Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman
Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman
Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman
Disusun Oleh :
Anneysa Sheryavina (20180210054)
Muhamad Bayu Prasetyo (20180210057)
Muhammad Zulfan Yahya (20180210065)
Dhika Utami (20180210068)
Rizky Syahrul Ramdhani (20180210070)
Agroteknologi B1/3
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting
dalam kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung
pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan
lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Zulkifli, 2012).
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih
cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva
sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap,
tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam
lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).
Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering dijumpai
khususnya pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang menunjukkan
pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu, yang dikenal dengan model
sigmoid. Biomassa tanaman mula-mula (pada awal pertumbuhan) meningkat
perlahan, kemudian cepat dan akhirnya perlahan sampai konstan dengan
pertambahan umur tanaman.
b. Tujuan
1. Membuktikan bahwa tanaman dan bagian-bagiannya mempunyai
pertumbuhan yang berbentuk kurve sigmoid.
2. Mengetahui pengaruh keadaan lingkungan terhadap terjadinya kurve sigmoid
pertumbuhan pada tanaman.
3. Mengetahui cara pengukuran pertumbuhan tanaman secara kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kurve Sigmoid
Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel
secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur
tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan
dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Tjitrosoepomo, 1999). Pertumbuhan
tiap-tiap individu secara umum diperlihatkan sebagai bentuk sigmoid. Kurva
sigmoid merupakan kurva pertumbuhan pada fase vegetatif sampai titik tertentu
akibat pertambahan sel tanaman dan kemudian melambat. Periode awal dengan laju
pertumbuhan eksponensial yang pendek, kemudian linier yang relative panjang.
Laju pertumbuhan yang linier diikuti fase lajunya menurun (Perwtasari el al.,2012).
Kurva pertumbuhan berbentuk-S (sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh
banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian terbentuk dari tumbuhan. Kurva
sigmoid menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali, fase logaritmik, linier dan penuaan (Salisbury dan ross,
1995). Menurut Firmansyah dkk (2009), pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
tiga faktor lingkungan. Faktor pertama adalah iklim yang meliputi suhu udara,
radiasi sinar matahari, angin, dan kelembaban. Faktor kedua adalah tanah dan
kandungan unsur hara yang ada pada tanah. Faktor ketiga adalah biotik seperti
gulma, hama, dan penyakit tanaman. Menurut Tjitrosoepomo (1999), laju
pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena
itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat
dan pada waktu absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S
atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid adalah suatu kurva yang mencirikan pola
pertumbuhan tanaman (Gardner et al., 2008). Menurut Srigando (1991), terdapat
tiga fase utama yang mudah dikenali dalam krva sigmoid, yaitu fase logaritmik,
fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju
pertumbuhan lambat pada awalnya, tetapi kemudian meningkat terus dan pada
akhirnya pertumbuhan menurun (fase penuaan).
b. Tanaman Jagung
Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan tanaman semusim yang dapat
menghabiskan paruh waktu pertama untuk fase vegetatif dan paruh waktu kedua
untuk fase generatif. Pertumbuhan vegetatif tanaman jagung adalah pertumbuhan
yang berhubungan dengan penambahan ukuran dan jumlah sel pada suatu tanaman.
Pertumbuhan tanaman jagung meliputi fase perkecambahan yang dilanjutkan
dengan fase pertumbuhan vegetatif yang mencakup perbesaran batang, daun dan
akar tanaman yang akhirnya melambat ketika dimulai fase generatif (Aksi Agraris
Kanisius, 1993). Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif ialah pertumbuhan
tanaman yang berkaitan dengan kematangan organ reproduksi suatu tanaman. Fase
ini dimulai dengan pembentukkan primordia, proses pembungaan yang mencakup
peristiwa penyerbukan dan pembuahan. Proses yang terjadi selama terbentuknya
primordia hingga pembentukan buah digolongkan dalam fase reproduksi.
Sedangkan proses perkembangan biji atau buah hingga siap dipanen digolongkan
dalam fase masak (Aksi Agribisnis Kanisius, 1993).
Jagung dikelompokan berdasarkan umur panen, yaitu jagung umur genjah
dan umur dalam. Jagung umur genjah adalah jenis jagung yang dapat dipanen pada
umur kurang dari 90 hari. Jagung umur dalam adalah jenis jagung yang masa
panennya lebih dari 90 hari ( Iriany dkk.,2007). Seperti tanaman lain, jagung juga
memerlukan unsur hara untuk kelangsungan hidupnya. Unsur hara tersebut terdiri
dari C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, B, Cu, Zn, Mo, Mn, Cl, Si, Na, dan Co
(Salisbury dan Ross, 1992). Pupuk adalah salah satu cara untuk menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen
jagung baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini disebabkan pemupukan
dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, kesehatan tanaman dan menekan
perkembangan penyakit (Prahasta, 2009). Pupuk yang biasa digunakan untuk
tanaman jagung ialah pupuk organik (contohnya pupuk kandang) maupun pupuk
anorganik (contohnya pupuk urea dan pupuk NPK).
c. Kacang Hijau
Kacang hijau (Phaseolus radiates L.) sebagai salah satu sumber protein
nabati, merupakan komoditas strategis karena permintaannya cukup besar setiap
tahun, sebagai bahan pangan, pakan, maupun industri. Kacang hijau berumur
genjah (55-65 hari), tahan kekeringan, variasi jenis penyakit relatif sedikit, dapat
ditanam pada lahan kurang subur dan harga jual relatif tinggi serta stabil. Kacang
hijau merupakan tanaman berumur genjah (pendek), toleran terhadap kekeringan
karena berakar dalam, dapat tumbuh pada lahan yang miskin unsur hara.
Tanaman seperti kacang hijau memerlukan fosfor dalam jumlah yang banyak
agar dicapai hasil yang tinggi. Fosfor adalah unsur hara makro yang berperan dalam
fase generatif tanaman seperti bunga, buah, atau biji. Kacang hijau adalah tanaman
yang dimanfaatkan hasil perkembangan generatifnya yang berupa biji.
Penggunaan pupuk kandang berupa kotoran (ayam dan sapi) dapat
meningkatkan kandungan P tersedia dalam tanah sebesar 65,7% (Hossain et al.,
2016). Unsur P menjadi penting bagi kacang hijau karena kemampuannya
bersimbiosis dengan Rhizobium untuk mengubah N bebas dari udara menjadi N
tersedia bagi tanaman. Ahmad et al., (2004) menyatakan kerapatan tanaman sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil biji. Jumlah tanaman per lubang dapat
digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan faktor lingkungan bagi
tanaman. Kompetisi intraspesifik tanaman dapat terjadi akibat populasi tinggi
karena jarak tanam rapat (Jahan dan Hamid, 2004).
d. Analisis Pertumbuhan
Analisis tumbuh tanaman digunakan untuk memperoleh ukuran kuantitatif
dalam mengikuti dan membandingkan pertumbuhan tanaman, dalam aspek
fisiologi maupun ekologis, baik secara individu maupun pertanaman (Lestari
Indradewa & Rogomulyo, 2012).
Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika
fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Bahan kering brangkasan
adalah indikator pertumbuhan tanaman karena berat kering tanaman merupakan
hasil akumulasi asimilat tanaman yang diperoleh dari total pertumbuhan dan
perkembangan tanaman selama hidupnya. Semakin besar berat kering berarti
semakin baik pertumbuhan dan erkembangan tanaman tersebut (Mursito dan
Kawiji,2002).
Analisis pertumbuhan dapat dilakukan terhadap sebatang tanaman atau
terhadap komunitas tanaman. Analisis tumbuhan sebatang tanaman, umumnya
dilakukan pada tahap awal, meliputi laju pertumbuhan relatif dan mutlak, laju
asimilasi bersih, rasio luas daun, luas daun khusus, berat daun khusus, dan alometri
dalam pertumbuhan (Gardner et al., 2008) dalam (Lestari, Indradewa, &
Rogomulyo, 2012).
BAB III
2. Alat :
- Polybag
- Penggaris
b. Cara Kerja
1. Kurve Sigmoid Pertumbuhan
- Pilihlah benih-benih tanaman semusim yang mrmpunyai sifat baik.
- Isilah pot tanah atau polybag sesuai perlakuan (tanah saja, tanah + pupuk
kompos, dan tanah + pupuk NPK) sampai penuh.
- Perlakuan pupuk organik dicampurkan dengan tanah sebelum dimasukkan
dalam polybag dan pemupukan NPK dilakukan 2 kali.
- Tanamlah benih-benih tanaman semusim tersebut pada tempat yang telah di
siapkan 3 benih tiap polybag atau tiap lubang tanam. Setelah umur satu minggu
jarangkanlah sehingga diperoleh 1 tanaman tiap polybag.
- Letakkan polybag pada tempat yang agak gelap sehingga tanaman hanya
menerima cahaya yang sedikit.
- Peliharalah dengan melakukan penyiraman 2 hari sekali dan cabutlah gulma di
sekitar tanaman.
- Amati pertumbuhan tanaman tersebut dengan mengukur tinggi tanaman dan
jumlah daun setiap 3 hari sekali selama 8 minggu.
- Buatlah grafik yang menunjukkan hubungan antara tinggi tanaman atau jumlah
daun terhadap waktu pengamatan.
2. Analisis Pertumbuhan Tanaman
- Sama seperti acara kurve sigmoid.
- Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Variable pengamatan meliputi
luas daun (dengan cara gravimetri) dan berat kering (daun, tajuk, akar, total).
- Hitunglah RGR, NAR, LAR, SLW, SLA, dan Nisbah Shoot-Root.
- Amati perbedaan parameter pertumbuhan pada tanaman jagung dan kacang
hijau.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
Tanpa Pupuk 19,65 35,38 60,55 80,45 101,98 108,78 120,55 124,23 130,85
NPK 20,60 39,20 61,35 83,25 97,25 105,40 115,28 122,48 128,28
Kompos 21,98 52,48 72,80 95,88 109,75 117,28 127,15 130,05 136,80
Tanpa Pupuk 2,75 4,25 6,00 7,75 8,25 8,25 9,00 10,00 11,50
NPK 3,00 4,25 6,50 8,00 8,75 9,00 9,25 10,00 11,75
Kompos 3,00 5,00 7,25 8,50 8,75 9,00 9,25 10,00 11,50
Tanpa Pupuk 8,00 15,45 22,25 29,25 35,75 44,50 53,50 59,00 63,38
NPK 9,33 18,00 26,33 34,67 52,00 58,67 65,33 71,00 76,00
Kompos 9,75 18,03 24,95 32,58 45,48 56,73 66,63 73,28 78,53
Tanpa Pupuk 2,00 4,25 8,50 11,50 15,25 18,25 20,00 22,25 23,75
NPK 2,00 4,67 10,67 13,00 16,33 18,67 23,00 25,00 26,67
Kompos 2,00 4,50 9,50 11,75 15,75 19,00 21,25 22,25 24,00
Tabel 6. Pengamatan Kurban Tanaman Kacang Hijau
La Lw W W sh W rt
Perlakuan
40 55 40 55 40 55 40 55 40 55
B. Pembahasan
1. Tanman Jagung
a. Tinggi Tanaman
Salah satu parameter yang diukur pada analisis pertumbuhan tanaman
jagung adalah tinggi tanaman. Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang
hingga daun tertinggi (dengan cara menangkupkan seluruh daun). Tinggi
tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator
pertumbuhan maupun sebagai parameter untuk mengukur pengaruh
lingkungan atau perlakuan yang diterapkan karena tinggi tanaman
merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan
Guritno, 1995). Pada hasil pengamatan dan data tabulasi kelas, diperoleh
grafik pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman jagung sebagai berikut:
b. Jumlah Daun
Parameter analisis pertumbuhan vegetatif yang kedua adalah jumlah
daun. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan karena selain sebagai
indikator pertumbuhan, parameter jumlah daun juga diperlukan sebagai data
penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi. Jumlah
daun yang diamati, dihitung dari seluruh daun yang telah membuka
sempurna.
Gambar 2. Kurve jumlah daun pada tanaman jagung selama 55 hari
Histogram di atas menunjukkan Leaf Area Rasio pada 40 HST dan 60 HST
yang tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa pupuk.
g. Nisbah Shoot-Root
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa, tumbuhan yang terlalu
banyak mendapatkan nitrogen memiliki sistem akar yang kerdil sehingga
nisbah tajuk akarnya tinggi. Semakin rendah nilai nisbah tajuk akar akan
menghasilkan produksi bahan kering yang lebih baik. Hal ini dipengaruhi
juga oleh iklim yang menunjang dan faktor ketersediaan air yang dapat
menunjang perkembangan akar sehingga menghasilkan produksi bahan
kering yang labih baik. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan bahwa nilai
nisbah shoot-root terendah terdapat pada perlakuan kompos, sedangkan
nilai berat kering (RGR) yang tertinggi terdapat pada perlakuan kompos.
Berikut adalah histogram Nisbah Shoot-root.
Gambar 7. Histogram Nisbah Shoot-Root
Tinggi Tanaman
100
80
60
cm
Tanpa Pupuk
40
20 NPK
0 Kompos
7 13 19 25 31 37 43 49 55
Hari ke-
Jumlah Daun
30
20
Helai
Tanpa Pupuk
10
NPK
0 Kompos
7 13 19 25 31 37 43 49 55
Hari ke-
Gambar 10. Kurve jumlah daun tanaman kacang hijau selama 55 hari
0.02 NPK
0.015 Kompos
0.01
0.005
0
0.00025
0.0002
g/cm2/hari
Tanpa
0.00015 Pupuk
NPK
0.0001
0.00005
0
Gambar 12. Histogram Net Assimilate Rate
Indeks Luas Daun (ILD) atau Net Assimilation Rate (NAR) adalah laju
penimbunan berat daun per satuan waktu. NAR merupakan ukuran rata-rata
efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman budidaya. NAR
yaitu tingkat asimilasi CO2 bersih, jumlah total CO2 yang diambil tanaman
dikurangi dengan jumlah yang hilang melalui respirasi. NAR dapat
menggambarkan produksi bahan kering atau merupakan produksi bahan
kering per satuan luas daun dengan asumsi bahan kering tersusun sebagian
besar dari CO2. Pada tanaman kacang hijau, tingkat asimilasi CO2 bersih
paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pupuk. Hal tersebut
disebabkan karena perlakuan tanpa pupuk dalam pertumbuhannya tidak
terpengaruhi oleh faktor eksternal.
e. Spesific Leaf Weight
0.008
0.006
g/cm2
Tanpa Pupuk
0.004
NPK
0.002 Kompos
0
40 60
Hari Setelah Tanam
Spesific Leaf Weight (SLF) pada tanaman kacang hijau diperoleh berat
daun spesifik dari ketebalan daun (g/cm2) yang paling tinggi ditunjukkan
pada perlakuan tanpa pupuk di kedua waktu yang berbeda yaitu pada 40 hari
setelah tanam dan 55 hari setelah tanam.
80 Tanpa Pupuk
60 NPK
40
20 Kompos
0
40 60
Hari Setelah Tanam (HST)
Nisbah Shoot-Root
12
10
8
6 Tanpa Pupuk
4 NPK
2 Kompos
0
40 60
Hari Setelah Tanam
80 Tanpa Pupuk
60 NPK
40
20 Kompos
0
40 60
Hari Setelah Tanam
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan,
yaitu bahwa tanaman dan bagian bagiannya memiliki pertumbuhan yang
berbentuk kurva sigmoid, dan dapat di ketahui bahwa pengaruh lingkungan
dan penggunaan ekstrenal input mempengaruhi pertumubuhan pada
tanaman
B. Saran
Sebaiknya praktikan melakukan perawatan secara intensif agar diperoleh
hasil yang optimal dan dapat sesuai dengan fase-fase pertumbuhan.
Daftar Pustaka
Aak. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Ahmad, R., Mahmood, I., Kamal, J., & Bukhari, S. A. H. 2004. Growth and Yield
Response of Three Mungbean ( Vigna radiata L .) Cultivars to Varying
Seeding Rates, 03(06), 538–540.
Firmansyah, f., Anngo, T.M., dan Akyas, A.M. 2009. Pengaruh Umur Pindah
Tanam Bibit dan Populasi Tanaman terhadap Hasil dan Kualitas Sayuran
Pakcoy (Brassica campestris L., Chinensis Group) yang ditanam dalam
naungan kasa di dataran Medium. Jurnal Agrikultura 20(3):216-224.
Gardner, F.P., Pearce, R.B., dan Mitchell, R.L. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah: H. Susilo. UI-Press. Jakarta. pp.247-261, 355-368
Gardner, F.P., R. Brent P., Roger L.M. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan oleh Herawati Susilo. UI-Press, Jakarta.
Gardner, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press: Jakarta.
Hossain, M. S., Hossain, A., Sarkar, M. A. R., Jahiruddin, M., Teixeira da Silva, J.
A., & Hossain, M. I. 2016. Productivity and soil fertility of the rice–wheat
system in the High Ganges River Floodplain of Bangladesh is influenced by
the inclusion of legumes and manure. Agriculture, Ecosystems &
Environment, 218, 40–52.
Iriany, Neni, dkk. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi Tanaman Jagung.
Jahan, S., & Hamid, A. 2004. Effect of Population Density and Planting
Configuration on Dry Matter Allocation and Yield in Mungbean (Vigna
radiata (L.) Wilczek). Pakistan Journal of Biological Sciences, 7(9), 1493–
1498.
Muis, A., Indradewa, D., & Widada, J. 2013. Pengaruh Inokulasi Mikoriza
Arbuskula Terhadap pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max 9l.)
Merrill) pada Berbagai Interval Penyiraman. Vegetalika, 7-20.
Mursito, D. Dan Kawiji. 2002. Pengaruh Kerapatan Tanam dan Kedalaman Olah
Tanah Terhadap Hasil Umbi Lobak (Raphanus sativus L.). Agrosains. 4(1):
1-6
Perwtasari, B., M. Tripatmasari dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh media tanam
dan nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoi dengan system
hidroponik. Universitas negeri Malaysia. Malasiya
Prahasta. 2009. Agribisnis Jagung. Pustaka Grafika. Bandung, hal. 1.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Edisi IV. ITB,
Bandung.