Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan 2 - Satuan Operasi Industri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan
konsumsi beras yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun,
maka beras yang harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa ekologi dapat
diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya
ekonomi keluar desa karena harus membeli beras dari luar desa.
Selain di tingkat on-farm, penanganan pascapanen padi
juga perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan,
penjemuran, dan penggilingan padi harus dilakukan dengan cara
dan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut
jumlah. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital
dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk
dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan.
Kapasitas giling dari seluruh penggilingan padi yang ada di suatu
desa sebaiknya mencukupi baik dari segi produksi maupun
penanganan pascapanennya. Dengan demikian, usaha
penggilingan padi harus dapat menjamin kelangsungannya, agar
usaha pemenuhan kebutuhan akan beras dapat dilakukan secara
optimal.

B. Tujuan
Untuk mengetahui alat-alat dalam RMU dan proses pengolahan gabah
menjadi beras.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Biji-bijian adalah bahan pangan yang mempunyai daya tahan tinggi karena
tidak mudah rusak saat diangkut dan tahan lama bila disimpan dengan cara yang
benar, dan sebelumnya diolah dengan cara yang benar pula. Namun demikian
kegagalan dalam penggunaan teknologi pascapanen yang baik dapat
menyebabkan terjadinya susut mutu dan susut bobot dalam waktu yang singkat.
Rice Milling Unit merupakan suatu proses pasca panen padi untuk
menghasilkan beras dengan melalui beberapa tahapan. Standar mesin- mesin yang
ada dalam Rice Milling Unit adalah sebagai berikut:
1. Cleaner (Pembersih Gabah), mesin pembersih gabah hampa dan kotoran
lainnya.Rice Husker (Pengupas gabah), mesin pengupas kulit gabah
menjadi beras.
2. Paddy Separator (Pemisah Gabah dan Beras), mesin pemisah beras pecah
kulit dari gabah yang tercampur.
3. Rice Polisher (Penyosoh Beras), berfungsi sebagai pemutih beras akhir.
Proses ini biasanya dilakukan hingga 2-3 kali agar didapat hasil yang
maksimal.
4. Rice Grader (Pemisah Menir), mesin pemisah beras antara beras kepala
dari percampuran beras patah. Mesin ini digunakan untuk mendapatkan
beras kualitas ekspor/ super.

Prinsip pengolahan padi menjadi beras adalah :


1. Pemisahan Kotoran,
Pemisahan kotoran dari padi hasil panen di sawah dilakukan karena masih
banyak terbawa kotoran lain seperti jerami, daun, batang bahkan benda lain yang
tidak lazim seperti batu dan pasir. Kotoran ini akan mengganggu proses
pengeringan terutama penyerapan kalori dan penghambatan proses pergerakan
padi pada tahapan berikutnya
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah
pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan
hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih
dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot
menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak
digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
(a) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas
tanah, dapat dipindah-pindah.
(b) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau
melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
(c) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari
tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :
(a) Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak
perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di
bawah meja rak perontok.
(b) Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.

Gambar Perontokan padi dengan cara gebot


Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana
dan digerakan menggunakan tenaga manusia. Kelebihan alat ini dibandingkan
dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah
diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam
dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Bagian komponen pedal thresher terdiri
dari :
(a) Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi dengan ukuran
keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.
(b) Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar berkeli-ling
membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45 cm. Di sisi
kiri dan kanan ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada lempengan
papan tersebut ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat baja
berbentuk huruf V terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm, lebar
90 mm dengan jarak antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm
dengan lebar kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah
gigi perontok pada satu lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12
buah. Cara pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing
yang posisinya duduk pada rangka utama.
(c) Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya
sama seperti mesin jahit.
(d) Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau terpal dengan ukuran
> 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari kerangka utama.
Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil
padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
(a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.
(b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
(c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan
dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.
(d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-
jauh dari operator).
Gambar Perontokan padi dengan pedal thresher
Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber
tenaga penggerak enjin. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat
perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.
Bagian komponen power thresher terdiri dari:
(a) Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4
mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan
komponen lainnya.
(b) Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar
berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60
cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada
besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari
besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi
perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung
poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.
(c) Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok
dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder
perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke
pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari
plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah
bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm
bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja
adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal
15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak
terpasang gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm
denngan ukuran 15 – 15 mm.
(d) Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran
ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm.
Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13
mm x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan
naik turun melalui sitem as nocken.
(e) Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7
buah.
(f) Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor
penggerak silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang
digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi
adalah 500 – 600 RPM.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan
hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :
(a) Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan
mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok
masuk ke dalam ruang perontok.
(b) Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara
manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana
tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya
ditekankan kepada alat perontok.
(c) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai
dengan yang diinginkan untuk merontok padi
(d) Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-
masukkan dari pintu pemasuk-kan.
(e) Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek
terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu
pengeluaran jerami.
(f) Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan
perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-
eluaran jerami.
(g) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan
perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh
kipas angin.
(h) Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup
terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
(i) Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui
ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada
pintu pengeluaran padi bernas.

Gambar Perontokan padi dengan power thresher

2. Pengeringan dan penyimpanan padi,


Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai
mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk
disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam
melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2,13 %. Pada saat ini cara
pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering
buatan. Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan
memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran,
kehilangan butiran gabah, memudahkan pe-ngumpulan gabah dan meng-hasilkan
penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan
menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari
anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari
semen/beton. Berikut ini cara penjemuran gabah basah.
(a) Cara penjemuran dengan lantai jemur
Dari berbagai alas penjemuran tersebut, lantai dari semen merupakan alas
penjemuran terbaik. Permukaan lantai dapat dibuat rata atau bergelombang.
Lantai jemur rata pembuatannya lebih mudah dan murah, namun tidak dapat
mengalirkan air hujan secara cepat bahkan adakalanya menyebabkan
genangan air yang dapat merusakkan gabah. Lantai jemur bergelombang
lebih dianjurkan, karena dapat mengalirkan sisa air hujan dengan cepat.
Berikut ini cara penjemuran dengan lantai jemur :
o Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm – 7 cm untuk musim
kemarau dan 1 cm – 5 cm untuk musim penghujan.
o Lakukan pembalikan setiap 1 – 2 jam atau 4 – 6 kali dalam sehari dengan
menggunakan garuk dari kayu.
o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00 dan
tempering time jam 11.00 – jam 14.00.
o Lakukan pengumpulan de-ngan garuk, sekop dan sapu.

Gambar 11. Pengeringan padi dengan lantai jemur


(b) Cara penjemuran dengan alas terpal/plastik
Alas terpal/plastik dapat juga dipakai untuk alas penjemuran. Beberapa
keuntungan pengguna-an alas terpal/plastik adalah :
o Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir penjemuran.
o Memudahkan penyelamatan gabah bila pada waktu penjemuran hujan turun
secara tiba-tiba.
o Dapat mengurangi tenaga kerja buruh di lapangan.
Berikut cara penjemuran dengan alas terpal/plastik :
o Jemur gabah di atas alas terpal/plastik dengan ke-tebalan 5 – 7 cm untuk
musim kemarau atau 1 – 5 cm untuk musim peng-hujan.
o Lakukan pembalikan secara teratur setiap 1 – 2 jam sekali atau 4 – 6 kali
dalam sehari. Pembalikan dianjurkan tanpa mengguna-kan garuk karena dapat
mengakibatkan alas sobek.
o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00, dan
tempering time jam 11.00 – jam 14.00.
o Lakukan pengumpulan de-ngan cara langsung di-gulung.
Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila
penjemuran dengan matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar
pengeringan buatan dibagi atas 3 bentuk, yaitu tumpukan datar (Flat Bed),
Sirkulasi (Recirculation Batch) dan kontinyu (Continuous-Flow Dryer).
Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari:
o Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, ber-bentuk kotak
persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-
kira bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja
lembaran, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah.
o Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak
pengering, dihubungkan dengan cerobong.
o Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.
Pengeringan dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
o Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.
o Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari
kotak pegering oleh blower yang digerakkan motor peng-gerak.
o Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi padi melalui
sekat yang berlubang.
o Udara panas akan menurunkan kadar air padi.
Gambar Flat bed dryer
Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian
komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti
kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge.
Ruangan plenum terletak di bagian tengah butiran padi yang akan dikeringkan.
Tingi kotak pengering 3 – 5 m. Bagian ini terbuat dari plat baja lembaran dan
tebalnya 2 – 3 mm.
Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
o Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan
diaduk posisinya oleh screw conveyor.
o Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi
dengan screw conveyor dischange.
o Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak
pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering
dan keluar lewat sisi yang lain.
o Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada
bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah
kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.
Gambar Pengeringan padi dengan continuous flow dryer
3. Pengupasan kulit (husking),
Penyosohan adalah pengupasan kulit padi yang merupakan tahapan paling
penting dari keseluruhan proses. Pengupasan kulit adalah transformasi padi
menjadi beras yang secara prinsip sudah dapat dimasak untuk dimakan. Proses
selanjutnya hanyalah penyempurnaan dari penyosohan dan untuk meningkatkan
kebersihan. Gabungan dari sosoh serta kebersihan dan keutuhan biji adalah
ukuran mutu beras putih.

Gambar Mesin Pengupas Kulit Gabah


(a) tipe mesin penyosoh yang dipakai untuk rice milling unit adalah tipe
jet parlour.
(b) udara dialirkan melalui poros yang tipis dan lubang dari tabung.
(c) Dinding heksagonal yang berlubang membungkus tabung besi yang
berputar. Jarak renggang dinding heksagonal dan tabung besi dapat diatur
dengan sekrup.
(d) Unit pembawa/conveyor.
Proses penggilingan gabah dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Hidupkan mesin
2) Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas
kemudian masuk diantara kedua rol karet.
3) Atur renggang rol.
4) Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah, tergantung
perbedaaan kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas terpecah menjadi 2
dan utuh. Beras pecah kulit yang dihasilkan tidak banyak yang retak sehingga
bila disosoh akan memperoleh persentase beras kepala yang relatif tinggi.
Gambar Mesin Penyosoh
4. Penggilingan (milling),
Tahapan penggilingan adalah proses penyempurnaan penyosohan dan
pelepasan lapisan penutup butir beras. Teknologi penggilingan sudah sangat
berkembang untuk menghasilkan beras putih yang baik. Proses ini dibagi lagi
menjadi penyosohan, pemutihan (whitening) dan pengkilapan (shining).
Walaupun demikian, inti proses ini adalah untuk memisahkan lapisan penutup
semaksimal mungkin.
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras.
Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah,
penyosohan, pengemasan dan pe-nyimpanan. Bagian komponen mesin
penggiling terdiri dari :
1) Motor penggerak
2) Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll
karet yang berputar berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak
antara 2 roll karet dapat diatur tergantung jenis gabah yang akan dikupas,
biasanya 2/3 besarnya gabah. Diameter kedua roll karet sama bervariasi 300 –
500 mm dan lebar 120 – 500 mm.
3) Pemisah gabah mempunyai 3 tipe yaitu :
(a) separator tipe kompartmen, merupakan kotak oscilator terdiri dari 1,
2, 3 atau 4 lapis/dek.
(b) separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7 rak dengan posisi miring,
rak disusun dengan jarak 5 cm.
(c) Separator type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar
berjumlah 6 – 15 ayakan.
5. Pengemasan dan distribusi
Tahap akhir dari proses pengolahan adalah pengemasan yang ditujukan
untuk memudahkan pengangkutan dan distribusi. Perkembangan terkini di bidang
pengemasan menambah atribut maksud yakni estetika, dayatarik, informasi
produk dan perbaikan daya simpan. Sebagai proses tambahan, dahulu kala
pengemasan tidak berkembang karena selain volume pengolahan yang sangat
kecil juga atribut mutu (sebagai perwujudan dari permintaan pembeli) masih
sangat sedikit. Dewasa ini, teknologi pengemasan beras sudah sangat canggih
yang meliputi keragaman bentuk, rupa, ukuran dan cara/metoda.

Gambar Pengemasan dan penyimpanan beras

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Mesin-mesin RMU
2. Padi yang telah dikeringkan
3. Kertas
4. Alat tulis

B. Prosedur Kerja
1. Proses pengolahan dalam RMU diamati.
2. Mesin-mesin dalam RMU digambar pada kertas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
-terlampir-

B. Pembahasan
Gabah tersusun dari 15%-30% kulit luar (sekam), 4%-5% kulit ari, 12%-
14% bekatul, 65%-67% endosperm dan 2%-3% lembaga. Dalam pengertian
sehari-hari yang dimaksud beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah
dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan
penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian
kulit luarnya (sekam), disebut beras pecah kulit (brown rice).
Tujuan penggilingan dan penyosohan beras adalah untuk:
1. Memisahkan sekam, kulit ari, bekatul dan lembaga dari endosperm beras
2. Meningkatkan derajat putih dan kilap beras
3. Menghilangkan kotoran dan benda asing,
Rice Milling Unit merupakan suatu proses pasca panen padi untuk
menghasilkan beras dengan melalui beberapa tahapan. Secara umum, mesin-
mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering
giling (huller atau husker)
2. Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)
3. Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)
4. Mesin pengayak bertingkat (sifter)
5. Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung)
Skema tahapan proses pengolahan beras
Gabah yang baru dipanen harus dipisahkan dari malainya dengan cara
perontokan, agar penjemuran dapat berlangsung lebih singkat dan dapat
menghemat tempat penjemuran. Cara merontok yang paling sederhana adalah
dengan diiles (diinjak-injak dengan kaki). Alat-alat perontok yang sederhana
berupa kayu, tongkat perontok, sisir perontok, rak perontok pondok pengirik, dan
lain-lain, bergantung pada kebiasaan di daerah masing-masing.
Alat sederhana yang banyak dipakai adalah pedal perontok (thresher) yang
terdiri atas sebuah drum yang terbuat dari lempengan-lempengan kayu yang
disusun berjajar berkeliling membentuk silinder kayu dengan diameter, 36-38 cm,
dan panjang 42-45 cm. pada kayu-kayu ini ditancapka gigi-gigi perontok yang
terbuat dari kawat baja sebesar 3 mm
Tebal lempengan-lempengan kayu tersebut 12 mmdan lebarnya 90 mm.
lempengan kayu ini disusun dengan jarak satu sama lain 15 mm. poros dari drum
pedal perontok ini dihubungkan dengan sebuah stang pemutar dan diteruskan ke
pedalnya. Putaran drum dapat searah maupun berlawanan arah putaran jarum jam.
Mesin perontok yang digerakkan dengan motor biasanya dilengkapi dengan alat
(blower) penghembus kotoran-kotoran yang tidak diinginkan.
Berdasarkan jumlah drumnya, ada mesin perontok dengan drum tunggal
dan drum ganda. Drum perontok berbentuk silinder dengan diameter 360-420
mm, panjang 450-600 mm, dan poros berdiameter 22-23 mm. gigi perontok
terbuat dari kawat baja berdiameter 6 mm dan berbentuk U atau V, gigi perontok
ini ditancapkan terbalik pada drum dengan dengan las atau sekrup/mur. Tinggi
gigi 60 mm. gigi disusun dengan jarak antargigi 100-125 mm. setiap drum
perontok semacam inimempunyai 45-65 buah gigi dalam 10 atau 12 susun yang
melingkari drum, dengan system pemasangan ½, 1/3, ¼, 1/5 atau 1/6.
Alat perontok bermotor (power thresther) dapat pula dilengkapi dengan
sebuah rantai pengumpan (fecding chain) dimuka drum perontok yang bergerak
berputar ke samping sambil mengantarkan batang-batang padi bermalai ke arah
drum perontok dengan kecepatan 1-2 m/detik.
Butir-butir gabah yang masih menempel pada malai akan dihantam gigi-
gigi perontok hingga rontok dari bulirnya. Gabah hendaknya sudah betul-betul tu
dengan kadar air 20-22% (maksimum). Gabah akan hancur/pecah jika kadar
airnya lebih besar. Cara pengoperasian alat ini berbeda-beda. Ada yang dipegangi
pangkal malai/batang padi, dan ada pula yang dilemparkan langsung kedalam
ruangan perontok (throwin system). Pada system yang terakhir ini, malai padi
dipotong sependek mungkin agar perontokannya sempurna. Pada alat perontok
tersebut terdapat saringan gabah yang terletak di bawah drum perontok yang
berfungsi sebagai saringan kotoran. Gabah turun ke bawah dan melewati saringan
itu. Kotorannya yang tidak dapat melewati saringan akan diembus keluar oleh
kipas pengembus. Dengan sebuah screw conveyor (pendorong berbentuk
uliran/sekrup), gabah yang turun kebawah ini didorong kesamping, keluar dari
badan perontok, dan ditampung dalam karung. Cara pembersihan gabah oleh alat
pengembus dapat berlangsung dengan pemisahan tunggal (single select),
pemisahan ganda (double select), maupun pemisahan 3 tingkat (triple select)
Sesudah dirontokkan gabah kemudian dikeringkan. Pengeringan secara
tradisional adalah dengan cara dijemur di lamporan. Lamporan adalah suatu lantai
semen yang dibuat agak tinggi di bagian tengahnya dengan saluran air diantaranya
untuk mencegah berkumpulnya air hujan. Praktek penjemuran yang baik adalah
dengan menggunakan alas tikar atau plastik/terpal pada lantai sehingga gabah
pada lapisan dasar tidak terkena panas yang berlebihan akibat pemanasan lantai
semen, selain memudah untuk ditutupi dan diangkut ke gudang dengan cepat bila
sewaktu-waktu turun hujan selama penjemuran.
Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari Kotak
pengering terbuat dari plat lembaran, berbentuk kotak persegi panjang dengan
ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat
sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja lembaran, terbagi menjadi 2
ruangan, atas dan bawah. Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar
kotak pengering, dihubungkan dengan cerobong. Kompor pemanas memakai
bahan bakar minyak tanah.
Pengeringan dengan menggunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara
padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering. Api dari sumber
panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari kotak pegering oleh
blower yang digerakkan motor penggerak. Udara panas naik ke ruang atau kotak
pengering yang berisi padi melalui sekat yang berlubang. Udara panas akan
menurunkan kadar air padi.
Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian
komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti
kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge.
Ruangan plenum terletak di bagian tengah butiran padi yang akan dikeringkan.
Tingi kotak pengering 3 – 5 m. Bagian ini terbuat dari plat baja lembaran dan
tebalnya 2 – 3 mm.
Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara kerja
sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan diaduk posisinya
oleh screw conveyor. Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan
dilengkapi dengan screw conveyor dischange. Gabah yang akan dikeringkan
dimasukan pada bagian atas kotak pengering. Udara pemanas dihembuskan pada
salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain. Pada saat
pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah
“Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering.
Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.
Sebelum digiling, gabah biasanya dibersihkan dari segala kotoran seperti
jerami, kayu, pecahan batu, logam dan sebagainya. Kotoran-kotoran lunak seperti
jerami akan mengurangi kapasitas giling, sedangkan kotoran-kotoran keras seperti
batu akan merusak mesin penggiling.
Gabah kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14%
basis basah dimasukkan kedalam mesin pemecah kulit gabah dan outputnya
berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau
disebut juga brown rice.
Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah
mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara
memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder
karet yang dipasang berhadapan.

Gambar 1. Mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll


Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada
kerapatan dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau
yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras
menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan
persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas
akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan
hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang
disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secaram umum disebut pengayak.
Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak
seluruhnya terkupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini
tergantung pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus
dipisahkan dari beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin
pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah
gabah dari beras pecah kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin
pemecah kulit.
Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang
dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil
dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak.
Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi
jetpeller.

Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller


Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong
memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya
terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak
rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan
dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron)
yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit ari yang terkikis ini menjadi serbuk
dedak yang dapat menempel pada permukaan beras dan juga permukaan dinding
silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas penyosohan. Oleh karena itu mesin
penyosoh tipe jetpeller dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari dalam
silinder kecil yang berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan
serbuk dedak dari permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras
putih yang bersih dan menjaga kapasitas giling tidak menurun.
Selain itu hembusan udara ini juga berfungsi untuk menjaga suhu beras
tetap rendah selama proses penyosohan sehingga penurunan mutu akibat
perubahan kimia (menyebabkan cracking pada beras) yang disebabkan oleh panas
dapat dicegah.
Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut
kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras
patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan
dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah
(silinder separator).

Gambar 4. Mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat


Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali dengan
perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras dikemas bila
akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung plastik berukuran
50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula penutupan karung,
dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit
portabel.
V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. RMU (Rice Milling Unit) merupakan satuan operasi dari proses-proses
yang dilakukan menggunakan alat bantu baik mesin modern maupun
tradisional untuk mengolah padi menjadi beras.
2. Mesin yang digunakan dalam RMU pada umumnya adalah Mesin
pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling (huller
atau husker), Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice
separator), Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher), Mesin pengayak
bertingkat (sifter), dan Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan
penjahit karung).

B. Saran
Ketika praktikum berlangsung, sebaiknya peserta praktikum dapat
dikondisikan lebih rapi sehingga sistematika dalam pengamatan RMU di tempat
pengamatan tidak kacau. Karena hanya sedikit yang memperhatikan proses,
sedangkan yang lain tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Haryadi, Purwiyatno dkk.1999.Latihan Soal Prinsip Teknik Pangan.ITB

Sodiq, M., M. Sholeh, dan I K. Tastra. 1999. Evaluasi program bimas


intensifikasi palagung di Kabupaten Gresik, Lamongan, dan Mojokerto.
Tim Teknis Satpem Bimas Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

Anonim.http://catetankuliah.blogspot.com/2009/11/pengnganan-padi-pasca-
panen.html

Anonim. www.en.wikipedia.org/wiki/Padi

Sholeh, Muhammad. http://mohammadsholeh.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai