Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
SlideShare a Scribd company logo
Kelompok 8
Dosen Pengampu :
Dr. Sigit Sardjono, M. Ec
Aaron Loeb
Alvin Ega Pramana
1212300124
Our Team
Veronica Febriyana Roju
1212300124
Alvin Ega Pramana
1212300213
Arima Anindita
1212300216
Slide Pengantar Filsafat IlmuKelompok 8.pptx
Slide Pengantar Filsafat IlmuKelompok 8.pptx
Slide Pengantar Filsafat IlmuKelompok 8.pptx
Slide Pengantar Filsafat IlmuKelompok 8.pptx
Slide Pengantar Filsafat IlmuKelompok 8.pptx
Slide Pengantar Filsafat IlmuKelompok 8.pptx
Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan
filsuf terdapat 3 (tiga) hal yang mendorong
manusia untuk berfilsafat yaitu:
1. Kekaguman atau keheranan atau
ketakjuban 2. Keraguan atau kegengsian 3.
Kesadaran akan keterbatasan
Slide Pengantar Filsafat IlmuKelompok 8.pptx
BAB 2
PERENUNGAN TENTANG
FILSAFAT
MENGAPA BERFILSAFAT
MENGAPA BERFILSAFAT
MENGUKUR BERPIKIR FILSAFAT
FUNGSI FILSAFAT
MENGEMBANGKAN PEMIKIRAN
FILSAFAT
LINGKUP FILSAFAT
CIRI-CIRI PEMIKIRAN
FILSAFAT
seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada di
sekitamya dan dunia yang ada di dalam dirinya, melainkan juga
membicarakan perbuatan berpikir itu sendiri. Ia tidak hanya
ingin mengetahui hakekat kenyataan dan ukuran-ukuran untuk
melakukan verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan
mengenai segala sesuatu, melainkan ia berusaha menemukan
kaidah-kaidah berpikir itu sendiri.
THANK YOU
Bab 3
Kelompok 8
PERENUNGAN TENTANG FILSAFAT
Berfilsafat adalah berpikir. Ini tidak berarti bahwa berpikir adalah
berfilsafat. Kalau dikatakan berfilsafat adalah berpikir, hal ini
dimaksudkan bahwa berfilsafat termasuk kegiatan berpikir.
Berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin.
Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya
untuk mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang
sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek, serta
menuntun kita untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap.
Mengukur berpikir filosofis bisa melibatkan beberapa
pendekatan, seperti tes logika, analisis argumen,
pemahaman konsep filosofis, dan kemampuan untuk
mempertanyakan asumsi dasar. Ini bisa dilakukan melalui
tes tertulis, diskusi, atau proyek penelitian yang
menuntut pemikiran kritis dan refleksi mendalam tentang
isu-isu filosofis.
konsep penting yang perlu dipahami tentang hakikat
makna filsafat antara lain:
(a) filsafat adalah mendorong manusia untuk berpikir secara
kritis; (b) berpikir filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang
sistematis; (c) filsafat harus menghasilkan sesuatu yang
runtut; (d) berpikir filsafat adalah berpikir secara rasional
dan logis; dan (e) proses berpikir filsafat harus bersifat
mendalam dan komprehensif
Filsafat hadir dalam kehidupan sehari-hari melalui cara kita
memikirkan dan memahami dunia sekitar kita. Contohnya,
ketika kita mempertimbangkan nilai-nilai etika dalam
pengambilan keputusan, mendiskusikan makna kebahagiaan
dan keadilan, atau bahkan merenungkan tentang hakikat
kebenaran dan realitas. Filsafat membantu kita menggali arti
hidup, menjelajahi pertanyaan-pertanyaan yang mendalam,
dan membimbing kita dalam mencari makna dan tujuan
dalam kehidupan kita.
Berikut terdapat beberapa ciri-ciri pemikiran filsafat
yaitu meliputi:
1.Kritis
2.Analitis 3
Reflektif
4.sistematis
5.Universal
Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya
masih terasa. pembagian cabang-cabang filsafat yang
dikemukakan para ahli atau para filsuf sangat beragam,
tergantung sudut pandang yang diyakininya. Plato,
memilahmilah filsafat menjadi tiga, yaitu: 1.Dialektika
(filsafat tentang ide-ide atau pengertian- pengertian
umum); 2.Fisika (filsafat tentang dunia material); dan
3.Etika (filsafat tentang kebaikan atau kesusilaan).
Presented by Kelompok 8
BAB 4
FILSAFAT ILMU, PENGETAHUAN
DAN ILMU PENGETAHUAN
DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam
bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of
Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified
true belief).'Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa
pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan
yang diketahui manusia secara Iangsung dari
kesadarannya sendiri.
PROSES TERBENTUKNYA ILMU
PENGETAHUAN
Terdapat beberapa proses Terbentuknya Ilmu
Pengetahuan, seperti hal berikut ini diantaranya ialah:
a.syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah. Menurut
Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu
Pengetahuan (Epsitomologi) pada Pascasarjana
Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu
pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1.Sistematik 2.Objektif 3.Dapat dipertanggung jawabkan
JENIS PENGETAHUAN
Jenis pengetahuan bisa dibagi menjadi beberapa
kategori, termasuk:
1. Pengetahuan ilmiah
2.Pengetahuan sosial 3.Pengetahuan
budaya 4.Pengetahuan praktis
5.Pengetahuan teknologi
6.Pengetahuan spiritual atau agama
7.Pengetahuan pribadi
PERBEDAAN PENGETAHUAN DENGAN
ILMU
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya
dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. pengetahuan diambil
dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu
diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab ilm.
Pengetahuan merujuk pada informasi, fakta, dan pemahaman tentang
sesuatu. Sementara ilmu adalah upaya untuk mengorganisir,
mengkategorikan, dan menguji pengetahuan tersebut melalui metode
ilmiah yang terstruktur dan teruji, ilmu melibatkan proses
sistematis untuk memperoleh, memahami, dan
menguji pengetahuan, sementara pengetahuan lebih bersifat luas dan
dapat diperoleh melalui berbagai cara.
HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
a.Realisme Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap
alam.
b.Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan
kenyataan adalah mustahil.
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara
lain: a.Empirisme
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya,
pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.
b.Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.
SUMBER PENGETAHUAN
c.Intuisi Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman
yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan
kesadaran dan kebebasannya.
d.Wahyu Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada
manusia lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan
dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu
untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan
semesta.
SUMBER PENGETAHUAN
THANK YOU
ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU
PENGETAHUAN
NAMA KELOMPOK 8
Alvin Ega Pramana Arima
Anindita Veronika
Febriyana Roju
1212300213
1212300216
1212300214
Ilmu merupakan suatu cara berpikir yang demikian jelimet dan
mendalamEtika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
berkaitan erat dengan pelbagai masalah-masalah nilai karena etika
pada pokoknya membicarakan masalah-masalah predikat nilai
"susila" dan "tidak susila""baik" dan "buruk".
Masalah dasar bagi etika khusus adalah bagaimana seseorang harus
bertindak dalam bidang atau masalah tertentu, dan bidang itu perlu
ditata agar mampu menunjang pencapai kebaikan hidup manusia
sebagai manusia. tentang sesuatu objek yang khas dengan
pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan yang handal. Handal dalam arti bahwa
sistem dan struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula is terbuka untuk diuji oleh
siapapun.
MENURUT PARA FILSUF
Socrates. Kenalilah dirimu sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang
ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang dengan itu
menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, makhluk yang suka bertanya.
Dengan berpikir, dengan bertanya, manusia menjelajahi
pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri kemudian lingkungannya
bahkan kemudian sampai pada hal lain yang menyangkut asal mula atau
mungkin akhir dari semua yang dilihatnya. Aristoteles, filsuf Yunani yang
lain mengemukakan bahwa manusia ialah hewan yang berakal sehat,
yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal
pikirannya (the animal that reason). W.E. Hacking, meyakinkan mengenai
apa yang dipikirkan oleh hewan, namun agaknya aman untuk
mengatakan bahwa manusia jauh lebih berpikir dari hewan mana pun.
Etika yang menjadi pokok bahasan buku ini dapat dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab
suatu pertanyaan yang amat fundamental: bagaimana saga harus hidup dan bertindak? Sebenarnya ada banyak fihak yang
menjawab pertanyaan itu bagi kita: Orang tua, guru, adat istiadat dan tradisi, teman, lingkungan sosial, agama, ncgara,
pelbagai ideologi. Tetapi apakah benar apa yang mereka katakan? Dan bagaimana kalau mereka masing-masing memberikan
nasihat yang berlainan? Lalu siapa yang harus diikuti?
Dalam situasi ini etika mau membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak hidup dengan cara ikut-ikutan
saja terhadap pelbagai fihak yang mau menetapkan bagaimana kita harus hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri
niengapa kita harus bersikap begini atau begitu. Etika mau rnernbantu, agar kita lebih mampu untuk
mempertanggungjawabkan kehidupan kita.
Gunanya Beretika
Ada sekurang-kurangnya empat alasan mengapa etika pada semakin perlu. Pertama, kita
hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moralitas. Setiap
hari kita bertemu orang-orang dari suku, daerah dan agama yang berbeda-beda.
Kesatuan tatanan normatif sudah tidak ada lagi. Kareria pandangan- pandangan lama
tentang baik dan buruk tidak lagi dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali
norma-norma dasar bagi kelakuan manusia. Kedua, kita hidup dalam masa transformasi
masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan itu terjadi di bawah hantaman kekuatan
yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi. Tidak perlu
kita mencoba untuk mendefinisikap di sini apa yang dimaksud dengan modernisasi.
Ketiga, tidak mengherankan bahwa proses perubahan sosial budaya dan moral yang kita
alami ini dipergunakan oleh pelbagai fihak untuk memancing dalam air keruh. Keempat,
etika juga diperiukan oleh kaum agama yang di satu fihak menemukan dasar
kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, di lain fihak sekaligurnau
berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi
kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu.
Ada dua masalah dalam bidang moral agama yang tidak
dapat dipecahkan tanpa penggunaan metode-metode
etika.
-masalah interpretasi terhadap perintah atau hukum
yang termuat dalam wahyu.
- Bagaimana masalah-masalah moral yang barn, yang
tidak langsung dibahas dalam wahyu, dapat dipecahkan
sesuai dengan semangat agama itu. Ada baiknya kalau dua
masalah itu kita lihat sebentar.
Etika Dan Agama
Hakikat Etika
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang berarti watak kesusilaan atau
adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah
dari bahasa Latin, yaitu "mos"dan dalam bentuk jamaknya "mores,"yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal -hal
tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari -hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika
yaitu untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila
(Sanskerta), lebih menunjiikkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Dan
yang kedua yaitu akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, etika diartikan sebagai: (1)
ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak); (2)
kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak; dan (3)
nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Menurut K. Bertens (2011), dalam
filsafat Yunani etika dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral seperti
yang acap ditemukan dalam konsep
filsuf besar Aristoteles. Etika berarti
ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Dengan memakai istilah
modern, dapat dikatakan juga bahwa
etika membahas tentan konvensi
sosial yang ditemukan dalam
masyarakat.
Magnis Suseno (1987) memahami
etika hams dibedakan dengan ajar-
an moral. Moral dipandang sebagai
ajaran, wejangan, khotbah, patokan,
entah lisan atau tertulis, tentang
bagaimana ia hams bertindak,
tentang bagaimana hams hidup dan
bertindak, agar ia menjadi manusia
yang baik. Sumber langsung ajaran
moral yaitu orang-orang dalam
berbagai kedudukan, seperti orang
tua dan guru, para pemuka
masyarakat dan agama, dan tulisan
para bijak.
Lorem ipsum dolor sit amet,
consectetur adipiscing elit, sed do
eiusmod tempor incididunt ut labore
et dolore magna aliqua. Ut enim ad
minim veniam, quis nostrud
exercitation ullamco laboris nisi ut
aliquip ex ea commodo consequat.
Hakikat
Etika
Menurut
Para Ahli
Metode Etika
ada suatu cara pendekatan yang dituntut dalam semua
aliran yang pantas disebut etika, ialah pendekatan kritis.
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara
kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan
memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma
dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika
menuntut pertanggung,jawaban dan mau menyingkapkan
kerancuan. Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat
moral begitu saja melainkan menuntut agar pendapat-
pendapat moral yang dikemukakan
dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk
menjernihkan permasalahan moral.
Thank you
very much!
BAB 7
FILSAFAT MANUSIA
KELOMPOK 8
APAKAH MANUSIA ITU?
PENGERTIAN FILSAFAT
MANUSIA
Manusia ialah sebuah mesin yang diberi makan dan menghasilkan pikiran, Setiap
manusia merupakan suatu kemustahilan sampai saat is dilahirkan. Manusia hanyalah
sebatang ilalang, sesuatu yang paling lemah di alam raya, namun manusia adalah ilalang
yang berfikir.
HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA
Antara hak dan kewajiban terdapat pertautan timbal balik yang tak dapat dipisahkan. Di
mana ada hak, di situ ada kewajiban, karena apa yang menjadi hak seseorang menjadi
kewajiban orang lain. Setiap manusia dan masing-masing mempunyai hak dan
kewajibannya.
Antara rakyat dan pemerintah pun terdapat hak dan kewajiban yang timbal balik.
Mengenai hak asasi manusia merupakan hal yang paling mendasar dalam hidup
manusia.
HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA
Adapun kewajiban manusia dengan kristalisasi pada akhlak yang baik, terdapat 12 (dua
belas) dimensi
1. Adalah dimensi kesabaran. Kesabaran membantu seseorang untuk menjaga ketenangan
dalam menghadapi berbagai cobaan dan kesulitan. 2. Adalah dimensi kejujuran. Kejujuran
adalah pondasi bagi hubungan yang sehat dan saling percaya antar manusia. 3. Dimensi
kasih sayang. Kasih sayang mendorong seseorang untuk peduli dan membantu sesama.
4.Dimensi keadilan. Keadilan memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada semua
orang tanpa pandang bulu. 5. Dimensi kesetiaan. Kesetiaan menunjukkan integritas dan
tanggung jawab seseorang terhadap janji-janji yang telah dibuat.
6. Dimensi kerendahan hati. Kerendahan hati membantu seseorang untuk tetap rendah hati dan
menghargai kontribusi orang lain. 7. Dimensi pengendalian diri. Pengendalian diri mengajarkan
seseorang untuk mengontrol emosi dan tindakan agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang
lain. 8. Dimensi kesetaraan. Kesetaraan menghargai hak-hak setiap individu tanpa memandang
perbedaan. 9. Dimensi kerja keras. Kerja keras membantu seseorang untuk mencapai tujuan
dengan usaha dan ketekunan yang tinggi. 10 Dimensi rasa syukur. Rasa syukur mengajarkan
seseorang untuk bersyukur atas segala nikmat yang diterimanya. 11. Dimensi toleransi. Toleransi
mengajarkan seseorang untuk menerima perbedaan pendapat dan kepercayaan dengan lapang dada.
12.Dimensi keberanian. Keberanian membantu seseorang untuk menghadapi tantangan dan
mengambil tindakan yang tepat demi kebaikan bersama. Dengan memperhatikan kedua belas
dimensi ini, manusia dapat memperkaya akhlaknya dan hidup dengan lebih bermakna.
MANUSIA DAN KEHIDUPANNYA
Manusia di dalam menjalani kehidupan mempunyai tujuan yang lebih
tinggi dari sekedar kehidupannya. lnilah yang menyebabkan manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga mendorong manusia menjadi
mahkluk yang bersifat khas di muka bumf ini, yang mampu berpikir dan
menalar.
Manusia mampu menalar, artinya berpikir secara logis dan analitis, karena
kemampuan menalar dan mempunyai bahasa untuk mengomunikasikan hasil
pemikiran yang abstrak (Berger dan Luckmann, 1967), maka manusia bukan
saja mempunyai ilmu pengetahuan, melainkan juga mampu
mengembangkannya
KEDIRIAN MANUSIA DAN DUNIANYA
Kedirian manusia dalam dunianya adalah konsep yang kompleks. Manusia
adalah bagian dari alam semesta yang luas, namun memiliki kemampuan
untuk merasakan dan memahami lingkungan sekitarnya secara unik. Kita
memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda, serta hubungan yang
kompleks dengan alam, masyarakat, dan teknologi di sekitar kita. Kedirian
manusia sering kali dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, budaya, dan nilai-
nilai yang kita anut.
HAKIKAT PRIBADI MANUSIA
1. Kehidupan Manusia Sebagai makhluk Tuhan yang bebas dan otonom, berjiwa dan berbadan,
sekaligus rnakhluk individu dan makhluk sosial, manusia selalu bergerak dinamis ke arah suatu tujuan
yang
diingirtkan. Keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan bertentangan secara dengan
keberadaannya sebagai makhluk otonom yang bebas dan lepas dari Tuhan.
mutlak
2. Manusia sebagai makhluk berpikir Kemampuan manusia untuk berpikir adalah salah satu dari
banyak hal yang membedakan kita dari makhluk lain di bumi. Pikiran manusia memungkinkan kita
untuk merencanakan, membuat keputusan, memecahkan masalah, dan mengembangkan
THANK YOU
FILSAFAT ILMU
EKONOMI
Alvin Ega Pramana 1212300213
Arima Anindita 1212300216
Veronika Febriyana Roju 1212300214
KELOMPOK 8
A. Pandangan Filosofi Fisiokratisme Tentang Ekonomi
1. Ekonomi dan Kesejahteraan Bersama
2. Pola pikir Plato dan Aristoteles barangkali terlalu politis. Namun, apa yang dipikirkan oleh filsuf tersebut juga menjadi
pertanyaan para pemikir ekonomi klasik abad ke-17 dan ke-18, mulai dari kaum fisiokratis sampai John Stuart Mill.
Sama seperti Plato, ekonom klasik tersebut berpendapat bahwa di satu sisi, ilmu ekonomi harus dapat menjelaskan
bagaimana manusia dan masyarakat mengorganisasikan kegiatannya untuk menciptakan keuntungan; dan
kesejahteraan banyak orang, di sisi lain.
3. Tugas ekonomi adalah memberi alasan mendasar mengapa ekonomi per¬lu memfokuskan perhatiannya pada
kesejahteraan bersama dan cara yang wajar untuk meningkatkan kekayaan, kemakmuran, dan kesejahteraan
bersama tersebut. Ekonomi memiliki tugas untuk memberi prinsip yang rasional bagi bisnis sebagai kegiatan ekonomi,
sehingga kegiatan ekonomi tersebut tidak hanya mengarahkan diri pada kebutuhan hidup manusia perorangan dan
berjangka pendek saja, tetapi juga memberi surplus bagi kesejahteraan banyak orang dalam negara.
4. Bisnis untuk kesejahteraan bersama merupakan gagasan historis yang mengalami perkembangan tertentu. Pada
abad ke-17, gagasan seperti ini ditafsir secara pragmatis oleh kelompok merkantilis, yang terdiri atas para pedagang
Inggris. Bagi kaum merkantilis, ke¬sejahteraan bersama hanya dapat dicapai dengan perdagangan luar negeri. Tidak
ada pendekatan yang lebih menguntungkan selain menjual lebih banyak pada pihak asing daripada konsumsi kita
terhadap barang impor mereka. Negara akan makmur dengan cara yang sama seperti yang ditempuh oleh banyak
keluarga pedagang yang mencoba dengan cara hidup hemat.
1. 2. Biarkan Manusia yang Bebas Berkehendak
1. Pemikiran kaum fisiokratis tentang pertanian sebagai basis kegiatan ekonomi, membantu kita untuk mengerti dua dimensi
dalam bisnis. Pada tempat pertama, pertanian merupakan ke¬giatan yang membawa keuntungan. Analisis kaum
fisiokratis me¬nitikkan bahwa pertanian bukanlah usaha yang subsistem, yang sekedar bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sang petani, melainkan suatu bisnis yang menguntungkan. Dengan menganalisis makna
bisnis dari pertanian itu, mereka mencoba untuk mendorong petani melihat dengan jelas perannya pada sektor ekonomi
suatu bangsa dan berpikir bahwa pertanian mertipakan bisnis yang menguntungkan.
2. Pada tempat kedua, para pemikir fisiokratis menjelaskan pertanian merupakan suatu kegiatan bisnis yang dekatkan
manusia dengan alam. Dalam pertanian, sang petani tidak netral terhadap alam yang ia geluti, melainkan mencoba
memperhatikan hubungannya dengan alam. Harmoni dan heselarasan menjadi motif kegiatannya. Dengan motif inilah
pertanian menjadi model bagi harmoni sosial. Pengembangan ekonomi pertanian menjadi sebuah kemungkinan riil
sehingga kemakmuran kemakmuran bersama dicapai. Hubungan yang harmonis antara para petani dan kelompok lain
dalam masyarakat seperti pekerja dalam bidang manufaktur dan tuan tanah ditandai dengan tidak adanya konflik,
melainkan dengan kegiatan yang saling menunjang. Hubungan yang harmonis ini menjelaskan juga bahwa masing-
masing anggota masyarakat memiliki kewajiban produktif tertentu.
3. Namun, dengan memberi perhatian pada kegiatan petani, kaum fisiokratis mereduksi hukum kodrat hanya pada alam
natural. Kaum fisiokratis belum melihat bahwa hukum kodrat/alam juga berlaku bagi manusia: manusia yang hidup
menurut kodratnya. Dengan jebakan ini, mereka belum melihat hubungan yang jelas antara ekonomi dan kebebasan
manusia. Karena itu, mereka belum dapat menjawab pertanyaan seperti, bagaimana tukang roti dapat menjadi pelaku
ekonomi, padahal ia sama sekali tidak bersentuhan dengan tanah.
4. Setiap manusia yang bebas, memiliki perasaan simpati satu sama lain dan secara bersama terdorong untuk membentuk
suatu masyarakat. Dalam konsepnya tentang perdagangan bebas, Smith mencoba untuk mempertahankan gagasannya
bahwa kebebasan kreatif manusia merupakan kodrat manusia. Jika kaum fisiokratis memandang hukum kodrat dalam arti
hukum yang terselubung dalam dunia pertanian dan konteks sosialnya, maka sekarang Smith mencoba untuk mengerti
kebebasan sebagai inti hukum kodrat manusia; dan karena itu, dapat dilihat sebagai hukum yang mengatur masyarakat
pasar bebas.
B. Asumsi Filosofis dari Adam Smith
Latar belakang Adam Smith tidak menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli
ekonomi. Pada usia 14 tahun ia dikirim ke universitas Glasgow; di sana ia belajar
filsafat moral, matematika, dan ekonomi politik. Sepulang dari Oxford ia diangkat
menjadi ketua jurusan filsafat moral dan profesor filsafat moral di Universitas
Glasgow. Tetapi, di lain pihak, situasi Skotlandia menuntut sang filsuf ini membuka
dirinya pada persoalan bangsanya yang sedang berusaha mengangkat kehidupan
perekonomian rakyat miskin di tengah kemajuan industri, bank, dan perdagangan
Adam Smith sendiri melihat bahwa persoalan ekonomi sebagai masalah praktis,
suatu masalah yang bisa dibicarakan oleh para pelaku bisnis bersama dengan para
akademisi. Dengan asumsi ini, ia mendirikan sebuah "political economy club"yang
pada akhirnya dihadiri oleh banyak orang dari kalangan bisnis, akademisi, politisi,
teknisi, bahkan tukang roti. Dalam klub ini Smith terlibat dalam pembicaraan tentang
masalah perekonomian Skotlandia dan memberi posisi filsufnya yang dewasa ini
dikenal dengan ekonomi pasar bebas. Klub ini pada gilirannya akan membuat Smith
tidak hanya dikenal filsuf akademis, melainkan lebih dari itu, yaitu sebagai filsuf yang
suka akan debat publik.
1. Masyarakat yang Bersahabat Dibangun Atas Dasar Simpati
Gagasan Smith tentang simpati menjadi dasar bagi konsepnya
tentang masyarakat. Tesis Smith di sini berbunyi: masyarakat ideal
adalah masyarakat yang warganya memiliki simpati, momberi
perhatian pada nasib orang lain. Masyarakat yang dimaksud
adalah masyarakat bersahabat. Masyarakat tersebut Dibangun
atas dasar simpati di mana setiap anggota masyarakat
melaksanakan sharing perasaan satu sama lain. Adam Smith
sendiri menggunakan istilah fellow feeling untuk menjelaskan
kenyataan simpati ini, suatu istilah yang sering kali digunakan oleh
Max Schelerr (1874-1928). Yang dimaksud dengan fellow feeling
bukan¬Iah perasaan kolektif, tetapi perasaan yang dimiliki oleh
setiap untuk membagi perasaannya kepada orang lain. Dalam hal
membagi perasaan ini, Smith mengatakan dibutuhkan minimal
kemampuan imajinatif untuk merekonstruksi perasaan orang lain.
2. Masyarakat Pasar
DalambukunyaThe Wealth of Nations, Adam Smith menulis: menunjukkan bahwa masyarakat pasar
atau modern dihadapkan dengan masalah konsumsi atas barang yang tersedia; dan seluruh porsi
dari bahan disediakan untuk dikonsumsikan itu sebagian besar ditentaukan oleh hasil dari
pembagian kerja berdasarkan spesialisasi pengetahuan teknis tentang mesin dan keterampilan
ditentukan dalam bekerja dan sebagian lainnya ditentukan lain (atau perdagangan). Dengan
demikian, Adam Smith menyatakan bahwa pasar (mekanisme pasar) dan pembagian kerja sebagai
tonggak penting yang membuat masyarakat pasar menjadi lebih rasional dibandingkan masyarakat
bersahabat.
3. Kerja dan Pembagian Kerja
a. Pembagian Kerja
Dalam teori Plato dijelaskan bahwa pembagian kerja disebabkan oleh dua hal, yaitu bakat dan
kemampuan atau ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi semua kebutuhannya.
Kemakmuran ekonomis hanya dapat dicapai jika ada pembagian kerja; tanpa itu kebutuhan yang
paling vital pun tidak dapat dipenuhi dengan baik. Di satu sisi, Smith sadar bahwa pembagian kerja
merupakan indikasi bagi masyarakat pasar, namun di sisi lain, Smith juga melihat bahwa pembagian
kerja tidak berasal dari bakat dan ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan ekonomis.
Sebaliknya, pembagian kerja merupakan konsekuensi niscaya dari kecenderungan dalam hakikat
manusia, yaitu kecenderungan untuk berdagang dan mempertukarkan satu barang dengan barang
lainnya.
C. Kerja dan Nilai Tukar Komoditi
Dalam ekonomi, kita sering membedakan antara nilai pakai dan nilai tukar suatu komoditi. Nilai pakai
mengungkapkan kegunaan suatu barang, sedangkan nilai tukar mengungkapkan daya dari suatu
barang.Persoalan yang digeluti Smith adalah bagaimana nilai tukar sebuah barang dibentuk. Sama seperti
Locke, Smith dengan amat tegas mengatakan bahwa kerja adalah ukuran alamiah dan faktor akhir yang
menentukan nilai suatu barang, sekaligus menjadi standar terakhir yang bisa dipakai untuk menilai
komoditi pada setiap saat dan setiap tempat. Kerja adalah harga, nilai sesungguhnya sang dibayarkan
untuk segala barang. Semua kekayaan dunia sebenarnya dibeli bukan dengan menggunakan emas atau
perak melainkan dengan kerja.
Selain dengan kerja, nilai tukar suatu komoditi ditentukan juga untuk modal. Ia menjelaskan bahwa dalam
masyarakat pasar, nilai tukar suatu komoditi tidak hanya ditentukan oleh kerja. Memang, ktlja dapat
dikatakan sebagai satu-satunya ukuran bagi nilai tukar suatu komoditi dalam masyarakat tradisional.
Pembagian Lerja belum ada dalam masyarakat seperti ini. Seluruh hasil kerja dapat dilihat sebagai milik
pekerja. Tetapi hal seperti itu tidak terjadi dalam masyarakat pasar atau masyarakat modern.
Dalam masyarakat seperti ini, seluruh hasil kerja tidak menjadi milik pekerja. Dalam banyak hal ia harus
membaginya dengan pemilik modal yang mempekerjakannya. Karena seorang pekerja tidak bisa
mempekerjakan dirinya sendiri tanpa bantuan dan kerja sama pemilik modal, yang pada gilirannya jugs
menghendaki adanya keuntungan. Karena itu, nilai tukar dalam masyarakat modern terdiri dari tiga
komponen: upah yang harus dibayarkan pada pekerja, modal yang ditanam pemilik modal (misalnya,
untuk sewa tanah), dan keuntungan. Karena itu, Smith menegaskan bahwa nilai tukar sebuah komoditi
ditentukan oleh upah pekerja, keuntungan, dan modal.
D. Pasar atau Perdagangan bebas
a.Konsep Pasar Bebas
Gagasan Smith tentang pasar memiliki konteks historisnya, kehidupan ekonomi Eropa pada saat Smith masih
hidup. Yaitu para petani Skotlandia cenderung menjadi penghasil keju dan pembakar roti untuk dikonsumsi
sendiri. Pasar masih terlalu kecil orang tidak berani untuk menspesialisasikan dirinya hanya pada satu jenis
pekerjaan. Baru ketika mulai dibuka jalan darat dan air ke kota besar, terutama ke luar negeri seperti ke
Edinburgh III London, para petani mulai berani mengambil risiko untuk memproduksi lebih banyak produk
dan mengirimnya ke pasar untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Mengamati gejala seperti ini,
Smith mengatakan bahwa selain pembagian kerja pasar merupakan faktor kedua yang mendorong
Terciptanya kemakmuran rakyat.
Argumen filosofis tersebut di atas, oleh Smith dapat dijelaskan dari segi ekonomi. Menurut Smith,
perdagangan bebas akan menguntungkan setiap negara yang terlibat di dalamnya, karena perusahaan di
dalam negara tidak hanya menjual barang mereka di dalam negeri, tetapi juga di arena internasional.
Produktivitas dalam negeri akan meningkat dengan sendirinya ketika produk tidak menumpuk dalam negeri,
tetapi dipasarkan secara luas. Dengan argumentasi ekonomis ini, Smith mengkritik pandangan merkantilis
yang menginginkan pembatasan dalam perdagangan dengan pajak yang berlebih untuk melindungi
produsen domestik. Menurut Adam Smith, justru dengan perdagangan bebas, ekonomi suatu negara akan
mengalami keuntungan, karena ia dapat menjual barang dengan jumlah yang lebih banyak, membangun
spesialisasi kerja yang terfokus, dan memproduksi banyak barnag dengan bermaksud menganjurkan suatu
kontrol yang dapat dilakukan oleh pemerintah demi keseimbangan pasar. Kontrol yang dimaksud harus
sejalan dengan prinsip “the invisible hand”, prinsip hukum kodrat kebebasan berusaha.
b. Kritik Terhadap Monopoli
Ketika Adam Smith melontarkan gagasan pasar bebas, tidak kebetulan muncul kritik dari para pedagang yang
sudah lama diuntungkan dengan kebijakan monopoli. Sebagai balasan terhadap kritik tersebut , Smith menuduh
para pengusaha yang menolak pasar bebas manfaatkan keuntungan besar dari kebijakan mono¬poli Smith,
monopoli adalah musuh dari pasar bebas, perluasan pasar dan menghalangi pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Minimal ada dua efek negatif dari monopoli:
• Akan mengakibatkan harga tinggi bagi konsumen dan koadaan konsumen lebih buruk;
• Monopoli adalah manajemen yang baik, karena menghindari kompetisi.
c. Uang dan Gudang
Pemikiran Smith tentang pasar bebas dalam The Wealth of Nations secara langsung bersentuhan dengan berbagai
fungsi pendukung yang relevan untuk pasar, yaitu uang dan gudang persediaan. Karena itu, untuk menutup
pembicaraan kita tentang unsur kedua dari masyarakat pasar ini, kita perlu menyentuh kedua unsur ini secara
sepintas.
Unsur kedua yang mendukung perluasan pasar bebas adalah gudang persediaan. Jika pembagian kerja
berkembang dengan baik dalam masyarakat, dan jika pasar bebas dari pembatasan, dapat dibayangkan bahwa
manusia akan keluar dari "the rude state of nature", keadaan primitif kodrat manusia, serta menjadi lebih maju
thin beradab. Dalam masyarakat peramu, manusia dipaksa untuk terus-menerus mencari makan sekadar untuk
bertahan hidup. Dalam situasi seperti ini tidak ada surplus, kebutuhan untuk produksi, dan uang, karena tidak
adanyadan tukaran.
E. Prinsip Kegunaan Produksi Dan Stagnasi
a. Prinsip Kegunaan Produksi Dan Stagnasi Menurut John Stuart Mill.
Pemikiran Adam Smith mengenai masyarakat perdagangan bebas telah menjadi titik tolak pemikiran ekonomi
modern. Tesisnya tentang perdagangan bebas menjadi sumbangan yang berarti bagi pemikiran kita tentang
kegiatan ekonomi yang bertujuan tintuk mencapai kesejahteraan bersama. Dengan asumsi filosofis bahwa
perdagangan bebas sejalan dengan prinsip hukum kodrat, berdasarkan simpati dan penonton tak berpihak, Adam
Smith telah membuka sebuah diskusi dalam ekonomi modern mengenai hubungan antara kebebasan bisnis dan
kontrol pemerintah. Kontrol yang berlebihan akan mematikan inisiatif individu, dan monopoli ekonomi akan
menghasilkan kerugian besar bukan saja kesejahteraan masyarakat, tetapi juga bagi kegiatan ekonomi sendiri.
Setelah tamat pendidikan di universitas, JS Mill mulai menulis. Sebagian tulisannya terfokus pada masalah
filsafat. Buku seperti System of Logic, On Liberty, Considerations on Representative Government, Utilitarianism,
On Socialism, dan Subjection of Woman, merupakan buku filsafat.Dalam bidang ekonomi, JS Mill menulis sebuah
buku kecil dengan judul Principles of Political Economy (1848). Karya itu sendiri juga berhubungan dengan
asumsi filosofisnya, terutama dengan prinsip utilitarismenya. Buku ini berupaya memahami masalah ekonomi
sebagai suatu masalah sosial; masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam
kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk dalam negeri dan
perpesaing antarproduk, maupun masalah distribusi melalui instrumen uang dan kredit. Persoalan tersebut
sebenarnya menjadi masalah ekonomi yang digeluti pendahulunya seperti Thomas Robert Malthus (1766-1834)
dan David Ricardo (1772-1823).
F. Produksi dan Prinsip Kegunaan
Sebagai ilmu, ekonomi berusaha memahami fenomena produksi sebagai kegiatan yang teratur dan memiliki
manfaat bagi kemakmuran bangsa. Mengikuti kaum fisiokratis, JS Mill menegaskan bahwa kegiatan produksi
merupakan pusat dari kegiatan ekonomi, yang membuat sesuatu yang alamiah menjadi yang artifisial atau
buatan. Dalam proses produksi itu, manusia dan alam bekerja sama. Sang petani, jelas JS Mill, bekerja dengan
seluruh pengetahuan dan keterampilannya dalam kerja samanya dengan alam pertanian, untuk memproduksi
hasil pertanian.
Dengan gagasan dasar tentang produksi dan pasar ini, JS Mill berpendapat bahwa barang seperti makanan,
pakaian, dan rumah tidak menentukan kemakmuran suatu bangsa. Kemakmuran tidak oleh pemenuhan
kebutuhan fisik sesaat, melainkan oleh kontinuitas produksi sehingga setiap permintaan akan produk harus
dijamin melalui keinginan sang kapitalis dan sang pekerja, yang ujamin jalannya roda produksi dan uang. Maka,
kemampu¬an produksi merupakan mesin yang mendorong terciptanya kemakmuran.
Dengan pandangan ini, JS Mill merupakan orang pertama yang membicarakan permintaan dan penawaran
sebagai schedules atau keadaan yang saling berhubungan. Penawaran selalu identik dengan keinginan tersebut,
dan melalui pertukaran keinginan tersebut, akan menjadi suatu kebutuhan yang efektif. JS Mill menulis, semua
penjual ex vi termini adalah pembeli. Dalam penafsiran yang lebih bebas, kita dapat mengatakan bahwa dalam
ekonomi selalu ada persamaan antara jumlah penawaran dan permintaan. JS Mill melihat bahwa penawaran dan
permintaan diperlakukan sebagai jumlah barang yang dibawa ke pasar dan jumlah barang yang dibeli oleh
konsumen. Namun, ia mengingatkan bahwa salah jika kita menyesuaikan produksi kita dengan permintaan
pasar. Karena jika produksi berkurang, maka permintaan akan diarahkan pada produk lain yang ditawarkan di
pasar.
G. Stagnasi Ekonomi
Integrasi antara ekonomi dan moralitas tidak berhenti pada tahap produksi. JS Mill mencoba menjelaskan
hubungan antara ekonomi dan moralitas tersebut, ketika ekonomi mengalami perkembangan yang stagnan.JS
Mill menemukan alasan mengenai stagnasi ekonomi dalam buku David Ricardo, The Principles of Political
Economy and Taxation. Buku ini menjelaskan bahwa ketika negara mengalami perkembangan ekonomi,
pertumbuhan penduduk akan mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan penduduk tersebut pada
gilirannya menuntut persediaan makanan yang lebih besar, karena dengan adanya perkembangan penduduk
berarti lebih banyak orang yang harus diberi makan, dan hal itu menuntut produksi lebih banyak makanan.
Konsekuensinya adalah tanah yang kurang subur harus digunakan. Hal ini akan menaikkan sewa atas semua
lahan dan meningkatkan sewa yang harus dibayar kepada pemilik tanah. Ketika biaya produksi meningkat
(karena pembayaran sewa tanah yangmeningkat), harga makanan juga ikut naik. Kenyataan ini mengakibatkan
gaji karyawan harus dinaikkan juga untuk dapat membeli makanan yang sudah lebih dahulu naik. Upah yang
upah yang minimal dapat membiayai semua kebutuhan subsisten setiap pekerja dalam suatu perusahaan.
1. Bisnis yang Ideal
Bisnis yang baik adalah bisnis yang mengarahkan diri pada penciptaan sebuah masyarakat masa depan yang
harmonis. Tetapi, persoalannya adalah manakah ciri-ciri bisnis yang baik, sehingga ia benar-benar menjadi
instrumen bagi masyarakat yang harmonis tersebut. Secara lebih konkret, JS Mill membicarakan tiga bisnis yang
relevan, yaitu pertanian, perusahaan, dan bank yang ideal.
a. Pertanian
Menurut kaum fisiokratis, pertanian
yang baik hanya dapat
dikembangkan melalui mekanisme
kompetisi. Para petani harus
menunjukkan kemampuannya
dalam bidang produksi dan
distri¬busi. Tetapi, JS Mill yang
memberi perhatian pada persoalan
tanah di India, memiliki suatu tesis
yang berbeda. Dijelaskannya bahwa
pemakaian tanah di India dilakukan
oleh petani yang akan memberi
hasilnya kepada raja, melalui
kelompok yang bertugas mengawasi
pertanian, dan pada akhirnya juga
bertindak sebagai pengumpul hasil
pertanian.
b. Perusahaan
Berbeda dari pertanian, di mana JS
Mill mengusulkan pertanian yang
berskala kecil, JS Mill mengidealkan
suatu perusahaan yang bersekala
besar. JS Mill tahu bahwa gagasan
ini mengandung kelemahan
mendasar. Misalnya, ia yakin bahwa
dengan gagasan tersebut
perusahaan yang tidak mampu
bersaing akan mati dengan
sendirinya hanya perusahaan yang
mampu bersaing yang dapat
bertahan hidup. Kelemahan lain
adalah bahwa banyak pengusaha
dapat saja merampok apa yang
sebenarnya menjadi hak karyawan
c. Bank
Bisnis yang terakhir adalah perbankan. Masyarakat
tidak hanya membutuhkan bisnis baru dalam bidang
pertanian dan industri, tetapi juga dalam bidang
keuangan dan perdagangan. Kebutuhan akan bank
berkaitan dengan situasi baru sebagai akibat dari
industrialisasi. Menurut JS Mill, industrialisasi telah
mengubah karakter hidup hemat dan kerja keras
suatu masyarakat. Dua akibat bisa dilihat. Akibat
yang pertama adalah modal yang harus ditabung
menjadi semakin bertambah, sementara itu
keuntungan bisnis apa pun akan semakin tipis. Akibat
yang kedua adalah dalam situasi perolehan
keuntungan yang semakin rendah, semakin banyak
orang yang bersedia mengambil risiko untuk
menanamkan modelnya dalam usaha tertentu yang
berskala besar, seperti dalam perusahaan kereta api,
pertambangan, perdagangan senjata, dan lain-lain.
TERIMA
KASIH
FILSAFAT
PANCASILA
Oleh Kelompok 8
filsafat Pancasila adalah pembahasan Pancasila secara
filsafati, yaitu pembahasan Pancasila sampai hakikatnya
yang terdalam (sampai intinya yang terdalam). Maka
pengertian tentang pengetahuan Pancasila yang demikian
itu juga merupakan suatu pengetahuan yang terdalam yang
merupakan hakikat Pancasila yang bersifat essensial,
abstrak umum universal, tetap dan tidak berubah
(Notonagoro, 1966:34)
PENGERTIAN FILSAFAT
PANCASILA
MANFAAT FILSAFAT PANCASILA
filsafat adalah suatu pengetahuan yang terdalambagi ,
hakiki, rasional, rnenyeluruh, maka filsafatsangat
bermanfaat ilmu pengetahuan sebagai ilmupengetahuan
yang objek materianya segala sesuatu, dan
objekformanya dari sudut tertentu Maka filsafat sampai
pada intinyayang terdalam, hakikat serta bersifat
universal.
LANDASAN ONTOLOGIS DAN EPISTIMULOGI
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki
hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu?
Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai
wujudnya,
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan
syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan
Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai yang secara
epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi
manusia dalam me mandang realitas alarn semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan
negara ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan mendasar dan menyeluruh yang jalin-
menjalin menjadi pernikiran (System of thought) yang logis, adalah filsafat. Dengan lain
kata, ideologi sebagai suatu system 01 Oh menccari nilai, norma dan cita:cita yang
bersumber kepada yang bersifat mendasar dan nyata
HUBUNGAN ANTARA
FILSAFAT DAN IDEOLOGI
Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilaimendasar
yang bersifat tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung bersifat
operasional, oleh karena itu setiap kali harus eksplisitka. Eksplisitasi
dilakukan dengan rnenghadapkannya pandangan hidup berbagai
masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional
terungkap makna operasionalnya.
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI TERBUKA
PANCASILA SEBAGAI ASAS PERSATUAN
DAN KESATUAN BANGSA
kesatuan ideologi tersebut itu adalah amat bersifat central, karena
suatu bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui ke arah mana
tujuan bangsa itu ingin dicapti maka bangsa itu hams memiliki satu
pandangan hidup, ideologi maupun satu asas kerokhanian.Bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai macam sukt bangsa yang dengan
sendirinya memiliki kebudyaan dan adat-istiatat yang berbeda-beda
pula.
PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM
FILASAFAT
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat
pada haki katnya merupakan suatu kesatuan
organik. Antara sila-sila Pancasila itu saling
berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifi kasi. Sila yang satu senantiasa
dikualifikasi oleh sila-sila lainnya.
Landasan dari sila-sila Pancasila tersebut merupakan inti pokok dari
nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara secara praktis, yang antara
lain meliputi bentuk negara, kekuasaan negara, moral Para
penyelenggaraan negara, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan negara secara praktis harus sesuai dengan landasan sila-
sila Pancasila.
HAKIKAT SILA-SILA
PANCASILA
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal.
Pengertian matematika piramidal digunakan untuk meng gabarkan
hubungan hierarkhi sila-sila dari Pancasila dalam unit urutan luas
(kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas).
KESATUAN SILA-SILA
PANCASILA
TERIMA
KASIH
FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI
PENELITIAN
KELOMPOK 8
Alvin Ega Pramana 1212300213
Arima Anindita 1212300216
Veronika Febriyana Roju 1212300214
A. Keberadaan Ontologi
Ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar-akar (akar yang
paling mendasar tentang apa yang disebut dengan ilmu pengetahuan itu). Dalam usaha Memecahkan masalah
tersebut, ilmu tidak berpaling kepada perasaan melainkan kepada pemikiran yang berdasarkan penalaran. Ilmu
mencoba mencari penjelasan mengenai permasalahan yang di hadapinya agar dapat mengerti hakikat
permasalahan yang dihadapi itu. Dengan demikian maka dia dapat memecahkannya.
Teori ontologi ada 3 (tiga) yang paling terkenal, yaitu:
1. Idealisme. Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia ide. Segala sesuatu yang
tampak dan terwujud nyata dalam alam indrawi hanya merupakan gambaran atau bayangan dari yang
sesungguhnya, yang berada di dunia ide.
2. Materialisme. Materialisme menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Baginya, yang ada sesungguhnya adalah
keberadaan yang semata-mata bersifat material atau sama sekali tergantung pada material. jadi realitas yang
sesungguhnya adalah lambang kebendaan dan segala sesuatu yang mengatasi alam kebendaan. Oleh sebab itu
seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan secara materialistis
3. Dualisme. Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari 2 (dua) tipe fundamental yang
berbeda dan tak dapat direduksikan kepada yang lainnya. Kedua tipe fundamental dari substansi itu ialah
mental. Dengan demikian dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis dan
mental atau yang beradanya tidak kelihatan secara fisis.
Kesadaran atau landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia?.
Ialah tentang segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak dapat diindera.
Segala sesuatu yang dapat diindera oleh manusia disebut pengalaman atau experience,
sedangkan segala esuatu yang tak dapat diindera oleh manusia disebut dunia metafisika
meta = beyond, metafisika beyond experience). Berpikir tentang experience disebut
berpikir empirikal, dan berpikir tentang dunia metafisika disebut berpikir transendental.
Sebenarnya manusia hanya bisa berpikir empirikal saja, yaitu berpiki.: tentang duna
pengalaman atau experience. Sedangkan berpikir transendental yaitu berpikir tentang
dunia metafisika, atau tentang kegaiban, biasanya manusia hanya rnengada-ada, yang
berakhir dengan kesesatan. Dunia metafisika atau dunia kegaiban hanya dapat diketahui
(dan dipikirkan) berdasarkan petunjuk-petunjuk Yang Maha Kuasa yang menjadikannya.
Ini disebut divine revelatina atau pemberitalluan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia.
Namur) sudah menjadi kenyataan bahwa para filsuf berpikir empirikal dan transendental
tanpa berdasarkan pada petunjuk-petunjuk.
B. Nalar atau Berpikir
C.Dasar- Dasar Penelitian Ilmu Sebagai Pengetahuan
Untuk dapat menguasai pelaksanaan penelitian, perlu
diketahui tentang dasar-dasar yang lebih mendasar,
menyangkut tinjauan secara filsafati dan metodologis.
Secara filsafati berkenaan dengan filsafat ilmu, sedangkan
secara metodologis berkenaan dengan metode dan teknik
penelitian. Dasar filsafat ilmu dapat diketahui. Kedudukan
ilmu dalam pengetahuan, sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu,
komponen-komponen ilmu dan upaya membangun ilmu
yang belum diketahui, serta memperbaiki ilmu yang
diragukan kebe¬narannya. Upaya membangun dan
memperbaiki kebenaran ilmu itu tidaklah dilakukan dengan
sernena-rnena, melainkan dilakukan dengan prosedur
tertentu menurut metode ilmiah yang berupa langkah-
langkah sistematis. Metode ilmiah berupa Iangkah-langkah
sistematis itu tidak lain adalah metodologi penelitian.
D. Tingkat Kemantapan Teori
Teori akan menjelaskan (meramalkan) fenomena. Dengan
penjelasan itu orang menjadi mengerti. Penjelasan ini berkisar
pada hubungan-hubungan (relationship). apabila prang dapat
menjadikan relationship itu, dikatakan bahwa prang tersebut
adalah prang yang mengerti. Sebelum mengerti prang harus tahu.
Orang dapat tahu tentang fenomena melalui deskripsi.
Deskripsi memberikan pengetahuan tentang apa, sedangkan teori
memberikan penjelasan atau pengertian tentang mengapa (why).
Bagaimana (how) mengaplikasikan pengetahuan dengan
pengertiannya merupakan suatu keterampilan. Artinya, orang
yang mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan
pengertiannya maka orang tersebut dikatakan terampil.
E. Berpikir Induktif dan Deduktif
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengetahuan yang dimaksud
adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indra manusia. Menangkap berarti mengamati atau
mengobservasi, sedangkan yang diamati dan fenomena itu tidak lain adalah fakta. Dalam observasi itu
fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati, diklasifikasi dandisusun secara teratur (sistematis)
kemudian dibuat generalisasi sebagai kesimpulannya. Dan sinilah terwujud hukum, dalil, atau teori dari
suatu ilmu. Pekerjaan semacam ini tidak lain adalah pekerjaan induktif (menginduksi).
A. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah.
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah
sistematis. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah:
1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
2. Menyusun kerangka pikiran (logical contract
3.Merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah)
4.Menguji hipotesis secara empiric
5.Melakukan pembahasan dan
6.Menyimpulkan.
B. Teknik Penelitian
Jika metode penelitian menurut metode ilmiah diartikan sebagai prosedur atau langkah-langkah
teratur yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk dijadikan ilmu, rnaka teknik
penelitian menyangkut cara dan alat (termasuk kemahiran membuat dan menggunakannya) yang
lipedukan untuk mencari tujuan penelitian. Dengan lain perkataan, teknik aenelitian menyangkut
bagaimana caranya dan alat-alat penelitian apa tang diperlukan untuk membangun ilmu melalui
penelitian.
Sebagai pegangan dalam teknik penelitian adalan bagaimana agar egala kegiatan yang dilakukan
itu valid dan reliable, sedernikian rupa ehingga ilmu sebagai hasil penelitian itu mencapai tingkat
kebenaran yang nggi atau sebagai ilmu yang terandalkan (sah dan tepat). Olen karena itu, ebelum
masuk pada bahasan teknik penelitian sebaiknya, perhatikan cara¬ara mencapai tingkat
validitas, melalui pengetahuan tentang sumber¬amber yang dapat menimbulkan kelemahan atau
kesesatan. Secara umum 'rdapat empat rnacam sumber yang dapat menimbulkan kelemahan atau
kesesatan dalam mencapai validitas dan reliabilitas, yaitu subjek (peneliti), objek (yang diteliti),
alat yang dipergunakan, dan situasi.
Alat-alat penelitian yang dipergunakan untuk menangkap atau merekam atau mencatat data atau
informasi dari objek, efektivitas danatau fungsinya, dapat dipengaruhi oleh kemahiran subjek dan
oleh kondisi objek serta oleh situasi di many penelitian dilakukan. Situasi atau lingkungan, balk
fisik atau alam atau lokasi daerah, ipoleksos sos¬budhankamgama dapat memengaruhi sikap atau
mental, baik subjek maupun objek, bahkan mungkin pula memengaruhi alat-alat penelitian.
Setelah mengetahui duduk perkara pengetahuan dan ilmu, sifat-sifat beserta isumsi
dasarnya, komponen-komponen clan metode ilmunya, bahkan sampai kepada
metode clan teknik penelitiannya, hal itu tentu tidak akan menjadikan kita sebagai
peneliti pembangunan ilmu yang tangguh tanpa menggunakan semua pengetahuan
itu sebagai sikap kita, yaitu sikap dalam mencari dan mempertinggi kebenaran
ilmu. Telah diketahui bahwa tingkat kebenaran ilmu ditentukan oleh validitas dan
reliabilitas, yang keduanya berpulang kepada si peneliti sendiri sebagai subjek.
Bagaimana si peneliti ianus menguasai dan mengendalikan sumber-sumber
kelemahan atau esesatan validitas dan reliabilitas, baik yang bersumber dari luar
dirinya maupun yang bersumber dari dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk
ujuan tersebut, banyak cendekiawan ilmu mengajukan unsur-unsur sikap ilmiah
(scientific attitude) yang harus dimiliki dan menjadi ciri bagi peneliti.
F. Sikap Ilmiah
TERIMA
KASIH
—Someone Famous
“This is a quote, words full of wisdom
that someone important said and can
make the reader get inspired.”
Theory
lesson
You can enter a subtitle here if you need it
01
Do you know what helps you make your point
clear?
Lists like this one:
• They’re simple
• You can organize your ideas clearly
• You’ll never forget to buy milk!
And the most important thing: the
audience won’t miss the point of your
presentation
Theory lesson

More Related Content

Slide Pengantar Filsafat IlmuKelompok 8.pptx

  • 1. Kelompok 8 Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M. Ec
  • 2. Aaron Loeb Alvin Ega Pramana 1212300124 Our Team Veronica Febriyana Roju 1212300124 Alvin Ega Pramana 1212300213 Arima Anindita 1212300216
  • 9. Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf terdapat 3 (tiga) hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu: 1. Kekaguman atau keheranan atau ketakjuban 2. Keraguan atau kegengsian 3. Kesadaran akan keterbatasan
  • 18. CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada di sekitamya dan dunia yang ada di dalam dirinya, melainkan juga membicarakan perbuatan berpikir itu sendiri. Ia tidak hanya ingin mengetahui hakekat kenyataan dan ukuran-ukuran untuk melakukan verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan mengenai segala sesuatu, melainkan ia berusaha menemukan kaidah-kaidah berpikir itu sendiri.
  • 21. PERENUNGAN TENTANG FILSAFAT Berfilsafat adalah berpikir. Ini tidak berarti bahwa berpikir adalah berfilsafat. Kalau dikatakan berfilsafat adalah berpikir, hal ini dimaksudkan bahwa berfilsafat termasuk kegiatan berpikir. Berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin. Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap.
  • 22. Mengukur berpikir filosofis bisa melibatkan beberapa pendekatan, seperti tes logika, analisis argumen, pemahaman konsep filosofis, dan kemampuan untuk mempertanyakan asumsi dasar. Ini bisa dilakukan melalui tes tertulis, diskusi, atau proyek penelitian yang menuntut pemikiran kritis dan refleksi mendalam tentang isu-isu filosofis.
  • 23. konsep penting yang perlu dipahami tentang hakikat makna filsafat antara lain: (a) filsafat adalah mendorong manusia untuk berpikir secara kritis; (b) berpikir filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis; (c) filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut; (d) berpikir filsafat adalah berpikir secara rasional dan logis; dan (e) proses berpikir filsafat harus bersifat mendalam dan komprehensif
  • 24. Filsafat hadir dalam kehidupan sehari-hari melalui cara kita memikirkan dan memahami dunia sekitar kita. Contohnya, ketika kita mempertimbangkan nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan, mendiskusikan makna kebahagiaan dan keadilan, atau bahkan merenungkan tentang hakikat kebenaran dan realitas. Filsafat membantu kita menggali arti hidup, menjelajahi pertanyaan-pertanyaan yang mendalam, dan membimbing kita dalam mencari makna dan tujuan dalam kehidupan kita.
  • 25. Berikut terdapat beberapa ciri-ciri pemikiran filsafat yaitu meliputi: 1.Kritis 2.Analitis 3 Reflektif 4.sistematis 5.Universal
  • 26. Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. pembagian cabang-cabang filsafat yang dikemukakan para ahli atau para filsuf sangat beragam, tergantung sudut pandang yang diyakininya. Plato, memilahmilah filsafat menjadi tiga, yaitu: 1.Dialektika (filsafat tentang ide-ide atau pengertian- pengertian umum); 2.Fisika (filsafat tentang dunia material); dan 3.Etika (filsafat tentang kebaikan atau kesusilaan).
  • 28. BAB 4 FILSAFAT ILMU, PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
  • 29. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).'Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara Iangsung dari kesadarannya sendiri.
  • 30. PROSES TERBENTUKNYA ILMU PENGETAHUAN Terdapat beberapa proses Terbentuknya Ilmu Pengetahuan, seperti hal berikut ini diantaranya ialah: a.syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah. Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu: 1.Sistematik 2.Objektif 3.Dapat dipertanggung jawabkan
  • 31. JENIS PENGETAHUAN Jenis pengetahuan bisa dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk: 1. Pengetahuan ilmiah 2.Pengetahuan sosial 3.Pengetahuan budaya 4.Pengetahuan praktis 5.Pengetahuan teknologi 6.Pengetahuan spiritual atau agama 7.Pengetahuan pribadi
  • 32. PERBEDAAN PENGETAHUAN DENGAN ILMU Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab ilm. Pengetahuan merujuk pada informasi, fakta, dan pemahaman tentang sesuatu. Sementara ilmu adalah upaya untuk mengorganisir, mengkategorikan, dan menguji pengetahuan tersebut melalui metode ilmiah yang terstruktur dan teruji, ilmu melibatkan proses sistematis untuk memperoleh, memahami, dan menguji pengetahuan, sementara pengetahuan lebih bersifat luas dan dapat diperoleh melalui berbagai cara.
  • 33. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu: a.Realisme Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. b.Idealisme Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
  • 34. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain: a.Empirisme Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. b.Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. SUMBER PENGETAHUAN
  • 35. c.Intuisi Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. d.Wahyu Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta. SUMBER PENGETAHUAN
  • 37. ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN NAMA KELOMPOK 8 Alvin Ega Pramana Arima Anindita Veronika Febriyana Roju 1212300213 1212300216 1212300214
  • 38. Ilmu merupakan suatu cara berpikir yang demikian jelimet dan mendalamEtika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika berkaitan erat dengan pelbagai masalah-masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah predikat nilai "susila" dan "tidak susila""baik" dan "buruk". Masalah dasar bagi etika khusus adalah bagaimana seseorang harus bertindak dalam bidang atau masalah tertentu, dan bidang itu perlu ditata agar mampu menunjang pencapai kebaikan hidup manusia sebagai manusia. tentang sesuatu objek yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang handal. Handal dalam arti bahwa sistem dan struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula is terbuka untuk diuji oleh siapapun.
  • 39. MENURUT PARA FILSUF Socrates. Kenalilah dirimu sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, makhluk yang suka bertanya. Dengan berpikir, dengan bertanya, manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri kemudian lingkungannya bahkan kemudian sampai pada hal lain yang menyangkut asal mula atau mungkin akhir dari semua yang dilihatnya. Aristoteles, filsuf Yunani yang lain mengemukakan bahwa manusia ialah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that reason). W.E. Hacking, meyakinkan mengenai apa yang dipikirkan oleh hewan, namun agaknya aman untuk mengatakan bahwa manusia jauh lebih berpikir dari hewan mana pun.
  • 40. Etika yang menjadi pokok bahasan buku ini dapat dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental: bagaimana saga harus hidup dan bertindak? Sebenarnya ada banyak fihak yang menjawab pertanyaan itu bagi kita: Orang tua, guru, adat istiadat dan tradisi, teman, lingkungan sosial, agama, ncgara, pelbagai ideologi. Tetapi apakah benar apa yang mereka katakan? Dan bagaimana kalau mereka masing-masing memberikan nasihat yang berlainan? Lalu siapa yang harus diikuti? Dalam situasi ini etika mau membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak hidup dengan cara ikut-ikutan saja terhadap pelbagai fihak yang mau menetapkan bagaimana kita harus hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri niengapa kita harus bersikap begini atau begitu. Etika mau rnernbantu, agar kita lebih mampu untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita.
  • 41. Gunanya Beretika Ada sekurang-kurangnya empat alasan mengapa etika pada semakin perlu. Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu orang-orang dari suku, daerah dan agama yang berbeda-beda. Kesatuan tatanan normatif sudah tidak ada lagi. Kareria pandangan- pandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia. Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan itu terjadi di bawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi. Tidak perlu kita mencoba untuk mendefinisikap di sini apa yang dimaksud dengan modernisasi. Ketiga, tidak mengherankan bahwa proses perubahan sosial budaya dan moral yang kita alami ini dipergunakan oleh pelbagai fihak untuk memancing dalam air keruh. Keempat, etika juga diperiukan oleh kaum agama yang di satu fihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, di lain fihak sekaligurnau berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu.
  • 42. Ada dua masalah dalam bidang moral agama yang tidak dapat dipecahkan tanpa penggunaan metode-metode etika. -masalah interpretasi terhadap perintah atau hukum yang termuat dalam wahyu. - Bagaimana masalah-masalah moral yang barn, yang tidak langsung dibahas dalam wahyu, dapat dipecahkan sesuai dengan semangat agama itu. Ada baiknya kalau dua masalah itu kita lihat sebentar. Etika Dan Agama
  • 43. Hakikat Etika Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "mos"dan dalam bentuk jamaknya "mores,"yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal -hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari -hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika yaitu untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih menunjiikkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Dan yang kedua yaitu akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
  • 44. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Menurut K. Bertens (2011), dalam filsafat Yunani etika dipakai untuk menunjukkan filsafat moral seperti yang acap ditemukan dalam konsep filsuf besar Aristoteles. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dengan memakai istilah modern, dapat dikatakan juga bahwa etika membahas tentan konvensi sosial yang ditemukan dalam masyarakat. Magnis Suseno (1987) memahami etika hams dibedakan dengan ajar- an moral. Moral dipandang sebagai ajaran, wejangan, khotbah, patokan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana ia hams bertindak, tentang bagaimana hams hidup dan bertindak, agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral yaitu orang-orang dalam berbagai kedudukan, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan para bijak. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Hakikat Etika Menurut Para Ahli
  • 45. Metode Etika ada suatu cara pendekatan yang dituntut dalam semua aliran yang pantas disebut etika, ialah pendekatan kritis. Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggung,jawaban dan mau menyingkapkan kerancuan. Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral begitu saja melainkan menuntut agar pendapat- pendapat moral yang dikemukakan dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral.
  • 48. APAKAH MANUSIA ITU? PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA Manusia ialah sebuah mesin yang diberi makan dan menghasilkan pikiran, Setiap manusia merupakan suatu kemustahilan sampai saat is dilahirkan. Manusia hanyalah sebatang ilalang, sesuatu yang paling lemah di alam raya, namun manusia adalah ilalang yang berfikir.
  • 49. HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA Antara hak dan kewajiban terdapat pertautan timbal balik yang tak dapat dipisahkan. Di mana ada hak, di situ ada kewajiban, karena apa yang menjadi hak seseorang menjadi kewajiban orang lain. Setiap manusia dan masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya. Antara rakyat dan pemerintah pun terdapat hak dan kewajiban yang timbal balik. Mengenai hak asasi manusia merupakan hal yang paling mendasar dalam hidup manusia.
  • 50. HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA Adapun kewajiban manusia dengan kristalisasi pada akhlak yang baik, terdapat 12 (dua belas) dimensi 1. Adalah dimensi kesabaran. Kesabaran membantu seseorang untuk menjaga ketenangan dalam menghadapi berbagai cobaan dan kesulitan. 2. Adalah dimensi kejujuran. Kejujuran adalah pondasi bagi hubungan yang sehat dan saling percaya antar manusia. 3. Dimensi kasih sayang. Kasih sayang mendorong seseorang untuk peduli dan membantu sesama. 4.Dimensi keadilan. Keadilan memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada semua orang tanpa pandang bulu. 5. Dimensi kesetiaan. Kesetiaan menunjukkan integritas dan tanggung jawab seseorang terhadap janji-janji yang telah dibuat.
  • 51. 6. Dimensi kerendahan hati. Kerendahan hati membantu seseorang untuk tetap rendah hati dan menghargai kontribusi orang lain. 7. Dimensi pengendalian diri. Pengendalian diri mengajarkan seseorang untuk mengontrol emosi dan tindakan agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. 8. Dimensi kesetaraan. Kesetaraan menghargai hak-hak setiap individu tanpa memandang perbedaan. 9. Dimensi kerja keras. Kerja keras membantu seseorang untuk mencapai tujuan dengan usaha dan ketekunan yang tinggi. 10 Dimensi rasa syukur. Rasa syukur mengajarkan seseorang untuk bersyukur atas segala nikmat yang diterimanya. 11. Dimensi toleransi. Toleransi mengajarkan seseorang untuk menerima perbedaan pendapat dan kepercayaan dengan lapang dada. 12.Dimensi keberanian. Keberanian membantu seseorang untuk menghadapi tantangan dan mengambil tindakan yang tepat demi kebaikan bersama. Dengan memperhatikan kedua belas dimensi ini, manusia dapat memperkaya akhlaknya dan hidup dengan lebih bermakna.
  • 52. MANUSIA DAN KEHIDUPANNYA Manusia di dalam menjalani kehidupan mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekedar kehidupannya. lnilah yang menyebabkan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga mendorong manusia menjadi mahkluk yang bersifat khas di muka bumf ini, yang mampu berpikir dan menalar. Manusia mampu menalar, artinya berpikir secara logis dan analitis, karena kemampuan menalar dan mempunyai bahasa untuk mengomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak (Berger dan Luckmann, 1967), maka manusia bukan saja mempunyai ilmu pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya
  • 53. KEDIRIAN MANUSIA DAN DUNIANYA Kedirian manusia dalam dunianya adalah konsep yang kompleks. Manusia adalah bagian dari alam semesta yang luas, namun memiliki kemampuan untuk merasakan dan memahami lingkungan sekitarnya secara unik. Kita memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda, serta hubungan yang kompleks dengan alam, masyarakat, dan teknologi di sekitar kita. Kedirian manusia sering kali dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, budaya, dan nilai- nilai yang kita anut.
  • 54. HAKIKAT PRIBADI MANUSIA 1. Kehidupan Manusia Sebagai makhluk Tuhan yang bebas dan otonom, berjiwa dan berbadan, sekaligus rnakhluk individu dan makhluk sosial, manusia selalu bergerak dinamis ke arah suatu tujuan yang diingirtkan. Keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan bertentangan secara dengan keberadaannya sebagai makhluk otonom yang bebas dan lepas dari Tuhan. mutlak 2. Manusia sebagai makhluk berpikir Kemampuan manusia untuk berpikir adalah salah satu dari banyak hal yang membedakan kita dari makhluk lain di bumi. Pikiran manusia memungkinkan kita untuk merencanakan, membuat keputusan, memecahkan masalah, dan mengembangkan
  • 56. FILSAFAT ILMU EKONOMI Alvin Ega Pramana 1212300213 Arima Anindita 1212300216 Veronika Febriyana Roju 1212300214 KELOMPOK 8
  • 57. A. Pandangan Filosofi Fisiokratisme Tentang Ekonomi 1. Ekonomi dan Kesejahteraan Bersama 2. Pola pikir Plato dan Aristoteles barangkali terlalu politis. Namun, apa yang dipikirkan oleh filsuf tersebut juga menjadi pertanyaan para pemikir ekonomi klasik abad ke-17 dan ke-18, mulai dari kaum fisiokratis sampai John Stuart Mill. Sama seperti Plato, ekonom klasik tersebut berpendapat bahwa di satu sisi, ilmu ekonomi harus dapat menjelaskan bagaimana manusia dan masyarakat mengorganisasikan kegiatannya untuk menciptakan keuntungan; dan kesejahteraan banyak orang, di sisi lain. 3. Tugas ekonomi adalah memberi alasan mendasar mengapa ekonomi per¬lu memfokuskan perhatiannya pada kesejahteraan bersama dan cara yang wajar untuk meningkatkan kekayaan, kemakmuran, dan kesejahteraan bersama tersebut. Ekonomi memiliki tugas untuk memberi prinsip yang rasional bagi bisnis sebagai kegiatan ekonomi, sehingga kegiatan ekonomi tersebut tidak hanya mengarahkan diri pada kebutuhan hidup manusia perorangan dan berjangka pendek saja, tetapi juga memberi surplus bagi kesejahteraan banyak orang dalam negara. 4. Bisnis untuk kesejahteraan bersama merupakan gagasan historis yang mengalami perkembangan tertentu. Pada abad ke-17, gagasan seperti ini ditafsir secara pragmatis oleh kelompok merkantilis, yang terdiri atas para pedagang Inggris. Bagi kaum merkantilis, ke¬sejahteraan bersama hanya dapat dicapai dengan perdagangan luar negeri. Tidak ada pendekatan yang lebih menguntungkan selain menjual lebih banyak pada pihak asing daripada konsumsi kita terhadap barang impor mereka. Negara akan makmur dengan cara yang sama seperti yang ditempuh oleh banyak keluarga pedagang yang mencoba dengan cara hidup hemat.
  • 58. 1. 2. Biarkan Manusia yang Bebas Berkehendak 1. Pemikiran kaum fisiokratis tentang pertanian sebagai basis kegiatan ekonomi, membantu kita untuk mengerti dua dimensi dalam bisnis. Pada tempat pertama, pertanian merupakan ke¬giatan yang membawa keuntungan. Analisis kaum fisiokratis me¬nitikkan bahwa pertanian bukanlah usaha yang subsistem, yang sekedar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sang petani, melainkan suatu bisnis yang menguntungkan. Dengan menganalisis makna bisnis dari pertanian itu, mereka mencoba untuk mendorong petani melihat dengan jelas perannya pada sektor ekonomi suatu bangsa dan berpikir bahwa pertanian mertipakan bisnis yang menguntungkan. 2. Pada tempat kedua, para pemikir fisiokratis menjelaskan pertanian merupakan suatu kegiatan bisnis yang dekatkan manusia dengan alam. Dalam pertanian, sang petani tidak netral terhadap alam yang ia geluti, melainkan mencoba memperhatikan hubungannya dengan alam. Harmoni dan heselarasan menjadi motif kegiatannya. Dengan motif inilah pertanian menjadi model bagi harmoni sosial. Pengembangan ekonomi pertanian menjadi sebuah kemungkinan riil sehingga kemakmuran kemakmuran bersama dicapai. Hubungan yang harmonis antara para petani dan kelompok lain dalam masyarakat seperti pekerja dalam bidang manufaktur dan tuan tanah ditandai dengan tidak adanya konflik, melainkan dengan kegiatan yang saling menunjang. Hubungan yang harmonis ini menjelaskan juga bahwa masing- masing anggota masyarakat memiliki kewajiban produktif tertentu. 3. Namun, dengan memberi perhatian pada kegiatan petani, kaum fisiokratis mereduksi hukum kodrat hanya pada alam natural. Kaum fisiokratis belum melihat bahwa hukum kodrat/alam juga berlaku bagi manusia: manusia yang hidup menurut kodratnya. Dengan jebakan ini, mereka belum melihat hubungan yang jelas antara ekonomi dan kebebasan manusia. Karena itu, mereka belum dapat menjawab pertanyaan seperti, bagaimana tukang roti dapat menjadi pelaku ekonomi, padahal ia sama sekali tidak bersentuhan dengan tanah. 4. Setiap manusia yang bebas, memiliki perasaan simpati satu sama lain dan secara bersama terdorong untuk membentuk suatu masyarakat. Dalam konsepnya tentang perdagangan bebas, Smith mencoba untuk mempertahankan gagasannya bahwa kebebasan kreatif manusia merupakan kodrat manusia. Jika kaum fisiokratis memandang hukum kodrat dalam arti hukum yang terselubung dalam dunia pertanian dan konteks sosialnya, maka sekarang Smith mencoba untuk mengerti kebebasan sebagai inti hukum kodrat manusia; dan karena itu, dapat dilihat sebagai hukum yang mengatur masyarakat pasar bebas.
  • 59. B. Asumsi Filosofis dari Adam Smith Latar belakang Adam Smith tidak menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli ekonomi. Pada usia 14 tahun ia dikirim ke universitas Glasgow; di sana ia belajar filsafat moral, matematika, dan ekonomi politik. Sepulang dari Oxford ia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat moral dan profesor filsafat moral di Universitas Glasgow. Tetapi, di lain pihak, situasi Skotlandia menuntut sang filsuf ini membuka dirinya pada persoalan bangsanya yang sedang berusaha mengangkat kehidupan perekonomian rakyat miskin di tengah kemajuan industri, bank, dan perdagangan Adam Smith sendiri melihat bahwa persoalan ekonomi sebagai masalah praktis, suatu masalah yang bisa dibicarakan oleh para pelaku bisnis bersama dengan para akademisi. Dengan asumsi ini, ia mendirikan sebuah "political economy club"yang pada akhirnya dihadiri oleh banyak orang dari kalangan bisnis, akademisi, politisi, teknisi, bahkan tukang roti. Dalam klub ini Smith terlibat dalam pembicaraan tentang masalah perekonomian Skotlandia dan memberi posisi filsufnya yang dewasa ini dikenal dengan ekonomi pasar bebas. Klub ini pada gilirannya akan membuat Smith tidak hanya dikenal filsuf akademis, melainkan lebih dari itu, yaitu sebagai filsuf yang suka akan debat publik.
  • 60. 1. Masyarakat yang Bersahabat Dibangun Atas Dasar Simpati Gagasan Smith tentang simpati menjadi dasar bagi konsepnya tentang masyarakat. Tesis Smith di sini berbunyi: masyarakat ideal adalah masyarakat yang warganya memiliki simpati, momberi perhatian pada nasib orang lain. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat bersahabat. Masyarakat tersebut Dibangun atas dasar simpati di mana setiap anggota masyarakat melaksanakan sharing perasaan satu sama lain. Adam Smith sendiri menggunakan istilah fellow feeling untuk menjelaskan kenyataan simpati ini, suatu istilah yang sering kali digunakan oleh Max Schelerr (1874-1928). Yang dimaksud dengan fellow feeling bukan¬Iah perasaan kolektif, tetapi perasaan yang dimiliki oleh setiap untuk membagi perasaannya kepada orang lain. Dalam hal membagi perasaan ini, Smith mengatakan dibutuhkan minimal kemampuan imajinatif untuk merekonstruksi perasaan orang lain.
  • 61. 2. Masyarakat Pasar DalambukunyaThe Wealth of Nations, Adam Smith menulis: menunjukkan bahwa masyarakat pasar atau modern dihadapkan dengan masalah konsumsi atas barang yang tersedia; dan seluruh porsi dari bahan disediakan untuk dikonsumsikan itu sebagian besar ditentaukan oleh hasil dari pembagian kerja berdasarkan spesialisasi pengetahuan teknis tentang mesin dan keterampilan ditentukan dalam bekerja dan sebagian lainnya ditentukan lain (atau perdagangan). Dengan demikian, Adam Smith menyatakan bahwa pasar (mekanisme pasar) dan pembagian kerja sebagai tonggak penting yang membuat masyarakat pasar menjadi lebih rasional dibandingkan masyarakat bersahabat. 3. Kerja dan Pembagian Kerja a. Pembagian Kerja Dalam teori Plato dijelaskan bahwa pembagian kerja disebabkan oleh dua hal, yaitu bakat dan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi semua kebutuhannya. Kemakmuran ekonomis hanya dapat dicapai jika ada pembagian kerja; tanpa itu kebutuhan yang paling vital pun tidak dapat dipenuhi dengan baik. Di satu sisi, Smith sadar bahwa pembagian kerja merupakan indikasi bagi masyarakat pasar, namun di sisi lain, Smith juga melihat bahwa pembagian kerja tidak berasal dari bakat dan ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan ekonomis. Sebaliknya, pembagian kerja merupakan konsekuensi niscaya dari kecenderungan dalam hakikat manusia, yaitu kecenderungan untuk berdagang dan mempertukarkan satu barang dengan barang lainnya.
  • 62. C. Kerja dan Nilai Tukar Komoditi Dalam ekonomi, kita sering membedakan antara nilai pakai dan nilai tukar suatu komoditi. Nilai pakai mengungkapkan kegunaan suatu barang, sedangkan nilai tukar mengungkapkan daya dari suatu barang.Persoalan yang digeluti Smith adalah bagaimana nilai tukar sebuah barang dibentuk. Sama seperti Locke, Smith dengan amat tegas mengatakan bahwa kerja adalah ukuran alamiah dan faktor akhir yang menentukan nilai suatu barang, sekaligus menjadi standar terakhir yang bisa dipakai untuk menilai komoditi pada setiap saat dan setiap tempat. Kerja adalah harga, nilai sesungguhnya sang dibayarkan untuk segala barang. Semua kekayaan dunia sebenarnya dibeli bukan dengan menggunakan emas atau perak melainkan dengan kerja. Selain dengan kerja, nilai tukar suatu komoditi ditentukan juga untuk modal. Ia menjelaskan bahwa dalam masyarakat pasar, nilai tukar suatu komoditi tidak hanya ditentukan oleh kerja. Memang, ktlja dapat dikatakan sebagai satu-satunya ukuran bagi nilai tukar suatu komoditi dalam masyarakat tradisional. Pembagian Lerja belum ada dalam masyarakat seperti ini. Seluruh hasil kerja dapat dilihat sebagai milik pekerja. Tetapi hal seperti itu tidak terjadi dalam masyarakat pasar atau masyarakat modern. Dalam masyarakat seperti ini, seluruh hasil kerja tidak menjadi milik pekerja. Dalam banyak hal ia harus membaginya dengan pemilik modal yang mempekerjakannya. Karena seorang pekerja tidak bisa mempekerjakan dirinya sendiri tanpa bantuan dan kerja sama pemilik modal, yang pada gilirannya jugs menghendaki adanya keuntungan. Karena itu, nilai tukar dalam masyarakat modern terdiri dari tiga komponen: upah yang harus dibayarkan pada pekerja, modal yang ditanam pemilik modal (misalnya, untuk sewa tanah), dan keuntungan. Karena itu, Smith menegaskan bahwa nilai tukar sebuah komoditi ditentukan oleh upah pekerja, keuntungan, dan modal.
  • 63. D. Pasar atau Perdagangan bebas a.Konsep Pasar Bebas Gagasan Smith tentang pasar memiliki konteks historisnya, kehidupan ekonomi Eropa pada saat Smith masih hidup. Yaitu para petani Skotlandia cenderung menjadi penghasil keju dan pembakar roti untuk dikonsumsi sendiri. Pasar masih terlalu kecil orang tidak berani untuk menspesialisasikan dirinya hanya pada satu jenis pekerjaan. Baru ketika mulai dibuka jalan darat dan air ke kota besar, terutama ke luar negeri seperti ke Edinburgh III London, para petani mulai berani mengambil risiko untuk memproduksi lebih banyak produk dan mengirimnya ke pasar untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Mengamati gejala seperti ini, Smith mengatakan bahwa selain pembagian kerja pasar merupakan faktor kedua yang mendorong Terciptanya kemakmuran rakyat. Argumen filosofis tersebut di atas, oleh Smith dapat dijelaskan dari segi ekonomi. Menurut Smith, perdagangan bebas akan menguntungkan setiap negara yang terlibat di dalamnya, karena perusahaan di dalam negara tidak hanya menjual barang mereka di dalam negeri, tetapi juga di arena internasional. Produktivitas dalam negeri akan meningkat dengan sendirinya ketika produk tidak menumpuk dalam negeri, tetapi dipasarkan secara luas. Dengan argumentasi ekonomis ini, Smith mengkritik pandangan merkantilis yang menginginkan pembatasan dalam perdagangan dengan pajak yang berlebih untuk melindungi produsen domestik. Menurut Adam Smith, justru dengan perdagangan bebas, ekonomi suatu negara akan mengalami keuntungan, karena ia dapat menjual barang dengan jumlah yang lebih banyak, membangun spesialisasi kerja yang terfokus, dan memproduksi banyak barnag dengan bermaksud menganjurkan suatu kontrol yang dapat dilakukan oleh pemerintah demi keseimbangan pasar. Kontrol yang dimaksud harus sejalan dengan prinsip “the invisible hand”, prinsip hukum kodrat kebebasan berusaha.
  • 64. b. Kritik Terhadap Monopoli Ketika Adam Smith melontarkan gagasan pasar bebas, tidak kebetulan muncul kritik dari para pedagang yang sudah lama diuntungkan dengan kebijakan monopoli. Sebagai balasan terhadap kritik tersebut , Smith menuduh para pengusaha yang menolak pasar bebas manfaatkan keuntungan besar dari kebijakan mono¬poli Smith, monopoli adalah musuh dari pasar bebas, perluasan pasar dan menghalangi pertumbuhan ekonomi yang pesat. Minimal ada dua efek negatif dari monopoli: • Akan mengakibatkan harga tinggi bagi konsumen dan koadaan konsumen lebih buruk; • Monopoli adalah manajemen yang baik, karena menghindari kompetisi. c. Uang dan Gudang Pemikiran Smith tentang pasar bebas dalam The Wealth of Nations secara langsung bersentuhan dengan berbagai fungsi pendukung yang relevan untuk pasar, yaitu uang dan gudang persediaan. Karena itu, untuk menutup pembicaraan kita tentang unsur kedua dari masyarakat pasar ini, kita perlu menyentuh kedua unsur ini secara sepintas. Unsur kedua yang mendukung perluasan pasar bebas adalah gudang persediaan. Jika pembagian kerja berkembang dengan baik dalam masyarakat, dan jika pasar bebas dari pembatasan, dapat dibayangkan bahwa manusia akan keluar dari "the rude state of nature", keadaan primitif kodrat manusia, serta menjadi lebih maju thin beradab. Dalam masyarakat peramu, manusia dipaksa untuk terus-menerus mencari makan sekadar untuk bertahan hidup. Dalam situasi seperti ini tidak ada surplus, kebutuhan untuk produksi, dan uang, karena tidak adanyadan tukaran.
  • 65. E. Prinsip Kegunaan Produksi Dan Stagnasi a. Prinsip Kegunaan Produksi Dan Stagnasi Menurut John Stuart Mill. Pemikiran Adam Smith mengenai masyarakat perdagangan bebas telah menjadi titik tolak pemikiran ekonomi modern. Tesisnya tentang perdagangan bebas menjadi sumbangan yang berarti bagi pemikiran kita tentang kegiatan ekonomi yang bertujuan tintuk mencapai kesejahteraan bersama. Dengan asumsi filosofis bahwa perdagangan bebas sejalan dengan prinsip hukum kodrat, berdasarkan simpati dan penonton tak berpihak, Adam Smith telah membuka sebuah diskusi dalam ekonomi modern mengenai hubungan antara kebebasan bisnis dan kontrol pemerintah. Kontrol yang berlebihan akan mematikan inisiatif individu, dan monopoli ekonomi akan menghasilkan kerugian besar bukan saja kesejahteraan masyarakat, tetapi juga bagi kegiatan ekonomi sendiri. Setelah tamat pendidikan di universitas, JS Mill mulai menulis. Sebagian tulisannya terfokus pada masalah filsafat. Buku seperti System of Logic, On Liberty, Considerations on Representative Government, Utilitarianism, On Socialism, dan Subjection of Woman, merupakan buku filsafat.Dalam bidang ekonomi, JS Mill menulis sebuah buku kecil dengan judul Principles of Political Economy (1848). Karya itu sendiri juga berhubungan dengan asumsi filosofisnya, terutama dengan prinsip utilitarismenya. Buku ini berupaya memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah sosial; masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk dalam negeri dan perpesaing antarproduk, maupun masalah distribusi melalui instrumen uang dan kredit. Persoalan tersebut sebenarnya menjadi masalah ekonomi yang digeluti pendahulunya seperti Thomas Robert Malthus (1766-1834) dan David Ricardo (1772-1823).
  • 66. F. Produksi dan Prinsip Kegunaan Sebagai ilmu, ekonomi berusaha memahami fenomena produksi sebagai kegiatan yang teratur dan memiliki manfaat bagi kemakmuran bangsa. Mengikuti kaum fisiokratis, JS Mill menegaskan bahwa kegiatan produksi merupakan pusat dari kegiatan ekonomi, yang membuat sesuatu yang alamiah menjadi yang artifisial atau buatan. Dalam proses produksi itu, manusia dan alam bekerja sama. Sang petani, jelas JS Mill, bekerja dengan seluruh pengetahuan dan keterampilannya dalam kerja samanya dengan alam pertanian, untuk memproduksi hasil pertanian. Dengan gagasan dasar tentang produksi dan pasar ini, JS Mill berpendapat bahwa barang seperti makanan, pakaian, dan rumah tidak menentukan kemakmuran suatu bangsa. Kemakmuran tidak oleh pemenuhan kebutuhan fisik sesaat, melainkan oleh kontinuitas produksi sehingga setiap permintaan akan produk harus dijamin melalui keinginan sang kapitalis dan sang pekerja, yang ujamin jalannya roda produksi dan uang. Maka, kemampu¬an produksi merupakan mesin yang mendorong terciptanya kemakmuran. Dengan pandangan ini, JS Mill merupakan orang pertama yang membicarakan permintaan dan penawaran sebagai schedules atau keadaan yang saling berhubungan. Penawaran selalu identik dengan keinginan tersebut, dan melalui pertukaran keinginan tersebut, akan menjadi suatu kebutuhan yang efektif. JS Mill menulis, semua penjual ex vi termini adalah pembeli. Dalam penafsiran yang lebih bebas, kita dapat mengatakan bahwa dalam ekonomi selalu ada persamaan antara jumlah penawaran dan permintaan. JS Mill melihat bahwa penawaran dan permintaan diperlakukan sebagai jumlah barang yang dibawa ke pasar dan jumlah barang yang dibeli oleh konsumen. Namun, ia mengingatkan bahwa salah jika kita menyesuaikan produksi kita dengan permintaan pasar. Karena jika produksi berkurang, maka permintaan akan diarahkan pada produk lain yang ditawarkan di pasar.
  • 67. G. Stagnasi Ekonomi Integrasi antara ekonomi dan moralitas tidak berhenti pada tahap produksi. JS Mill mencoba menjelaskan hubungan antara ekonomi dan moralitas tersebut, ketika ekonomi mengalami perkembangan yang stagnan.JS Mill menemukan alasan mengenai stagnasi ekonomi dalam buku David Ricardo, The Principles of Political Economy and Taxation. Buku ini menjelaskan bahwa ketika negara mengalami perkembangan ekonomi, pertumbuhan penduduk akan mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan penduduk tersebut pada gilirannya menuntut persediaan makanan yang lebih besar, karena dengan adanya perkembangan penduduk berarti lebih banyak orang yang harus diberi makan, dan hal itu menuntut produksi lebih banyak makanan. Konsekuensinya adalah tanah yang kurang subur harus digunakan. Hal ini akan menaikkan sewa atas semua lahan dan meningkatkan sewa yang harus dibayar kepada pemilik tanah. Ketika biaya produksi meningkat (karena pembayaran sewa tanah yangmeningkat), harga makanan juga ikut naik. Kenyataan ini mengakibatkan gaji karyawan harus dinaikkan juga untuk dapat membeli makanan yang sudah lebih dahulu naik. Upah yang upah yang minimal dapat membiayai semua kebutuhan subsisten setiap pekerja dalam suatu perusahaan.
  • 68. 1. Bisnis yang Ideal Bisnis yang baik adalah bisnis yang mengarahkan diri pada penciptaan sebuah masyarakat masa depan yang harmonis. Tetapi, persoalannya adalah manakah ciri-ciri bisnis yang baik, sehingga ia benar-benar menjadi instrumen bagi masyarakat yang harmonis tersebut. Secara lebih konkret, JS Mill membicarakan tiga bisnis yang relevan, yaitu pertanian, perusahaan, dan bank yang ideal. a. Pertanian Menurut kaum fisiokratis, pertanian yang baik hanya dapat dikembangkan melalui mekanisme kompetisi. Para petani harus menunjukkan kemampuannya dalam bidang produksi dan distri¬busi. Tetapi, JS Mill yang memberi perhatian pada persoalan tanah di India, memiliki suatu tesis yang berbeda. Dijelaskannya bahwa pemakaian tanah di India dilakukan oleh petani yang akan memberi hasilnya kepada raja, melalui kelompok yang bertugas mengawasi pertanian, dan pada akhirnya juga bertindak sebagai pengumpul hasil pertanian. b. Perusahaan Berbeda dari pertanian, di mana JS Mill mengusulkan pertanian yang berskala kecil, JS Mill mengidealkan suatu perusahaan yang bersekala besar. JS Mill tahu bahwa gagasan ini mengandung kelemahan mendasar. Misalnya, ia yakin bahwa dengan gagasan tersebut perusahaan yang tidak mampu bersaing akan mati dengan sendirinya hanya perusahaan yang mampu bersaing yang dapat bertahan hidup. Kelemahan lain adalah bahwa banyak pengusaha dapat saja merampok apa yang sebenarnya menjadi hak karyawan c. Bank Bisnis yang terakhir adalah perbankan. Masyarakat tidak hanya membutuhkan bisnis baru dalam bidang pertanian dan industri, tetapi juga dalam bidang keuangan dan perdagangan. Kebutuhan akan bank berkaitan dengan situasi baru sebagai akibat dari industrialisasi. Menurut JS Mill, industrialisasi telah mengubah karakter hidup hemat dan kerja keras suatu masyarakat. Dua akibat bisa dilihat. Akibat yang pertama adalah modal yang harus ditabung menjadi semakin bertambah, sementara itu keuntungan bisnis apa pun akan semakin tipis. Akibat yang kedua adalah dalam situasi perolehan keuntungan yang semakin rendah, semakin banyak orang yang bersedia mengambil risiko untuk menanamkan modelnya dalam usaha tertentu yang berskala besar, seperti dalam perusahaan kereta api, pertambangan, perdagangan senjata, dan lain-lain.
  • 71. filsafat Pancasila adalah pembahasan Pancasila secara filsafati, yaitu pembahasan Pancasila sampai hakikatnya yang terdalam (sampai intinya yang terdalam). Maka pengertian tentang pengetahuan Pancasila yang demikian itu juga merupakan suatu pengetahuan yang terdalam yang merupakan hakikat Pancasila yang bersifat essensial, abstrak umum universal, tetap dan tidak berubah (Notonagoro, 1966:34) PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA
  • 72. MANFAAT FILSAFAT PANCASILA filsafat adalah suatu pengetahuan yang terdalambagi , hakiki, rasional, rnenyeluruh, maka filsafatsangat bermanfaat ilmu pengetahuan sebagai ilmupengetahuan yang objek materianya segala sesuatu, dan objekformanya dari sudut tertentu Maka filsafat sampai pada intinyayang terdalam, hakikat serta bersifat universal.
  • 73. LANDASAN ONTOLOGIS DAN EPISTIMULOGI Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan
  • 74. Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam me mandang realitas alarn semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan mendasar dan menyeluruh yang jalin- menjalin menjadi pernikiran (System of thought) yang logis, adalah filsafat. Dengan lain kata, ideologi sebagai suatu system 01 Oh menccari nilai, norma dan cita:cita yang bersumber kepada yang bersifat mendasar dan nyata HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN IDEOLOGI
  • 75. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilaimendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus eksplisitka. Eksplisitasi dilakukan dengan rnenghadapkannya pandangan hidup berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional terungkap makna operasionalnya. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
  • 76. PANCASILA SEBAGAI ASAS PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA kesatuan ideologi tersebut itu adalah amat bersifat central, karena suatu bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui ke arah mana tujuan bangsa itu ingin dicapti maka bangsa itu hams memiliki satu pandangan hidup, ideologi maupun satu asas kerokhanian.Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam sukt bangsa yang dengan sendirinya memiliki kebudyaan dan adat-istiatat yang berbeda-beda pula.
  • 77. PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILASAFAT Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada haki katnya merupakan suatu kesatuan organik. Antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifi kasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasi oleh sila-sila lainnya.
  • 78. Landasan dari sila-sila Pancasila tersebut merupakan inti pokok dari nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara secara praktis, yang antara lain meliputi bentuk negara, kekuasaan negara, moral Para penyelenggaraan negara, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan negara secara praktis harus sesuai dengan landasan sila- sila Pancasila. HAKIKAT SILA-SILA PANCASILA
  • 79. Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Pengertian matematika piramidal digunakan untuk meng gabarkan hubungan hierarkhi sila-sila dari Pancasila dalam unit urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas). KESATUAN SILA-SILA PANCASILA
  • 81. FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI PENELITIAN KELOMPOK 8 Alvin Ega Pramana 1212300213 Arima Anindita 1212300216 Veronika Febriyana Roju 1212300214
  • 82. A. Keberadaan Ontologi Ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar-akar (akar yang paling mendasar tentang apa yang disebut dengan ilmu pengetahuan itu). Dalam usaha Memecahkan masalah tersebut, ilmu tidak berpaling kepada perasaan melainkan kepada pemikiran yang berdasarkan penalaran. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai permasalahan yang di hadapinya agar dapat mengerti hakikat permasalahan yang dihadapi itu. Dengan demikian maka dia dapat memecahkannya. Teori ontologi ada 3 (tiga) yang paling terkenal, yaitu: 1. Idealisme. Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia ide. Segala sesuatu yang tampak dan terwujud nyata dalam alam indrawi hanya merupakan gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia ide. 2. Materialisme. Materialisme menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Baginya, yang ada sesungguhnya adalah keberadaan yang semata-mata bersifat material atau sama sekali tergantung pada material. jadi realitas yang sesungguhnya adalah lambang kebendaan dan segala sesuatu yang mengatasi alam kebendaan. Oleh sebab itu seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan secara materialistis 3. Dualisme. Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari 2 (dua) tipe fundamental yang berbeda dan tak dapat direduksikan kepada yang lainnya. Kedua tipe fundamental dari substansi itu ialah mental. Dengan demikian dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis dan mental atau yang beradanya tidak kelihatan secara fisis.
  • 83. Kesadaran atau landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia?. Ialah tentang segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak dapat diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera oleh manusia disebut pengalaman atau experience, sedangkan segala esuatu yang tak dapat diindera oleh manusia disebut dunia metafisika meta = beyond, metafisika beyond experience). Berpikir tentang experience disebut berpikir empirikal, dan berpikir tentang dunia metafisika disebut berpikir transendental. Sebenarnya manusia hanya bisa berpikir empirikal saja, yaitu berpiki.: tentang duna pengalaman atau experience. Sedangkan berpikir transendental yaitu berpikir tentang dunia metafisika, atau tentang kegaiban, biasanya manusia hanya rnengada-ada, yang berakhir dengan kesesatan. Dunia metafisika atau dunia kegaiban hanya dapat diketahui (dan dipikirkan) berdasarkan petunjuk-petunjuk Yang Maha Kuasa yang menjadikannya. Ini disebut divine revelatina atau pemberitalluan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia. Namur) sudah menjadi kenyataan bahwa para filsuf berpikir empirikal dan transendental tanpa berdasarkan pada petunjuk-petunjuk. B. Nalar atau Berpikir
  • 84. C.Dasar- Dasar Penelitian Ilmu Sebagai Pengetahuan Untuk dapat menguasai pelaksanaan penelitian, perlu diketahui tentang dasar-dasar yang lebih mendasar, menyangkut tinjauan secara filsafati dan metodologis. Secara filsafati berkenaan dengan filsafat ilmu, sedangkan secara metodologis berkenaan dengan metode dan teknik penelitian. Dasar filsafat ilmu dapat diketahui. Kedudukan ilmu dalam pengetahuan, sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu, komponen-komponen ilmu dan upaya membangun ilmu yang belum diketahui, serta memperbaiki ilmu yang diragukan kebe¬narannya. Upaya membangun dan memperbaiki kebenaran ilmu itu tidaklah dilakukan dengan sernena-rnena, melainkan dilakukan dengan prosedur tertentu menurut metode ilmiah yang berupa langkah- langkah sistematis. Metode ilmiah berupa Iangkah-langkah sistematis itu tidak lain adalah metodologi penelitian.
  • 85. D. Tingkat Kemantapan Teori Teori akan menjelaskan (meramalkan) fenomena. Dengan penjelasan itu orang menjadi mengerti. Penjelasan ini berkisar pada hubungan-hubungan (relationship). apabila prang dapat menjadikan relationship itu, dikatakan bahwa prang tersebut adalah prang yang mengerti. Sebelum mengerti prang harus tahu. Orang dapat tahu tentang fenomena melalui deskripsi. Deskripsi memberikan pengetahuan tentang apa, sedangkan teori memberikan penjelasan atau pengertian tentang mengapa (why). Bagaimana (how) mengaplikasikan pengetahuan dengan pengertiannya merupakan suatu keterampilan. Artinya, orang yang mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan pengertiannya maka orang tersebut dikatakan terampil.
  • 86. E. Berpikir Induktif dan Deduktif Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengetahuan yang dimaksud adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indra manusia. Menangkap berarti mengamati atau mengobservasi, sedangkan yang diamati dan fenomena itu tidak lain adalah fakta. Dalam observasi itu fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati, diklasifikasi dandisusun secara teratur (sistematis) kemudian dibuat generalisasi sebagai kesimpulannya. Dan sinilah terwujud hukum, dalil, atau teori dari suatu ilmu. Pekerjaan semacam ini tidak lain adalah pekerjaan induktif (menginduksi). A. Metode Ilmiah Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah: 1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah 2. Menyusun kerangka pikiran (logical contract 3.Merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah) 4.Menguji hipotesis secara empiric 5.Melakukan pembahasan dan 6.Menyimpulkan.
  • 87. B. Teknik Penelitian Jika metode penelitian menurut metode ilmiah diartikan sebagai prosedur atau langkah-langkah teratur yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk dijadikan ilmu, rnaka teknik penelitian menyangkut cara dan alat (termasuk kemahiran membuat dan menggunakannya) yang lipedukan untuk mencari tujuan penelitian. Dengan lain perkataan, teknik aenelitian menyangkut bagaimana caranya dan alat-alat penelitian apa tang diperlukan untuk membangun ilmu melalui penelitian. Sebagai pegangan dalam teknik penelitian adalan bagaimana agar egala kegiatan yang dilakukan itu valid dan reliable, sedernikian rupa ehingga ilmu sebagai hasil penelitian itu mencapai tingkat kebenaran yang nggi atau sebagai ilmu yang terandalkan (sah dan tepat). Olen karena itu, ebelum masuk pada bahasan teknik penelitian sebaiknya, perhatikan cara¬ara mencapai tingkat validitas, melalui pengetahuan tentang sumber¬amber yang dapat menimbulkan kelemahan atau kesesatan. Secara umum 'rdapat empat rnacam sumber yang dapat menimbulkan kelemahan atau kesesatan dalam mencapai validitas dan reliabilitas, yaitu subjek (peneliti), objek (yang diteliti), alat yang dipergunakan, dan situasi. Alat-alat penelitian yang dipergunakan untuk menangkap atau merekam atau mencatat data atau informasi dari objek, efektivitas danatau fungsinya, dapat dipengaruhi oleh kemahiran subjek dan oleh kondisi objek serta oleh situasi di many penelitian dilakukan. Situasi atau lingkungan, balk fisik atau alam atau lokasi daerah, ipoleksos sos¬budhankamgama dapat memengaruhi sikap atau mental, baik subjek maupun objek, bahkan mungkin pula memengaruhi alat-alat penelitian.
  • 88. Setelah mengetahui duduk perkara pengetahuan dan ilmu, sifat-sifat beserta isumsi dasarnya, komponen-komponen clan metode ilmunya, bahkan sampai kepada metode clan teknik penelitiannya, hal itu tentu tidak akan menjadikan kita sebagai peneliti pembangunan ilmu yang tangguh tanpa menggunakan semua pengetahuan itu sebagai sikap kita, yaitu sikap dalam mencari dan mempertinggi kebenaran ilmu. Telah diketahui bahwa tingkat kebenaran ilmu ditentukan oleh validitas dan reliabilitas, yang keduanya berpulang kepada si peneliti sendiri sebagai subjek. Bagaimana si peneliti ianus menguasai dan mengendalikan sumber-sumber kelemahan atau esesatan validitas dan reliabilitas, baik yang bersumber dari luar dirinya maupun yang bersumber dari dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk ujuan tersebut, banyak cendekiawan ilmu mengajukan unsur-unsur sikap ilmiah (scientific attitude) yang harus dimiliki dan menjadi ciri bagi peneliti. F. Sikap Ilmiah
  • 90. —Someone Famous “This is a quote, words full of wisdom that someone important said and can make the reader get inspired.”
  • 91. Theory lesson You can enter a subtitle here if you need it 01
  • 92. Do you know what helps you make your point clear? Lists like this one: • They’re simple • You can organize your ideas clearly • You’ll never forget to buy milk! And the most important thing: the audience won’t miss the point of your presentation Theory lesson