Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
SlideShare a Scribd company logo
Manajemen UMKM
Wanita Pengusaha dan Tantangannya
Pengertian Wirausaha
Pengertian Wirausaha
Sumber: Zimmerer (2008: 26)
Wirausaha atau entrepreneur (bahasa Perancis, entrepende) berarti
melakukan (to undertake), dan mencoba (trying). Jadi, “entrepende” diartikan
sebagai “di antara pengambil” (between taker) atau “perantara” (go-between).
Wirausaha adalah kemampuan (an ability) yang di dalamnya tercakup ‘usaha
(effort), aktivitas, aksi, tindakan dan lainnya untuk menyelesaikan suatu tugas
(task)—Frinces (2011: 8).
Unsur pokok entrepreneur yang sukses (Hendro, 2011:61)
a. Kemampuan membaca peluang, berinovasi, mengelola, dan menjual (IQ).
b. Keberanian (EQ) mengatasi rasa takut, mengendalikan resiko, dan keluar dari
zona nyaman.
c. Keteguhan hati , ulet, pantang menyerah, teguh akan keyakinan, dan kekuatan
pikiran.
d. Kreatiitas dan menginspirasi untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi dan
experiences.
Pengertian Wirausaha
Sumber: Kasali (Recode, 2007: 270).
Opportunity
(Possibility)
Constraint
(Impossibility)
Persepsi
Realitas
“Here” and
“Now”
Visioner
(Reinventing
the tuture)
Berisi pengalaman, wawasan,
ilmu, dan keyakinan diri
Daya Inovasi
(berada dalam
sistem)
CHANGE!
Originalitas dalam sistem baru (to
think, to create, dan to break)
Karakteristik Wirausaha
Sumber: Suryana (2010: 54).
Karakter
Wirausaha
Pekerja keras, semangat,
pantang menyerah, dan
komitmen yang tinggi
Motivasi berusaha
Memiliki visi ke depan
(visioner, futuris); berpikir
positif (positive thinking)
Orientasi ke masa depan
Memiliki jejaring
perkawanan (networking),
semangat bekerja sama
Jaringan usaha
Berpikir kritis; proaktif;
kreatif; inovatif; efisien;
produktif
Responsif dan kreatif
Berani bertindak;
membangun tim yang
solid; berjiwa besar; berani
atas risiko; semangat
bermusyawarah; terbuka;
mentor dan instruktur yang
inspiratif
Jiwa kepemimpinan
Wirausaha dan Keragaman Budaya
1. Wirausahawan muda: wirausaha generasi muda yang berumur awal 20-an
tahun.
2. Wirausahawan wanita: memperlihatkan kemampuan prestasi, membantu
ekonomi keluarga, atau frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya.
3. Wirausahawan minoritas: kaum minoritas berniat dan beminat besar untuk
mengembangkan bisnis.
4. Wirausahawan imigran: pedagang
pendatang yang menghadapi
kesulitan untuk memperoleh
pekerjaan formal.
5. Wirausahawan paruh waktu (partime):
pebisnis pemula untuk mengisi waktu
lowong, pintu gerbang untuk
berkembang menjadi usaha besar.
Wirausaha dan Keragaman Budaya
6. Bisnis rumahan: bisnis rumahan beih beragam dan cenderung menjalankan
perusahaan jasa atau perusahaan berteknologi tinggi.
7. Bisnis keluarga: bisnis yang pengendalian keuangannya dilakukan oleh
satu atau lebih anggota keluarga.
8. Wirasutri: sepasang suami-istri wirausahawan yang bekerja bersama
sebagai rekan kerja dalam bisnis mereka. Wirasutri di buat dengan cara
menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing–masing
orang. Orang–orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung
jawab divisi tertentu dari bisnis–bisnis yang sudah ada.
9. Wirausahawan sosial, adalah
wirausaha yang menggunakan
berbagai keahlian mereka tidak hanya
untuk membuat bisnis menjadi
menguntungkan, tetapi juga untuk
mencapai tujuan sosial dan lingkungan
bagi kebaikan bersama.
Potensi Perempuan di Dunia Bisnis
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan 50,26%. Setengah
dari perempuan usia produktif adalah bagian dari angkatan kerja nasional
(BPS, 2014).
2. Lebih dari 40% pekerja di sektor industri dan jasa adalah perempuan. Di
sektor perdagangan, jumlah pekerja perempuan tercatat seimbang
dengan pekerja lelaki (BPS, 2014).
3. Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja dengan status
usaha sendiri, 37 orang adalah perempuan (BPS, 2014).
4. Perempuan memiliki andil dalam
status kepemilikan 42,8 % dari
perusahaan di Indonesia (World
Bank, 2009).
5. Sepertiga UKM di Indonesia dimiliki
oleh perempuan (International
Finance Corporation, 2011) .
Peran Strategis Wanita Wirausaha
Perempuan memiliki peran yang
strategis dalam meningkatkan
kualitas hidup keluarga dan membangun
kewirausahaan di Indonesia.
• 60% usaha kecil dan mikro di Indonesia
dimotori perempuan yang paling
bertahan dari krisis moneter, ekonomi,
pangan, dan energi yang menimpa
dunia dan Indonesia dalam kurun waktu
10 tahun terakhir.
• Berpotensi menciptakan alternatif
pendapatan bagi keluarga.
• Berperan sebagai manajer dalan
mengelola ekonomi keluarga.
Peran Strategis Wanita Wirausaha
Menurut data
kementerian terkait,
jumlah perusahaan
mikro di Indonesia
sangatlah besar.
Meskipun perannya
belum signifikan karena
kelemahan yang
dimilikinya masih sangat
mendasar: permodalan,
managerial skill, akses
perbankan, dll.
Faktor Penentu Wirausaha Wanita
1. Tekanan ekonomi (keuangan keluarga) serta latar belakang sosial budaya—
faktor penentu yang bersifat langsung. Beberapa faktor rincian yang termasuk
faktor latar belakang sosial budaya adalah:
• Agama (identitas formal) dan pemahamannya tentang usaha dalam
pandangan agamanya;
• Tingkat pendidikan formal dan keahlian yang berkaitan dengan cara pandang
seorang perempuan terhadap dunia usaha;
• Umur dan kejiwaan yang berkaitan dengan cara menghadapi masalah rumah
tangga;
• Etnis dan kebiasaan;
• Status perkawinan;
• Lokasi geografis
2. Kebijakan pemerintah dan stabilitas lingkungan sosial-ekonomi domestik—faktor
penentu tidak langsung. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap keputusan
seorang perempuan untuk berwirausaha atau tidak. Sebab, instabilitas sosial-
ekonomi domestik sangat berkaitan dengan masa depan sebuah bisnis.
Sumber: Tambunan (2012)
Kategori dan Motivasi Wirausaha Wanita
Kategori Alasan atau Motivasi Berwirausaha
I Berwirausaha perlu dilakukan:
 agar tetap merasakan kesibukan,
 menyalurkan hobi,
 tertarik pada sesuatu yang baru, dan
 karena keluarga atau suami memiliki usaha yang harus diurus.
II Berwirausaha harus tetap dilakukan karena:
 seiring dengan terus meningkatknya kebutuhan terhadap aspek keuangan dan
 perlunya pendapatan tambahan untuk menopang stabilitas ekonomi rumah tangga.
III Berwirausaha harus tetap dilakukan karena:
 bertujuan menguasai sesuatu atau mendapatkan fleksibilitas kehidupan;
 adanya tantangan dan rasa penasaran untuk mencoba sendiri dalam membuat
sesuatu dan memasarkannya
 ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa ‘saya bisa melakukan sesuatu’ dan
‘saya bisa mandiri’ tanpa bergantung pada orang lain
 menjadi orang yang mandiri
 dapat melahiran kepuasan sendiri
 menjadi contoh bagi anak-anak agar memiliki jiwa wirausaha dan kemandirian
 memberi kesempatan kepada orang lain atau membantu mereka agar berdaya diri
Sumber: Tambunan (2012)
Tantangan Wanita Wirausaha
Sejatinya perempuan memiliki peran ganda, yaitu peran domestik
(kerumahtanggaan) dan peran publik—aktif di masyarakat.
1. Konstruksi sosial dan budaya: Peran
perempuan hanya sebatas di lingkup
domestik—mengurus rumah dan
keluarga , lebih banyak menghadapi
tekanan sosial.
2. Akses pendidikan (berwirausaha) rendah.
Semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin kecil tingkat partisipasi
perempuan, termaksud didalamnya akse
pelatihan kewirausahaan
3. Akses layanan pinjaman rendah. Lebih
banyak menggunakan modal tabungan
sendiri .
Tantangan Wanita Wirausaha
1. Kesenjangan upah antara pekerja perempuan dan laki-laki masih
tinggi, yaitu 22,26% untuk sektor non-pertanian dan 38.93% untuk
sektor pertanian (BPS, 2014). Artinya, untuk jenis pekerjaan dan
kualifkasi sama, perempuan hanya menerima upah 77,74% dari upah
laki-laki pada sektor nonpertanian, dan 61,07% dari upah laki-laki
pada sektor pertanian.
2. Perempuan masih mendominasi jumlah pekerja dengan status
pekerja keluarga/tidak dibayar.
3. Perempuan pekerja mengemban
beban ganda antara pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
4. Perempuan pengusaha masih
mengalami kesulitan dalam
mendaftarkan usahanya dan
mendapatkan akses pembiayaan.
1. Usaha Milik Perempuan ini bukanlah hasil, melainkan alat yang
digunakan untuk mencapai sebuah hasil. Ada empat kriteria yang
dijadikan acuan penggambaran kepemilikan usaha.
2. Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pusat Statistik (BPS), dapat
menggunakan defnisi tersebut sebagai dasar pengumpulan data
terpilah kepemilikan usaha.
3. Lembaga penelitian, universitas dan Pusat Studi Gender/Wanita dapat
memanfaatkan defnisi tersebut dalam studi atau program untuk
membantu usaha milik perempuan.
Kriteria Usaha Milik Perempuan
Sumber: Tambunan (2012)
4. Diharapkan dengan tersedianya data yang valid
dan komprehensif, disertai dengan program,
kebijakan, dan penelitian yang strategis untuk
mendokumentasikan dan membantu usaha milik
perempuan, maka kontribusi dan peran perempuan
dalam dunia usaha akan semakin nyata terlihat.
Karakteristik Wirausaha
Sumber: Suryana (2010: 54).
Proses
pengumpulan dan
analisis data
Definisi Usaha
Milik Perempuan
Program dan
kebijakan afirmasi
Penelitian dan
studi kasus yang
terkait
1. Multitasking—dapat mengerjakan berbagai hal secara bersamaan dan
didukung oleh dinamika yang tinggi;
2. Organisatoris/manajer yang handal—perempuan mengelola ekonomi
rumah tangga sepanjang hidup. Hal ini diperkuat oleh telaah kalangan
psikolog bahwa kaum perempuan memiliki tingkat emosional yang lebih baik
daripada lelaki.
3. Telaten—70% kesuksesan berwirausaha ditentukan oleh kecerdasan emosi;
dan, masalah ini dimiliki oleh kaum perempuan.
4. Networking—kemampuan menjaga hubungan yang baik dengan mitrabisnis
yang sangat baik; hal ini terjadi karena perempuan memiliki tingkat
keluwesan yang sangat baik tatkala berinteraksi dan berkomunikasi dengan
pihak lain.
5. Negosiator yang handal—kemampuan melakukan “bargaining position”
dengan pihak ketiga.
6. Memiliki rasa sensitif dan tanggung jawab yang lebih dibandingkan lelaki.
Responsibilitas yang baik merupakan salah satu ekspresinya sebagai ibu.
Kekuatan Wirausaha Perempuan
Indonesia
Sumber: Tambunan (2012)
1. Naluri kewanitaan yang berkerja lebih cermat, pandai mengamati masa
depan, menjaga keharmonisan, kerjasama dalam rumah tangga dapat
diterapkan dalam kehidupan usaha.
2. Mendidik anggota keluarga agar berhasil di kemudian hari, dapat
dikembangkan dalam personel manajemen perusahaan.
3. Faktor adat istiadat, di mana wanita memegang peranan dalam mengatur
ekonomi rumah tangga.
Faktor Penunjang Perkembangan Wanita
Pengusaha
Sumber: Alma (2011:44)
4. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit
menjahit, menyulam, membuat kue, aneka
masakan, kosmetika, mendorong lahirnya
wanita pengusaha yang mengembangkan
komoditas.
5. Majunya dunia pendidikan wanita sangat
mendorong perkembangan wanita karir,
menjadi pegawai, atau membuka usaha
sendiri dalam berbagai bidang usaha.
1. Organisasi bisnis lebih sederhana dibandingkan usaha besar karena UMKM
yang dijalankan oleh wanita usaha berskala kecil dan dalam bentuk volume
produksi yang juga sehingga modal dan pekerja yang dioperasionalkan pun
kecil.
2. Pekerja yang digunakan lebih cenderung perempuan. Alasannya, pekerja
perempuan lebih mudah dikoordinasikan dan dikendalikan dibandingkan
pekerja lelaki.
3. Gaya manajemen yang relatif sederhana, terutama di UMKM. Tetapi, gaya
manajemen ini berbanding lurus dengan tingkat pendidikan wanita
pengusaha itu.
4. Tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh sebagian besar wanita
pengusaha masih rendah, terutama di kelompok UMKM dan pedesaan.
Sebagian besar dari mereka “hanya” memiliki ijazah sekolah tingkat dasar.
5. Kebanyakan wanita pengusaha Indonesia tidak memiliki akses jejaring yang
luas, misalnya dengan usaha besar.
Karakteristik Wirausaha Perempuan
Indonesia
Sumber: Tambunan (2012)
1. Tingkat pendidikan yang masih rendah dan jarang mendapatkan
sentuhan pengembangan diri melalui pelatihan, terutama perempuan
wirausaha yang berasal dari pedesaan.
2. Beban rumah tangga yang besar, khususnya di pedesaan. Salah satu
sebabnya adalah rumah tangga di desa jarang menggunakan jasa
pembantu rumah tangga.
3. Sebagian besar perempuan di Indonesia terhalangi untuk membuka
lahan usaha sendiri. Beberapa penghalang yang acapkali terjadi
adalah tradisi dan kebiasaan; agama, dan legal-formal yang
diterapkan oleh masyarakat setempat.
4. Kurangnya akses mereka terhadap lembaga keungan bank dan non-
perbankan (unbankable). Padahal, masalah ini berkaitan erat dengan
masalah permodalan UMKM dan hak kepemilikan aset usaha para
wanita pengusaha.
Faktor Penghambat Wirausaha
Perempuan Indonesia
Sumber: Tambunan (2012)

More Related Content

Wanita Pengusaha dan Tantangannya

  • 3. Pengertian Wirausaha Sumber: Zimmerer (2008: 26) Wirausaha atau entrepreneur (bahasa Perancis, entrepende) berarti melakukan (to undertake), dan mencoba (trying). Jadi, “entrepende” diartikan sebagai “di antara pengambil” (between taker) atau “perantara” (go-between). Wirausaha adalah kemampuan (an ability) yang di dalamnya tercakup ‘usaha (effort), aktivitas, aksi, tindakan dan lainnya untuk menyelesaikan suatu tugas (task)—Frinces (2011: 8). Unsur pokok entrepreneur yang sukses (Hendro, 2011:61) a. Kemampuan membaca peluang, berinovasi, mengelola, dan menjual (IQ). b. Keberanian (EQ) mengatasi rasa takut, mengendalikan resiko, dan keluar dari zona nyaman. c. Keteguhan hati , ulet, pantang menyerah, teguh akan keyakinan, dan kekuatan pikiran. d. Kreatiitas dan menginspirasi untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi dan experiences.
  • 4. Pengertian Wirausaha Sumber: Kasali (Recode, 2007: 270). Opportunity (Possibility) Constraint (Impossibility) Persepsi Realitas “Here” and “Now” Visioner (Reinventing the tuture) Berisi pengalaman, wawasan, ilmu, dan keyakinan diri Daya Inovasi (berada dalam sistem) CHANGE! Originalitas dalam sistem baru (to think, to create, dan to break)
  • 5. Karakteristik Wirausaha Sumber: Suryana (2010: 54). Karakter Wirausaha Pekerja keras, semangat, pantang menyerah, dan komitmen yang tinggi Motivasi berusaha Memiliki visi ke depan (visioner, futuris); berpikir positif (positive thinking) Orientasi ke masa depan Memiliki jejaring perkawanan (networking), semangat bekerja sama Jaringan usaha Berpikir kritis; proaktif; kreatif; inovatif; efisien; produktif Responsif dan kreatif Berani bertindak; membangun tim yang solid; berjiwa besar; berani atas risiko; semangat bermusyawarah; terbuka; mentor dan instruktur yang inspiratif Jiwa kepemimpinan
  • 6. Wirausaha dan Keragaman Budaya 1. Wirausahawan muda: wirausaha generasi muda yang berumur awal 20-an tahun. 2. Wirausahawan wanita: memperlihatkan kemampuan prestasi, membantu ekonomi keluarga, atau frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya. 3. Wirausahawan minoritas: kaum minoritas berniat dan beminat besar untuk mengembangkan bisnis. 4. Wirausahawan imigran: pedagang pendatang yang menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan formal. 5. Wirausahawan paruh waktu (partime): pebisnis pemula untuk mengisi waktu lowong, pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar.
  • 7. Wirausaha dan Keragaman Budaya 6. Bisnis rumahan: bisnis rumahan beih beragam dan cenderung menjalankan perusahaan jasa atau perusahaan berteknologi tinggi. 7. Bisnis keluarga: bisnis yang pengendalian keuangannya dilakukan oleh satu atau lebih anggota keluarga. 8. Wirasutri: sepasang suami-istri wirausahawan yang bekerja bersama sebagai rekan kerja dalam bisnis mereka. Wirasutri di buat dengan cara menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing–masing orang. Orang–orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi tertentu dari bisnis–bisnis yang sudah ada. 9. Wirausahawan sosial, adalah wirausaha yang menggunakan berbagai keahlian mereka tidak hanya untuk membuat bisnis menjadi menguntungkan, tetapi juga untuk mencapai tujuan sosial dan lingkungan bagi kebaikan bersama.
  • 8. Potensi Perempuan di Dunia Bisnis 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan 50,26%. Setengah dari perempuan usia produktif adalah bagian dari angkatan kerja nasional (BPS, 2014). 2. Lebih dari 40% pekerja di sektor industri dan jasa adalah perempuan. Di sektor perdagangan, jumlah pekerja perempuan tercatat seimbang dengan pekerja lelaki (BPS, 2014). 3. Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja dengan status usaha sendiri, 37 orang adalah perempuan (BPS, 2014). 4. Perempuan memiliki andil dalam status kepemilikan 42,8 % dari perusahaan di Indonesia (World Bank, 2009). 5. Sepertiga UKM di Indonesia dimiliki oleh perempuan (International Finance Corporation, 2011) .
  • 9. Peran Strategis Wanita Wirausaha Perempuan memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga dan membangun kewirausahaan di Indonesia. • 60% usaha kecil dan mikro di Indonesia dimotori perempuan yang paling bertahan dari krisis moneter, ekonomi, pangan, dan energi yang menimpa dunia dan Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. • Berpotensi menciptakan alternatif pendapatan bagi keluarga. • Berperan sebagai manajer dalan mengelola ekonomi keluarga.
  • 10. Peran Strategis Wanita Wirausaha Menurut data kementerian terkait, jumlah perusahaan mikro di Indonesia sangatlah besar. Meskipun perannya belum signifikan karena kelemahan yang dimilikinya masih sangat mendasar: permodalan, managerial skill, akses perbankan, dll.
  • 11. Faktor Penentu Wirausaha Wanita 1. Tekanan ekonomi (keuangan keluarga) serta latar belakang sosial budaya— faktor penentu yang bersifat langsung. Beberapa faktor rincian yang termasuk faktor latar belakang sosial budaya adalah: • Agama (identitas formal) dan pemahamannya tentang usaha dalam pandangan agamanya; • Tingkat pendidikan formal dan keahlian yang berkaitan dengan cara pandang seorang perempuan terhadap dunia usaha; • Umur dan kejiwaan yang berkaitan dengan cara menghadapi masalah rumah tangga; • Etnis dan kebiasaan; • Status perkawinan; • Lokasi geografis 2. Kebijakan pemerintah dan stabilitas lingkungan sosial-ekonomi domestik—faktor penentu tidak langsung. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap keputusan seorang perempuan untuk berwirausaha atau tidak. Sebab, instabilitas sosial- ekonomi domestik sangat berkaitan dengan masa depan sebuah bisnis. Sumber: Tambunan (2012)
  • 12. Kategori dan Motivasi Wirausaha Wanita Kategori Alasan atau Motivasi Berwirausaha I Berwirausaha perlu dilakukan:  agar tetap merasakan kesibukan,  menyalurkan hobi,  tertarik pada sesuatu yang baru, dan  karena keluarga atau suami memiliki usaha yang harus diurus. II Berwirausaha harus tetap dilakukan karena:  seiring dengan terus meningkatknya kebutuhan terhadap aspek keuangan dan  perlunya pendapatan tambahan untuk menopang stabilitas ekonomi rumah tangga. III Berwirausaha harus tetap dilakukan karena:  bertujuan menguasai sesuatu atau mendapatkan fleksibilitas kehidupan;  adanya tantangan dan rasa penasaran untuk mencoba sendiri dalam membuat sesuatu dan memasarkannya  ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa ‘saya bisa melakukan sesuatu’ dan ‘saya bisa mandiri’ tanpa bergantung pada orang lain  menjadi orang yang mandiri  dapat melahiran kepuasan sendiri  menjadi contoh bagi anak-anak agar memiliki jiwa wirausaha dan kemandirian  memberi kesempatan kepada orang lain atau membantu mereka agar berdaya diri Sumber: Tambunan (2012)
  • 13. Tantangan Wanita Wirausaha Sejatinya perempuan memiliki peran ganda, yaitu peran domestik (kerumahtanggaan) dan peran publik—aktif di masyarakat. 1. Konstruksi sosial dan budaya: Peran perempuan hanya sebatas di lingkup domestik—mengurus rumah dan keluarga , lebih banyak menghadapi tekanan sosial. 2. Akses pendidikan (berwirausaha) rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin kecil tingkat partisipasi perempuan, termaksud didalamnya akse pelatihan kewirausahaan 3. Akses layanan pinjaman rendah. Lebih banyak menggunakan modal tabungan sendiri .
  • 14. Tantangan Wanita Wirausaha 1. Kesenjangan upah antara pekerja perempuan dan laki-laki masih tinggi, yaitu 22,26% untuk sektor non-pertanian dan 38.93% untuk sektor pertanian (BPS, 2014). Artinya, untuk jenis pekerjaan dan kualifkasi sama, perempuan hanya menerima upah 77,74% dari upah laki-laki pada sektor nonpertanian, dan 61,07% dari upah laki-laki pada sektor pertanian. 2. Perempuan masih mendominasi jumlah pekerja dengan status pekerja keluarga/tidak dibayar. 3. Perempuan pekerja mengemban beban ganda antara pekerjaan dan urusan rumah tangga. 4. Perempuan pengusaha masih mengalami kesulitan dalam mendaftarkan usahanya dan mendapatkan akses pembiayaan.
  • 15. 1. Usaha Milik Perempuan ini bukanlah hasil, melainkan alat yang digunakan untuk mencapai sebuah hasil. Ada empat kriteria yang dijadikan acuan penggambaran kepemilikan usaha. 2. Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pusat Statistik (BPS), dapat menggunakan defnisi tersebut sebagai dasar pengumpulan data terpilah kepemilikan usaha. 3. Lembaga penelitian, universitas dan Pusat Studi Gender/Wanita dapat memanfaatkan defnisi tersebut dalam studi atau program untuk membantu usaha milik perempuan. Kriteria Usaha Milik Perempuan Sumber: Tambunan (2012) 4. Diharapkan dengan tersedianya data yang valid dan komprehensif, disertai dengan program, kebijakan, dan penelitian yang strategis untuk mendokumentasikan dan membantu usaha milik perempuan, maka kontribusi dan peran perempuan dalam dunia usaha akan semakin nyata terlihat.
  • 16. Karakteristik Wirausaha Sumber: Suryana (2010: 54). Proses pengumpulan dan analisis data Definisi Usaha Milik Perempuan Program dan kebijakan afirmasi Penelitian dan studi kasus yang terkait
  • 17. 1. Multitasking—dapat mengerjakan berbagai hal secara bersamaan dan didukung oleh dinamika yang tinggi; 2. Organisatoris/manajer yang handal—perempuan mengelola ekonomi rumah tangga sepanjang hidup. Hal ini diperkuat oleh telaah kalangan psikolog bahwa kaum perempuan memiliki tingkat emosional yang lebih baik daripada lelaki. 3. Telaten—70% kesuksesan berwirausaha ditentukan oleh kecerdasan emosi; dan, masalah ini dimiliki oleh kaum perempuan. 4. Networking—kemampuan menjaga hubungan yang baik dengan mitrabisnis yang sangat baik; hal ini terjadi karena perempuan memiliki tingkat keluwesan yang sangat baik tatkala berinteraksi dan berkomunikasi dengan pihak lain. 5. Negosiator yang handal—kemampuan melakukan “bargaining position” dengan pihak ketiga. 6. Memiliki rasa sensitif dan tanggung jawab yang lebih dibandingkan lelaki. Responsibilitas yang baik merupakan salah satu ekspresinya sebagai ibu. Kekuatan Wirausaha Perempuan Indonesia Sumber: Tambunan (2012)
  • 18. 1. Naluri kewanitaan yang berkerja lebih cermat, pandai mengamati masa depan, menjaga keharmonisan, kerjasama dalam rumah tangga dapat diterapkan dalam kehidupan usaha. 2. Mendidik anggota keluarga agar berhasil di kemudian hari, dapat dikembangkan dalam personel manajemen perusahaan. 3. Faktor adat istiadat, di mana wanita memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga. Faktor Penunjang Perkembangan Wanita Pengusaha Sumber: Alma (2011:44) 4. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam, membuat kue, aneka masakan, kosmetika, mendorong lahirnya wanita pengusaha yang mengembangkan komoditas. 5. Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita karir, menjadi pegawai, atau membuka usaha sendiri dalam berbagai bidang usaha.
  • 19. 1. Organisasi bisnis lebih sederhana dibandingkan usaha besar karena UMKM yang dijalankan oleh wanita usaha berskala kecil dan dalam bentuk volume produksi yang juga sehingga modal dan pekerja yang dioperasionalkan pun kecil. 2. Pekerja yang digunakan lebih cenderung perempuan. Alasannya, pekerja perempuan lebih mudah dikoordinasikan dan dikendalikan dibandingkan pekerja lelaki. 3. Gaya manajemen yang relatif sederhana, terutama di UMKM. Tetapi, gaya manajemen ini berbanding lurus dengan tingkat pendidikan wanita pengusaha itu. 4. Tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh sebagian besar wanita pengusaha masih rendah, terutama di kelompok UMKM dan pedesaan. Sebagian besar dari mereka “hanya” memiliki ijazah sekolah tingkat dasar. 5. Kebanyakan wanita pengusaha Indonesia tidak memiliki akses jejaring yang luas, misalnya dengan usaha besar. Karakteristik Wirausaha Perempuan Indonesia Sumber: Tambunan (2012)
  • 20. 1. Tingkat pendidikan yang masih rendah dan jarang mendapatkan sentuhan pengembangan diri melalui pelatihan, terutama perempuan wirausaha yang berasal dari pedesaan. 2. Beban rumah tangga yang besar, khususnya di pedesaan. Salah satu sebabnya adalah rumah tangga di desa jarang menggunakan jasa pembantu rumah tangga. 3. Sebagian besar perempuan di Indonesia terhalangi untuk membuka lahan usaha sendiri. Beberapa penghalang yang acapkali terjadi adalah tradisi dan kebiasaan; agama, dan legal-formal yang diterapkan oleh masyarakat setempat. 4. Kurangnya akses mereka terhadap lembaga keungan bank dan non- perbankan (unbankable). Padahal, masalah ini berkaitan erat dengan masalah permodalan UMKM dan hak kepemilikan aset usaha para wanita pengusaha. Faktor Penghambat Wirausaha Perempuan Indonesia Sumber: Tambunan (2012)