Diseksi Aorta
Diseksi Aorta
Diseksi Aorta
Patch aortoplasty
Kanulasi
(Dzau, 2014)
a) Kelainan jaringan ikat
Berbagai mekanisme yang melemahkan lapisan medial dari
aorta melalui apopleksi mikro dari dinding pembuluh darah serta
berbagai macam penyakit yang berbeda menyebabkan peningkatan
tegangan pada dinding aorta, yang kemudian dapat menyebabkan
dilatasi aorta dan pembentukan aneurisma. Perdarahan intramural,
diseksi aorta dan ruptur dinding aorta dapat terjadi. Tiga penyakit
jaringan ikat yang diturunkan diketahui mempengaruhi dinding arteri,
yakni Sindroma marfan, sindroma Ehler Danlos dan famililal
aneurisma dan diseksi aorta torakalis. (Elefteriades, 2007)
Diantara penyakit-penyakit herediter, sindroma
marfan
menyebabkan
kecacatan
fibrilin
pada
matriks
jaringan
ikat,
dengan
karakterisitik
hipermobilitas,
pasien
yang
pernah
menjalani
operasi
katup
aorta.
(Elefteriades, 2007)
Inflamasi dapat pula menyebabkan kerusakan tunika media
dinding aorta yang kemudian mengarah kepada lemahnya dinding
aorta, pelebaran dan terjadinya diseksi aorta. Diseksi aorta iatrogenic
biasanya berkaitan dengan kateterisasi retrogade yang invasive, atau
dapat timbul pada saat tindakan atau setelah tindakan operasi aorta.
(Elefteriades, 2007)
(2) Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi
Beberapa klasifikasi telah dikembangkan untuk kalsifikasi diseksi
aorta. Dua klasifikasi yang paling umum digunakan ialah sistem
klasifikasi
De
Bakey
dan
Stanford.
Klasifikasi
De
Bakey
ada tidaknya
desendens (tengah atas + kanan atas); tipe III hanya mengenai aorta
desendens (kiri bawah). (Dzau, 2014)
b. Patofisiologi
Diseksi aorta sering berkaitan dengan perubahan struktur dari tunika
media. Perubahan histopatologis berupa medionecrosis, nekrosis kistik
tunika media, fibrosis dan fragmentasi serabut elastin terjadi pada penyakit
ini. Studi mengenai aorta yang tidak mengalami diseksi
bahwa perubahan ini
menunjukkan
Lokasi nyeri
Derajat nyeri
10 dari skala 1 sd 10
Onset nyeri
Kualitas nyeri
Seperti disayat
Gejala angina/infark dapat timbul bila melibatkan Arteri
Iskemia jantung
Nyeri perut
koronaria kanan
Gambaran iskemia intestinal
Biasanya asimptomatik
Iskemia ginjal
Nyeri tungkai
Paraplegia
perifer
Akibat Keterlibatan pembuluh darah otak, tamponade,
Sinkop
Dispnea
(Elefteriades, 2007)
b) Tanda
1) Tekanan darah yang abnormal
mengkonfirmasi
suatu
keadaan
diseksi
aorta,
dengan
pembuluh darah
Gambaran trombosis pada lumen
yang salah
3. Hematom periaorta
4. Perubahan kontur aorta
(Elefteriades, 2007)
b) Echocardiography
Prinsip kerja Echocardiography yaitu berdasarkan pada refleksi
gelombang ultrasound yang ditransmisikan oleh transducer terhadap
organ yang akan dinilai. Amplitudo dan perlambatan waku dari
gelombang echo yang direfleksikan oleh organ yang dinilai
sehubungan dengan jarak relatifnya terhadap transducer dan adanya
perbedaan dari masing- masing struktur akan diubah dalam bentuk
gambar satu dimensi (M mode) atau dua dimensi (2D echo) yang
pada akhirnya kemudian akan memberikan informasi anatomis dan
dengan mengkombinasikan gambaran dari echo dua dimensi maka
akan tampak gambaran yang lebih baik pada echo 3 dimensi yang
berkembang sekarang. (Elefteriades, 2007)
Dengan menggunakan efek Doppler, aliran darah dapat dinilai
dan dikarakteristikkan apakah aliran tersebut laminer atau turbulen,
aortografi
invasif
telah
digantikan
dengan
sering
digunakan
sebagai
studi
pencitraan
awal.
dan
diobati
secara
emergensi.
Tujuan
awal
ialah
c. Penyisipan
stent
graft
(stent
tertutup),
TEVAR
(thoracic
medis.
Penggantian bagian yang rusak dari aorta dengan cangkok vaskuler
sutureless konektor diperkuat cincin dacron. Vascular cincin
konektor (VRC) adalah sebuah cincin digunakan sebagai stent di
arteri
aterosklerosis
oklusif
yang
sering
merupkan
komplikasi
dijumpai.
Mekanisme
Usia
Ras
Jenis kelamin
Herediter
Riwayat gangguan vaskuler, infark miokard atau stroke dalam
keluarga (Kurt, 2014)
c. Patofisiologi
Penyakit oklusif arteri kronik secara progresif akan menyempitkan lumen
arteri dan meningkatkan
terlokalisir,
dan
perluasan
terjadi
bersamaan
dengan
d. Gejala
Tanda khas insufisiensi arteri perifer adalah klaudikasi intermiten. Nyeri
ini datang mendadak dan dapat dirasakan ebagai ngilu, kram, kelelahan
atau kelemahan. Nyeri istirahat bersifat menetap, ngilu dan tidak nyaman
dan biasanya terjadi pada bagian distal ekstremitas. Menaikkan ekstremitas
atau meletakkannya secara horizontal akan meningkatkan nyeri. Sedang
bila digantungkan akan menguragi nyeri. Sebagian pasien tidur dengan
tungkai yang sakit tergantung di sisi tempat tidur sebagai usaha
mengurangi nyeri. (Sylvia, 2012)
Lokasi nyeri berhubungan erat dengan lokasi penyakit arteri,
segmen arteri yang terserang selalu terletak di sebelah proksimal dari
daerah otot yang iskemik nyeri yang timbul saat istirahat menunjukkan
adanya penyakit oklusif yang lanjut. Nyeri iskemik pada waktu istirahat
secara khas timbul di bagian distal kki dan jari-jari kaki dan dirasakan
sebagai gabungan parestesia dan rasa tidak enak. (Sylvia, 2012)
Perasaan dingin atau baal pada ekstreminitas dapat menyertai
klaudikasi intermiten yang disebabkan oleh penurunan aliran arteri. Bila
ekstremitas diperiksa mungkin terasa dingin dan tampak puncat saat
ditinggikan atau kasar dan sianotik pada posisi tergantung. Perubahan kulit
dan kuku, ulkus, gangren dan atrofi otot tampak jelas. Dapat terdengar
bruit pada auskultasi dengan stetoskop (bruit adalah suara yang di hasilkan
akibat turbulensi aliran darah melalui pembuluh darah yang ireguler,
stenotik atau melalui segmen pembuluh darah yang mengalami dilatasi/
aneurisma). Denyut nadi perifer bisa melemah atau hilang sama sekali.
(Sylvia, 2012)
Pemeriksaan denyut nadi perifer adalah bagian yang sangat penting
untuk pengkajian arteri oklusif. Denyut nadi yang tidak sama antara kedua
ekstremitas atau tidak terabanya denyut normal adalah tanda pasti adanya
oklusi. Denyut nadi femoral diselangkangan dan denyut tibialis posterior
di samping maleolus medialis adaah denyut yang paling mudah di raba.
Denyut nadi poplitea kadang sulit dirasa di belakang lutut pda pasien obes;
lokasi arteri dorsalis pedis sangat bervariasi dan normalnya tak terdapat
pada sekitar 7% populasi. (Sylvia, 2012)
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis penyakit oklusif biasanya ditentukan oleh riwayat pasien dan
hasil pemeriksaan fisik. Tes yang berkaitan dengan penyakit ini akan
mendukung diagnosis.
a. Arteriografi memperlihatkan tipe oklusi (trombus atau emboli), lokasi
serta derajat obstruksi dan sirkulasi kolateral. Arteriografi teruama berguna
pada oklusi yang kronis atau untuk mengevaluasi calon pembedahan
rekonstruksi.
b. Ultrasonografi doppler dan plestimografi merupakan pemeriksaan
noninvasif yang memperlihatkan pengurangan aliran darah di sebelah
distal oklusi pada keadaan yang akut.
c. Oftalmodinamometri membantu menentukan derajat obstruksi dalam
arteri karotis interna dengan membandingkan tekanan arteri ofalmika
terhadap tekanan arteri brakialis pada sisi yang terkena. Perbedaan antara
kedua tekanan tersebut sebesar lebih dari 20% menunjukan kemungkinan
insufiensi.
d. EEG dan CT scan diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya lesi otak.
(Sylvia, 2012)
e. Penatalaksanaan
Farmako terapi
a) Antihipertensif
untuk
mempertahankan
tekanan
sistolik
pada
a) Berhenti merokok
b) Makanan rendah lemak dan kolesterol
c) Olahraga
(Setiati, 2014)