Tinjauan Pustaka Henoch Schonlein Purpura
Tinjauan Pustaka Henoch Schonlein Purpura
Tinjauan Pustaka Henoch Schonlein Purpura
Risiko nefritis meningkat pada usia onset di atas 7 tahun, lesi purpura
menetap, keluhan abdomen yang berat dan penurunan faktor XIII. Jarang terjadi
oliguri dan hipertensi. Kelainan skrotum menyerupai testicular torsion; edema
skrotum dapat terjadi pada awal penyakit (2-35%). Kelainan susunan saraf pusat dan
paru-paru jarang terjadi.
VI. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Purpura Henoch-Schonlein berdasarkan gejala klinis, tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang spesifik. Pemeriksaan darah tepi lengkap dapat
menunjukkan leukositosis dengan eosinofilia dan pergeseran hitung jenis ke kiri;
jumlah trombosit normal atau meningkat, hal ini yang membedakan HSP dengan ITP
(Idiopathic Thrombocytopenic Purpura). Laju endap darah dapat meningkat.
Kadar ureum dan kreatinin dapat meningkat, menunjukkan kelainan fungsi
ginjal atau dehidrasi. Pada 10-20% penderita ditemukan hematuri atau proteinuri.
Ditemukan darah pada feses.
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi abdomen untuk mendiagnosis
intususepsi. Pemeriksaan Doppler atau radionuclide testicular scan menunjukkan
aliran darah normal atau meningkat, hal ini yang membedakan HSP dengan torsi
testis. Pada biopsi lesi kulit ditemukan vaskulitis leukositoklastik. Imunofluoresensi
menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen di dinding pembuluh darah
(gambar 2).
X. Tatalaksana
Pada dasarnya tidak ada pengobatan spesifik untuk HSP. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberikan golongan NSAIDs seperti ibuprofen atau parasetamol 10
mg/kgBB. Jika terjadi edema dilakukan elevasi tungkai. Beri diet lunak selama
terdapat keluhan perut seperti muntah dan nyeri perut.
Pertimbangkan pemberian kortikosteroid pada kondisi sangat berat seperti
sindrom nefrotik menetap, edema, perdarahan saluran cerna, nyeri abdomen berat,
keterlibatan susunan saraf pusat dan paru. Lama pemberian berbeda-beda, Faedda
menggunakan metilprednisolon 250-750 mg/hari/iv selama 3-7 hari dikombinasikan
dengan siklofosfamid 100-200 mg/hari untuk fase akut HSP yang berat; dilanjutkan
dengan prednison oral 100-200 mg selang sehari dan siklofosfamid 100-200 mg/hari
selama 30-75 hari sebelum siklofosfamid dihentikan langsung dan tapering off steroid
hingga 6 bulan. Penderita dengan nyeri perut hebat, perdarahan saluran cerna atau
penurunan fungsi ginjal, memerlukan perawatan di rumah sakit.
XI. Prognosis
Prognosis baik pada sebagian besar kasus, sembuh pada 94% kasus anak-anak
dan 89% kasus dewasa (beberapa kasus memerlukan terapi tambahan). Rekurensi
dapat terjadi pada 10-20% kasus, umumnya pada anak yang lebih besar dan dewasa;
< 5% penderita berkembang menjadi HSP kronis. Keluhan nyeri perut pada sebagian
besar penderita biasanya sembuh spontan dalam 72 jam.
XII. Nefritis purpura henoch schonlein
a.
Definisi
Nefritis Henoch-Schonlein adalah PHS dengan keterlibatan ginjal,
Manifestasi klinis pada umumnya timbul dalam waktu tiga bulan dari awitan
PHS, bahkan setelah gejala PHS lainnya menghilang. Faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya nefritis Henoch-Schonlein adalah usia awitan
terjadinya PHS kurang dari tujuh tahun, nyeri abdomen berat yang disertai
dengan perdarahan saluran cerna, pupura yang menetap lebih dari satu bulan,
dan aktivitas faktor XIII koagulasi <80%.
b. Patogenesis
Patogenesis PHS belum diketahui secara pasti, namun secara umum
diakui sebagai akibat deposisi imun kompleks akibat polimer IgA1 pada kulit,
saluran gastrointestinal, dan kapiler glomerulus. Keadaan patognomonik pada
nefritis Henoch-Schonlein adalah deposisi IgA dan C3 yang ditemukan pada
mesangial glomerulus. Penemuan patogenesis tersebut membedakan nefritis
Henoch-Schonlein dengan nefropati IgA.
Pada pasien sehat, IgA banyak ditemukan pada sekret mukosa namun
dalam konsentrasi yang relatif rendah. Imunoglobulin A memiliki dua isotipe,
yaitu IgA1 dan IgA2. Imunoglobulin A1 memiliki hinge region yang terdiri
dari
lima
oligosakarida
yang
mengandung
serine-linked
N-
ditemukan walau tidak ditemukan IgA dalam sirkulasi (50% kasus). Kadar
IgA di sirkulasi yang tinggi tidak cukup menyebabkan terjadi deposisi IgA
dalam mesangium. Dibuktikan pada pasien dengan HIV atau mieloma dengan
kadar IgA yang rendah tidak memiliki deposit kompleks imun IgA pada
mesangium. Perubahan pada struktur biokimia IgA merupakan penyebab
terjadi deposisi IgA dalam kapiler. Pada PHS dan nefropati IgA, IgA1 serum
menunjukkan abnormalitas pada region O-glycosylated, yaitu hilangnya
terminal galaktosa pada IgA1 sirkulasi. Selain itu, pada sel B juga ditemukan
defek pada -1,3- galactosyltransferasi. Kelainan glikosilasi pada hinge
region, akan menyebabkan perubahan pada stuktur IgA1 dan menyebabkan
perubahan terhadap interaksi pada matriks protein, reseptor IgA, dan
komplemen. Kelainan terebut akan menyebabkan terjadi deposit di dalam
mesangium dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut (gambar 4).
Mediator inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), IL-6, platelet-derived
growth factor, tumor necrosis factor, free radicals, prostanoid, leukotriens,
membrane attack complex (C5b-9), dan circulating immunostimulatory
protein (90K) menyebabkan terjadi kerusakan pada glomerulus lebih lanjut.
Deposit C3 dan properdin tanpa ada C1q dan C4 merupakan keadaan yang
khas dan menandakan jalur alternatif komplemen teraktivasi.
c. Diagnosis
Diagnosis nefritis Henoch-Schonlein berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis antara lain purpura yang dapat teraba
yang tidak berhubungan dengan trombositopenia, nyeri abdomen yang dapat
disertai perdarahan saluran cerna, artritis atau artralgia, hematuria dengan atau
tanpa proteinuria dan disfungsi ginjal, serta vaskulitis leukositoklastik dengan
deposit IgA di dalam arteriol atau venula. Gejala klinis dianggap memenuhi
criteria diagnosis apabila terdapat lebih atau sama dengan tiga gejala tersebut.
10
d. Tatalaksana
Purpura Henoch Schonlein pada umumnya bersifat selflimiting dan hanya memerlukan terapi simtomatik. Gejala akan
bertahan selama lebih kurang empat minggu dan akan berkurang
secara spontan sampai akhirnya menghilang. Pada sepertiga kasus
dijumpai relaps.
Gejala persendian seperti artritis, artralgia, ataupun inflamasi
jaringan lunak diobati dengan analgesic seperti asetaminofen atau obat
anti inflamasi nonsteroid. Keterlibatan gastrointestinal termasuk akut
abdomen atau perdarahan saluran cerna memiliki respon yang baik
terhadap
pemberian
prednisolon
oral
jangka
pendek.
Dosis
mikroskopis
seperti
hematuria
mikroskopis
dan/atau