salah pasien dan salah tindakan operasi : tujuan dari target ini
adalah untuk selalu mengenali tepat lokasi, tepat pasien dan tepat tindakan.
Target 5 syarat 7
Mengurangi risiko infeksi : penelitian telah membuktikan bahwa melakukan petunjuk
cuci tangan akan mengurangi transmisi infeksi dari staff ke pasien. Hal ini akan
mengurangi insiden kesehatan yang berhubungan dengan infeksi.
Target 6 syarat 8
Mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh : jatuh menjadi salah satu bagian besar
dari penyebab cederanya pasien yang sedang dirawat dirumah sakit.
Diposkan oleh Keperawatan di 05.50