SIRUP Words
SIRUP Words
SIRUP Words
Sirup (dari Bahasa Arab sharab, minuman) adalah cairan yang kental dan memiliki
kadar gula terlarut yang tinggi, namun hampir tidak memiliki kecenderungan untuk
mengendapkan kristal.
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa.
Menurut Farmakope Indonesia III,
a. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa
(C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
b. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995).
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi
dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal
mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan
cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (Anonim, 1979). Sirup adalah sediaan cairan
kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa (Voigt, 1984).
Viskositas (kekentalan)
sirup
disebabkan
oleh
banyaknya ikatan
hidrogen antara gugus hidroksil (OH) pada molekul gula terlarut dengan molekul air yang
melarutkannya.
Secara teknik maupun dalam dunia ilmiah, istilah sirup juga sering digunakan untuk
menyebut cairan kental, umumnya residu, yang mengandung zat terlarut selain gula.
Untuk meningkatkan kadar gula terlarut, biasanya sirup dipanaskan. Larutan sirup menjadi
super-jenuh.
Secara umum, sirup dibagi menjadi 2 macam
Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup, cocoa syrup, orange
syrup)
Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina sitrat, sirup isoniazid).
Non Medicated Syrup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung bahan obat,
melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan Sirup
Obat mengandung bahan obat/Zat berkhasiat.
Komponen Sirup
a) Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah.
Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang
berkalori rendah seperti laktosa.
b) Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih
lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c) Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang
berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah
sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi.
tekfar| 1
Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan
rasa jeruk diberi aroma citrus.
d) Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen
lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan
keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan
warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa
e) Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung
pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Sifat Fisika Kimia sirup
1) Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan
datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi
dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu
zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil
dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan
farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas idak lebi dari 0,1 C.
2) Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan
erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan smakin mudah
dituang dan sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair
selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap
kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat
menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
3) Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai
minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada
minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang
disimpan Selama waktu tertentu.
Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Sirup
1) pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di
tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
2) Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan
metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
3) Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi
akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
4) Bj sirup kira-kira 1,3
5) Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan
fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
6) Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula
invert.
tekfar| 2
7)
Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang
polarisasi kekiri.
8) Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur
dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan
obat.
9) Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi
jamur, meskipun jamur tidak mati.
10) Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep,
sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
11) Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet
misalnya nipagin.
12) Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus
Iodeti ferrosi.Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi,
mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert disini dipercepat pembuatannya
dengan memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.
13) Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa dilarutkan
dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi
sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi
sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
14) Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.
Penjernihan Sirup
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup . Didihkan sambil diaduk, zat
putih telur akan menggumpal karena panas.
2. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat
ke kertas saring.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai :
1. Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus.
2. Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex
Corigensia odoris, misalnya : sirupus aurantii
Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos,
sirupus rubi idea.
3. Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang
tinggi mencegah pertumbuhan bakteri.
Contoh-contoh Sediaan Sirup
a. Ferrosi Iodidi Sirupus
- Cara pembuatan : 20 bagian ferrum pulveratum dicampur dengan 60 bagian air,
tambahkan 41 bagian Iodium sedikit demi sedikit sambil digerus. Setelah warna
coklat hilang maka larutan disaring, dimasukkan kedalam larutan bagian acidum
citricum dan 600 bagian sakarosa dalam 200 bagian air panas.
- Untuk mencegah terjadinya oksidasi dari ferro Iodida maka ujung corong masuk
kedalam larutan sakarosa. Sisa serbuk besi pada kertas saring dicuci dengan air
sampai diperoleh 1000 bagian sirup.
tekfar| 3
b.
c.
d.
e.
f.
Guna acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi sakarosa, menjadi glukosa
dan fruktosa yang merupakan reduktor kuat yang berguna untuk mencegah oksidasi
ferro lodidum.
- Ferro Iodidum selalu dibuat baru.
Sirupus Simplex = Sirup Gula
- Cara pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben 0,25 %
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup
- Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
Auranti Sirupi = Sirup Jeruk Manis
- Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong
kecil-kecil dengan 20 bagian larutan metil paraben 0,25%. Biarkan dalam tempat
tertutup selama 12 jam. Pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan larutan
metil paraben 0,25% secukupnya hingga diperoleh 37 bagian perkolat. Tambahkan
63 bagian gula pada suhu kamar atau pada pemanasan perlahan-lahan dalam tempat
tertutup hingga diperoleh 100 bagian sirup
- Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau khas aromatik.
Sirupus Thymi = Sirup Thymi
- Cara pembuatan : campurlah 15 bagian herba timi dengan air sesukupnya dan
diamkan 12 jam dalam bejana tertutup. Masukan dalam perkolatordan sari dengan
air, perkolat dipanasi sampai 90 0C dan diserkai hingga diperoleh 36 bagian hasil
perkolat. Masukan dalam bejana tertutup dan tambahkan 64 bagian gula panaskan
dengan pemanasan lemah hingga diperoleh 100 bagian sirup.
- Pemerian : sirup warna coklat, bau dan rasa seperti thymi.
Sirup-sirup yang tercantum dalam FI ed III
Chlorpheniramini maleatis sirupus
Cyproheptadini hydrochloridi sirupus
Dextrometorphani hydrobromidi sirupus
Piperazini citratis sirupus
Prometazini hydrochloridi sirupus
Methidilazini hydrochloridi sirupus
Sirupus simplex yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian sacharosa dalam
larutan metil paraben secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup.
Dalam perdagangan dikenal dry syrup yaitu syrup berbentuk kering yang kalau akan
dipakai ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya berisi zat
yang tidak stabil dalam suasana berair.
DAFTAR PUSTAKA
a) Ansel,H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, Terjemahan
oleh Farida Ibrahim, UI Press; Jakarta
b) DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia ; Jakarta
c) Voight, R. 1991, Buku Pembelajaran Teknologi Farmasi, Terjemahan Soendari
Noerono, Gadjah Mada University Press ; Yogyakarta
tekfar| 4