Bungkil Kedelai
Bungkil Kedelai
Bungkil Kedelai
berbentuk serbuk, berwarna cokelat, bau apek, rasa hambar dan zat antinutrisinya
berupa mimosin. Bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu,
16,6% lemak kasar, 60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar. Protein
yang terkandung oleh bungkil kedelai cukup tinggi sehingga dalam penyusunan
ransum bungkil kedelai digunakan sebagai sumber protein. Kualitas bungkil kedelai
tergantung pada proses pengambilan minyaknya, varietas kacang kedelai dan
kualitas kacang kedelainya.
Berdasarkan SNI 01-2904-1996 bungkil kedelai adalah produk hasil ikutan
penggilingan biji kedelai setelah ekstraksi minyaknya secara mekanis (Expeller)
atau secara kimia (Solvent).bungkil kedelai dihasilkan dari gilingan ampas kedelai
setelah diambil seluruh minyaknya. Komposisi nutrisi bungkil kedelai sangat
beragam tergantung pada jumlah hull atau serpihan kulit ari (sekam) yang
ditambahkan kembali kedalam ampas kedelai serta sisa minyak yang masih
tertinggal. Bungkil kedelai merupakan sumber protein dalam menyusun ransum
ternak, bungkil kedelai memiliki nilai ekonomi tinggi bagi industry pakan ternak,
bisa jadi merupakan produk utama ataupun limbah dari industri pengolahan
kedelai. Sumber protein yang lain seperti Corn Gluten Meal (CGM), Meat And Bone
Meal (MBM), dan tepung ikan juga dipakai oleh peracik pakan untuk menggenapi
kandungan protein dalam pakan ternaknya.
Bungkil kedelai juga merupakan limbah dari industri minyak biji kedelai. Bulk
density bungkil kedelai yang baik adalah 594,1-610,2 g/L. Kandungan protein
bungkil kedelai yang diperoleh secara mekanik adalah 41% mempunyai kandundan
lemak 4,8%. Sedangkan yang diperoleh dengan pelarutan mempunyai kandungan
lemak sebesar 1,32%. Bungkil kedelai agak rendah mengandung 0,27%. Kandungan
phosfor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0,63%.
Seperti biji kedelai tidak kaya riboflavin tetapi kandungannya lebih tinggi
dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya. Kandungan niacin tidak tinggi,
kandungan thiamin bungkil kedelai sama dengan butiran lainnya.
STRUKTUR BUNGKIL KEDELAI
Bungkil kedelai adalah produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai setelah
diekstraksi minyaknya secara mekanis (ekspeller) atau secara kimia (solvent).
Bungkil kedelai yang dihasilkan secara mekanis lebih banyak mengandung minyak
dan serat kasar, serta lebih sedikit kandungan proteinnya dibandingkan dengan
bungkil kedelai yang dihasilkan dengan menggunakan larutan hexan (Sutardi T,
1997).
Bungkil kedelai dihasilkan dari gilingan ampas kedelai setelah diambil seluruh
minyaknya. Komposisi nutrisi bungkil kedelai sangat beragam tergantung pada
jumlah hull atau serpihan kulit ari (sekam) yang ditambahkan kembali kedalam
ampas kedelai serta sisa minyak yang masih tertinggal.( Julisti B. 2010).
Bungkil kedelai ini mensuplai hampir 25% kebutuhan protein pada unggas.
Dibandingkan dengan sumber protein nabati lainnya kedelai mengandung lisin yang
tinggi, namun memiliki pembatas tripsin yang oleh banyak ahli dipandang sebagai
inhibitor proteolitik yang paling penting dalam pakan unggas karena menyebabkan
ketersediaan beberapa asam amino esensial terutama lisin dan argini menjadi
berkurang (Renner et al., 1953).
Sekitar 50 % protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil kedelai dan
pemakaiannya untuk pakan ayam pedaging berkisaran antara 15 30%, sedangkan
untuk pakan ayam petelurbekisaran antara 10-25% (Wina, 1999). Kandungan
protein bungkil kedelai mencapai 43 48%bungkil kedelai juga mengandung zat
antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan unggas,
namun zasat anti nutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk
digunakan sebagai pakan unggas (Boniran S, 1999).
Beberapa komponen yang terdapat dalam bungkil kedelai diantaranya adalah air,
protein kasar, serat kasar, abu, lemak, kalsium, pospor, dan aflatoksin. (anonymous,
2009). Dalam pengujian mutu bungkil kedelai dapat dilakukan dengan prinsip pada
kadar air kehilangan bobot pada pemanasan 1050 dianggap sebagai kadar air yang
terdapat pada sampel, pada kadar protein senyawa nitrogen diubah menjadi
senyawa ammonium sulfat oleh H2SO4 pekat. Ammonium sulfat yang terbentuk
diuraikan oleh NaOH, amoniak yang dibebaskan diikat oleh asam borat (H3BO3) dan
kemudian dititar dengan larutan asam standar. (Julisti B, 2010).
Pada pengujian mutu bungkil kedelai serat kasar dilakukan dengan prinsip
ekstraksi sampel dengan asam dan basa encer dapat memisahkan serat kasar yang
terdapat didalam sampel dari bahan lain. Sedang untuk uji lemak, prinsipnya adalah
ekstraksi lemak dengan larutan non polar setelah contoh dihidrolisa dalam suasana
asam untuk membebaskan lemak yang terikat. (Julisti B, 2010).