Mutia Khairunnisa

Film adalah kebutuhan hidup manusia yang selalu berinovasi dalam kontennya. Konten film tidak hanya sekadar menjadi hiburan semata. Film berkembang menjadi suatu wadah inspirasi setiap orang untuk menciptakan suatu hal yang sulit untuk dilupakan bahkan dapat menciptakan suatu tren baru. Film yang dikatakan sukses apabila penonton dapat terhipnotis untuk memuja para pemain dalam waktu yang sangat lama. Hal ini bisa terjadi jika sang aktor atau karakter yang dimainkan dibuat dengan sepenuh hati dengan latar belakang waktu yang sangat kuat, seperti peperangan. Kisah fiktif namun inspiratif ini mampu menghipnotis banyak orang untuk menjadikannya sebagai ikon pahlawan yang seakan-akan ada di dunia nyata.

Perkembangan teknologi media dan komunikasi adalah sebuah hal yang membuat kita bisa mengenal teknologi pada hari ini. Diawali dengan penemuan radio, telefon, telegraf, dan televisi, inovasi terus ada untuk memudahkan pekerjaan manusia. Salah satu penemuan besar pada abad ke-19 adalah mesin Alan Turing atau pada saat ini kita mengenalnya sebagai komputer. Perkembangan teknologi ini membagi zaman pada empat era, yaitu era tulis, cetak, telekomunikasi, dan komputerisasi. Makalah ini mengupas tentang peralihan era tulis dan cetak menjadi komputerasasi dimana Alan Turing mampu memecahkan kode Enigma Jerman yang sangat sulit dipecahkan. Namun, sayangnya, hidup Turing tidak berakhir baik karena ia melanggar norma sosial yang dianut masyarakat pada saat itu. Turing dihukum atas perbuatan tidak senonoh karena ia homoseksual. Identifikasi scene di dalam film ini menggunakan semiotika Ferdinand de Saussure untuk melihat bagaimana perkembangan teknologi dan sosial masyarakat pada saat itu.

Sebuah penelitian di semester 5 tentang pendapat netizen mengenai video yang viral di Youtube, yaitu musik video Young Lex dan Awkarin yang berjudul "Bad". Kelompok peneliti menganalisis video ini apakah konten yang disajikan dimaklumi oleh kalangan masyarakat, mulai dari anak sekolah sampai orang-orang awam. Kelompok peneliti mengambil sampel anak sekolah, mulai dari SMA, mahasiswa, sampai masyarakat biasa, untuk diminta pendapat mengenai video yang sempat kontroversial di tahun 2016.