Film ini menceritakan seorang guru yang ingin mengubah cara belajar siswanya melalui metode yang tidak biasa.
1 of 6
More Related Content
Review film dead poets society
1. “MENDOBRAK NILAI-NILAI KEAKADEMISAN DENGAN KESENIAN“
Dead Poets Society adalah salah satu contoh film drama yang
cukup fenomenal, inspiratif, dan unik untuk ditonton. Film panjang
berdurasi 128 menit ini merupakan film yang telah memenangi
penghargaan Oscar untuk kategori Skenario Asli, Sutradara Film
Terbaik, dan Film Terbaik. Film ini diarahkan oleh sutradara bertangan
dingin berkebangsaan Australia yang bernama Peter Weir dan skenario
film ini ditulis oleh Tom Schulman. Film ini dimainkan oleh aktor
senior ternama, Robin Williams dengan sejumlah aktor muda berbakat
lainnya, seperti Robert Sean Leonard, Ethan Hawke, Josh Charles, Gale Hansen, Dylan
Kussman, Allelon Ruggiero, dan James Waterston. Skenario film ini menginspirasi dibuatnya
sebuah buku yang juga diterbitkan dalam judul yang sama dan sudah diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia yang ditulis oleh Nancy H. Kleinbaum. Secara garis besar, Dead Poets Society
adalah sebuah film Amerika produksi tahun 1989 yang bercerita tentang seorang pengajar bahasa
Inggris di sebuah sekolah khusus laki-laki pada 1970-an yang memberi inspirasi muridnya untuk
selalu membuat perubahan dalam hidup mereka dan mengajak mereka tertarik puisi.
Film Dead Poets Society bercerita tentang fenomena dunia pendidikan di Inggris pada
tahun 1970-an. Ada tujuh anak lelaki, yaitu Neil Perry (Robert Sean Leonard), Todd Anderson
(Ethan Hawke), Knox Overstreet (Josh Charles), Charlie Dalton (Gale Hansen), Richard
Cameron (Dylan Kussman), Steven Meeks (Allelon Ruggiero) dan Gerard Pitts (James
Waterston) baru saja masuk ke sebuah sekolah persiapan khusus untuk laki-laki yang dijadikan
setting dalam film ini bernama Welton Academy. Sekolah ini diceritakan sebagai sebuah sekolah
dengan beberapa prinsip yang dijunjung tinggi. Prinsip-prinsip tersebut adalah honor
(kehormatan), discipline (disiplin), excellence (keunggulan), dan tradition (tradisi). Seperti
karakter dari sekolah unggulan, prinsip-prinsip itu sangat ditekankan pada siswa-siswa di sekolah
tersebut. Seperti pada umumnya sekolah unggulan, dalam film ini diceritakan bahwa banyak
orang tua yang tertarik untuk menyekolahkan anaknya agar anaknya tersebut diterima di sekolah
atau universitas unggulan.
Film ini diawali dengan mulai masuknya kembali siswa-siswa di sekolah itu setelah
liburan musim panas. Ada seorang siswa bernama Neil Perry mendapatkan seorang teman
sekamar baru yang bernama Todd Anderson. Todd sendiri sebelumnya tidak bersekolah di
1
2. Welton Academy. Tetapi, karena kakaknya (Jeffrey Anderson) yang pernah menjadi siswa
teladan dan bersekolah di situ maka dia pun dipindahkan oleh orang tuanya. Neil dan beberapa
orang temannya sering berkumpul untuk belajar ataupun sekedar merokok yang dilakukan secara
sembunyi-sembunyi.
Seperti kebanyakan siswa di sekolah ini, alasan Neil untuk masuk adalah lebih karena
untuk melaksanakan perintah dari orang tuanya. Oleh karena itu, ketika ayahnya menyuruh untuk
mengundurkan diri dari posisinya sebagai asisten penyunting buku tahunan karena dianggap
akan mengganggu prestasi belajarnya, Neil tidak mampu menolak. Padahal sebenarnya, Neil
sangat menikmati dan menginginkan posisi itu. Kenyataan yang dihadapi oleh Neil itu juga
dialami oleh siswa-siswa lainnya. Pada akhirnya, mereka terbiasa dengan sikap mengalah dan
menurut kepada orang tuanya. Mereka memilih untuk melaksanakan pilihan maupun perintah
dari orang tuanya dan melupakan keinginan mereka sendiri.
Dalam rangka untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang dianut Welton Academy, guru
yang mengajar disana sangat keras dan disiplin terhadap para siswanya. Selain demi prinsip, hal
tersebut juga dilakukan untuk memastikan para siswanya dapat masuk ke universitas unggulan
sesuai dengan keinginan para orang tua siswa. Tidak jarang upaya tersebut menyebabkan proses
belajar di kelas menjadi monoton dan membosankan, seperti menghafal apa yang diajarkan oleh
guru maupun yang tertulis di buku. Tetapi hal itu, seakan-akan tidak menjadi suatu masalah bagi
para siswa karena mereka memang telah terbiasa dengan kondisi seperti itu.
Kondisi yang berbeda dialami oleh para siswa ketika John Keating, guru baru bahasa
Inggris masuk ke kelas. Perbedaan itu terlihat jelas dari metode mengajarnya yang sangat
berbeda. Ketika Keating masuk ke kelas untuk pertama kalinya, para siswa sangat terkejut dan
menganggap guru itu aneh. Tetapi lambat laun, para siswa mulai memahami dan akhirnya
mengagumi guru baru tersebut. Beberapa hal yang ditekankan oleh John Keating kepada para
siswanya adalah untuk mencari ide sendiri dan berusaha untuk meraih kesempatan (carpe diem).
Sosok dan cara mengajar Keating yang unik banyak mempengaruhi murid-muridnya,
terutama Neil dan teman-temannya. Mereka menemukan fakta bahwa semasa mudanya dulu,
Keating dan teman-temannya sering berkumpul di sebuah gua untuk membaca puisi dan
membentuk komunitas the Dead Poet’s Society. Hal ini menginspirasi Neil serta kawan-
kawannya untuk menghidupkan kembali komunitas itu dan mulai sering keluar dari asrama
sekolah untuk membaca puisi di gua yang terletak di luar kompleks asrama. Melalui komunitas
2
3. ini, Todd menjadi lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya. Knox berani untuk
menyatakan cinta pada Chris. Charlie lebih bebas mengekspresikan dirinya. Pittsie dan Meeks
berhasil merakit radio buatan mereka. Neil untuk pertama kalinya menjadi tahu apa yang dia
inginkan dan ingin melakukan apa di masa depannya.
Sampai akhirnya, terjadi suatu peristiwa tragis yang membuat Neil meninggal dan
menjadi awal dari terungkapnya komunitas ini yang telah dihidupkan kembali oleh Neil dan
kawan-kawannya. John Keating yang memang banyak berpengaruh kepada siswa-siswanya dan
semasa muda dulu telah memunculkan the Dead Poet’s Society, menjadi pihak yang dianggap
bersalah. Keating telah dianggap menjadi pendorong dan penyebab dari peristiwa bunuh diri
yang dilakukan oleh Neil sehingga ia pun dipecat dari Welton Academy.
Film ini menjadi film yang wajib dipertontonkan dalam kelas kesusastraan Bahasa
Inggris pada sekolah-sekolah menengah di daerah Amerika Utara. Hal ini disebabkan terkait
dengan logika baik dalam kesusastraan maupun kesenian yang menyatakan kebebasan seseorang
dalam hal berekspresi, berimajinasi, dan berkreasi tidak boleh dibatasi oleh batasan apapun,
tetapi harus dibuka seluas-luasnya bahkan sampai merasuki dalam jiwa sehingga dapat
menuangkan karya-karya yang bernilai artistik dan estetika yang tinggi. Dalam film ini banyak
sekali berbicara tentang kebebasan, terutama makna kebebasan dalam mengungkapkan ide,
persepsi, maupun gagasan terhadap suatu hal yang kemudian dapat menginspirasi orang lainnya.
Menurut saya, inti cerita dari film ini sangat bagus dan menarik yang menceritakan
tentang kebebasan, kesetiaan, dan persahabatan. Film ini mengajarkan kita untuk menikmati
masa muda kita dan benar-benar melakukan apa yang kita suka, bukan apa yang orang lain
katakan kepada kita untuk kita lakukan. Ada satu ungkapan yang diucapkan oleh Keating dalam
film ini yang dikutip dari penyair asal Roma terkenal bernama Horace, yaitu Carpe diem, quam
minimum credula postero. Arti ungkapan ini adalah raihlah kesempatan yang kita punya untuk
menjadi apa yang kita inginkan dan buatlah hidup kita menjadi luar biasa. Ungkapan ini seolah-
olah menggantikan semboyan akademi yang begitu kaku rasanya. Ungkapan ini juga yang
diharapkan dapat masuk dan meresap ke dalam jiwa setiap orang agar menjalani hidup seperti
yang mereka inginkan dan diharapkan dapat menjadi inspirasi baru bagi orang lainnya.
Selain itu, film ini juga menyoroti masalah pendidikan. Seringkali, pendidikan dimaknai
sebagai suatu media untuk meraih sesuatu yang bersifat material semata dan hanya menjadi
status. Pendidikan hanya dilakukan untuk memastikan para siswanya dapat masuk ke universitas
3
4. unggulan sesuai dengan keinginan para orang tua siswa. Ditambah lagi, pihak sekolah selalu
lebih mengedepankan nama besar sekolah. Hal-hal tersebut merupakan kesalahan dalam
pendidikan untuk anak. Ada hal-hal lain yang lebih penting dalam pendidikan. Seperti yang
dikatakan John Keating dalam film ini, “Pendidikan adalah belajar untuk berpikir sendiri”.
Pendidikan bukanlah untuk menghafal teori-teori saja dalam kelas, tetapi juga harus dipraktikkan
pengaplikasiannya dengan pendekatan atau cara yang lebih mengena atau peka terhadap para
peserta didiknya. Hal lain yang juga diungkapkan dalam film ini adalah pada kenyataannya,
bukanlah hal mudah untuk mengubah suatu sistem yang sudah menjadi paten. Hal ini
ditunjukkan dalam film dengan kegagalan Keating melawan sistem sekolahnya. Walaupun
begitu, dia telah mampu sedikit memberikan pandangan visi bagi para siswa-siswanya.
Film ini juga sarat akan pesan-pesan moral yang sangat berharga bagi para penontonnya.
Saya dapat mengambil sebuah contoh realitas yang mungkin banyak terjadi di sekitar kita dan
mungkin lebih parah dari ini, yaitu orang tua yang tidak tahu apa keinginan anak dan
memaksakan kehendak atau keinginan cita-cita sendiri kepada anaknya. Pembelajaran bagi kita
dari film ini, yaitu sebaiknya orang tua tidak memaksakan kehendak dan tidak banyak menuntut
dari anak, tetapi biarkan anak itu berkreasi sendiri, mencari jati dirinya sendiri, dan menemukan
apa yang mereka inginkan selama ini dalam hidup mereka. Dengan menentang keinginan anak,
anak akan berontak, tapi orang tua harus mendukung dengan memberikan perhatian lebih dan
memberi kesempatan untuk dia menunjukkan siapa dirinya.
Ada pesan sindiran yang halus dalam film ini mengenai banyaknya orang mempunyai
pemikiran-pemikiran orthodoks atau pemikiran kaum konservatif pada masa itu. Orang-orang
hanya pasrah dan terasa seperti terkurung dalam kekakuan dan kekolotan yang sudah
membudaya dalam diri mereka. Mereka yang ingin melakukan perubahan tidak diberi kebebasan
dan hanya mendapat tekanan yang keras. Tidak adanya suatu keinginan melakukan perubahan
yang radikal dari sebagian besar orang demi menuju masa depan yang lebih baik lagi. Pesan
lainnya yang terdapat dalam keseluruhan film ini adalah proses penyadaran, di mana para murid
dan juga penonton melihat bahwa otoritas lembaga, seperti sekolah dapat dan selalu berupaya
menjadi pengarah, tapi hanya diri kita sendirilah yang dapat mengetahui siapa diri kita.
Film arahan Peter Weir ini sukses memberikan sajian berkualitas tentang kehidupan,
apalagi obyek dalam film ini adalah para remaja yang masih berumur 17 tahun yang sudah
dituntut untuk menjadi “seseorang” yang diharapkan membuat bangga para orang tuanya
4
5. masing-masing di masa depan. Robin Williams sukses memerankan karakter John Keating
dengan sangat sempurna sebagai sosok yang inspirasional dan banyak memberi pelajaran
berharga bagi para muridnya, tetapi dengan gaya yang down to earth dan tidak menggurui
layaknya para guru senior yang menjunjung tinggi etika dan rasa hormat dalam kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, penampilan Ethan Hawke muda yang menjadi remaja pemalu pun menjadi
nilai lebih di film ini. Peran yang ia mainkan sangat kontras ketika sudah dewasa, brutal,
beringas dan garang, tapi ternyata Ethan Hawke memulai karirnya dengan berperan menjadi
seorang remaja yang polos, pemalu sekaligus menyentuh.
Film ini juga menekankan pada satu hal yang dapat dikatakan sebagai dasar dari
keseluruhan cerita, yaitu puisi. Puisi dalam cerita ini menjadi pengikat alur cerita yang begitu
kuat sehingga terasa dari awal sampai akhir film. Kebanyakan pengambilan gambar dalam film
ini adalah ruang kelas, yang digunakan untuk rapat anggota Dead Poets Society dalam
mendiskusikan maupun membaca puisi. Salah satu pengambilan gambar utama dalam film ini
adalah keadaaan ruang kelas dimana para murid membacakan puisi mereka. Dalam pengambilan
gambar ini, seorang pelajar bernama Todd yang diperankan oleh Ethan Hawke dipilih untuk
membacakan puisinya. Akan tetapi, tidak ada satu puisi pun yang dibuatnya. Hal ini membuat
John Keating sebagai gurunya memaksa dia untuk berdiri di depan kelas dan membuat sebuah
puisi dari sudut pandang yang dilihatnya pada saat berdiri di depan kelas dan berdiri diatas meja.
Adegan tersebut menunjukkan betapa tidak bisa diduganya kealamian dan improvisasi
masing-masing karakter pada saat berakting, diarahkan, dan kerja kamera yang menghasilkan
gambar yang bagus untuk film ini. Melalui hal ini, ditunjukkan betapa puisi dapat disusun kapan
saja dan dimana saja tanpa harus ditulis atau dipikirkan terlebih dahulu. Puisi dapat muncul
langsung dari dalam hati dan sangat efektif dengan bantuan akting, arahan, dan kerja kamera
demi terwujudnya kealamian sebuah puisi. Pada adegan ini, kamera selalu berputar mengikuti
Ethan dan Robin selama berakting. Hal ini menunjukkan betapa puisi merupakan sebuah
perputaran yang konstan, namun tidak membutuhkan format yang paten. Kamera bekerja dengan
menunjukkan betapa puisi itu terbentuk melalui Ethan dan mungkin bersimulasi dalam
benaknya, seperti lingkaran pikiran untuk apa yang akan diucapkan selanjutnya. Adegan ini
memberikan kontribusi untuk negosiasi yang hebat melalui puisi yang ditampilkan dalam film ini
dan bahkan dapat ditiru oleh puisi itu sendiri. Pergerakan aktor dan garis bantu yang tidak dapat
diprediksi dari puisi ini menjadi sangat indah dan berkembang. Pengarah memberikan kontribusi
5
6. pengambilan gambar dengan memberitahukan kepada aktor apa yang harus dilakukan dan
dengan latar belakang elemen yang kemudian dapat diimitasikan dalam puisi. Dalam adegan ini,
kamera bekerja sama dengan semua elemen menunjukkan betapa emosional dan tidak diduganya
puisi itu.
Di tangan handal Weir, penyajian gambar dan pemilihan gambar dari film ini juga cukup
menarik. Banyak cuplikan-cuplikan gambar yang diambil melalui pengarahan kamera dengan
sangat baik. Salah satunya adalah adegan saat sejumlah anak laki-laki yang sedang berlari
melintasi pepohonan di dalam hutan untuk pergi ke dalam gua menghadiri pertemuan pertama
dalam komunitas the Dead Poet’s Society. Adegan ini diiringi musik klasik yang indah sebagai
latar belakangnya, penyajian visual yang menarik, dan pengarahan kamera yang baik. Seakan-
akan sutradara ingin menyajikan visual mengandung momen berharga atau magical moment
yang tidak terlupakan kepada para penontonnya. Adegan ini merupakan salah satu adegan yang
berhasil menangkap momen terbaik dalam cerita film ini. Selain itu, ada adegan pada saat Todd
berlari memanggil nama Neil yang sudah meninggal dengan berteriak sangat keras. Pengambilan
shot gambar dalam adegan ini sangat memperlihatkan ekspresi tangisan kesedihan Todd yang
terpancar dari wajahnya dan menjadi momen paling menyentuh bagi para penonton.
Di tambah lagi, akhir dari cerita dalam film ini yang tidak mudah ditebak dan membuat
penonton menentukan sendiri akhir cerita dalam film ini atau sifatnya yang open ending. Film ini
diakhiri dengan adegan pada saat Keating kembali ke kelas untuk mengambil barang-barangnya.
Todd naik ke atas bangku sambil mengatakan “Oh kapten, kaptenku” lalu diikuti oleh siswa lain.
Mereka memandang Pak Keating dan Pak Keating pun balas memandang sambil tersenyum dan
ia berkata ”terima kasih anak-anak, terima kasih”. Adegan ini menunjukkan betapa berharga dan
mulianya Pak Keating sebagai sosok Guru di mata mereka dan betapa terharu dan bangganya
Pak Keating bahwa masih diingat dan akan selalu dikenang oleh mereka. Jadi, film ini menjadi
film yang wajib ditonton jika anda ingin mendapatkan nuansa film yang lain daripada biasanya
karena selain kita disuguhi penampilan luar biasa dari aktor-aktornya yang berakting dengan
sempurna, alur cerita yang mantap, kita pun akan mendapat banyak pelajaran berharga tentang
bagaimana caranya untuk menikmati hidup ini.
6