Makalah RHD
Makalah RHD
Makalah RHD
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
RHD atau yang lebih dikenal dengan Reumatik Heart Disease terdapat diseluruh
dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya,
khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah
dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang
memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat
perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8
rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 dari
seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup
tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40
tahun.
1.3
Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam hal-hal yang berhubungan dengan penyakit pada
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT RHD
1. PENGERTIAN
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap
infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau
kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengansatu atau
lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul
subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002).
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada
katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer,
2002).
Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah
oleh organisme streptococcus hemolitic- grup A (Sunoto Pratanu, 2000).
Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic heart disease
(RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa
berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral sebagai akibat adanya gejala
sisa dari demam rematik.
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi autoimun
(kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus
hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik
demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului
terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa predisposisi
antara lain :
Faktor-faktor pada individu :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
2. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak
laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin,
meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
3. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang
demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang
kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor
lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan
merupakan sebab yang sebenarnya.
4. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur
antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada
anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau
setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi
streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita
infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
5. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
6. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel
streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
7. Serangan demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus
beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah mendapat
demam rematik.
Faktor-faktor lingkungan :
1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi
untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang
sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial
ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni
padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang
menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan
kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang
memudahkan timbulnya demam reumatik.
2. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan
didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah
tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula.
Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi
daripada didataran rendah.
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
3.PATOFISIOLOGI
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksistreptococcus
golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh
darah, sendi dan jaringan sub kutan.Demam reumatik dapat menyerang semua bagian
jantung. Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman
Beta Streptococcus HemolyticusGrup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme
terjadinya demam reumatik yangpasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli
sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit autoimun.
4. MANIFESTASI KLINIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium.
Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup
A.
Keluhan :
1. Demam
2. Batuk
3. Rasa sakit waktu menelan
4. Muntah
5. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1 3
minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan
menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
5. PATHWAY
Ekspansin paru
terganggu
Sumber : http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-reumatoidheart-disease-rhd.html
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR) diantaranya
adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian jantung),
pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan katup
jantung, dan infark (kematian sel jantung).
1. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic
termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan,
biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses
inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis
dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik)
dan yang paling penting mengobati penyakit primer.
1. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang
yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali diantaranya adalah :
1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap
2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian antibiotic
penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan
antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine
3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai
pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung)
8.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan darah
a)
b)
Lekositosis
c)
Pemeriksaan bakteriologi
a)
b)
Radiologi
Pemeriksaan Echokardiogram
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Pengkajian
Data fokus:
Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak
terpola
Adanya riwayat infeksi saluran nafas.
Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar..
Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin
Arthralgia, gangguan fungsi sendi
Kelemahan otot
11
Akral dingin
Mungkin adanya sesak.
Manifestasi khusus:
carditis:
a)
b)
kardiomegali
c)
d)
e)
f)
Precordial pain
g)
h)
a)
b)
c)
B.
Diagnosis Keperawatan
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan pada
katup mitral ( stenosis katup ).
2.
12
C.
1.
Intervensi
Kaji
perubahan
warna
perfusi
perifer
terhadap
tidak
efisiensi
kontraksi
13
Berikan
kondisi
psikologis Stres
emosi
menghasilkan
Kolaborasi
untuk
oksigen
fungsi
miokard
dan
mencegah
hipoksia.
Kolaborasi
untuk
pemberian Diberikan
digitalis
untuk
kontraktilitas
meningkatkan
miokard
dan
2.
Rasional
pingsan.
14
3.
Rasional
napas
dalam,
imageri,visualisasi )
Kolaborasi
untuk
analgetik
4.
Intervensi
Auskultasi
bunyi
nafas,
krekels, mengii.
paru/pengumpulan sekret
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
Pertahankan
posisi
Kolaborasi
dalam
alveolar,
yang
dapat
memperbaiki/menurunkan
hipoksemia jaringan.
Kolaborasi
AGD
untuk
kongesti
alveolar,
16
BAB III
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN REUMATIC HEART DISEASE (RHD)
DI RUANG PENYAKIT DALAM
Klien R (50 thn) datang kerumah sakit dengan keluhan sesak, lemas, mual muntah, dan
tidak nafsu makan. Dari hasil pemeriksaan TD: 110/80 mmHg, HR: 115 x/menit, RR:
28 x/menit, S: 38,8oC. EKG segmen PR Elevasi, kketika di palpasi terjadi kardiomegali,
dan terdengar pericardial friction rub.
I.
PENGKAJIAN
1. Identitas
a) Nama Pasien
: Ny . R
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Kawin
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tanggal Masuk RS
: 25 Oktober 2014
No . RM
: 0011223344
: Penyakit Dalam
Diagnosa Medis
: RHD
: Tn . S
Hubungan
: Suami
Umur
: 55 Tahun
17
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan
Alamat
: Ci teko , Purwakarta
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama
Klien mengatakan pasien mengalami sesak, mual muntah dan
tidak nafsu makan , demam dan tubuh lemah
b) Riwayat Sekarang
klien mengatakan klien mengalami sesak 2 hari yang lalu, sesak
sering hilang timbul. Klien juga mengalami mual disertai muntah.
Klien juga mengalami anoreksia. Klien juga tampak lemas dan
tidak juga tidak banyak beraktivitas
c) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami sesak 2 tahun
yang lalu dan pernah di rawat di RS
3. Riwayat kesehatan Keluarga
klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
yang sama seperti klien .
4. Konsep diri
Sebelum sakit : klien tidak minder dengan dirinya dan bisa
berperan/berinteraksi dengan masyarakat
Saat sakit
18
b) Pola eliminasi
Sebelum sakit klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek
berwarna kuning. BAK lancer 5-7x/hari.
Selama sakit, klien BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi
encer tanpa ampas dan berwarna feses kuning. BAK lancar 57x/hari dengan urine kuning jernih.
c) Pola minum
Sebelum sakit klien minum satu hari 1500 sampai 2000 ml/hari.
Saat di kaji klien mengatakan sudah minum 600 ml air putih.
d) Pola kebersihan
Sebelum sakit klien mandi 3x/hari menggunakan sabun dan
menggosok gigi dengan pasta gigi
Selama sakit klien hanya di seka, klien tampak kurang bersih.
e) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien tidur tidak ada gangguan pola tidur, tidur
malam pukul 21.00, tidur siang 1 sampai 2 jam dalam suasana
tenang.
Selama sakit klien kurang bisa tidur karena kesakitan, klien hanya
bisa tidur 4-5 jam/24 jam, karena BAB yang terus menerus.
f) Pola aktivitas
Sebelum sakit klien rajin membersihkan rumah dan memasak
untuk suami.
Saat sakit klien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti
sebelum sakit.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
: Somnolen
19
RR : 28x/menit,
S : 38,80 C
d. Mata : anemis (-), sianosis (-). Sklera : putih Konjunctiva : merah
muda. Pupil : isokor
e. Hidung : sekret (-),
f. Mulut : bersih, gigi lengkap, mukosa bibir lembab.
g. Leher : DVJ (-),Tenggorokan : sakit menelan (-).
h. Dada : - Bentuk : simetris - Gerakan : simetris Suara nafas dan lokasi
: murmur di seluruh lapang jantung, mengii (-), krekels minimal.
ronchi kasar (minimal) hampir di sebagian besar lapang paru.Jenis
nafas : hidung Batuk : - Sputum : - Cyanosis : - Frekwensi nafas : 28
x/mnt. Nyeri dada : -, - Palpasi Suara jantung : S1 S2 tunggal,
murmur di seluruh lapang jantung. Edema : i.
j.
Integumen :
- Warna kulit :sawo matang
- Akral :hangat, oedem (--)
- Turgor : baik
k. Estremitas
Atas
Bawah
7. Spiritual
a. Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah SWT.
b. Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Allah SWT, tenaga
dokter dan perawat serta dukungan keluarga.
20
Data
DS : Klien mengatakan
mengalami sesak
DO : RR : 28x/menit
Klien terlihat lemas
Etiologi
Problem
Merangsang medulla
oblongata
Pola Nafas
Tidak Efektif
Jantung
21
DS : Klien mengatakan
Streptococcus hemoliticus b
Peningkatan
demam
grup A (melepaskan
suhu tubuh
DO : S : 38,8 C
Tubuh mengeluarkan
antibody berlebihan tidak
dapat membedakan antibody
dan anti gen
RHD
Persendian
Polyarthritis / arthralgia
Hipertermia
22
DS : klien mengatakan
GI Tract
Gangguan
kekurangan
Kerja lambung
meningkat
dan lemas
nutrisi
kebutuhan
nutrisi
HCL meningkat
Mual , anoreksia
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru terganggu
2. Peningkatan suhu tubuh b/d peradangan pada membran sinoval
3. Gangguan kebutuhan nutrisi b/d mual muntah
23
III.
NO
INTERVENSI
DX
KRITERIA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
HASIL
1
Tujuan
1.melakukan
pendek:
nafas
auskultasi bunyi
perpindahan
2.anjurkan klien
nafas
2.menganjurkan
diminimalkan
3.lakukan
semifowler
dengan
pemasangan
3.melakukan
pemasangan
dan
oksigenasi
perawatan 4.berikan
yang
pengetahuan tentang
4. memberikan
mendukung.
penyakitnya.
pengetahuan
Tujuan
tentang
penyakitnya
diberikan asuhan
5.berkolaborasi
keperawatan
selama
hari
pertukaran
gas
adekuat
Kriteria
hasil:
sianosis
tidak
batas
dapat
diterima,
akral
hangat,
suara
nafas
24
bersih, oksimetri
dalam
rentang
normal..
NO
DX
KRITERIA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
1 . Observasi TTV
1. Mengobservasi
TTV
2. Melakukan
kompres
3 . Menganjurkan
klien memakai
baju tipis
4 . Berkolaborasi
dengan tim medis
HASIL
2
Tujuan pendek :
3. Anjurkan klien
menurun.
Tujuan panjang :
4 . Kolaborasi
tubuh
kembali normal ,
Secara
objek
25
NO
DX
KRITERIA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
HASIL
3
Tujuan pendek :
setelah
klien.
makan klien.
dilakukan
2.anjurkan makan
2.menganjurkan
tindakan 1x
sedikit-sedikit tapi
makan sedikit-
sering.
berkurang.
3.berikan makanan
3.memberikan
Tujuan panjang :
yang hangat.
makanan yang
setelah
4.berikan makanan
hangat.
dilakukan
4.memberikan
tindakan
5.berikan
makanan yang
keperawatan
pengetahuan tentang
disukai klien.
3x24jam rasa
nutrisi.
5.memberikan
mual hilang
6.kolaborasi dengan
pengetahuan
Kriteria hasil;
tentang nutrisi
kebutuhan
6.berkolaborasi
nutrisi terpenuhi
26
IV.
EVALUASI
DX1
DX 2
S : Klien mengatakan demam sudah turun
O : S : 37
A : masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
DX 3
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan
pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya
timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A,
mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada
jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga
kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik,
diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul
gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara
adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik.
Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan
seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada
saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah
terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan
mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami
perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau
menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih
adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari
Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat
antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang
28
allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau
golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah
Cortisone and Aspirin.
4.2 SARAN
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan mengalami
demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotika, hal ini untuk
menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit
jantung reumatik
29
DAFTAR PUSTAKA
2014
2011
2012
http://laloerezan.blogspot.com/2012/12/askep-rhd-rematik-heart-diseases.html .
Tanggal akses 30 oktober 2014 . jam
30