Analisis Obat
Analisis Obat
Analisis Obat
KELOMPOK II (DUA)
Anggota Kelompok
1. Nama: Fadilah Ayu Lestari
2. Nama: La Lio
3. Nama: Lili Handayani
14 022
4. Nama: Nurlela Sundari Z
5. Nama : Rezky Nahdiati Rianda
14 039
Nama/NIM
/ O1A114013
La Lio
/ O1A114019
Lili Handayani
/ O1A114022
Nurlela Sundari Z.
/ O1A114034
/ O1A114039
Kelompok
: II (Dua)
Tanggal
: 28 Mei 2016
efek
farmakologi
dan
klinik
dari
obat
tersebut.
Studi
pada
keadaan
dengan menentukan
pasien
kadar
hayati
suatu
yang bersangkutan
dalam
plasma
obat
dapat
(secara in vivo)
kurva kadar waktu setelah obat diminum dan berada pada jaringan
biologik atau larutan seperti darah dan urin. Data ketersediaan hayati dapat
pula digunakan untuk menentukan jumlah atau bagian obat yang diabsorbsi
dari bentuk sediaan, kecepatan obat diabsorbsi, masa kerja obat berada
didalam cairan biologik atau jaringan bila dihubungkan dengan respon
pasien dan hubungan antara kadar obat dalam darah dengan efektivitas
terapi/efek toksik (Firdaus, 2009 )
Profil farmakokinetik obat
dalam
jaringan
atau
profil
sejumlah konsentrasi obat pada tempat aksinya. Interaksi suatu molekul obat
pada reseptor menginisiasi suatu rangkaian proses yang menyebabkan
respon farmakologi. Menurut Shargel dan Yu (1993), farmakodinamik
merupakan hubungan antara kadar obat di tempat aksinya (reseptor) dan
respon farmakologi, dengan melibatkan efek fisiologi dan biokimia dari
struktur molekul obat. Menurut Rowland and Tozer (1989), dalam hal
pemberian obat, terdapat dua fase yaitu fase farmakokinetik yaitu hubungan
antara dosis, bentuk dosis, frekuensi dan cara pemberian dengan konsentrasi
dan waktu dalam tubuh, serta fase farmakodinamik yaitu mengenai efek dari
sejumlah konsentrasi obat pada tempat aksinya. ( Wijayanti, 2010).
Sejak beberapa tahun yang lalu, pola pengontrolan kualitas dan
pemakaian klinik obat dipengaruhi oleh suatu disiplin ilmu yang
mempelajari nasib obat dalam tubuh. Model-model kompartemen hanyalah
suatu representasi matematika yang tidak bisa dihubungkan dengan keadaan
fungsi- fungsi tubuh secara tegas. Oleh karena itu " volume distribusi" tadi
disebut " volume distribusi yang timbul" (apparent volume of distribution).
Manfaat lain dari farmakokinetika adalah mempelajari faktor-faktor yang
dapat menipengaruhi proses -proses biologik yang dialami oleh obat dalam
tubuh mulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresi.
Termasuk di sini misalnya faktor-faktor genetik maupun lingkungan baik
lingkungan internal maupun eksternal tubuh. Misalnya dengan mengukur
parameter kinetika eliminasi (khusus untuk metabolisme) suatu obat dalam
satu populasi, dapat diidentifikasi kemungkinan adanya sub populasi yang
lain dari umumnya anggota populasi dalam hal kemampuan metabolisme
obat tertentu (Sriwidodo, 1985).
Obat yang masuk ke dalam tubuh
pemberian
umumnya
mengalami
proses
absorpsi,
distribusi,
dan
dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses farmakokinetik dan berjalan
serentak. Farmakokinetika menujukkan kinetika absorpsi obat, distribusi
dan
eliminasi,
Cara Kerja
1. Bahan dan Alat
Alat
Bahan
1. Batang pengaduk
2. Gelas kimia
3. Gelas ukur
4. Kuvet
5. Labu ukur 100 mL
6. Lumpang dan alu
7. Pipet tetes
8. Rak tabung
9. Sendok tanduk
10. Sentrifuge
11. Spektrometer
12. Spoit dan jarum suntik
13. Tabung Effendorf
14. Tabung Reaksi
15. Timbangan analitik
16. Vortex
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Akuades
Alkohol
Antalgin
Aluminium foil
Darah
Larutan EDTA
Larutan TCA
Metampiron murni
Tisu
Cara Kerja
a) Pembuatan Larutan Induk Metampiron Murni
- Ditimbang 0,05 g metampiron murni
- Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
METAMPIRON
- Ditambahkan sedikit akuades
- Diaduk sampai homogen
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
- Diadkan sampai tanda tera
- Digojok sampai homogen
- Disimpan dalam gelas kimia dan dilabeli
-
Larutan Induk
b) Pembuatan larutan standar
LARUTAN INDUK METAMPIRON
- Diambil 1 mL larutan induk
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
- Diadkan dengan akuades sampai tanda
tera
- Digojok sampai homogen
- Disimpan dalam gelas kimia dan
dilabeli (5 ppm)
- Diulangi untuk konsentrasi 10 ppm, 15
- Digerus
2 tablet sampai halus dan homogen
ANTALGIN
Larutan Sampel
menggunakan lumpang dan alu
- Ditimbang 0,125 g
- Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
- Ditambahkan sedikit akuades
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
- Diadkan sampai tanda tera
- Digojok sampai homogen
- Dimasukkan dalam gelas kimia dan dilabeli
Diambil 20 mL
Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
Diadkan akuades sampai tanda tera
Digojok sampai homogen
Disimpan dalam gelas kimia kemudian
Larutan antalgin
Sampel darah
f) Preparasi Larutan Blanko
DARAH
-
Larutan sampel
I. HASIL PERCOBAAN
1. Tabel Pengamatan
a) Larutan Baku
Kosentrasi (ppm)
Absorbansi
5 ppm
0,1736
10 ppm
0,3032
15 ppm
0,4303
20 ppm
0,5788
25 ppm
0,6354
0.6
0.5
0.4
Axis Title
absorbansi
0.3
Linear (absorbansi)
0.2
0.1
0
0
Axis Title
c) Larutan Sampel/Blanko
Sampel Darah
Sampel Darah
Absorbansi
Konsentrasi
100 ppm
1,4834
11,834
200 ppm
1,9259
15,525
300 ppm
2,3118
18,743
400 ppm
2,7855
22,694
f(x) = 0x + 0.06
R = 1
2
1.5
absorbansi
Absorbansi
Linear (absorbansi)
1
0.5
0
20,000
10,000
30,000
Kadar
2. Perhitungan
a) Perhitungan Analisis Kadar
Y = 0,1199x + 0,0645
Jadi,
- C1
Y
= 0,1199x + 0,0645
1,4834 = 0,1199x + 0,0645
1,4189
X
= 0,1199
-
X
= 11,834 ppm
C2
Y
= 0,1199x + 0,0645
1,9259 = 0,1199x + 0,0645
1,8614
X = 0,1199
X = 15,525 ppm
C3
Y
= 0,1199x + 0,0645
2,3118 = 0,1199x + 0,0645
2,2473
X = 0,1199
X = 18,743 ppm
C4
Y
= 0,1199x + 0,0645
2,7855= 0,1199x + 0,0645
2,721
X = 0,1199
X
= 22,694 ppm
b) Analisa Data
1. Perhitungan perolehan kembali (recovery)
Diketahui : Sampel 1 = 100 ppm
Sampel 2 = 200 ppm
Sampel 3 = 300 ppm
Sampel 4 = 400 ppm
Kadar terukursampel 1 = 11,834
Kadar terukursampel 2 = 15,525
Ditanyakan :
Penyelesaian:
Perolehan kembali =
N
o
1
Sampel
100 ppm
kadar terukur
kadar d iketa h ui
x 100 %
Hasil
Perhitungan
Perolehan kembali =
11,834
10
15,525
15
18,743
20
22,694
25
118,34 %
100 %
2
200 ppm
Perolehan kembali =
103,5 %
100 %
3
300 ppm
Perolehan kembali =
93,71 %
100 %
4
400 ppm
Perolehan kembali =
100 %
2. Kesalahan Sistemik
Diketahui
: P%sampel 1 = 118,34 %
90,77 %
P%sampel 2 = 103,5 %
P%sampel 3 = 93,71 %
P%sampel 4 = 90,77 %
Ditanyakan
: Kesalahan sistemik = . . . .?
Penyelesaian :
Kesalahan sistematik = 100 - % recovery
No
Sampel
Perhitungan
Hasil
100 ppm
-18,34 %
200 ppm
-3,5 %
300 ppm
6,29 %
400 ppm
9,23 %
3. Kesalahan acak
SD
x 100
CV = kadar ratarata
SD =
( xix )
n1
SD =
SD =
SD =
SD =
SD =
21,387
64,163
3
SD = 4,624
Kadar rata-rata =
11,834 +15,525+18,743+22,694
4
Kadar rata-rata =
68,796
4
4,624
x 100
17,199
CV = 26,88%
III.
Pembahasan
Parameter farmakokinetika suatu obat diperoleh berdasarkan hasil
pengukuran
kadar
utuh
dan
atau
metabolitnya
didalam
cairan
menghitung
farmakokinetika.
Rumus
matematika
yang
parameter
pengukuran kadar obat tak berubah dalam cuplikan hayati berlainan dengan yang
diturunkan dari data kadar metabolitnya. Sensitivitas merupakan metode
berkaitan dengan kadar terendah yang dapat diukur oleh metode yang digunakan.
Dalam penelitian farmakokinetika pilihan metode analisis juga tergantung
pada
tingkat
sensitivitas
yang
dimiliki
oleh
metode.
Ini
dapat
kadar
pengujian
senyawa
melakukan
obat
spiking
pada
suatu
sampel.
hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar. Suatu metode dikatakan tepat
jika ia menghasilka hasil yang sama dalam sederet penentuan ulangan (replikasi ).
Akurasi minimal dihitung minimal pada 5 kali konsentrasi. Hasil akurasi untuk
metode bioanalisis tidak boleh lebih besar dari 15%, kecuali untuk konsentrasi
rendah tidak boleh lebih besar dari 20%. Pada nilai akurasi dihitung kesalahan
sistemik yang merupakantolak ukur inakurasi penetapan kadar berupa kesalahan
konstan atau proposional. Persyaratanyang dituntut bagi suatu metode analisa
adalah jika kesalahan sistemik kurang dari 10%. Ketelitian
diketahui
dari
harga
perolehan
kembalinya
(recovery)
(akurasi) dapat
yang dinyatakan
Ketepatan
(presisi)
merupakan
ukuran
Keterulangan yaitu
antara
yaitu ketepatan
pada
kompleks
obat-makromolekul
yang
sering
disebut
ikatan obat-protein,dengan kata lain maka percobaan tidak dapat dilakukan bila
darah mengalami penggumpalan. Setelah selanjutnya di masukan dalam efendorf.
Tambahkan TCA
sebanyak
ml.
TCA
(Tri
Kloro
Asetat)
merupakan suatu asam organik yang cukup kuat. Dalam percobaan ini TCA
berfungsi untuk memberikan suasana asam bagi reaksi diazotasi; sebagai donor
proton untuk reaksi selanjutnya, serta merupakan senyawa yang dapat
menghentikan
kerja
akanmenyebabkan
protein
enzim yang
denaturasi
danmengendapkannya
dapat
protein
saat
me-metabolisme
plasma.
sentrifugasi
TCA
obat
akan
sehingga
sekaligus
mengikat
keberadaan
2000
rpm
untuk
menyempurnakan
menit dengan
pengendapan.
Endapan
akan terpisah pada bagian bawah dan pada supernatan terdapat cairan bening yaitu
plasma darah. Kemudian supernatannya diambil
dilakukan dengan tujuan untuk mengambil obat yang bebas dari protein plasma
karena obat yang terikat pada protein plasma tidak akan aktif secara
farmakologiksehingga tidak memiliki efek terapeutik atau dengan kata
lain akan dapat menyebabkan data hasil pengamatan tidak valid.
Pada sampel darah dibuat blanko. Pada blanko tidak dilakukan
penambahan
untuk
menyamakan
volume
positif
negative. Kesalahan
acak
identik
dengan variabilitas
mengukur obat di dalam darah, serum atau plasma. Biasanya serum atau plasma
diambil dari supernatan darah yang disentrifugasi dengan ditambahkan
antikoagulan. Ada 3 jenis parameter farmakokinetik, yaitu parameter primer,
sekunder, dan turunan. Parameter farmakokinetik primer meliputi kecepatan
hargauji
x 100 =P
harga sesungguhnya
simpangan baku
x 100
purata
Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan
pengukuran. Semakin dekat nilainilai hasil pengulangan pengukuran maka
semakin presisi pengukuran tersebut. Sedangkan inakurasi penetapan kadar
dapat dilihat dari kesalahan sistematiknya yang dapat dihitung menggunakan
rumus:
Kesalahan sistemik =
analisis,
yaitu
selektivitas,
sensitivitas,
akurasi
dan
presisi.
Akan tetapi ada yang menyebutkan bahwa parameter yang digunakan untuk
menguji validitas suatu metode ada 6, yaitu selektivitas, sensitivitas, akurasi,
presisi, kekasaran dan efisiensitas (praktis).
Sementara
itu,
kesalahan
sistematik
merupakan
kesalahan
yang
.Kesalahn
lebih
kecil
sistematis
atau
bersifat
arah
yang
konstan
lebih
dan
besar
dari
rata-rata
berhubungan
dengan
dapat
diperkecil
sehingga
hasil
yang
diperoleh
tidak
terlalumenyimpang dari
nilai sebenarnya .
Dalam percobaan ini akan dilakukan langkah langkah yang perlu dikerjakan untuk
optimasi analisis, yang meliputi:
1. Penentuan waktu jangka larutan obat yang memberi resapan tetap (khusus
untuk reaksi warna)
2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikanresapan
maksimum atau penetapan eksitasi atau emisi
3. Pembuatan kurva baku
4. Perhitungan
nilai
perolehan
kembali,
kesalahan
acak
dan
kesalahan sistematik.
Ada 3 macam kesalahan yang dapat dilakukan selama praktikum :
1. Kesalahan gamblang ( gross eror )
2. Kesalahan acak ( random error )
3. Kesalahan sistematis (systematic error )
Kesalahan
gamblang
karenamelibatkan
merupakan
kesalahan
yang
kesalahan
besar,
yang
akibatnaya,
sudah
jelas
kita
harus
awal
lagi
secara
adalah sampel cuplikan hayati tumpah, pengambilan kadar obat salah, dan lain
lain
Kesalahan
acak
atau
disebut
juga
kesalahan
yang
tidak
dan
nilainyaberfluktuasi.
selaluterjadi
sebagai
tidak
Kesalahan
akibat
ada
aturan
acak
merupakan
adanaya
sedikit
yang
mengaturnya,
jenis
variasi
kesalahan
yang
tidak
serta
yang
dapat
dapat dikemukakan :1. Kesalahan yang kecil lebih sering terjadi2. Kesalahan yang
besar dapat dikatakan jarang terjadi3. Besarnya kesalahan positif dan negatif
sama.
IV.
V.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Firdaus, M.I. 2009. analisis kualitatif parasetamol pada sediaan jamu
serbuk pegal linu yang beredar di purwokerto. Pharmacy. Vol 6
(2)
Sihabuddin, M., dkk. 2011. Pharmacokinetic Parameters Determination of
Gendarusin A in Men Subject Urine after Administration of Ethanol
Extract of JusticiagendarussaBurm. f. Leaf. JurnalMedikaPlanta.
Vol. 1(4).
Sriwidodo. 1985. Cermin Dunia Kedokteran. Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT. Kalbe Farma : Jakarta.
Wijayanti, A.D., Lukman H., Irkham W. 2010. Penentuan Efektifitas
Oksitetrasiklin Melalui Parameter Farmakokinetik/farmakodinamik
pada Plasma dan Jaringan Ayam Broiler. Jurnal Veteriner Volume
11(2).