Laporan Kakao Part 1
Laporan Kakao Part 1
Laporan Kakao Part 1
Disusun oleh :
THP-C/Kelompok 1
Nama (Nim)
Asisten :
1.
2.
3.
4.
5.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui adanya serangga.
2. Mengetahui kadar air biji kakao.
3. Mengetahui adanya adanya biji berbau asap abnormal atau berbau
4.
5.
6.
7.
asing lainnya.
Mengetahui kadar kotoran.
Mengetahui jumlah biji per 100 gtram
Mengetahui kadar biji cacat pada biji kakao
Menentukan mutu biji kakao
campuran
atau
hibrida
dari
jenis criollo danforastero sehingga cokelat jenis ini sangat heterogen baik
warna kulit, bentuk biji, maupun mutunya.
Ukuran Biji
Ukuran biji kakao merupakan karakteristik fisik penentuan randemen hasil
lemak, dimana semakin besar ukuran biji kakao, maka semakin tinggi randemen
lemak dari dalam biji. Ukuran biji kakao dinyatakan dalam jumlah biji (beans
account) per 100 gram contoh uji yang diambil secara acak pada kadar air 6 - 7 %.
Ukuran biji rata-rata yang masuk kualitas ekspor adalah antara 1,0 - 1,2 gram
atau setara dengan 85 - 100 biji per 100 gram. Ukuran biji kakao kering sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman, kondisi kebun (curah hujan) selama
perkembangan buah, perlakuan agronomis dan cara pengolahan.
jika kadar kulit terlalu rendah, maka penjual (eksportir) biji kakao akan
mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan bobot. Kadar kulit biji kakao
dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman dan cara pengolahan (fermentasi dan
pencucian). Semakin singkat waktu fermentasi, kadar kulit biji kakao semakin
tinggi karena sebagian besar sisa lendir (pulp) masih menempel pada biji. Namun
demikian, kandungan kulit biji tersebut dapat dikurangi dengan proses pencucian.
2.3 Komponen Penentu Mutu Kakao
Biji kakao mengandung berbagai macam komponen kimia, zat gizi, dan
senyawa bioaktif di dalamnya. Komposisi kimia ini bervariasi setelah mengalami
proses pengolahan menjadi produk. Komposisi kimia bubuk kakao berbeda
dengan mentega kakao dan pasta coklat. Komposisi kimia bubuk kakao (natural)
per 100 gram adalah mengandung kalori 228,49 Kkal, lemak 13,5 g, karbohidrat
53,35 g, serat 27,90 g, protein 19,59 g, air 2,58 g, dan kadar abu 6,33, yang
meliputi : kalium 1495,5 mg, natrium 8,99 mg, kalsium 169,45 mg, besi 13,86
mg, seng 7,93 mg, tembaga 4,61 mg, dan mangan 4,73 mg. Komponen senyawa
bioaktif dalam bubuk kakao adalah senyawa polifenol yang berfungsi sebagai
antioksidan. Kandungan polifenol total dalam bubuk kakao lebih tinggi
dibandingkan dalam anggur maupun teh. Kelompok senyawa polifenol yang
banyak terdapat pada kakao adalah flavonoid yaitu senyawa yang mengandung 15
atom karbon yang 8 terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan oleh rantai
karbon (Wahyudi et al. 2008). Gambar 1. Produk turunan buah coklat (Cacao)
Sumber : Wahyudi et al. (2008) 2.1. Lemak Kakao Murni Lemak merupakan
komponen termahal dari biji kakao. Biji kakao yang berasal dari pembuatan
musim hujan umumnya mempunyai kadar lemak tinggi (Mulato, 2002).
Jenis uji
Serangga hidup
Kadar air
Biji berbau asap dana
Satuan
% fraksi massa
-
Persyaratan
Tidak ada
Maks. 7,5
Tidak ada
Tidak ada
Kakao
Biji
Biji
lindak
berjamur
maksimu
maksimum
mulia
IF
II F
III F
IB
IB
III B
slaty Biji
Kotoran
Biji
berserangga
maksimum
berkecambah
maksimum
(%biji/biji)
maksimum
(% biji/biji)
(%biji/biji
(%biji/biji)
2
4
4
)
Tidak ada
Maks. 7,5
Tidak ada
1
2
2
(%bij/biji)
1,5
2
3
2
3
3
3.2.2
3.2.3
Pembelahan
Pengamatan aroma
150 keping kakao kakao fermentasi diuji organoleptik dengan cara
biji kakao dibelah kemudian di amati bau pada biji kakao.
3.2.4
Pengamatan kotoran
Penimbangan
1000
gram
biji
kakao
kemudian
pisahkan
kotoran
meliputiplasenta, biji dempet, pecahan biji, pecahan kulit, biji pipih, dan ranting
kemudian timbang masing-masing dan nyatakan dalam persentase bobot/ bobot.
3.2.5
Penggolongan (AA, A, B, C, S)
Timbang 100 gram biji kakao kemudian hitung jumlah biji yang ada,
Nyatakan biji kakao termasuk dalam golongan AA,A,B,C, atau S.
3.2.6 Penentuan kadar biji cacat pada kakao (biji berjamur, biji slaty, biji
berserangga, biji berkecambah)
Pemotongan memanjang
Siapkan 300 biji kakao, potong satu petrsatu biji kakao memanjang
dengan pisau. Amati bagian dalam biji adanya biji berkapang,biji slaty, biji
berserangga, biji berkecambah. Hitung masing-masing biji cacat dalam persentase
biji/biji.
3.1
3.2.7
Botol Timbang
1
2
3
4
5
6
Hasil
Ada
Tidak ada
4.1.2
4.1.3 Penentuan Adanya Biji Berbau Asap Atau Berbau Asing Lainnya
Pengamatan
Biji berbau asap
Bau asing
4.1.4
Hasil
6 biji
Tidak ada
Pengamatan
Biji dempet
Pecahan biji
Ulangan 2 /1000 g
52,78
26,32
Pecahan kulit
31,6
1,92
Biji pipih
37,57
7,5
Plasenta
14,77
Ranting
6,69
4.1.5
Pengamatan
Jumlah biji per seratus gram
4.1.6
Hasil
82/ 100 g (AA)
Pengamatan
Biji berjamur
Biji slaty
Biji berserangga
18
Biji berkecambah
kadar air
46,81
Pengamatan
Biji dempet
Pecahan biji
Rata - rata
55.39
Pecahan kulit
16.76
Biji pipih
22.54
Plasenta
7.39
Ranting
3.35
17.13
Biji berserangga
10
Biji berkecambah
4
8
BAB 5. PEMBAHASAN
Rata-rata
7,8
4.2.2 Penentuan
Kadar Kotoran
maupun
serangga pada biji kakao ini terjadi pada proses penyimpanan kakao (Guehi et
al,2010) . Bau abnormal atau bau benda asing pada biji kakao dipengaruhi oleh
lemak yang tergantung pada biji kakako. Lemak pada biji kakao dapat menyerap
dan mengikat bau yang ada disekitar biji kakao. Apabila lemak bersentuhan
dengan udara untuk jangka waktu yang lama akan terjadi perubahan yang
dinamakan proses ketengikan. Oksigen akan terikat pada ikatan rangkap dan
membentuk peroksida aktif. Senyawa ini sangat reaktif dan dapat membentuk
hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi
senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek berupa asam-asam lemak,
aldehida-aldehida dan keton yang bersifat volatil/ mudah menguap, menimbulkan
bau tengik pada lemak dan potensial bersifat toksik (Almatsier ,2004). Kadar air
pada biji kakao menurut pengamatan diatas Shift 1 dan Shift 2 yaitu sebesar
5,4% ; 5,8% ; 6,0% dan 6,37%; 5,8%; 6,2%, dan syarat mutu pada SNI kadar air
maksimal 7,5% berdasarkan praktikum tersebut didapat kadar air rata-rat 7,8%
sehingga tidak memenuhi standart SNI, dimungkinkan terjadi penyimpangan
perlakuan sehingga didapat nilai kadar air yang terpaut jauh. Sampel tidak lolos
syarat umum biji kakao karena adanya serangga hidup, biji kakao berbau asap
sejumlah 6 biji. Biji berjamur sejumlah 1,3% ; biji slaty 2,67% ; biji berserangga
3,3% ; biji berkecambah 1%. Maka dapat disimpulkan sampel kakao yang
digunakan merupakan jenis kakao muli I atau Lindak I.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum biji kakao adalah :
1. Tidak ditemukan benda asing dalam kemsan kakao namun ditemukan
serangga pada sampel biji kakao fermentasi.
2. Kadar air rata-rata biji kakao 7,8%
3. Ditemukan biji berbau asap 6 biji/ 150 biji kakao.
4. Dari 1000 gram sampel biji kakao, rata-rata biji dempet, pecahan biji,
pecahan kulit, biji pipih berturut-turut 55,39 g, 17,13 g, 16,76 g, 22,54,
7,39 g, 3,35 g.
5. Jumlah sampel biji kakao dalam 100 gram adalah 82 biji, artinya
termasuk golongan AA
6. Dari 300 biji jumlah biji kakao cacat biji berjamur,slatty, berserangga,
berkecambah berturut-turut 4 biji,8 niji,10 biji, 3 biji
6.2 Saran
Saran dari praktiku ini adalah :
1. Sampel yang digunakan supaya mencukupim supaya data praktikum
benar dan praktikum lebih cepat
2. Praktikum di lab dan data dimodul supaya saling singkron agar lebih
mudah dalam praktikum dan penyususnan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Jakarta : Gramedia Pustaka
Umum.
Guehi, S. T., Dabone S., Ban-Koffi L., Kra, D. K. and Zahouli G. I. 2010. Effect
of Turning Beans and Fermentation Method on the Acidity and Physical
Quality of Raw Cocoa Beans. Advanced Journal of Food Sciences and
Technolology, 2: 163-171.
Haryadi, M. dan Supriyanto. 2001. Pengolahan Kakao Menjadi Bahan Pangan.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada,. Hlm 56-70.
Mulato, S.. 1998. Teknik Pra Pengolahan Biji Kakao Segar Secara Mekanis untuk
Mempersingkat Waktu Fermentasi dan Menurunkan Kemasaman Biji.
Pelita Perkebunan, Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao, Volume 14, Nomor
1, April 1998.
Pangudiyatno.1983. Pengaruh Tinggi Tempat Penanaman Kakao Terhadap Kadar
Lemak dan Komposisi Asam Lemak. Pusat Penelitian Kopi dan kakao.
Jember. Indonesia
Wahyudi, T.; P. Rahardjo. 2009. Sejarah dan Prospek. Dalam Panduan Lengkap
Kakao (Wahyudi et al., eds.). Penebar Swadaya. Jakarta. 11-26.