IPS - SubUnit 1-Prespektif
IPS - SubUnit 1-Prespektif
IPS - SubUnit 1-Prespektif
Roberta Woolover dan Kathryn P. Scoot (1987) merumuskan ada lima perspektif
seperti berikut dalam mengajarkan IPS. Kelima-lima
Kelima lima perspektif tersebut tidak berdiri masing-
masing
masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif yang lain.
Perwarisan Nilai 1
Kewarga-negaraan
4 Pengembangan Pribadi
3
Cara Berpikir Reflektif
Siswa
Komponen yang teramat penting dari nilai tersebut ialah bagaimana supaya anak
didik dapat menerapkan nilai-nilai tersebut secara rasional dan kritis (critical thinking), atau
dengan inquiri khususnya di antara teman-temannya. Namun demikian pertimbangan-
pertimbangan rasional dan kritis tidaklah memadai tanpa didukung oleh pertimbangan
keimanan (beliefs), dan sikap (attitudes). Dalam tradisi pendidikan di Indonesia, IPS sebagai
pewarisan nilai-nilai kewarganegaraan lebih banyak dilakukan oleh mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Namun demikian, bukan berarti IPS di negara kita tidak
memiliki perspektif tersebut, tetapi peran perspektif tersebut lebih dominan berada dalam
mata pelajaran PKn.
Bahan Bahan diseleksi oleh guru yang punya otoritas, dan bahan dapat
menggambarkan aspek nilai, keimanan dan sikap.
Menurut John J. Cogan and Ray Derricott (1998) dalam Citizenship Education For
the 21st Century, warganegara yang baik memiliki nilai-nilai atau karaktristik sebagai berikut.
Dia sebut sebagai karakteristik warganegara abad ke-21:
LLAAAPPPAAANNN K
KAAARRRAAAK
KT
K TR
T RIIISSSIIIK
R K
K
K
KEEEW
WA
W AR
ARRG
GA
G AN
A NNEEEG
GA
G AR
A RA
R AA
A AN
ANNAABBBAAADDD K KEEE--2211
Peranan IPS
dalam menanam
1. Kemampuan mengenal dan mendekati masalah
dan
sebagai warga masyarakat global
mengembangkan
2. Kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan
nilai-nilai
memikul tanggung jawab atas peran atau
kewarganegaraan
kewajibannya dalam masyarakat
Abad ke-21
3. Kemampuan untuk memahami, menerima, dan
menghormati perbedaan-perbedaan budaya
Sudah tiba masa untuk mahasiswa semakkan pelajaran tadi sebelum kita
berlangsung dengan modul ini.
Selepas meyelesaikan semakkan tersebut, para mahasiswa pun sudah bersedia untuk
bersambung dengan Perspektif No. 2 berikut.
terpadu
Para perencana kurikulum khususnya yang mendukung model ini, memiliki tujuan
agar para siswa memahami bagimana para ilmuwan sosial melakukan kerjanya dan bagimana
para ilmuwan sosial itu mendapatkan konsep-konsep penting dalam disiplin ilmunya masing-
masing.
Sebagai contoh, dalam pelajaran Antropologi para siswa ditugasi untuk mempelajari
artifak-artifak peninggalan suatu kebudayaan tertentu. Dalam pelajaran Sejarah para siswa
diajarkan untuk membedakan sumber primer dan sumber sukender dalam ilmu sejarah.
Dalam tradisi ini maka IPS disampaikan di dalam kelas sebagai suatu pelajaran yang
menekankan kepada struktur disiplin ilmu-ilmu sosial.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh topik “Kenampakan alam”, maka guru
hanya membahas topik tersebut sesuai dengan bahasan geographi semata, tidak dikaitkan
dengan ilmu-ilmu
ilmu sosial lainnya.
Kenampakan Alam
Bila dikaitkan dengan kondisi ril di lapangan, maka tuntutan ini terlalu
berlebihan. Kita masih banyak melihat kekurangsiapan para guru mendalami
ilmu-ilmu sosial dimana sistem guru kelas masih tetap berlangsung. Sebagian
guru lebih menguasai salah satu disiplin ilmu sosial tertentu, ada guru yang
kurang menguasai Sejarah tetapi lebih menguasai ilmu sosial lainnya, atau
sebaliknya.
• Tradisi cara terpisah menekankan pengajaran konsep dasar, teori dan metode dari
disiplin ilmu-ilmu social. Tradisi ini disebut juga sebagai subject-centered currículum
(Ross, 1997).
• Tradisi cara terpadu menekankan kepada masalah-masalah social yang hidup dalam
lingkungan anak.
Sejarah
Ilmu Geografi
Politik
Perang
Diponegoro
Psikologi
Ekonomi
Antropologi
Sosiologi
Pendekatan Multidisiplin
Dari gambaran dan uraian di atas kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa ilmu-ilmu
ilmu
sosial tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pembentukan
pembentukan kurikulum IPS modern
secara terpadu.
Perspektif
3
• Cara Berpikir Reflektif (Reflective Inquiry)
Contoh
Tunjukkan
unjukkan gambar di bawah ini kepada anak, permasalahan di bawah ini menyankut
masalah lingkungan hidup yang kotor (sanitasi
(sanitasi lingkungan). Mintalah kepada anak untuk
melakukan telaahan, dengan dibimbing guru minta
minta kepada anak untuk mengkaji masalah
tersebut, mengapa masalah tersebut muncul, apa
apa akibat dari masalah tersebut, bagaimana cara
menanggulangi masalah tersebut.
Reflective Inquiry atau analisis dapat dikategorikan sebagai suatu pendekatan nilai
manakala siswa dibantu untuk menggunakan pikirannya secara rasional, proses menganalisa
men
keterkaitan dan konseptualisasi nilai-nilai
nilai tersebut.
Contoh
Siswa
iswa diberi permasalahan tentang masalah Keluarga Berencana dan Kesehatan.
Untuk membahas masalah tersebut siswa diberi kesempatan untuk mengadakan penelitian
sehingga siswa memiliki alasan dan data yang rasional atas posisi yang dipilihnya.
• pertimbagan-pertimbangan
pertimbangan disiplin ilmu,
• pertimbangan psikologis
Kini saatnya bagi kita untuk tidak membiasakan hal-hal yang bertentangan dengan
"kodrat" IPS itu sendiri. Artinya sekarang kita harus merubah ke arah IPS yang lebih sesuai
dengan kodratnya. Salah satu untuk merubah kebiasaan lama tersebut ialah dengan
menerapkan "metode inquiry" dan "critical thinking".
pertanyaan, issu-issu, atau masalah yang dihadapi siswa dan Inquiry adalah
berarti bahwa metode inquiry harus dilakukan dengan survey pertanyaan, issu-
atau penelitian, tetapi guru dapat mendorong siswa utuk berpikir issu, atau masalah
secara kritis (critical thinking). Survey atau penelitian adalah yang dihadapi
hanyalah salah satu bentuk saja dalam pengajaran inquiry. Ada siswa dan
• Menklarifikasi
klarifikasi arti dari suatu istilah
2
4 • Mengumpulkan data
• Menganalisa data
5
Langkah-langkah
langkah tersebut di atas tentu tidak seketat seperti kita melakukan
penelitian ilmiah, karena pada dasarnya bertujuan bagaimana siswa dapat berpikir
menggunakan data dan fakta-fakta.
fakta.
Jadi tujuan dari IPS ialah mental, jiwa, dan fisik anak supaya menjadi anggota
masyarakat produktif. Untuk mengembangkan potensi siswa tersebut maka pendekatan guru
harus lebih bersifat a child-centered (berpusat kepada anak) ketimbang a subject-centered
(berpusat pada materi pelajaran) dalam mengajar IPS.
Para pendukung pendapat di atas yakin bahwa anak didik dapat dikembangkan
potensinya secara baik, masyarakat pun akan berkembang ke arah yang maju, karena melalui
IPS inilah akan mengeliminir atau mengurangi anggota masyarakat yang tidak baik.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan factor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Secara fisik seseorang memiliki
kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya. Kemiripan atau
persamaan itu mungkin saja terjadi pada keseruluhan penampilan Faktor
fisiknya, bisa juga terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu saja. Kita Genotip
bisa melihat secara fisik bagian tubuh mana dari kita yang memiliki
kemiripan dengan orang tua kita. Ada bagian tubuh kita yang mirip
ibu atau ayah, begitu pula mengenai sifat atau karakter kita ada yang
mirip seperti ayah dan ibu.
Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak
lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut
berperan dalam pembentukkan karateristik yang khas dari
seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya,
baik itu lingkungan buatan seperti tempat tinggal (rumah) dan
lingkungan. Sedangkan lingkungan yang bukan buatan seperti
kondisi alam geografis dan iklimnya.
Anda sebagai guru yang mengajar IPS harus memahami, ketika perspektif IPS
bertitik tolak dari pengembangan pribadi siswa, maka kita harus mengenali kepribadian dari
siswa tersebut.
Setiap anak memiliki karakteristik yang khas dari seseorang ini sering
kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian
yang membedakan dirinya dengan yang lain. Kepribadian seseorang
itu dipengaruhi faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan
(fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus.
2. Definisi-definisi Kepribadian
Persoalan Persoalan
Masalah Social Masalah Pribadi
• Apakah anak-anak
anak jalanan tetap saja
dibiarkan di jalan, karena sekalipun
dibantu mereka akan kembali lagi ke
jalan?
Contoh
Jika mereka tidak setuju terhadap izin penambangan, maka akan ada beberapa
tindakan yang mungkin akan dimbil oleh siswa seperti berikut:
• Mereka bisa memasang poster di jalan depan sekolah ajakan untuk tidak merusak
lingkungan,
• Mereka akan berkirim surat kepada instansi yang terkait untuk tidak memberikan izin
penambangan, atau
Kita sudah sampai penghujung Sub-unit 1. Di antara kelima perspektif pendidikan IPS di
atas, kita tidak bisa memisahkannya, karena kelima perspektif di atas bisa saling terkait,
saling melengkapi satu sama lainnya. Kita dapat menggunakan satu atau lebih perspektif
tersebut dalam pendidikan IPS di sekolah dasar.
Dalam Sub-unit 2, kita akan membincangkan Tujuan Pemdidikan IPS selepas para
mahasiswa menyiapkankan Latihan dan Tes Formatif yang berikut dan telah mencapai
kompetent pembelajaran kursus yang tersebut di modul Unit 1 dan Sub-unit 1.