Multiplikasi Tunas Dari Tunas in Vitro
Multiplikasi Tunas Dari Tunas in Vitro
Multiplikasi Tunas Dari Tunas in Vitro
Disusun Oleh :
Puji Hanani
4411413023
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
karbohidarat yang umumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang biasanya
didapat dari atmosfer melalui fotosintesis. Wetherell (1982) menambahkan satu atau
dua macam vitamin dan hormon tanaman untuk merangsang terjadinya pertumbuhan
dan atau pengaturan jenis pertumbuhan. Salah satu formulasi yang sering dipakai
sebagai media kultur adalah Murashige-Skoog (MS) yang ditemukan oleh Toshio
Murashige. Formulasi dasar mineral dari MS dapat digunakan untuk sejumlah besar
spesies tanaman pada perbanyakan secara in vitro (Wetherell, 1982).
Dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan dapat ditempuh melalui
dua jalur, yaitu organogenesis dan embriogenesis somatik. Jalur embriogenesis
somatik di masa mendatang lebih mendapat perhatian karena bibit dapat berasal dari
satu sel somatik sehingga bibit yang dihasilkan dapat lebih banyak dibandingkan
melalui jalur organogenesis. Disamping itu, sifat perakarannya sama dengan bibit asal
biji.
Zat pengatur tumbuh terdiri dari golongan sitokinin dan auksin. Auksin
mempunyai peran ganda tergantung pada struktur kimia, konsentrasi, dan jaringan
tanaman yang diberi perlakuan. Pada umumnya auksin digunakan untuk menginduksi
pembentukan kalus, kultur suspensi, dan akar, yaitu dengan memacu pemanjangan
dan pembelahan sel di dalam jaringan kambium (Pierik, 1987). Untuk memacu
pembentukan kalus embriogenik dan struktur embrio somatik seringkali auksin
diperlukan dalam konsentrasi yang relatif tinggi.
Zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol proses
biologi dalam jaringan tanaman (Davies, 1995; Gaba, 2005). Perannya antara lain
mengatur kecepatan pertumbuhan dari masingmasing jaringan dan mengintegrasikan
bagian-bagian tersebut guna menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai tanaman.
Aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur
kimia, konsentrasi, genotipe tanaman serta fase fisiologi tanaman (Satyavathi et al.,
2004; George, 1993;Dodds dan Roberts, 1982). Dalam proses pembentukan organ
seperti tunas atau akar ada interaksi antara zat pengatur tumbuh eksogen yang
ditambahkan ke dalam media dengan zat pengatur tumbuh endogen yang diproduksi
oleh jaringan tanaman (Winata, 1987). Penambahan auksin atau sitokinin ke dalam
media kultur dapat meningkatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam
sel, sehingga menjadi faktor pemicu dalam proses tumbuh dan perkembangan
jaringan. Untuk memacu pembentukan tunas dapat dilakukan dengan memanipulasi
dosis auksin dan sitokinin eksogen (Poonsapaya et al., 1989).
3. Rumusan Masalah :
Bagaimana cara melakukan penggandaan tunas tanaman anggrek dan krisan yang
efektif dan efisien?
4. Alat dan Bahan :
a. Alat :
Laminar Air Flow Cabinet (LAF) yang dilengkapi lampu UV (ultra
violet)
Botol kultur (volume 100 ml) dan penutup
Skalpel, pinset dan cawan petri steril
Lampu spiritus
Sprayer volume 500 ml
b. Bahan :
Tunas in vitro anggrek dan krisan
Media MS yang mengandung BA dan NAA dengan perbandingan A
(Kinetin 7,5 ppm + NAA 5 ppm) dan B (Kinetin 5 ppm + NAA 5 ppm)
Spirtus/alkohol
5. Cara Kerja :
1. Menyiapkan media MS ditambah ZPT dengan dua kombinasi, yaitu BA (7,5 ppm
+ 5 ppm) dan BA (7,5 ppm + NAA 7,5 ppm)
2. Mengambil satu clump tunas yang telah ditumbuhkan dalam medium in vitro.
3. Ke dalam setiap botol kultur ditanam satu tunas dengan menggunakan piset,
scalpel yang steril ke medium kultur
4. Meletakkan botol kultur di atas rak kutur didalam ruang inkubasi tertutup bersuhu
24C-25C dalam kondisi terang 24 jam
6. Hasil
No.
Foto
Keterangan
1.
terbentuk
Jumlah tunas normal : 4
Pertambahan tinggi :
belum bertambah
Pertambahan
jumlah
daun/
2.
belum
bertambah
Morfologi tunas: kuncup
masih
Tanaman Krisan
tunas:
kecil,
belum
terbentuk
Jumlah tunas normal : 4
Pertambahan tinggi :
belum bertambah
Pertambahan jumlah
daun/ tunas: belum
Tanaman Anggrek
bertambah
Morfologi tunas: kuncup
masih kecil, belum
terbentuk daun baru
7. Pembahasan
Teknik multiplikasi tunas merupakan teknik yang efisien untuk
reproduksi tumbuhan. Tunas, baik yang diperroleh dari tumbuhan yang hidup
di kondisi alamiah maupun in vitro dapat diinduksi untuk menggada dengan
perlakuan tertentu. Penggandaan tunas pada umumnya memerlukan ZPT.
Kombinasi antara sitokinin dengan auksin dapat memacu morfogenesis
dalam pembentukan tunas (Flick et al., 1993). Pada tanaman inggu,
pembentukan tunas adventif dari batang dapat diperoleh dengan menggunakan
media MS + BA 1,5 mg/l + 2.4-D 0,3 mg/l (Lestari dan Husni, 1997). Tunas
adventif pada tanaman daun dewa diperoleh dari kalus yang diinisiasi
menggunakan media MS + 2.4-D 0,1 mg/l + BA 0,1 mg/l + kinetin 2 mg/l
kemudian dipindah ke media tanpa zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh
2.4-D berperan sebagai inisiasi kalus, dengan adanya BA maka pembentukan
tunas adventif menjadi lebih aktif (Flick et al., 1993).
Jenis zat pengatur tumbuh yang berbeda dari golongan yang sama seperti
kinetin, zeatin dan 2-iP kadang dibutuhkan untuk memacu morfogenesis yang
lebih optimal (Gaba, 2005). Penggunaan zat pengatur tumbuh di dalam kultur
jaringan tergantung pada tujuan atau arah pertumbuhan tanaman yang
diinginkan. Zat pengatur tumbuh BA (benzyl adenin) paling banyak digunakan
untuk memacu penggandaan tunas karena mempunyai aktivitas yang kuat
dibandingkan dengan kinetin (Zaer dan Mapes, l982). BA mempunyai struktur
dasar yang sama dengan kinetin tetapi lebih efektif karena BA mempunyai
gugus benzil (George dan Sherington, l984). Flick et al. (1993) menyatakan
bahwa pada umumnya tanaman memiliki respon yang lebih baik terhadap BA
dibandingkan terhadap kinetin dan 2-iP sehingga BA lebih efektif untuk
produksi tunas in vitro.
Hasil yang diperoleh yaitu tanaman anggrek dan krisan belum
menunjukkan pertumbuhan yang maksimal. Belum terbentuk tunas baru,
belum ada pertambahan tinggi tunas dan belum ada pertambahan jumlah daun/
tunas. Kemungkinan hal ini adalah kurangnya waktu yang diberikan untuk
mengamati pertumbuhan tanaman sub kultur dan tanaman tersebut
memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh.
8. Simpulan
1. Media yang digunakan untuk multiplikasi atau subkultur tanaman anggrek
dan krisan yaitu media MS yang ditambahkan dengan ZPT kinetin dan
NAA
2. Belum terjadi pertumbuhan tanaman anggrek maupun tanaman krisan
karena tanaman memerlukan waktu yang lama untuk membentuk tunas
yang baru.
9. Daftar Pustaka
Davies, P.J. 1995. The Plant hormone their nature, occurence and function. In
Davis (ed). Plant Hormone and Their Role in Plant Growth
Development. Dordrecht Martinus Nijhoff Pulblisher
Gaba, V.P. 2005. Plant Growth Regulator. In RN. Trigiano and D.J Gray (eds.).
Plant Tissue Culture and Development. CRC Press. London. P. 87-100
George, E.F. 1993. Plant Propagation by Tissue Culture. Part 1 Th
Technology Exegetic. England. P. 1361George, E.F and P.D.
Sherington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Andbook and
Directory of Commercial Laboratories. Exegetic. England. 809 p
10. Lampiran
a.jawaban pertanyaan :
1. di dalam percobaan ini tidak dilakukan sterilisasi eksplan karena eksplan yang
diambil dari tunas in vitro yang sudah dikulturkan.
2. media yang digunakan menggunakan ZPT BA dan NAA karena keduanya termasuk
dalam hormon sitokinin dan auksin. Penggunaan sitokinin dan auksin dalam satu
media dapat memacu proliferasi tunas karena adanya pengaruh sinergisme antara zat
pengatur tumbuh tersebut (Thorpe, 1987; Davies, 1995). Contohnya pada tanaman
obat langka pulasari (Alyxia stellata) kombinasi BA dan NAA menghasilkan tunas
lebih banyak (Lestari dan Mariska, 1992), tanaman krisan menggunakan kombinasi
BA 1 mg/l + GA3 mg/l diperoleh faktor multiplikasi tunas tertinggi (Karim et al.,
2003), dan tanaman tangguh menggunakan kinetin 3 mg/l + IAA 10 mg/l (Lestari et
al., 1999).
3.ZPT yang menunjukkan hasil terbaik yaitu A dengan konsentrasi Kinetin 7,5 ppm
dan NAA 5 ppm. karena tanaman lebih cocok pada ZPT tersebut.
4.sub kultur dilakukan untuk memperbanyak tunas agar hasil yang diinginkan banyak
dan memperoleh hasil yang diinginkan
5. ada. Tunas yang abnormal pada hasil yaitu tunas anggrek karena media yang
digunakan mencari/ kontam.
b. Lampiran cara pembuatan Medium :
1. Membuat Larutan stok ZPT kinetin dan NAA:
Menimbang sebanyak 0,1 gram NAA dan 0,1 gr BAP atau kinetin
Melarutkan dalam 100 ml akuades masing-masing stok ZPT dalam erlenmeyer
Untuk ZPT Kinetin ditambahkan HCL 10%
Seddangkan ZPT NAA ditambahkan NAOH 10%