Lakon Dhemit
Lakon Dhemit
Lakon Dhemit
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 1
PARA PEMAIN :
PARA DHEMIT
RAJEG WESI
SULI
WILWO
GENDRUWO
JIN POHON PREH
EGRANG
KUNTILANAK
SAWAN
SESEPUH DESA
PEMBANTU SESEPUH DESA
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 2
BAGIAN I
RAJEG WESI
Suli! Edan, edan kamu. Kamu ini bukan juru tulis, tapi konsultan saya! Jadi tidak
hanya cukup bermodalkan rajin saja. Kamu harus menerorkan otakmu yang
cemerlang. Sebab selama ini, kamu itu tidak pernah memuaskan saya.
SULI
Oooooo.......... jadi selama ini pak Rajeg belum pernah merasa puas ta. Ngomong pak
Rajeg!
RAJEG WESI
Ya, kadang-kadang puas, tapi ya sering tidak. Sebab selama ini kamu belum pernah
ikut memecahkan masalah proyek kita ini. Misalnya soal penduduk desa yang
berbondong-bondong ke sini minta pekerjaan, kamu ikut menyelesaikan apa. Tidak!
Terus soal pekerjaan pekerja yang mendadak sakit, soal pohon preh yang sulit
ditebang, kamu ikut menyelesaikan apa? Juga tidak!
SULI
Pak Rajeg jangan hanya menyalahkan saya. Pak Rajeg tahu, tanah di sini ini labil.
Mudah longsor. Saya sudah mengusulkan agar dibuat sistem terasering. Dan soal
pohan preh itu memang sulit ditebang, meskipun sudah menggunakan traktor.
RAJEG WESI
Itu artinya kamu percaya dengan pemikiran penduduk desa!
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 3
SULI
Bukan begitu pak Rajeg. Kita sebagai orang baru di sini, sebaiknya kita menghargai
pemikiran penduduk ini!
RAJEG WESI
Sama saja! Artinya kamu bahwa pohon preh itu ada penunggunya. Ada demitnya.
Katanya insinyur, lha kok percaya demit. Katanya jujur, lha kok nggapit?
SULI
Baiklah, Pak Rajeg. Bapak boleh tidak percaya pada saya. Saya tidak akan sakit hati.
Tapi saya masih punya cara lain yang bisa digunakan untuk proyek kita ini.
RAJEG WESI
Suli! Soal teori saya percaya betul bahwa kamu bisa. Tapi yang penting prakteknya.
Buktikan, cocok tidak dengan proyek kita!
RAJEG WESI
Kalau cuma usulan begitu saja, saya bisa! Lha wong saya ini pemborongnya. Saya
ikut mempengaruhi pembuatan DIP itu kok.
SULI
Kalau begitu, tidak ada masalah kan?
RAJEG WESI
Lho kok tidak ada masalah bagaimana. Kalau jembatan itu jadi dibuat, saya tidak bisa
nguntet. Lumayan lho nguntet jembatan itu.
SULI
Tapi ingat pak Rajeg, proyek ini proyek besar, dan pak Rajg adalah pemborong yang
bonafid. Saya sendiri sebagai konsultan menginginkan agar proyek ini betul-betul
berhasil.
RAJEG WESI
Tapi ingat, kamu konsultan saya. Artinya manut saya pemborong ingin untung,
konsultan bikin yang untung.
SULI
Tapi pak Rajeg harus ingat akibatnya nanti.
RAJEG WESI
Akibatnya nanti. Yang penting untung, sekerang. Sudah, tidak usah banyak omong,
yang penting ini ! surat dari kabupaten!
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 4
SULI(setelah membaca surat itu)
Pak Rajeg, ini kebetulan sekali. Inilah kesempatan yang saya tunggu-tunggu. Kalau
Pak Bupati datang, kita beberkan saja kesulitan yang kita hadapi.
SULI
Saya tidak setuju! Itu pembunuhan!
RAJEG WESI
Tapi untung Suli. Sudah! Sejak tadi kamu cuma omong terus. Padahal persiapan
kunjungan itu sama sekali belum ada. Sekarang tugasmu, bikinkan saya teks pidato
penyambutan itu.
SULI
Tidak bisa pak Rajeg. Itu bukan bidang tugas saya. Sebaiknya pak rajeg mencari
tenaga khusus untuk membikin teks pidato. Bukan saya pak Rajeg. Bukan saya.
Tiba-tiba Suli lenyap. Dhemit sawan yang menculik wanita itu, lalu segera cepat-
cepat menghilang. Rajeg Wesi kebingungan kehilangan konsultannya itu.
RAJEG WESI
Sepertinya kamu ini tidak tahu saja. Ini mananya pembatasan tenaga kerja. Jadi
kamu.....kamu.....ka....mu. lho, Suli. Lho ini pasti sulapan!
BAGIAN KEDUA
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 5
GENDERUWO ( menanggapinya juga dengan mangkel)
apa kamu bilang? He, kenapa omonganmu jadi seperti itu? Kita ini baru mengalami
musibah. Teman-teman kita banyak yang menderita. Ini keadaan darurat, kamu kok
masih sempat-sempatnya bicara birokratis seperti itu. Apa kamu ini memang sudah
kangslupan manusia?
WILWO
Lho, edan ki! Bicaramu tiba-tiba kok kekiri-kirian?
GENDERUWO
Apa kamu bilang? Kekiri-kirian? Ketahuilah, kekiri-kirian, kekanan-kananan itu
adalah istilah manusia dari dunia kasar. Kita kaum dhemit tidak mengenal istilah
macam itu. Sebab dhemit adalah universal!
WILWO
Saya, Wlwo.
EGRANG
Saya, Egrang.
KUNTILANAK
Kuntilanak, saya.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 6
WILWO
Bener, lurahe! Ekologi para dhemit telah dinyanyah-nyunyah oleh bangsa manusia.
EGRANG
Tempat tinggal para dhemit sudah ludes semuanya.
GENDERUWO
Kita digusur, lurahe!
GENDERUWO
Tapi, harga diri kita, lurahe! Kita tidak boleh hanya berdiam diri saja melihat
kenyataan ini. Kita mesti mengadakan perlawanan terhadap mereka! Harus!
WILWO
Benar, lurahe! Jika kita Cuma pasif, lalu generasi muda dhemit mau ditaruh mana
lurahe?
EGRANG
Lantas kita ini harus tinggal di mana dong!
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 7
tindakan manusia dari dunia kasar itu sudah tidak lagi mengindahkan pertimbangan-
pertimbangan etis dalam kerangka pemikiran dan pranata sosial para dhemit,
menurut...............
GENDERUWO
Lurahe jangan ambivalen dong!
WILWO
Tapi kami butuh jalan keluar. Jangan Cuma di ejek.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 8
EGRANG
Iya lurahe, jangan Cuma diejek . beri kami jalan keluar, berilah kami petuah, berilah
kami petunjuk, lurahe.
GENDERUWO
Tapi berkali-kali saya turun langsung ke jagad manusia, nyatanya mereka tidak takut
lagi menghadapi perwujudan kita!
GENDERUWO
Lurahe jangan keliru pandang dalam persoalan ini. Nyi Blorong itu sekarang tidak
lagi membuat manusia takut, tapi justru menjadikan manusia-manusia itu malah
kepincut.
GENDERUWO
Lurahe tertipu. Semua sebetulnya bukan rekayasa kita, tapi hasil perbuatan manusia
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 9
yang menyalahgunakan eksistensi kita.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 10
JIN POHON PREH
Bertahan! Bertahan! Ayo kita lawan!
Para Dhemit lalu bergerombol. Mereka membidik, mengawasi dan mencermati
tingkah para manusia yang tengah mengamuk di kejahuan itu.
EGRANG
Itu namanya buldozer, lurahe.
WILWO
Itu pimpinan proyek, lurahe.
GENDRUWO
Ooooo........ itu seorang kawulo cilik yang sedang dikejar-kejar wong gedhe untuk
dimintai cap jempol.
Gemuruh buldozer semakin riuh, meraung-raung menjadi-jadi. Para dhemit semakain
kalang kabut dan cemas. Tapi mereka tetap berusaha melawan keberingasan manusia-
manusia itu.
GENDRUWO
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 11
Waduuuuuuuuuh............kakiku.........kaku.......kaku.
WILWO, EGRANG
Sakit, sakiiiiiiiiiiiit. Perut mual-mual.
GENDRUWO
Lurahe! Di mana kamu, lurahe?
GENDRUWO
Dimana?
GENDRUWO
Sungguh kejam betul, manusia-manusia itu, lurahe.
GENDRUWO
Mereka rakus memakan apa saja.
GENDRUWO
Oh, hijaunya dedaunan dan hangatnya sinar bulan purnama malam jum’at Kliwon,
telah mereka ganti dengan deru buldozer dan mesin-mesin. Lihatlah lurahe, mereka
memakan apa saja, gunung, hutan, pulau, sungai, tanah, telaga...... dan juga memakan
hati nurani mereka sendiri.
GENDRUWO
Justru karena itu urusan manusia, saya menjadi khawatir. Jika alam mereka kuasai lau
mereka rusak, sehingga akan terjadi bencana, pasti kita lagi yang disalahkan. Kita
semakin terpojok, dinyanyah oleh manusia.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 12
JIN POHON PREH
Sudahlah gendruwo, jangan cemas. Kita harus membangun kehidupan yang rapuh ini.
Apapun dan bagaimanapun adanya. Yang pasti aku sangat bersyukur karena kalian
memberikan keihlasan menjaga jin pohon preh. Gendruwo, terus terang saya tersentuh
oleh pengabdianmu itu. Sepantasnya jika aku sebagai pimpinan di sini, memberikan
penghargaan kepadamu. Besok pagi, jika kita menggelar upacara, ingin sekali
kuselamatkan di dadamu, sekedar bintang penghargaan: bintang jasa maha dhemit.
GENDRUWO
Jangan terlalu berlebihan lurahe. Saya tidak mau berstatus sebagai pahlawan.
GENDRUWO
Sebab, bisa jadi sekarang saya menjadi,” Pahlawan ”. Tapi berapa abad kemudian
ternyata bukan.
EGRANG
Sudahlah, lurahe. Kita jangan sampai terlena. Kita harus bangkit menbuat perhitungan
dengan manusia itu. Waktu kita sangat mepet lurahe.
WILWO
Bagaimana? Ini kesempatan baik lho grang! Siapa tahu kita juga bisa mendapatkan
tanda jasa seperti genderuwo.
EGRANG
Enggak ah, saya sedang repot kok.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 13
EGRANG
O, enggak kok. Saya sanggup kok, saya tidak repot kok. Tidak repot.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 14
sudah paham dengan trik-trik kalian. Tabiat inilah yang akhirnya memunculkan krisis
kepercayaan. Saya tidak akan lagi dengan gampang mempercayai laporan kalian.
Harus ada perhitungan............
BAGIAN KETIGA
SESEPUH DESA
Juragan proyek itu memang sudah kebangetan. Edan betul. Sudah saya peringatkan,
mbok kalau nebang pohon di hutan itu jangan seenaknya, lha kok sekarang malah
nekat. Nebang seenaknya sendiri. Akibatnya sekarang bagaimana. Tukang-tukangnya
ngegletak semua. Sakit mendadak.
SESEPUH DESA
Betul, bukan kesalahan kita. Tapi kan saya sudah memperingatkan. Mbok ya
diselamati dulu sebelum nebang. E, lha kok sekarang malah menuduh saya bikin
kerusakan, bikin gara-gara. Apa tidak edan itu namanya?
Di tengah-tengah pembicaraan kedua orang yang bersungguh-sungguh itu, tiba-tiba
Rajeg Wesi datang, langsung mendekati kedua orang itu.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 15
RAJEGWESI
Maaf, saya terpaksa masuk ke sarang teroris!
SESEPUH DESA
Sejak sampeyan datang kemari!
RAJEGWESI
Terus terang saja, proyek saya baru terkena angin ribut. Termasuk daerah ini.
Kesempatan ini kamu gunakan untuk menculik Suli, konsultan saya.
SESEPUH DESA
Pak Rajeg, sejelek-jeleknya warga desa saya ini, sejelek-jeleknya saya ini, kami masih
punya martabat untuk tidak main culik-culikan. Ketahuilah, Suli, konsultan sampeyan
itu, hlang digondhol dhemit!
RAJEGWESI
Digondhol dhemit? Sekarang ini apa-apa kok mesti dhemit! Dhemitnya ya kalian
berdua itu!
SESEPUH DESA
Pak Rajeg, saya bisa membuktikan kalau Suli digondhol demit. Dan saya bisa
mengembalikannya hari ini juga. Tapi saya punya satu syarat!
RAJEGWESI
Apa?
SESEPUH DESA
Mulut sampeyan!
RAJEG WESI
Bayar berapa?
SESEPUH DESA
Jangan bayar saya!
RAJEG WESI
Lantas sama siapa?
SESEPUH DESA
Warga desa!
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 16
RAJEG WESI
Nah, ini motivasinya ! kamu culik Suli, supaya aku membutuhkan kamu. Lantas kamu
saya kerjakan di proyek saya. Benar apa benar?
SESEPUH DESA
Pak Rajeg, sekarang itu yang butuh siapa? Sampeyan, saya, atau sebaiknya sampeyan
minggat saja dari sini!
RAJEG WESI
Tidak. Ini tadi hanya bentakan formalitas. Jadi tidak ad maksud apa-apa. Yang jelas
semua syarat sampeyan, saya penuhi, asal Suli dikembalikan pada hari ini.
BAGIAN KEEMPAT
GENDRUWO
Kebangeten!
GENDRUWO
Kalian duduk dan dengarkan. Kemarin aku membaca kitab ” CAHAWO ”.
”CAHAWO” itu adalah catatan harian Gendruwo. Yaitu buku harian pribadiku
sendiri. Di dalam kita itu disebutkan sebuah negeri yang bernama Utaranusia. Utara
artinya Lor. Nusiah, artinya manusia. Dus tidak salah lagi,itu adalah negeri kita
dahulu yang terletak di sebelah utara kediaman manusia. Disebutkan, di negara
Utaranusiah itu, tak ada panas yang terlalu, tak ada dingin yan terlalu, tak ada manis
yang terlalu, tak ada pahit yang terlalu, semua tenang.......tenang. tenang...... tenang.
Ora ana panas, ora ana adhem, tidak ada gelap tidak ada terang. Adhem ayem, kadiyo
siniram banyu wayu sewindu lawase. Negeri kita dulu aman dan tentram. Tak ada
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 17
perampokan, tak ada kekerasan, apa lagi penggusuran. Al-kisah tiba-tiba datanglah
bala tentara manusia dengan membawa peralatan yang meraung-raung bagai srigala,
memporak-porandakan tempat tinggal para dhemit. Kerajaan kita dirusak. Harkat
kedhemitan kita diinjak-injak.
Waktu itu kebetulan aku menjabat sebagai PPD. Apa itu? PPD adalah panglima
pasukan dhemit. Jiwaku menjadi terpanggil untuk berjuang menghadapi agresor yang
rakus itu. Aku bangkitkan semangat para dhemit yang lesu, yang parah karena patah
semangat. Sehingga demi sedikit semangat para dhemitpun bangkit. Dan dengan
lantang aku beni berkata kepada manusia : ” iyah, sakarepmu. Kekejera kaya manuk
branjangan, kopat kapita kaya ula tapak angin, kena nenggalane gendruwo, ajur dari
sewalang walang ”, saudara-saudara sekalian. ( para dhemit bertepuk tangan ) tapi itu
dulu. Sekarang semuanya sudah terbalik. Perjuangan dan pengorbanan yang saya
lakukan waktu itu, kini telah dilupakan oleh Jin Pohon Preh. Aku sebagai milik ide,
tidak lagi direken oleh, Jin Pohon Preh! Bahkan sekarang dengan gampang ia
mencampakkan diri saya semena-mena. Pemimpin macam apa itu. Ahistoris dia!
Karena itu saudara-saudara, selagi kalian belum dicampakkan, aku menyarankan agar
kalian jangan mau digunakan begundlnya oleh...... Jin Pohon Preh! Setujukah kalian?
GENDRUWO
Kalian juga jangan mau dijadikan kambing hitam atau korban kesalahan oleh Jin
Pohon Preh! Setujukah kalian?
GENDRUWO
Bagus! Kalian harus berani menunjukkan persatuan dan kesatuan para dhemit. Siapa
berani berkata bahwa kita telah kehilangan tenaga? Siapa berani berkata bahwa kita
minder dan takut menghadapi manusia? Tidak! Aku berani berkata, kita masih
mampu berbuat! Kita tidak pernah merasa minder dan takut. Kita tidak pernah
menggantungkan nasib kepada siapapun. Karena dhemit itu, universal. Oleh karena
itu, sekarang aku ingin mengemukakan suatu gagasan, yaitu dongkel kedudukan Jin
Pohon Preh. Setujukah kalian?
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 18
Malah kalau perlu saya carikan investornya supaya usahamu yang luhur itu, sukses
selalu. Bukannya begitu genderuwo?
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 19
KETIGA ORANG ITU MENDEKATI POHON PREH. PARA DHEMIT
MENGAWASI KEDATANGAN MEREKA DENGAN SEKSAMA. SESPUH DESA
DIAM-DIAM MENGHATURKAN SESAJI. DAN GENDRUWO PUN LALU
MENYELIDIKI KEDATANGAN MEREKA ITU.
GENDRUWO
(marah besar mendekati sesepuh desa, hendak memukulnya) o, edyan! Kurang ajar!
SESEPUH DESA
Saya tambah lagi dengn kemenyan.
SESEPUH DESA
Jin Pohon Preh, kedatangan kami ke sini sebetulnya ingin menanyakan, apakah di sini
terselip seorang wanita dari dunia kasar?
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 20
ta?
SESEPUH DESA
Adapun nama wanita itu adalah, aduh, siapa ya? Siapa pak Rajeg?
RAJEGWESI
Suli
SESEPUH DESA
Ya, Suli, Jin Pohon Preh.
GENDRUWO
Suli? Aduh, jangan-jangan wanita yang dimaksud sesepuh desa ini, wanita yang
kemarin diculik Sawan itu, lurahe.
EGRANG
Eh, aneh ya? Kok mereka, manusia-manusia itu, bisa menerti bahasa kita ya?
GENDRUWO
Itu karena mereka sering menseminarkan kehidupan para dhemit.
SAWAN
Ya, ndak ta. Mereka itu kan sering baca koran mingguan yang isinya dhemit thok.
WILWO
Ya, tidak ta. Ini akibat komputerisasi di segala bidang.
GENDRUWO
Soal wanita itu, saya usul lurahe. Tanyakan kepada dia, apakah wanita yang dibawa
Sawan kemarin itu tergolong manusia seutuhnya atau tidak. Ini penting untuk
menjaga agar jagad ini tetap steril, lurahe.
SESEPUH DESA
Ya, kadang-kadang utuh, kadang-kadang tidak. Ini sangat perlu sekali saya ketahui
secara persis. Supaya jagad kami tetap steril, tidak tercemar.
SESEPUH DESA
Jika memang ada, perkenankan saya untuk meminta kembali wanita itu.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 21
JIN POHON PREH
Apa? Dikembalikan? Enak saja. Ketahuilah sesepuh desa, meskipun kami ini Cuma
dhemit, kami juga menganut asas musyawarah dan mufakat. Artinya, segala
keputusan tidak bisa tiba-tiba dilahirkan. Harus dirembuk dengan staf lainnya.
Bersediakah sampeyan menunggu?
GENDRUWO,WILWO, EGRANG,SAWAN
Selamat datang bapak, selamat datang bapak.
GENDRUWO
Saya punya pendapat, agar segera kita membuat perjanjian baru lagi, dan harus ditaati
oleh kedua belah pihak.
EGRANG
Lurahe! Kurang meyakinkan. Bikin serem, dibikin angker biar menakutkan!
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 22
SESEPUH DESA
Hasil dari diskusi singkat kami, maka kamipun telah mendapatkan suara bulat, bahwa
kami akan memugar tempat ini sesuai dengan citra perdhemitan.
SESEPUH DESA
Tapi saya kenal kok, ya mbak ya?
SESEPUH DESA
Jika usulan saya tidak berkenan, maka saya akan memperbaharui janji, yaitu kami
tidak akan lagi mengganggu kehidupan para dhemit. Kami betul-betul berjanji.
SESEPUH DESA
Goblok ( menunjukkan kepada suli di dekatnya) lha, wanita ini siapa?
Rajegwesi mendekati Suli dan menariknya setelah wanita itu sadar kembali, bahwa ia
telah ada di dunianya sendiri.
SULI
Lho, kok saya ada di sini?
RAJEGWESI
Ya, tadi kamu di sana, terus saya tarik kesini.
SULI
Saya takut, pak Rajeg?
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 23
RAJEGWESI
Sekarang tak perlu takut, semua sudah saya beresi.
RAJEGWESI
Terus maumu apa?
SESEPUH DESA
Penuhi permintaan saya!
RAJEGWESI
Untuk apa?
SESEPUH DESA
Untuk warga desa!
RAJEGWESI
Tidak bisa!
SESEPUH DESA
Baik. Kalau sampeyan ada apa-apa sampeyan tanggung sendiri!
Sesepuh desa diikuti pembantunya pergi dari tempat itu.
SULI
Pak Rajeg, ada Urusan apa dengan sesepuh Desa?
RAJEGWESI
Kamu tak perlu ikut campur. Dia tadi mengajak saya di bawah pohon preh itu. Lantas
komat kamit biar kelihatan angker. Biar saya takut. Pinter kok sekarang ini cari
pekerjaan semacam itu.
SULI
Dhemit atau bukan, itu tidak penting. Sekarang masalahnya, bagaimana kita bisa
menyelesaikan persoalan itu.
GENDRUWO
Lurahe, tempat tinggal kita ini hanya tersisa sepotong-sepotong. Kita selalu didesak-
desak. Jadi mana mungkin kita punya waktu menseminarkan manusia?
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 24
RAJEGWESI
Suli, aku lebih percaya pada otak dan tanganku. Dengan tangan dan otakku ini, alam
bisa saya kembangkan.
RAJEGWESI
Suli, yang jelas, saya tidak ingin proyek saya ini menjadi gombal, hanya lantaran
pohon preh itu.
GENDRUWO
Tapi lurahe, tidak semua manusia itu bisa diajak kerjasama seperti sesepuh desa itu.
Apalagi.......( sambil menunjuk kepada Rajegwesi) lihat itu, lurahe. Manusia yang
memakai topi kuning itu. Dia sangat berbahaya.
SULI
Pak Rajeg, sekarang tak usah berbelit-belit. Jelaskan apa maunya pak Rajeg
sebenarnya.
RAJEGWESI
Sudah jelas. Robohkan pohon preh itu!
SULI
Pak Rajeg, kita sudah tak mampu merobohkan pohon preh itu dengan cara apapun!
RAJEGWESI
Kamu ketinggalan zaman. Pakai dinamit!
SULI
Ingat pak rajeg. Akibatnya bisa gawat sekali. Tanah bisa longsor semuanya.
SULI
Baik, kalau begitu akan saya panggil seluruh penduduk desa, akan saya panggil
sesepuh desa.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 25
PARA DHEMIT SEMAKIN GUSAR DAN CEMAS MELIHAT RAKITAN
DINAMITNYA ADA DIMANA-MANA,DI SEKELILINGNYA. KINI MEREKA
BENAR-BENAR KALANG KABUT, TERCERAI BERAI..
RAJEGWESI
Suliiiiiiiiiiiii.................. lihat ini, Suliiiiiiiiiiii...................!
Selesai.
Lakon Dhemit karya Heru Kesawa Mukti, Diadaptasi oleh Agus Suharjoko, S.Sn 26