Urin Kuantitatif (Fix)
Urin Kuantitatif (Fix)
Urin Kuantitatif (Fix)
Disusun oleh : Kelompok 1 (Inhal) Zaini Fachruzaman Denies Chrispatra N. Aryo Pujo Sakti Nino Sugiyanto Fatikhah Nur Wahida PT/6433 PT/6446 PT/6503 PT/6602 PT/6626
Asisten
LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
Tujuan Praktikum Praktikum urin kualitatif bertujuan untuk menentukan kadar khlor (volhard) dalam urin.
Tinjauan Pustaka Air yang keluar lewat ginjal disebut dengan urine dan jumlahnya bervariasi tergantung dari banyak faktor antar lain: volume dan susunan cairan tubuh, jumlah air yang masuk, jumlah air yang keluar lewat saluran atau jalan lain, jumlah hasil metabolisme dan hasil akhir yang mengandung nitrogen atau urea (Kamal, 1999). Urine adalah cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur, garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen (zat warna). Biasanya dieksresikan secara rutin dan tiap hari. Jumlah dari pengeluaran ini bervariasi, biasanya bergantung : pakan, kerja, temperature lingkungan, konsumsi air dan musim. Urine sebelum dikeluarkan, ditampung dalam kandung kemih melalui ureter. Kandung kemih ini bersifat dapat
mengembang. Keabnormalan urine ditandai dengan adanya kandungan glukosa, albumin, pigmen darah, pigmen empedu, garam kholat dan adanya indikan dalam urine (Kustono, 1997). Perbedaan kandungan Cl dalam urine dapat disebabkan karena perbedaan aktivitas ginjal, misalnya perubahan jumlah yang difiltrasi dan reabsorbsi dalam tubulus, kadar aldosteron dalam darah dan hormon-hormon adrenokorteksialin dan hormon neuratik (Ganong, 2003). Menurut Schmidt
(1997), ginjal mempunyai fungsi menjaga integritas fisiologis terhadap volume cairan ekstra sel. Proses-proses tersebut meliputi penyimpanan air,
kation tertentu, glukosa dan asam amino. Penyimpanan bahan tersebut digunakan secara luar dan secara langsung kembali ke cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan tubuh serta kelebihannya diekskresikan lewat urine. Menyingkirkan atau membuang nitrogenous yang merupakan produk akhir hasil metabolisme protein, terutama urea (pada bangsa burung asam ureat), kreatinin dan ammonia. Susunan urine dapat berubah-ubah. Banyak mekanisme pengaturan homeostasis yang mengurangi atau mencegah perubahan cairan ekstra sel dengan cara mengubah jumlah air dan zat terlarut tertentu yang diekskresikan melalui urine. Kadar beberapa zat yang penting secara fisiologis dalam urine dan plasma antara lain 1) glukosa (mg/dL), kadar dalam urine 0 sedangkan dalam plasma 100, 2) Na+ (meq/L), kadar dalam urine adalah 90 sedangkan kadar dalam plasma adalah 150, 3) ureum (meq/L), kadar dalam urine 900 sedangkan kadar dalam plasma 15, 4) keratin, kadar dalam urine adalah 150 sedangkan dalam plasma adalah 1 (Ganong, 2003).
Materi Alat. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, labu takar, pipet tetes, gelas piala, gelas erlenmeyer, buret dan statip, corong, gelas ukur dan kertas saring. Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah laruatan larutan HNO3, larutan standar AgNO3, indikator feri aluin, larutan amonium tiosianat, serta urine sapi Peranakan Friesian Holdstein (PFH) dan Peranakan Ongole (PO).
Metode Lima ml urine dimasukan kedalam labu takar 50 ml dengan menggunakan pipet, 0,5 ml HNO3 pekat diteteskan kedalamnya, kemudian di tambah 10 ml larutan standar AgNO3 dari sebuah buret dengan perlahanlahan sambil labunya di goyang-goyangkan. Diencerkan dengan air suling sampai tanda batas dan dicampur, kemudian disaring dengan kertas saring dan filtret ditampung kedalam gelas piala (F1). Larutan yang berada dalam gelas piala diambil 25 ml dan dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer dan ditambah 2,5 ml indikator feri aluin, kemudian dititar menggunakan larutan amonium tiosianat sampai tmbul warna merah. Cara mengetahui gram NaCl dalam 5 ml urine. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. (10-2X) X 0,010 = gram NaCl X = jumlah ml tiosianat yang digunakan untuk menitrasi
Lima ml urine yang dicampur dengan 0,5 ml HNO 3 pekat dan 10 ml larutan standar AgNO3 secara perlahan lahan terbentuk larutan berwarna merah muda dan endapan putih. HNO3 dipergunakan untuk mencegah terjadinya endapan perak-fosfat Ag3PO4 dan pembawa suasana asam. Fungsi penambahan AgNO3 adalah agar dapat mengikat Cl sehingga terbentuk AgCl. Endapan putih yang terbentuk merupakan bentuk dari NaCl yang terkandung dalam urine dan dikeluarkan oleh tubuh, sehingga terjadi reaksi antara NaCl dan AgNO3 yang berlebihan membentuk AgCl (sebagai endapan putih) dan NaNO3, hal tersebut membuktikan bahwa dalam urine terkandung khlorida (Cl). Dari percobaan ini, dapat ditulis reaksi-reaksi sebagai berikut: NaCl AgNO3 + + AgNO3 NH4CNS AgCl(s) + NaNO3 NH4NO3 + AgCNS kompleks feri-sulfosianat (merah)
NH4CNS + FeNH4(SO4)2
Larutan tersebut kemudian diencerkan dengan air suling sampai tanda batas pada labu takar dan hasilnya warna larutan memudar menjadi merah muda bintik bintik, itu berupa endapannya yang masih ada. Larutan disaring menggunakan kertas saring dan dipindahkan kedalam erlenmeyer 25 ml dan diberi indikator ferri aulin sebanyak 2,5 ml, sehingga warna larutan menjadi jernih kekuning-kuningan. Urine sapi PO dititrasi dengan larutan amonium trionsianat sampai berwarna merah yang membutuhkan 4,5 ml. Urine sapi PFH dititrasi dengan larutan amonium triosianat sampai berwarna merah yang membutuhkan 4 ml. Warna merah tersebut merupakan kompleks merah ferisulfosianat. Hasil ini menunjukkan bahwa sapi PO dan PFH
memiliki kemampuan mencerna yang hampir sama. Serta pengeluaran protein melalui urin dari kedua sapi hanya berbeda sedikit, yaitu PFH lebih banyak daripada PO (Rianto, 2007). Dengan demikian, dapat diambil hipotesis bahwa pengendapan kandungan urin lebih banyak pada urin sapi PO. Perbedaan urine sapi Peranakan Friesian Holdstein (PFH) dan Peranakan Ongole (PO) terletak pada volume ammonium triosianat yang dibutuhkan ketika titrasi. Urine PO membutuhkan 4,5 ml sedangkan PFH membutuhkan 4 ml ammonium triosianat untuk mengubah larutan menjadi warna merah. Volume ammoiun triosianat yang diketahui dapat digunakan untuk
mengetahui berapa kadar Cl yang terkandung dalam urine. Perhitungan yang dilakukan diperoleh kadar Cl urine sapi PO sebesar 0,00607 gram, sedang kadar Cl urin sapi PFH 0,012137 gram. Perbedaan kadar Cl pada sapi PFH dan PO disebabkan karena perbedaan temperatur, musim, konsumsi air dan pakan juga oleh perbedaan aktifitas ginjal, misalnya perubahan jumlah zat yang difiltrasi dan yang diabsorpsi dalam tubulus, kadar kaldostreron dalam darah dan hormon-hormon adrenokorteksialin serta hormon neuratik lain (Ganong, 2003). Menurut Evelyn (1993) pada keadaan normal terkandung 1,5 1,6 gram NaCl di dalam 100 ml urine dan perbedaan kadar NaCl dalam urin ditentukan oleh beberapa faktor seperti kondisi kesehatan ternak, konsumsi pakan, air, dan kondisi darah. .
PERHITUNGAN
Untuk mengetahui berapa gram NaCl yang terkandung dalam 5 ml urin, digunakan rumus: (10 2X) x 0,010 = gram NaCl (X = jumlah ml larutan tiosianat yang digunakan untuk menitrasi)
Untuk mengetahui kadar NaCl digunakan rumus : Kadar NaCl = BA Cl BM Na Cl x gram NaCl
Jawab:
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa dalam 10 ml sample urine sapi PFH mengandung 0,024274 gram Cl, sedangkan pada urin PO diperoleh kadar Cl sebanyak 0,01214 gram. Maka dapat disimpulkan bahwa kadar Cl dalam urine PFH lebih banyak dibandingkan dalam urine sapi PO. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut seperti kondisi kesehatan ternak, konsumsi pakan, air, dan kondisi dara h.
Daftar Pustaka
Ganong, W.F. 2003. Fisiologi Kedokteran, PSenerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Kamal, M. 1999. Nutrisi Ternak Dasar, Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM: Yogyakarta. Kustono. 1997. Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Rianto, Edi. 2007. Pemanfaatan Protein pada Sapi Jantan Peranakan Ongole dan Peranakan Friesian Holstein yang Mendapat Pakan Rumput Gajah, Ampas Tahu, dan Singkong. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Schmidt, Knut. 1997. Animal Physiology, Adaptation and Environment. Campbridge University Press. UK