Viskositas Dan Rheologiyyyyy
Viskositas Dan Rheologiyyyyy
Viskositas Dan Rheologiyyyyy
PERCOBAAN V
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI
Disusun Oleh:
NAMA
SHIFT
: A (08.30 - 12.00)
KELOMPOK
:4
ASISTEN
TANGGAL PRAKTIKUM
: 23 September 2014
TANGGAL PENYERAHAN
: 30 September 2014
Rheologi, berasal dari bahasa Yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu),
digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Crawford (seperti
dilaporkan oleh Fischer) untuk menggambarkan aliran cairan dan deformasi
dari padatan. Sifat-sifat rheologi dari dispersi heterogen lebih kompleks dan
tidak dapat dinyatakan dalam suatu satuan tunggal. (Martin, 1983)
Beberapa tahun terakhir ini, prinsip dasar rheologi telah digunakan
dalam penyelidikan cat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan untuk membuat
jalan,
kosmetik,
produk
hasil
peternakan,
serta
bahan-bahan
lain.
Penyelidikan viskositas dari cairan sejati, larutan dan sistem koloid baik yang
encer maupun yang kental jauh lebih bersifat praktis daripada bernilai teoritis.
Scott-Blair mengenali pentingnya rheologi dalam farmasi dan menyarankan
penerapannya dalam formulasi dan analisis dari produk farmasi tersebut
seperti: emulsi, pasta, suppositoria dan penyalutan tablet. Pabrik pembuat
krim obat dan krim kosmetik, pasta, serta lotion harus sanggup menghasilkan
suatu produk yang mempunyai konsistensi dan kelembutan yang dapat
diterima oleh pemakai krim tersebut. Pabrik pembuat juga harus sanggup
memproduksi kembali sediaan dengan kualitas yang sama untuk tiap batch.
Dalam kebanyakan industri umumnya, kebijaksanaan mengenai konsistensi
yang tepat dibuat oleh orang yang telah dilatih dan berpengalaman lama yang
dapat menangani bahan tersebut secara periodik selama pembuatan untuk
menentukan rasa (kelembutan)-nya dan body (konsistensi)-nya. Tetapi
variabilitas dari pengujian subjektif pada waktu yang berbeda serta berbagai
perbedaan kondisi lingkungan memang sudah dikenal. Keberatan yang lebih
serius dilihat dari sudut ilmiah ialah gagalnya metode subjektif ini untuk
membedakan berbagai sifat yang meliputi konsistensi total dari produk
tersebut. Jika karakteristik fisika masing-masing ini dirancang dan dipelajari
secara objektif menurut metode analitis dari rheologi, dapat diperoleh
imformasi yang berharga untuk digunakan dalam memformulasi produkproduk farmasi yang lebih baik. (Martin, 1983)
Rheologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan ke
dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan
penuangan dari botol, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari suatu jarum
suntik. Rheologi dari suatau produk tertentu yang dapat berkisar dalam
konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai kepadatan, dapat
mempengaruhi penerimaan bagi si pasien, stabilitas fisika dan bahkan
availabilitas biologis. Jadi viskositas telah terbukti mempengaruhi laju
absorpsi obat dari saluran cerna. (Martin, 1983)
Sifat-sifat rheologi dari sitem farmasetik dapat mempengaruhi
pemilihan alat yang digunakan untuk memproses produk tersebut dari
pabriknya. Tidak adanya perhatian
] dimana, [
];[
= dyne.cm-2.cm.cm-1.detik
= dyne.cm-2.detik
= g.m-1.detik-1
= poise (1poise=100 centiPoise)
Satuan viskositas adalah poise, dinyatakan sebagai shearing force
yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan 1 cm/detik antara dua
bidang cairan yang pararel dimana luas masing-masing adalah 1cm2 dan
dipisahkan oleh jarak 1cm. Satuan cgs unruk poise adalah dyne detik cm-2
(yakni, dyne detik/cm2 ) atau g cm-1 detik-1 (yakni, g/cm detik). Satuan
yang lebih enak digunakan adalah centipoises cp (jamak,cps) 1 cp sama
dengan 0.01 poise istilah fluiditas. (Martin, 1983)
Cairan Newton adalah tipe cairan yang mengikuti hukum Newton
dimana nilai sharing stress sebanding dengan nilai rate of share (kecepatan
geser), sehingga viskositas nya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan
tidak tergantung pada kecepatan geser, jadi viskositasnya cukup ditentukan
pada satu kecepatan geser. Ketergantungan suhu dan teori viskositas, bila
viskositas gas meningkat dengan meningkatnya suhu, maka viskositas
cairan justru menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas dari suatu
cairan yang merupakan kebalikan dari viskostas akan meningkat dengan
= AeEv/Rt
Di mana A adalah suatu konstanta yang bergantung pada bobot molekul
dan volume molar dari cairan tersebut, dan Ev adalah suatu energi
pengaktifan yang dibutuhkan untuk memulai aliran antara molekulmolekul tersebut. (Martin, 1983)
2. Sistem Non-Newton
Hampir seluruh sistem dispersi termasuk sediaan-sediaan farmasi
yang terbentuk emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak
mengikuti hukum Newton (cairan non-Nowton). Viskositas cairan
semacam ini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk
mengetahui sifat alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan
geser. Berdasarkan grafik sifat alirannya (rheogram), cairan non-Newton
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu (kurva naik
berhimpik dengan kurva turun). Kelompok ini terbagi atas tiga jenis,
yaitu:
- Aliran Plastik
- Aliran Pseudoplastik
- Aliran Dilatan
- Aliran Tiksotropik
- Aliran Rheopeksi
putaran selanjutnya dari laju shear yang menaik menurun tidak lagi
meningkatkan
konsitensi
dari
bahan
tersebut.
Karakteristik
Pemilihan metode dan alat yang tepat untuk menentukan viskositas dan
rheologi sangat penting.
1. Metode Penentu Viskositas dan Rheologi
Berhasil tidaknya penentuan dan evaluasi sifat-sifat rheologi dari suatu
sistem tertentu bergantung pada pemilihan metode peralatan yang tepat,
ada dua jenis viskometer, yaitu:
a. Viskometer satu titik
Alat ini bekerja pada rate of shear tunggal, sehingga dapat digunakan
untuk cairan Newton yang rate of shear-nya berbanding langsung
dengan shearing stress. Yang termasuk kedalam jenis ini misalnya
viskometer kapiler, bola jatuh, penetrometer, plateplastometer, dll.
b. Viskometer titik ganda
Alat ini bekerja pada berbagai rate of shear, sehingga tepat untuk
digunakan pada cairan non-Newton. Dengan menggunakan alat ini
dapat diperoleh rheogram lengkap untuk menentukan karakteristik sifat
aliran suatu sistem. Yang termasuk kedalam jenis viskometer ini adalah
viskometer rotasi tipe Stromer, Brookfield, Rotovisco, dll.
2. Alat Penentu Viskositas dan Rheologi
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan viskositas dan rheologi
dengan menggunakan viskometer bola jatuh, penetrometer dan viskometer
rotasi.
Prinsip alat adalah suatu bola gelas atau bola besi jatuh kebawah
dalam suatu tabung gelas yang hampir vertikal, mengandung cairan
yang diuji pada temperatur konstan. Laju jatuhnya bola yang
mempunyai kerapatan dan diameter tertentu adalah kebalikan fungsi
viskositas sampel tersebut dapat dihitung dengan rumus:
N = t (Sb Sf). B
Dimana, masing-masing adalah:
N
= Viskositas (poise)
= Waktu interval dalam detik (lamanya bola jatuh antara dua titik)
[ = C. T/rpm]
Aliran Plastis
[ = C. T Tf/rpm]
= Konstanta alat
Tf
rpm
c. Viskometer rotasi
Viskometer jenis ini dapat dipergunakan untuk mengukur
viskositas dan sifat aliran cairan. Viskosimeter rotasi terdiri dari dua
bagian yaitu mangkuk silindris (cup) dan silindrer pemutar (bob).
Berdasarkan pembagian tersebut, dikenal dua jenis viskosimeter rotasi,
yaitu:
- Jenis couette, yaitu berputar adalah mangkuk silindrisnya
- Jenis searle, yang berputar adalah silinder pemutarnya
Contoh Viskosimeter Jenis Searle adalah Viskosimeter Stormer Dan
Brookfield.
[ = Kv . W/rpm]
Aliran Plastis
[ = Kv . W Wf/rpm]
Kv = Konstanta alat
W = Beban yang diberikan (gram)
Wf = Beban pada yied value (gram)
rpm = Jumlah putaran per menit (rotate per minute)
Untuk menghitung Kv umumnya digunakan cairan baku pembanding
(BP) yang telah diketahui viskositasnya. Untuk mengetahui sifat
alirannya, diplot kurva antara rpm dengan beban yang diberikan (W).
Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara rpm dengan
usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel. Usaha dapat dihitung
melalui perkalian angka yang terbaca pada skala dengan 7,187
dyne.cm (viskosimeter Brookfield tipe RV) dan 673,7 dyne.cm
(viskosimeter Brookfield tipe LV).
MONOGRAFI
Zat aktif yang digunakan adalah Gliserin, Carboxy Methyl Celulosa
Natrium, Pulvis Gumi Arabicum, Propilenglikol, Sirupus Simplex dengan
monografi sebagai berikut:
1. Gliserin/Gliserol/Glycerolum (C3H8O3)
Pemerian Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat. Higroskopik, jika disimpan lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai kurang lebih 20.
Kelarutan Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P; dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan zat tambahan
Identifikasi
Panaskan dengan kalium bisulfate P; terjadi uap merangsang.
Jika dibakar dengan sedikit natrium karbonat P diatas nyala api, terjadi
nyala hijau.
Bobot per ml 1,255 sampai 1,260, sesuai dengan kadar 98,0 % sampai
100,0% C3H8O3
Indeks Bias Antara 1,471 dam 1,474
(Farmakope Indonesia, Ed. III, 1979. Hal 271)
2. Carboxy Methyl Celulosa Natrium (CMC-Na)
Garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak
kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% natrium dihitung dari zat yang
telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopik.
Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak
larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organic.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah yang tertutup rapat
( Farmakope Indonesia , Ed 1V , 1995 Hal 323)
3. Pulvis Gumi Arabicum (PGA)
Pemerian Serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau.
Kelarutan Larut hamper sempuran dalam air, tetapi sangat lambat,
meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan
memberikan cairan seperti musilago, tidak berwarna atau kekuningan,
kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus
biru, praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter.
Identifikasi Agar dan gom sterkulia, agar dan tragakan, pati dan dekstrin,
sakarosa dan fruktosa, tannin, zat tidak larut, susut pengeringan.
Batas mikroba Tidak bioleh mengandung Escherichia coli, dilakukan
penetapan menggunakan 1,0 g.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah yang tertutup baik.
(Farmakope indonesia , Ed IV,1995 , Hal 781)
4. Propilenglikol (C3H8O2)
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik.
Kelarutan Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan
kloroform; larut dalam 6 bagian eter; tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah dan dengan minyak lemak.
Bobot per ml : 1,035 gr sampai 1,037 gr.
Jarak Didih Pada suhi 1850 sampai 1890 tersuling tidak kurang dari 95,0%
v/v
Indeks bias : 1,035 sampai 1,433
(Farmakope Indonesia, Ed. III, 1979. Hal 271)
5. Sirupus Simplex
Pembuatan Gula pasir ditambahkan Aqua dest, 65 gram glukosa dilarutkan
dalam air panas hingga diperoleh 100 ml larutan.
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna.
Penetapan Kadar Memenuhi syarat penetapan Sakarosa yang tertera pada
sirupi.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
(Farmakope Indonesia Edisi III)
BAHAN
Viskometer Hoppler
Gliserin
Viskometer Brookfield
Propilenglikol
Timbangan analitik
Sirupus simplex
Batang pengaduk
CMC Na 1%
Piknometer
PGA 1%
Stopwatch
Aqua dest
Spindle
Glukosa
Mortar
Beaker glass
Di catat waktu tempuh bola melalui tabung mulai dari garis m1 sampai
m3 dalam detik
Ditentukan bobot jenis (BJ) cairan dengan menggunakan piknometer
Dibuat grafik antara rpm dan viskositas, kemudian ditentukan tipe aliran
dari masing-masing zat
CMC Na 1% =
PGA 10% =
2. BOLA JATUH
Bola Ke-
GLISERIN
PROPILENGLIKOL
SIRUPUS SIMPLEX
05.47 menit
02.18 menit
01.13 menit
20.11 detik
02.54 menit
16.06 detik
03.89 detik
14.45 detik
01.21 detik
01.30 detik
02.44 detik
2. BJ Propilenglikol =
3. BJ Sirupus simplex =
= 1,25
= 1,035
=
=
= 1,254
Spindel 61
Speed
Spindle
Rpm
(cp)
10
384,0
6,0
20
380,8
50
100
Titik balik
Spindle
100
381,4
59,6
11,9
50
376,3
29,7
377,6
29,2
20
377,6
12,1
380,8
59,5
10
390,4
6,1
Speed
Spindle
Titik balik
Spindle
Rpm
(cp)
10
70,4
1,1
100
87,0
13,6
20
80,0
2,5
50
85,8
6,7
50
78,1
6,1
20
86,4
2,7
100
78,7
12,3
10
89,6
1,4
Speed
Spindle
Titik balik
Spindle
Rpm
(cPs)
10
19,2
0,3
100
18,6
2,9
20
18,0
0,5
50
19,2
1,5
50
16,6
1,3
20
19,2
0,6
100
17,3
2,7
10
19,2
0,3
rpm
Spindel 62
rpm
Spindel 63
rpm
Spindel 64
Speed
Spindle
Rpm
(cPs)
10
6,40
0,1
100
5,12
0,8
20
6,40
0,2
50
5,12
0,4
50
5,12
0,4
20
3,20
0,1
rpm
100
5,12
0,8
10
6,40
0,1
PGA 1%
Spindel 61
Speed
Spindle
Rpm
(cPs)
10
38,4
0,6
20
25,6
50
100
Titik balik
Spindle
100
16,6
2,7
0,8
50
14,1
4,1
10,2
0,8
20
19,2
0,6
16,0
2,5
10
25,6
0,4
Speed
Spindle
Titik balik
Spindle
Rpm
(cPs)
10
6,40
0,1
100
3,02
0,5
20
3,20
0,1
50
2,56
0,2
50
2,50
0,2
20
3,20
0,1
100
2,56
0,4
10
6,40
0,1
Speed
Spindle
Titik balik
Spindle
Rpm
(cPs)
10
0,00
0,0
100
0,64
0,1
20
0,00
0,0
50
0,00
0,0
50
1,28
0,1
20
0,00
0,0
100
0,64
0,1
10
0,00
0,0
Speed
Spindle
Titik balik
Spindle
Rpm
(cPs)
rpm
Spindel 62
rpm
Spindel 63
rpm
Spindel 64
rpm
10
0,00
0,0
100
0,00
0,0
20
0,00
0,0
50
0,00
0,0
50
1,28
0,1
20
0,00
0,0
100
0,00
0,0
10
0,00
0,0
Speed
Spindle
Titik balik
Spindle
Rpm
(cPs)
10
1331
21,9
100
20
1366
42,3
50
1172
91,6
50
1173
87,6
20
1571
49,1
100
10
1933
30,2
CMC Na 1%
Spindel 61
rpm
Spindel 62
Speed
Spindle
Rpm
(cPs)
10
403,2
6,3
100
190,1
29,6
20
336
10,5
50
253,4
59,8
50
244,5
19,5
20
342,4
10,7
100
182,4
28,5
10
409,6
6,5
Speed
Spindle
Rpm
(cPs)
10
102,4
1,6
100
50,6
8,1
20
89,6
2,9
50
66,6
5,2
50
67,8
5,4
20
86,4
2,7
100
51,8
8,1
10
108,8
1,6
rpm
Spindel 63
%
rpm
Spindel 64
Speed
Spindle
Rpm
(cPs)
10
25,6
6,4
100
16,0
2,5
20
25,6
0,8
50
19,2
1,5
50
20,5
1,6
20
25,6
2,5
100
1,0
2,5
10
25,6
0,4
rpm
PERHITUNGAN BJ
BJ PGA 1%
W3 = 25,219 gram
BJ =
= 1,032
= 1,036
CMC Na 1%
W3 = 25,25 gram
BJ =
6. GRAFIK
a. Gliserin spindel 61
395
390
385
C
P
S
380
TITIK NORMAL
TITIK BALIK
375
370
365
10
20
50
RPM
100
b. PGA spindel 61
45
40
35
30
C
P
S
25
20
TITIK NORMAL
15
TITIK BALIK
10
5
0
10
20
50
100
RPM
c. CMC Na 1% spindel 62
450
400
350
300
C
P
S
250
200
TITIK NORMAL
150
TITIK BALIK
100
50
0
10
20
50
100
RPM
6.1 PEMBAHASAN
1. Viskometer Hoppler
Pada percobaan viskometer bola jatuh ini digunakan alat yang
disebut viskometer hoppler. Prinsip alat ini yaitu suatu bola gelas atau bola
besi jatuh kebawah dalam suatu tabung gelas yang hampir vertikal,
mengandung cairan yang diuji pada temperatur konstan. Tabung dan jaket
air tersebut dibalik, yang akan menyebabkan bola berada pada puncak
tabung gelas dalam. Waktu bagi bola tersebut untuk jatuh antara dua tanda
diukur dengan teliti. Pada praktikum kali ini cairan yang digunakan yaitu
gliserin, propilenglikol dan sirupus simplex.
Pada viscometer hoppler ini memiliki syarat yaitu waktu pengukuran
yang terbaik adalah minimum 30 detik dan maksimum 500 detik.
Praktikum kali ini pada saat percobaan memakai gliserin bola yang
digunakan adalah bola ke-4 dengan waktu 174 detik dan dengan diameter
15,2 , pada propilenglikol bola yang dipakai adalah bola ke-2 dengan
waktu 347 detik dan bola ke-3 dengan waktu 73 detik dengan diameter
15,6 dan pada sirupus simplex yaitu bola ke-2 dengan waktu 138 detik dan
diameter 15,6. Lalu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= t (Sb - Sf) . B
besar pula gaya persatuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu rate of shear tertentu.
Pada percobaan ini, jika bidang cairan paling atas bergerak dengan
dengan suatu kecepatan konstan, setiap lapisan di bawahnya akan bergerak
dengan suatu kecepatan yang berbanding lurus dengan jarak dari lapisan
dasar yang diam. Perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan
dipisahkan oleh suatu jarak yang kecil sekali (dr) adalah perbedaan
kecepatan atau rate of shear, dv/dr. Gaya per satuan luas F' / A
diperlukan untuk menyebabkan aliran, ini disebut shearing stress.
Semakin besar viskositas suatu cairan, akan semakin besar pula gaya per
satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
rate of shear tertentu. Oleh karena itu, rate of shear harus berbanding
lurus dengan shearing stress dimana adalah koefisien viskositas,
biasanya dinyatakan hanya sebagai viskositas saja.
Satuan viskositas adalah poise dinyatakan sebagai shearing stress
yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan 1 cm/detik antara dua
bidang cairan yang paralel dimana luas masing-masing adalah 1 cm2 dan
dipisahkan oleh jarak 1 cm. Satuan yang lebih enak digunakan adalah
centipoise atau cp (jamak, cps), 1 cp sama dengan 0,01 poise.
Dari data yang diperoleh, dapat dihitung viskositasnya dari setiap
larutan. Data yang diperoleh bahwa viskositas yang tertinggi sampai
terendah yaitu gliserin, propilenglikol dan sirupus simplex. Sedangkan
berat jenis yang tertinggi sampai terendah yaitu sirupus simplex, gliserin
dan propilenglikol. Jika disesuaikan dengan rumus yang digunakan dalam
perhitungan viskometer bola jatuh, maka semakin tinggi nilai bobot jenis,
semakin tinggi pula viskositasnya. Sehingga viskositas yang paling
tertinggi yaitu gliserin dibandingkan dengan yang lainnya.
2. Viskometer Brookfield