Hypermetrop Presbiop
Hypermetrop Presbiop
Hypermetrop Presbiop
PENDAHULUAN
I.1. Refraksi
Refraksi mata merupakan perubahan jalannya cahaya melalui media
refraksi mata ketika mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi).
Akomodasi merupakan kemampuan mata untuk meningkatkan daya
pembiasannya.
Sistem refraksi menghasilkan bayangan kecil terbalik di retina.
Rangsangan tersebut diterima oleh sel batang dan kerucut di retina kemudian
diteruskan melalui saraf optic (N. II) ke oksipitalis yang kemudian tampak
sebagai bayangan tegak.
Kornea
- lapisan jernih/transparan yang terletak di bagian anterior mata,
-
aqueous humour
dan lensa
dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam
korpus siliaris (turunan khusus lapisan koroid di anterior)
lensa
- badan yang bening/jernih yang memungkinkan cahaya lewat dari
kornea ke retina, bikonveks, melekat pada otot-otot siliaris melalui
-
ligamentum suspensorium
menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama
akomodasi
vitreous humor
- zat semicair mirip gel yang terletak di belakang lensa
- mempertahankan bentuk bola mata yang sferis (bulat)
Keseluruhan sistim refraksi mata ini membentuk lensa yang cembung
dengan fokus 23 mm, sehingga pada keadaan istirahat (tanpa akomodasi) mata
emetrop, sinar yang sejajar akan dibiaskan tepat di fovea sentralis retina. Fovea
sentralis merupakan posterior principal fokus dari sistem refraksi mata,
letaknya 23 mm di belakang kornea, tepat di bagian dalam makula lutea.
Pembiasan terbesar terdapat pada permukaan anterior kornea, ditambah dengan
permukaan anterior dan posterior lensa.
Cahaya adalah suatu bentuk radiasi gelombang elektromagnetik.
Gelombang cahaya mengalami divergensi (menyebar) ke semua arah dari
setiap titik sumber cahaya. Gerakan ke depan suatu gelombang cahaya dalam
arah tertentu disebut berkas cahaya. Berkas-berkas cahaya divergen yang
mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali ke
sebuah titik peka cahaya di retina.
kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat lensa. Suatu
lensa dengan permukaan konveks (cembung) menyebabkan konvergensi atau
penyatuan berkas-berkas cahaya, yaitu persayaratan untuk membawa suatu
bayangan ke titik fokus.
Permukaan kornea (struktur pertama yang dilalui cahaya) yang
melengkung berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata
karena perbedaan densitas pertemuan udara-kornea jauh lebih besar daripada
perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya.
Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya
terfokus di retina. Apabila suatu bayangan sudah terfokus sebelum atau
sesudah retina, maka bayangan tersebut akan tampak kabur.
Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki)
dianggap sejajar saat mencapai mata. Sedangkan berkas dari sumber cahaya
dekat masih berdivergensi ketika mencapai mata, oleh karena itu diperlukan
akomodasi agar bayangan jatuh tepat di retina.
penglihatan jauh, tetapi otot siliaris berkontraksi agar lensa menjadi lebih
cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh
sistem saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot
siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis
menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Seumur hidup, hanya sel-sel di tepi luar lensa yang diganti. Sel-sel di
bagian tengah lensa merupakan sel tertua dan terletak paling jauh dari aqueous
humor, sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan pertambahan usia, sel-sel di
bagian tengah yang tidak dapat diganti ini mati dan menjadi kaku. Dengan
berkurangnya kelenturan, lensa tidak mampu lagi berbentuk sferis yang
diperlukan untuk akomodasi pada penglihatan dekat. Penurunan kemampuan
akomodasi yang berkaitan dengan usia disebut presbiopia. Presbiopia
mengenai sebagian besar orang pada usia pertengahan (usia 45 sampai 50
1) Emetropia
b.
dalam mata. Apabila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di
depan retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka bayangan
benda akan terletak di belakang retina (hipermetropia refraktif).
Bentuk-bentuk kelainan ametropia, yaitu myopia, hipermetropia, dan
astigmatisme.
1.
Hipermetropia
Definisi
Hipermetropia merupakan gangguan kekuatan pembiasan mata,
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak di belakang retina/makula lutea. Sinar yang berjalan
sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibias di belakang retina.
Keadaan dimana dalam keadaan tanpa akomodasi, semua sinar
sejajar dari jarak tak terhingga, dibiaskan di belakang retina
sedangkan sinar divergen dari jarak dekat, dibiaskan lebih jauh lagi di
belakang retina. Dengan akomodasi, titik pembiasan tersebut dapat
digeser ke depan, sehingga jatuhnya tepat di retina. Dengan demikian,
untuk mendapatkan tajam penglihatan yang baik, penderita
hipermetropia, harus selalu berakomodasi, baik untuk penglihatan
jauh, terlebih untuk penglihatan dekat.
Etiologi
Hipermetropia aksial
Hipermetropia refraktif
Definisi
(sumbu)
kelainan refraksi akibat bola
(pembiasan)
Aksis normal, tetapi daya
biasnya berkurang
Kornea
- Lengkung kornea <
normal, aplanatio
Klasifikasi
corneae
Lensa
- Sklerosis ( 40 thn)
- Afakia
Aqueous humor
- Pengobatan yang hebat
Akuisita
- Retinitis sentralis
- Ablation retina
Jenis
Gambaran umum
- Hipermetropia yang dapat
dikoreksi dengan
kacamata positif
maksimal
- Hipermetropia absolute +
Hipermetropia
manifes
fakultatif
- Didapatkan tanpa
Klasifikasi
Hipermetropia absolute
- Hipermetropia yang tidak
dapat diatasi dengan
akomodasi,
memerlukan kacamata
positif untuk melihat
jauh
siklopegik
Hipermetropia fakultatif
- Hipermetropia yang
masih dapat diatasi
dengan akomodasi
dilenyapkan/relaksasi mm siliaris
- Pemeriksaan dengan pemberian siklopegia
10
Manifestasi klinis
- Penglihatan dekat dan jauh kabur
- Kadang terasa juling atau melihat ganda
- Astenopia akomodatif : Mata lelah, pusing, sakit kepala karena
terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau
memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula lutea
agar mencapai titik fokus di makula lutea. Biasanya timbul
setelah melakukan pekerjaan dekat seperti menulis, membaca,
-
menjahit, dsb.
Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersamasama melakukan konvergensi dan memungkinkan posisi kedua
divergen/eksotropia)
Gejala obyektif
a.Akomodasi terus-menerus hipertrofi otot siliaris
disertai terdorongnya iris ke depan bilik mata depan
menjadi dangkal
b.
Trias akomodasi
: akomodasi, miosis,
Penatalaksanaan
Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi dengan
lensa sferis positif (S+) yang memberikan tajam penglihatan
normal/maksimal. Sebaiknya diberikan kacamata sferis positif
terkuat/terbesar (S+B) agar tanpa akomodasi dapat melihat dengan
penglihatan terbaik. Misalnya, apabila pasien dengan +3.0 atau +3.25
memberikan tajam penglihatan 6/6, maka diberikan kacamata +3.25.
Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata. Lensa S+B adalah
derajat hipermetropia manifest.
12
maksimal (M)
S(+) 1.25 visus 5/5, tetapi dengan akomodasi agar fokusnya
jatuh tepat di retina. Hipermetropia manifest fakultatif masih
yang terbaik
Dasar
: pada hipermetropia, sinar sejajar tanpa akomodasi
fokusnya terletak di belakang retina, sehingga apabila diberikan
Penyulit
- Strabismus konvergen (esotropia) terjadi akibat akomodasi
-
3) Presbiopia
Presbiopia merupakan keadaan berkurangnya daya akomodasi pada
usia lanjut (>40 tahun). Dengan bertambahnya usia, maka akan berkurang
pula daya akomodasi akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa
sukar mencembung. Pungtum proksimum (titik terdekat yang dapat dilihat
dengan akomodasi maksimal telah begitu jauh), sehingga pekerjaan dekat
yang halus sukar dilakukan, akibat berkurangnya akomodasi. Pada keadaan
ini, sinar divergen yang datang dari jarak dekat, dibias di belakang retina.
Keadaan ini merupakan keadaan fisiologis yang terjadi pada setiap
mata, karena terdapat pengerasan (tidak kenyal lagi) sedikit demi sedikit
13
pada lensa, dimulai dari nucleus sehingga lensa sukar untuk menambah daya
biasnya daya akomodasinya berkurang.
Etiologi
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal/berkurang elastisitasnya akibat sklerosis
lensa
Manifestasi klinis
- Keluhan timbul pada penglihatan dekat
- Keluhan setelah membaca: mata lelah, berair dan sering terasa
pedas
Diperlukan penerangan yang lebih kuat untuk dapat bekerja. Segala
Diagnosis
- Pemeriksaan bertujuan mengukur derajat berkurangnya
-
Penatalaksanaan
Penderita presbiopia, harus dikoreksi dulu penglihatan jauhnya,
kemudian diberikan kacamata adisi yang sesuai dengan usianya, untuk
kedua mata dengan kekuatan yang sama.
Kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat dengan
kekuatan tertentu, berikut ini adalah tabel yang dipakai untuk orang
Indonesia:
Ukuran
Usia
(Dioptri)
(tahun)
14
+ 1.0
+ 1.5
+ 2.0
+ 2.5
+ 3.0
40
45
50
55
60
add +2.00
Distansia pupil
15
BAB II
LAPORAN KASUS
Hypermetropia Presbiopia
II.1
Identitas Pasien
II. 2
Nama
: Ny. LS
Umur
: 47 tahun
Jenis Klamin
: perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Ngancar RT Bawen
Pekerjaan
Anamnesa
Keluhan utama
II.3
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda Vital
: Baik
: Compos Mentis
: tidak dilakukan
Status oftalmologi
Pemeriksaan
OD
5/60
Visus
16
OS
6/60
Koreksi
Hiperemis (-)
Edema (-)
Ptosis (-)
Hiperemi (-)
Injeksi
Konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Sekret (-)
Bulat (-)
Kejernihan (+)
Mengkilat (+)
Edema (-)
Presipitat (-)
Sikatrik (-)
Jernih kedalaman
normal
Hipopion (-)
Hifema (-)
Edema (-)
Sinekia (-)
Normal
Hiperemis (-)
Edema (-)
Ptosis (-)
Hiperemi (-)
Injeksi
Konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Sekret (-)
Bulat (-)
Kejernihan (+)
Mengkilat (+)
Edema (-)
Presipitat (-)
Sikatrik (-)
Jernih kedalaman
normal
Hipopion (-)
Hifema (-)
Edema (-)
Sinekia (-)
Normal
Jernih
Jernih
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
Iris
Pupil
DP : 64/62 mm
Lensa
II. 4. Diferensial Diagnosis
Myopia
Hipermetropia
Astigmatisme
Presbiopia
II.5. Diagnosis Kerja
Hypermetropia Presbiopia
17
II.6. Terapi
II.7. Prognosis
Ad bonam
II.9. Komplikasi
Strabismus konvergen (esotropia)
Glaucoma sekunder
II.10. Edukasi
18
BAB III
ANALISA KASUS
Analisa kasus berdasarkan SOAP
III.1
S ( Subjektif)
Pasien bernama Ny.LS datang ke poliklinik RSUD Ambarawa dengan
keluhan pusing apabila melihat dekat maupun jauh, kadang sampai keluar
air mata. Pasien tidak memiliki riwayat DM, HT, pasien menggunakan
kacamata bifocal sejak dua tahun yang lalu.
III.2
O (Objektif)
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap Ny. LS ditemukan
hasil keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.
Pemeriksaan visus dengan koreksi menghasilkan visus 6/6 dengan
menggunakan lensa:
OD S(+) 2.00
Add (+) 1.75
OS S(+) 2.25
III.3
A (Assesment)
Berdasarkan gejala klinis dan temuan klinis berupa pusing apabila melihat
jauh ataupun dekat, penurunan tajam penglihatan yang dapat dikoreksi
dengan lensa sferis positif serta adisi sehingga didapatkan tajam
penglihatan maksimal, dapat ditegakkan diagnosis yaitu Hypermetropia
Presbiopia.
19
III.4
P (Planning)
Resep kacamata bifocal
OD S(+) 2.00
Add (+) 1.75
OS S(+) 2.25
Medika mentosa
1. Cendo Lyteers 15 ml 3x1 ODS
Komposisi
- Ion Natrium dan Kalium dengan Benzalkonium Cl
Indikasi
- Sebagai emolien/pelembut dan pengganti air mata untuk
20
Daftar Pustaka
1. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2.
Jakarta: EGC.
2. Ilyas, Sidharta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Sagung Seto.
3. Wijana, Nana. 1989. Ilmu Penyakit Mata.
4. Ilyas, Sidharta. 1993. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit
5.
6.
7.
8.
9.
21