Aku Pemburu Vagina SMU
Aku Pemburu Vagina SMU
Aku Pemburu Vagina SMU
Dendam Indahku
Dendamku terhadap pacarku memang tak bisa kutahan lagi. Aku berkali-kali diputuskan.
Tapi atas rayuannya untuk memberikan sekali lagi kesempatan, aku selalu menajdi luluh.
Sementara aku tau, kalau dia suka main perempuan. ABG lagi. Anak-anak SMA. Terakhir
kali, aku memergoki pacarku membonceng seorang cewek anak SMA. Aku mengikutinya
dengan sepeda motorku pula. Benar saja, setelah setengah jam lamanya aku mengikuti,
mereka memasuki sebuah hotel melati di pinggiran kota. Bajingan desisku. Aku menunggu
setengah jam. Kemudian aku memesan sebuah kamar. Begitu kunci aku terima aku bukannya
masuk kamar, karea aku sendiri tak mungkin memsan sebuah kamar. Langsung aku
mengetuk kamar denga halus, karena memang tanganku gemetaran. Saat pintu dibuka sedikit,
aku langsung menolak kuat-kuat. Kekasihku tak menyangka, kalau aku yang menolak pintu.
Dia pikir mungkin petugas hotel. AKu melihat dia sedang bertelanjang dan seorang gadis
ABG berselimut di atas ranjang. Cepat kudatangi gadis itu dan menarikkan selimut dari
tubuhnya. Ah...dia juga sedang bertelanjang bulat. Dengan cepat aku keluar dan membanting
pintu kamar sekuat-kuatnya dan pergi ngacir.
Sejak sat itu, dia tak berani lagi datang ke kosku. Dengan tenang aku terus kuliah dan tetap
seiring sejalan dengan adik bungsunya, Wawan. Dia masih SMP kelas 2. Sangat manja
kepadaku. Aku sengaja berperilaku seperti biasa, seakan tidak ada apa-apa. Keluarga
kekasihku juga tidak mengetahui apa yang terjadi. Kos ku hanya 25 meter dari rumah
mereka.
Sepulang kuliah, aku tak punya semangat untuk mengerjaka skripsiku yang tinggal satu bab.
Biarlah, besok sja, pikirku.
Saat aku melamun, ketika itu pula Wawan datang ke kosku. Seperti biasa, dia pasti membawa
PR matematikanya. Sebagai mahasiswi MIFA jurusan matematika, tentu saja aku dengan
mudah mengajrinya. Dan aku bangga, ketika nilai di rapor-nya delapan.
Seperti biasa, kalau aku di rumah, aku memakai pakaian daster tanpa BH. Cukup dengan CD
saja. Tapi kali ini, daster miniku memperlihatkan pahaku dan kakiku yang jenjang.
"Mari masuk," kataku. Wawan masuk tanpa ada pikiran apa-apa. Usianya 15 tahun. Tinggi
semampai dan hitam manis, rambutnya ikal.
Kupeluk dia seperti biasanya dia datang. Tapi kali ini kurapatkan pipinya ke buah dadaku.
Aku harus bisa mendapatkanmu, seperti kakakmu mendapatkan gadis ABG itu, pikirku
dalam hati. Dengan tenang Wawan mengikutiku dan senang dala pelukanku. Kami duduk di
meja belajarku. Hanya ada satu kursi, karean kursi yang stu lagi kupakai untuk menjemur
bantal dan gulingku. Ketika dia duduk, aku duduk di belakangnya.
"Kita duduk satu kursi saja, ya?" kataku. Wawan setuju. Aku memperhatikan Wawan
membuka buku matematikanya. Aku memeluk pinggangnya dari belakang. Dadaku
kutempelkan ke punggungnya. Sebelah tanganku mengelus-elus perutnya dan sebelah lagi
mengelus dadanya.
"Ah...mbak. Geli..." katanya perlahan. Dia tidka menolak dan menepis tanganku.
"Nanti juga nggak geli. Kamu tenang saja. Biar nanti kita selesaikan PR-mu," kataku.
Sebentar juga siap, jelasku pula.
Kucium tengkuknya perlahan. Kamu ganteng sekali, Wan, kataku memuji. Hati ABG mana
yang tak senang dipuji. Ketika tanganku turun ke bawah, Wawan seperti menepisku. AKu
ngotot dengan lembut. Kelembutan, membuat laki-laki ABG itu tak berkutik. Ah...aku
"Ih...malu...geli," katanya.
"Ah...kamu diam aja. Kamu nikmati saja. Nanti kamu akan senang," kataku.
"Atau kita tak perlu belajar sama-sama lagi?" ancamku. Dia diam. Dia pernah bercerita kalau
guru matematikanya sangat kejam. Yang tidak mengerjakan PR, pasti dihukum bahkan
dipermalukan di depan kelas.
Inilah satnya dendamku akan terlampiaskan, bisik hatiku pula. Dendamku pada Kekasihku,
Kakaknya Wawan tak bisa dibendung lagi. Aku mulai memasukkan tanganku ke dalam
celananya. Wawan protes. Aku tetap ngotot. Hup...dapat. Kontolnya benar-benar sudah
ngaceng. Kudekap tubuhnya dengan tangan kananku kuat-kuat dan tangan kiriku terus
mengelus burungnya. Saat Wawan mulai tenang, dengan cepat tangan kiriku yang mendekap
membuka resleting celananya. Aku menuntunnya untuk berdiri agar aku bisa membuka
celananya. Wawan menurut. Ini sebuah pertanda, kalau Wawan juga menginginkannya
batinku. Saat dia berdiri kuturunkan celananya dan CD nya. Kini Wawan sudah setengah
telanjang.
Aku membimbing Wawan kembali duduk. Saat dia duduk, ketika itu pula aku bersimpuh di
lantai. Dengan cepat kumasukkan kontol yang mulai membesar itu ke dalam mulutku.
Oh...indah sekali. Kontolnya hanya setengah kontol kekasihku, bak panjangnya maupun
besarnya. Ternyata kontol kecil, nikmat juga untuk diemut. Kujilati kepala kontol itu. Lalu
lidahku kupermainkan pada batangnya. Turun ke buah yang tergantung. Kujilati buah itu.
Ujung lidahku kuputar-putar pula pada lubang kecil yang ada di ujungnya. Wawan
menggelinjang. Kubiarkan sesaat. Ketika kuraba selangkanganku, ternyata aku juga sudah
basah. Aku mempercepat jilatanku, saat Wawan mulai menjambak rambutku. Ini sebuah
pertanda, kalau Wawan hampir berada di puncaknya. Ah...kasihan dia. Belum mampu
menguasai diri, hingga dengan cepat mau keluar. Aku pahan betul keadaanny. Masih pemula,
batinku pula. Kulpeaskan kulumanku di penisnya.
"Kok dilepas...." Wawan protes kecil. Aku tersenyum. Biar Wawan jangan cepat sampai,
kataku. Kubuka dasterku. Menyembullah buah dadaku. Kusodorkan buah dadaku ke
mulutnya.
"Isap dong..." bisikku. Mulanya Wawan ragu, tapi akhirnya dia mengisap-isap juga tetekku.
Oh...bibir mungil itu. Begitu lembut dalam keraguannya. Kuarahkan tangannya untuk
meremas tetekku yang satu lagi. Setelah puas dengan tetek yang satu, kusodorkan tetekku
yang satu lagi. Yah...Wawan belum menguasai betul artinya kenikmatan seorang perempuan.
Kembali aku mengulum kontolnya yang masih tegang. Kuisap-isap dan kujilati. Kembali
Wawan meremas rambutku. Kali ini, dia harus puas, batinku. Benar saja, tak lama setelah aku
mempercepat kulumanku da permainan lidahku pada kontolnya terasa semburan lahar panas
di mulutku. Ya...tiga kali dan aku menelannya.
"Maaf..mbak. AKu enggak sengaja," katanya lirih. Aku hanya menjawabnya dengan
senyuman.
"Mbak senang kamu keluarin di mulut mbak," kataku. Perasaan bersalahnya jadi hilang.
Dengan cepat dia pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya dan sama-sama pipis di kamar
mandi. Seusai pipis, kubimbing dia kembali ke meja belajar.
"Kamu minum teh susu dulu, ya. Biar mbak buatkan," kataku. Kami sma-sama minum susu
panas. Kelihatan Wwan masih malu-malu setelah kejadian itu.
Wawan nampak senang, setelah PRnya selesai. Dia tersenyum dan mulai bisa mengangkat
mukanya. Saat itu, aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya. Dia gelagapan. Biar
saja. Aku tak perduli. Kubimbing dia untuka melakukan seperti yang kulakukan kepadanya.
Akhirnya dengan susah payah membujuk Wawan dapat menerima lidahku di dalam mulutnya
dan mulai memberikan respon. Aku menjilati lehernya. Wawan mulai memelukku dengan
kuat. Mulai aktif ketika tetekkku kusodorkan ke mulutnya. Dia sudah berinisiatif menguasai
tetekkku. Mengeluasnya, meremasnya, menisapnya dan mempermainkan lidahnya. Alangkah
cepatnya pelajarabn itu dia kuasai. Andaikan dia dengan mudah menguasai matematika
seperti dia mudahnya menguasai seks pikirku.
Ketika kubuka celananya, dia sudah ikut menurunkan celana itu.
Kurebahkan dia di lantai. Dan aku juga rebah di sisinya. Kubimbing dia menaiki tubuhku.
Kusuruh pula dia memasukkan kontolnya ke memekku. Hampir saja aku tertawa ngakak,
ketika kontol itu tak pernah tepat ke dalam lobang memekku. Lalu kubimbing kontol itu
memasuki lubang memekku. Slep! Begitu mudahnya kontol itu memasuki memekku. Dengan
repleks dia mulai menggenjotku. Sepenuhnya tubuhnya menindih tubuhku, hingga aku
menjadi sesak. Perlahan kubisikkan kepdanya agar tak semua tubuhnya menindih tubuhku.
Dengan bertumpu pada kedua tangannya, Wawan mulai mengenjotku lagi. Makinnlama
makin cepat. Aku harus mengimbanginya, kalau aku tak mau kehilangan momen. AKu harus
lebih dulu sampai, sebelum Wawan. Dia tak mungkin ditahan. Wawan masih pemula, tak
mungkin mampu menahan dirinya.
Ketika pantatku kugoyang-goyang ke kiri dan ke kanan, aku memeluknya dengan keras dan
kuat. Kujepit kedua kakiku ke pinggangnya. Kujilati lehernya dan kuciumi. Saat itu wawan
tak mampu menggenjotku. Dia biarkan sja aku menggerakkan diriku, sampai aku puas dan
mengeluarkan desah yang panjang, pertanda aku sampai. Perlahan kulepaskan pelukanku dan
Wawan kembali mengenjotku, cepat dan semakin cepat.
Tak lama kemudian, aku merasakan spermanya keluar di dalam liang memekku. Wawan
terkulai di atas tubuhku. Jepitan kakiku tak kulepas, sampai kontolnya mengecil dan keluar
sendiri dari liang memekku.
Aku merasakan, kontol itu keluar dari memekku. Perlahan Wawan kubimbing turun dari
tubuhku dan berbaring di sisiku. Dia begitu lemas. Kubiarkan dia mengambil nafas sebentar.
Setelah tenang, kuberikan minum susu yang tersisa di gelasnya.
Sejak saat itu, kami selalu melakukannya di kamar kosku dengan sangat hati. Ternyata
Wawan juga sangat pintar menjaga rahasia. Dan kami selalu bersetubu, bukan saat
mengerjakan PR tapi di hari-hari biasa. Saat ayah, ibu dan kakaknya sibuk kerja, sepulang
sekolah dia langsung ke kosku. Menjalang ayah, ibu dan kakaknya pualng kerja, dia pulang
ke rumahnya.
Keindahan itu milik kami berdua. Aku dan Kakaknya benar-benar putus. Setahun lebih kami
melakukannya. Sesudah aku sarjana, aku masih tetap kos di tempat itu, sebelum mendapat
kerja. Kini aku sudah berada di kota lain, namun kami masih tetap saling SMS dengan mesra.