Identitas Nasional
Identitas Nasional
Identitas Nasional
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah umum
Pendidikan Kewarganegaraan 24
disusun oleh
Kelompok 4
Dhina Puspitaningrum
(141710101016)
(141710101049)
(141710101070)
(141710101109)
(141710101112)
dari bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana di
jelaskan di atas maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan dengan
jati diri suatu bangsa ataulebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa
(Kaelan dan Zubaidi, 2007).
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai
persamaan nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau
karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah
tertentu sebagai suatu kesatuan nasional (Syahrial dan Wahid, 2006).
1.2 Tujan
Adapun tujuan dari makalah dinamika dan tantangan identitas Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Membentuk kepribadian warga Negara termasuk mahasiswa agar mampu
mempertahankan identitas nasional
b. Menanamkan pemahaman warga Negara termasuk mahasiswa mengenai
tantangan dan ancaman bagi identitas nasional sehingga dapat mengatasi
tantangan dan masalah yang dihadapi identitas nasional.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah dinamika dan tantangan
identitas Indonesia adalah sebagai berikut:;
a. Warga Negara Indonesia termasuk mahasiswa dapat mempertahankan Identitas
Nasional
b. Warga Negara Indonesia termasuk mahasiswa dapat mengetahui ancaman dan
tantangan yang mengancam Identitas Nasional sehingga mampu mengatasinya.
kognitif
akan
keanggotaannya
dalam
kelompok.
Individu
identitas yang menyatukan mereka sebagai bangsa, sebab dengan membentuk konsep
ke-kita-an dalam masyarakat.
5) Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) merupakan salah satu faktor
yang dapat membentuk bangsa-negara. Bersatu dalam perbedaan artinya kesediaan
warga masyarakat untuk bersama dalam suatu lembaga yang disebut Negara, atau
pemerintahan walaupun mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat, ras atau agama
yang berbeda.
6) Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan
yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan
semakin bervarariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling
bergantung di antara berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang bergantung pada pihak lain
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling bergantung antar
anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, maka semakin besar pula
solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
7) Kelembagaan
Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga pemerintahan dan politik,
seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik. Setidak-tidaknya terdapat dua
sumbangan birokrasi pemerintahan (pegawai negeri) bagi proses pembentukan bangsa,
yakni mempertemukan berbagai kepentingan dalam instansi pemerintah dengan
berbagai kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun suatu kepentingan
nasional, watak kerja, dan pelayanannya yang bersifat impersonal; tidak saling
membedakan untuk melayani warga negara. Angkatan bersenjata berideologi
nasionalistis karena fungsinya memelihara dan mempertahankan keutuhan wilayah dan
persatuan bangsa, personilnya direkrut dari berbagai etnis dan golongan dalam
masyarakat. Selain soal ideologi, mutasi dan kehadirannya di seluruh wilayah negara
merupakan sumbangan angkatan bersenjata bagi pembinaan persatuan bangsa
Keanggotaan partai politik yang bersifat umum (terbuka bagi warga negara yang
berlainan etnis, agama, atau golongan), kehadiran cabang-cabangnya di wilayah negara,
(2009)
menemukan
bahwa
tingkat
pendapatan
juga
dapat
mempengaruhi Identitas Nasional seseorang. Salah satu interpretasi dari hubungan ini
adalah bahwa pendapatan yang lebih tinggi kemudian menyebabkan modernisasi yang
lebih besar, yang pada gilirannya akan meningkatkan nasionalisme melalui pendidikan,
industrialisasi dan urbanisasi. Selain itu, usia dan jenis kelamin diketahui juga
merupakan prediktor Identifikasi Nasional. Laki-laki secara signifikan lebih
mengidentifikasikan dirinya dengan negara. Dari segi usia, rata-rata usia memiliki
hubungan non-linier untuk nasionalisme. Identitas Nasional lebih tinggi pada orangorang yang berusia dewasa keatas (Robinson, 2009). Rajiman, Davidov, Schmidt dan
Hochman (2008) menemukan bahwa pada beberapa negara, pendidikan dan orientasi
politik mempengaruhi Identitas Nasional Individu. Individu yang berpendidikan rendah
dan memiliki orientasi politik sayap kanan cenderung lebih nasionalis.
Blank, Schmidt dan Westle (2001) menemukan pengaruh usia dalam perbedaan
tingkat Identitas Nasional individu. Identitas Nasional secara konsisten dan signifikan
meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Hasil ini ditemukan dari penelitian yang
dilakukan di Austria, Jerman Barat, Jerman Timur, Inggris, Italia, Amerika dan Rusia.
Usia dapat memoderator tingkat identifikasi nasional individu berdasarkan pengalaman
hidupnya dengan bangsa. Dan usia dapat menjadi indikator untuk kemungkinan dan
realisasi pengalaman internasional individu. Kemungkinan individu yang lebih tua
untuk memiliki pengalaman internasional lebih sedikit jika dibandingkan dengan
individu yang lebih muda, sehingga memungkinkan mereka untuk memiliki hubungan
yang lebih kuat dengan bangsa dan negaranya dibandingkan individu yang lebih muda
(Blank, Schmidt dan Westle, 2001).
2.1.6. Identitas Nasional Bangsa Indonesia
Proses pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia cukup panjang,
dimulai dari kesadaran adanya perasaan senasib sepenanggungan bangsa Indonesia
warga
negara
dan
pemimpin
Indonesia
masih
ingat
dan
2. Apakah warga negara dan pemimpin Indonesia masih mampu berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar?
3. Apakah warga negara dan pemimpin Indonesia masih bisa menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya?
4. Apakah warga negara dan pemimpin Indonesia masih bisa mengenal lambang
negara?
5. Apakah warga negara dan pemimpin Indonesia masih bisa mengenal dan
melestarikan tradisi dan kebudayaan dari daerah dan asal etnik masing masing?
2.2 Pembahasan
1. Pluralisme dan Multikulturalisme
Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui
dan menerima adanya Kemajemukan atau Keanekaragaman dalam suatu
kelompok masyarakat. Kemajemukan dimaksud misalnya dilihat dari segi
agama, suku, ras, adat-istiadat, dll. Segi-segi inilah yang biasanya menjadi dasar
pembentukan aneka macam kelompok lebih kecil, terbatas dan khas, serta yang
mencirikhaskan dan membedakan kelompok yang satu dengan kelompok yang
lain, dalam suatu kelompok masyarakat yang majemuk dan yang lebih besar atau
lebih luas. Misalnya masyarakat Indonesia yang majemuk, yang terdiri dari
berbagai kelompok umat beragama, suku, dan ras, yang memiliki aneka macam
budaya atau adat-istiadat. Begitu pula masyarakat Maluku yang majemuk,
ataupun masyarakat Aru yang majemuk.
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk
meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya. Untuk dapat memahami
multikulturalisme diperlukan landasan pengetahuan yang berupa bangunan
konsep-konsep yang relevan dan mendukung keberadaan serta berfungsinya
multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Berbagai konsep yang relevan
dengan multikulturalisme antara lain adalah demokrasi, keadilan dan hukum,
nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat,
sukubangsa, kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan,
masyarakat
keanekaragaman
majemuk,
kebudayaan
karena
dalam
multikulturalisme
kesederajatan.
Ulasan
menekankan
mengenai
terbaru, mutakhir;
sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.
eksistensialisme,
liberalisme,
idealisme,
tidak
bisa
lain
membuktikan hal itu. Modernisme juga bisa diartikan sebagai semangat untuk
mencari dan menemukan kebenaran asasi, kebenaran esensial, dan kebenaran
universial. Rasio manusia dianggap mampu menyelami kenyataan faktual untuk
alternatif
maupun
melalui
pendidikan
luar
sekolah.
Ivan
reformasi
yang
tengah
berjalan
menimbulkan
berbagai
kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang terkait dengan Orde Baru
termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan dibongkar. Bermunculan
pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai-partai
politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar
Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka yang dengan
sendirinya makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan
benturan antar etnik dengan segala permasalahannya.
Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena
perlakuan yang tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
khususnya pada daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan
alamnya
berlimpah/
menyelenggarakan
berlebih,
pemerintahan
sehingga
sendiri
daerah
dengan
tersebut
tingkat
mampu
kesejahteraan
warga Negara Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Selain penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, lagu
kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia Raya juga mulai dilupakan karena mulai
tergeser dengan lagu lagu yang sekarang banyak diminati oleh banyak warga
Indonesia sehingga lagu daerah maupun lagu nasional tergeser dan mulai
dilupakan. Namun, hal tersebut masih dapat disiasati dengan cara mengadakan
upacara bendera setiap hari senin bukan hanya untuk kalangan pelajar namun
juga pegawai sehingga lagu nasional terutama lagu Indonesia Raya masih
diingat dan dinyanyikan oleh seluruh warga Negara Indonesia.
Lambang Negara yang merupakan identitas bangsa Indonesia juga
merupakan salah satu hal yang sangat penting dan tidak boleh dilupakan (harus
dilesatarikan). Lambang Negara kita yaitu Burung Garuda yang terdapat juga
lambang pada sila Pancasila harus tetap diingat dan dipahami. Salah satu cara
yang dapat dilakukan agar warga Negara Indonesia tetap mengingat lambang
Negara adalah dengan cara setiap instansi pemerintahan, perkantoran maupun
pendidikan memasang foto maupun lambang Negara Burung Garuda sehingga
kita sebagai warga Negara tetap mengingat lambang Negara kita.
Permasalahan dan tantangan lainnya adalah mengenai pelestarian tradisi
dan kebudayaan daerah. Pelestarian tradisi dan kebudayaan daerah harus
dilakukan agar tradisi dan budaya yang telah ada sejak jaman dahulu kala tetap
lestari dan tidak tergantikan oleh budaya dari luar negeri. Pelestarian harus
dilakukan karena apabila budaya daerah tergantikan oleh budaya luar negeri
maka budaya luar akan dengan mudah mengintervensi Negara kita yang
nantinya bisa jadi akan merubah khasanah dan budaya kita selain itu apabila
budaya luar masuk dengan bebas ke Indonesia akan menggeser nilai nilai
budaya Indonesia yang tidak sesuai dengan nilai nilai Pancasila. Cara yang
dapat dilakukan agar budaya daerah tetap lestari adalah tetap merayakan
peringatan upacara adat seperti ngaben di Bali, Lompat Batu di Nias, dsb.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah dinamika dan tantangan identitas Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Pluralisme adalah suatu paham yang biasanya menjadi dasar pembentukan aneka
macam kelompok lebih kecil, terbatas dan khas, serta yang mencirikhaskan dan
membedakan kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, dalam suatu
kelompok masyarakat yang majemuk dan yang lebih besar atau lebih luas.
b. Untuk dapat memahami multikulturalisme diperlukan landasan pengetahuan
yang berupa bangunan konsep-konsep yang relevan dan mendukung keberadaan
serta berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan manusia.
c. Postmodernisme disebut sebagai sebuah gerakan pencerahan atas pencerahan
namun, yang terjadi adalah sebaliknya, yakni manusia bukan lagi sebagai subjek
dan pelaku untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi
jatuh terperangkap ke dalam objek dan sasaran yang dikendalikan oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
d. Pengaruh Postmodernisme terhadap paradigma pendidikan yaitu pendidikan
pada saat sekarang tidak lagi dipahami sebagai peneguhan proses transformasi
pengetahuan (knowledge) yang hanya dikuasai oleh sekolah (pendidikan
formal).
e. Globalisasi menjadi sebuah tantangan dan juga ancaman bagi negara-negara
dunia ke tiga. Globalisasi muncul akibat modernisasi yang dilakukan oleh
negara-negara maju.
f. Penyebab timbulnya disintegrasi karena perlakuan yang tidak adil dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah yang
memiliki potensi sumber daya berlebih.
g. permasalah dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa pada saat ini adalah
mengenai implementasi nilai nilai Pancasila, penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, lagu kebangsaan Indonesia yang mungkin sudah sedikit
dilupakan, lambang Negara yang banyak dilupakan esensinya dan pelestarian
budaya yang ada di Indonesia.
h. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dan permasalahn
identitas bangsa Indonesia antara lain: pemerintah mewajibkan pendidikan wajib
belajar 9 tahun sehingga warga Negara Indonesia dapat menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, upacara bendera setiap hari senin bukan hanya
untuk kalangan pelajar namun juga pegawai sehingga lagu nasional terutama
lagu Indonesia Raya masih diingat dan dinyanyikan oleh seluruh warga Negara
Indonesia, instansi pemerintahan, perkantoran maupun pendidikan memasang
foto maupun lambang Negara Burung Garuda sehingga kita sebagai warga
Negara tetap mengingat lambang Negara kita serta tetap merayakan peringatan
upacara adat seperti ngaben di Bali, Lompat Batu di Nias, dsb.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah warga Negara Indonesia termasuk
mahasiswa lebih mendalami tentang Identitas Nasional beserta ancaman dan tantangan
yang akan dihadapi. Selain itu, juga agar dapat mempertahankan Identitas Nasional
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh Negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 1995. 50 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: PT Citra Media Persada.
Blank, T., Schmidt, P., & Westle, B. (2001). Patriotism A Contradiction, A
Possibility, or An Empirical Strategy?. Grenole: ECPR.
Bostock, W. W., & Smith, G. W. (2001). On Measuring National Identity. Hobart: Sosial
Science Paper Publisher.
Davidov, E. (2009). Measurement Equivalence of Nationalism and Constructive
Patriotism in the ISSP: 34 Countries in a Comparative Perspective. Political
Analysis, 17, 64-82.
Gibson, S. (2003). Social Psychological Studies of National Identity: A Literature
Review. Lancaster: Lancaster University.
Hogg, M., & Abrams, D. (1988). Social Identification: A Social Psychology of
Intergroup Relations and Group Processes.London: Routledge.
Illich, Ivan. (2003). Bebaskan masyarakat dari belenggu sekolah. Terjemahan, Sonny
Keraf. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kaelan dan Zubaidi.2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:Paradigma, Edisi
pertama.
Martin, J. & Nakayama, T. (2010). Intercultural Communication in Contexts. New York:
The MC Graw-Hill Companies Inc.
Michener, A., & Delamater, J. (1999). Social Psychology. Fourth Edition. USA:
Harcourt Brace College Publishers.
Mller-Peters, A. (1998). The Significance of National Pride and National Identity to
the Attitude Toward the Single European Currency: A EuropeWide
Comparison. Journal of Economic Psychology, 19, 701-719.
Norris,
Christopher.
2003. Membongkar
teori
dekonstruksi
Jaques