Bercinta Dengan Ayah Sahabatku
Bercinta Dengan Ayah Sahabatku
Bercinta Dengan Ayah Sahabatku
akan nekat gini. Udah lama Oom seneng ngeliat kamu Sin."
Sinta kena dipuji rayuan yang memang masuk akal ini kontan
bersinar-sinar bangga di wajahnya. Perempuan kalau terbidik
kelemahannya langsung jadi murah hati, segera mandah saja dia
membiarkan kutangnya dilepas sekaligus memberikan kedua susu
telanjangnya yang berukuran sedang membulat kenyal mulai
diremas tangan Oom Icar.
"Emangnya, Oom seneng sama Sinta sejak kapan? Kayaknya sih
Sinta liat biasa-biasa aja?"
"Dari Sinta mulai dateng-dateng ke rumah Oom udah ketarik sama
cantiknya, cuma masak musti pamer terang-terangan? Tiap kali
ngeliat rasanya gemeesss sama kamu.."
Bicaranya menyebut begitu sambil secara tidak sengaja memilin
puting susu di tangannya membuat si gadis lagi-lagi menggelinjang
manja.
"Aaa.. gemes mau diapain Oom?!"
"Gemes mau dipeluk-pelukin gini, dicium-ciumin gini, atau juga
diremes-remesin gini.. sshmmm.." jawab Oom Icar dengan
memperlihatkan contoh cara dia mendekap erat, mengecup pipi
dan meremas susu Sinta.
"Terusnya apalagi?"
"Terusnya yang terakhir ininya.. Apa sih namaya ini?" tanya canda
Oom Icar yang sebelah tangannya sudah diturunkan ke
selangkangan Sinta, langsung meremas bukit vagina yang
menggembung dan merangsang itu.
"Itu bilangnya.. memek." jawab Sinta dengan menoleh ke belakang
sambil menggigit kecil bibir Oom Icar.
Bahasanya vulgar tapi Oom Icar malah senang mendengarnya.
"Iya, kalau memek Sinta ini dimasukin Oom punya, boleh kan?"
"Dimasukin apa Oom..?"
"Ini, apa ya bilangnya?" tanya lagi Oom Icar dengan mengambil
sebelah tangan Sinta meletakkan di jendulan penisnya.
"Aaa.. ini kan bilangnya kontol.. Dimasukin ini bahaya, kalo hamil
malah ketauan orang-orang Oom?"
Sinta bergaya pura-pura takut tapi tangannya malah meremasremas jendulan penis itu.
"Jangan ambil bahayanya, ambil enaknya aja. Nanti Oom beliin pil
pencegah hamilnya."
"Tapinya sakit nggak?" tanya Sinta sambil mematikan rokoknya ke
asbak.
"Kalo udah dicoba malah enak. Yuk kita pindah ke tempat tidur?"
Oom Icar mengajak tapi sambil membopong Sinta pindah ke
tempat tidur untuk masuk di babak permainan cinta.
Di sini Sinta mulai memasrahkan diri ketika tubuhnya mulai
digeluti kecup cium dan raba gemas yang menaikan birahi
nafsunya. Sinta sudah pernah begini dengan dr.Budi,caranya
hampir sama dan dia senang digeluti laki-laki yang sudah berumur
seperti ini. Karena mereka bukan hanya lebih pengalaman tapi juga
lebih teliti jika mengecapi tubuh perempuan, apalagi gadis remaja
seperti dia. Asyik rasanya menggeliat-geliat, merengek-rengek
manja diserbu rangsangan bernafsu yang bertubi-tubi di sekujur
tubuhnya.
"Ahahhggg.. gellii Oomm.. Sshh.. iihh.. Oom sakit gitu.. sssh..
hnggg.."
Mengerang antara geli dan perih tapi dengan tertawa-tawa senang,
yang begini justru memancing si Oom makin menjadi-jadi.
Oom Icar yang nampaknya baru kali ini bergelut dengan seorang
gadis remaja cantik tentu saja terangsang hebat, hanya saja dia
sayang untuk terburu-buru dan masih senang untuk mengecapi
sepuas-puasnya tubuh mulus indah yang dagingnya masih padat
kencang ini.
Dari semula saja dia sudah nekat melupakan bagaimana status
hubungannya dengan Sinta apalagi setelah dilanda nafsu tinggi
seperti ini.
Oom Icar memakai tempat tidur mahal tapi model kuno yang
terbuat dari besi lengkap dengan tiang-tiang penyangga
kelambunya.
Di situ pantat Sinta disandarkan di pagar bawah tempat tidur yang
tingginya pas menyangga pantatnya, sedang kedua tangannya
diatur Oom Icar melingkar di sepanjang besi melintang di antara
dua tiang kelambu bagian kaki tempat tidur yang tingginya
setinggi punggung, sedemikian rupa sehingga tubuhnya tersandar
menggelantung di besi melintang itu hampir pada masing-masing
ketiak Sinta. Suatu posisi yang unik untuk bersanggama dalam
gaya berdiri karena setelah itu Oom Icar mengambil dua ikat
pinggang terbuat dari kain, lalu mengikat masing-masing lengan
Sinta pada besi melintang itu. Sinta menurut saja memandangi geli
sambil menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan Oom Icar.
Berikutnya barulah Oom Icar mulai merangsang dengan menciumi
dan menggerayangi sekujur tubuh Sinta dari mulai atas hingga ke
bawah. Berawal mengerjai kedua susu Sinta dengan remasan dan
kecap mulutnya dan kemudian berakhir mengkonsentrasikan
permainan mulut itu di selangkangannya, membuat Sinta yang
semula setengah hati mulai naik terangsang. Malah terasa cepat
karena posisi kedua tangannya tidak bisa ikut membalas ini
menimbulkan daya rangsang yang luar biasa. Apalagi ketika mulut
Oom Icar mulai memberi rasa geli-geli enak di vagina yang tidak
bisa ditolak kepalanya kalau geli terlalu menyengat.
Begitu tengah sedang asyik-asyiknya permainan pembukaan ini, di
teras depan Asmi terdengar mengalunkan suaranya berduet
mengiringi Hari dalam permainan gitarnya. Konyol memang buat
Asmi, sahabat yang sedang ditunggu-tunggu untuk janji pergi
bersama, ternyata sudah sejak tadi ada di dalam kamar rumahnya
sendiri, sedang meliuk-liuk keenakan saat vaginanya dikerjai mulut
ayahnya, malah sudah tidak tahan rangsangan gelinya yang
menuntut untuk lebih terpuaskan lewat garukan mantap penis ayah
Asmi sendiri.