Laporan Praktikum Kakao
Laporan Praktikum Kakao
Laporan Praktikum Kakao
KAKAO
Oleh:
Qoimatul Fitriyah / 141710101010
THP A / 7
Pembukaan
10 alir
g biji kakao serangga hidup
Gambar 1. Diagram penentuan
Pengecilan ukuran
Eksikator, 15 menit
Penimbangan
Gambar 2. Diagram alir penetuan kadar air
Biji kakao
Pembelahan
Pengamatan aroma
Gambar 3. Diagram alir penentuan biji berbau asap abnormal/bau asing lainnya
1000 g kakao
3.2.4 Kadar kotoran
Pengamatan kotoran
Penimbangan
Penggolongan (AA, A, B, C, S)
3.2.6 Penentuan kadar biji cacat pada kakao (biji berjamur, slaty, berserangga, dan
Pemotongan memanjang
berkecambah)
Pengamatan
Perhitungan
4.1.2 Shift 2
Hasil
Pengamatan
Kakao Rakyat Kakao Puslit
Serangga hidup Ada ada
Benda asing Ada ada
Kadar air 5,5 4,3
Biji berbau asap abnormal - -
Biji berbau asing asing lain - -
Plasenta 2,2 g/1000 g -
Biji dempet 80,02 g/1000 g 4,38 g/1000 g
Pecahan biji 298,18 g/1000 g -
Pecahan kulit 74,66 g/1000 g 4,19 g/1000 g
Biji pipih 283,41 g/1000 g 111,14 g/1000 g
Ranting - -
Jumlah biji/100gram 136 119
Biji berjamur 18 biji/150 biji 42 biji/150 biji
Biji slaty 56 biji/150 biji 22 biji/150 biji
Biji berserangga 2 biji/150 biji 15 biji/150 biji
Biji berkecambah 1 biji/150 biji -
4.2.2 Shift 2
Jenis Berat Berat Berat botol Berat Berat Kadar
kakao/ulanga sampel botol timbang + sampel air (g) air
n (g) timban sampel setelah (%)
g (g) setelah oven
pengovenan (g)
(g)
Rakyat / U1 5 12,77 17,47 4,7 0,3 6
Rakyat / U2 5 11,66 16,41 4,75 0,25 5
Rata-rata 5,5
Puslit / U1 5 12,67 17,46 4,79 0,21 4,2
Puslit / U2 5 11,78 16,56 4,78 0,22 4,4
Rata-rata 4,3
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.1.1 Penentuan adanya serangga hidup
Penentuan adanya serangga hidup bertujuan untuk mengidentifikasi mutu
biji kakao berdasarkan SNI 2323:2008. Menurut SNI, biji kakao berkualitas baik
tidak ada serangga hidup maupun benda asing lain didalamnya. Biji kakao dalam
kemasan dikeluarkan dari kemasannya dan diamati keberadaan serangga hidup
dan benda asing lainnya. Apabila tidak ditemukan adanya serangga hidup maka
dinyatakan tidak ada, apabila ditemukan serangga hidup maka dinyatakan ada.
Apabila tidak ditemukan adanya benda asing maka dinyatakan tidak ada, apabila
ditemukan benda asing maka dinyatakan ada.
5.1.6 Penentuan kadar biji cacat pada kakao (biji berjamur, biji slaty, biji
berserangga, biji berkecambah)
Untuk menentukan kadar biji cacat pada kakao seperti biji berjamur, biji
slaty, biji berserangga dan biji berkecambah diperlukan 150 sampel biji utuh.
Sampel kemudian dibelah memanjang dan dilakukan pengamatan terhadap adanya
biji berjamur, biji slaty, berserangga atau berkecambah. Masing-masing biji cacat
dipisahkan berdasarkan jenisnya dan dihitung. Kemudian dihitung kadarnya per
150 biji kakao.
5.2.3 Penentuan biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya.
Biji berbau adalah biji kakao kering yang beraroma di luar aroma khas
kakao. Aroma khas biji kakao terbentuk pada saat fermentasi yaitu pulp teraerasi,
pH menurun sampai 4,5 karena kenaikan produksi asam. Produksi asam
didominasi oleh bakteri asam asetat dan bakteri asam laktat. Jika substrat pulp
digunakan oleh mikroorganisme sampai habis, pH akan naik sehingga
menyebabkan warna kulit biji kakao menjadi gelap dan terjadi perubahan bau
(Haryadi dan Supriyanto, 1991). Berdasarkan data pengamatan terhadap bau asap
abnormal/bau asing lainnya pada biji kakao kering menunjukkan tidak ada bau
asap abnormal atau bau asing lannya. Hal ini menunjukkan dari segi bau kedua
jenis kakao tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan Badan Standarisasi
Nasional (BSN) dalam SNI 2323:2008 tentang standar mutu biji kakao kering.
5.2.5 Penentuan mutu kakao berdasarkan jumlah biji kakao per seratus gram.
Penentuan jumlah biji kakao per seratus gram bertujuan untuk mengetahui
mutu biji kakao kering berdasarkan ukurannya. Menurut data hasil perhitungan
menunjukkan biji kakao yang tidak difermentasi berjumlah 112 biji/100 g.
Sedangkan biji kakao yang difermentasi berjumlah 108 biji/100g. Hal ini
menunjukkan biji kakao yang difermentasi memiliki ukuran lebih besar
dibandingkan biji kakao yang tidak difermentasi. Menurut Wahyudi (2008),
ukuran biji kakao dipengaruhi oleh proses fermentasi dan tingkat kematangan
buah. Tingkat kematangan buah kakao dapat memberikan pengaruh pada jumlah
biji per seratus gramnya, karena saat proses fermentasi biji kakao yang matang
optimum menghasilkan biji kakao kering yang utuh dan tidak gepeng.
5.2.6 Penentuan adanya biji kakao kering yang cacat (biji berjamur, biji slaty,
berserangga dan berkecambah).
Biji kakao cacat dapat digolongkan menjadi biji berjamur, biji slaty, biji
berserangga dan biji berkecambah. Biji slaty adalah biji yang tidak terfermentasi
secara sempurna, tekstur bijinya padat dan pejal seperti keju dan jika dicicipi
(dikunyah) rasanya pahit dan sepat. Menurut Haryadi dan Supriyanto (1991)
fermentasi yang baik adalah menggunakan kotak kayu yang berventilasi dan
dilakukan pembalikan agar sirkulasi udara dapat berjalan baik untuk mendukung
pertumbuhan mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi serta waktu
fermentasinya berkisar antara5-6 hari.
Biji kakao yang tidak difermentasi warnanya lebih pucat bila dibanding
dengan yang terfermentasi sempurna, adapula yang mengalami fermentasi
warnanya keunguan, sedangkan yang mengalami fermentasi sempurna warnanya
coklat dan bukan ungu (Susanto, 1994). Berdasarkan data pengamatan
menunjukkan bahwa jumlah biji slaty pada kedua jenis kakao adalah 16 biji/150
biji dan 32 biji/150 biji. Menurut data tersebut diketahui bahwa kedua jeis biji
kakao kering tidak masuk kedalam standar mutu yang terdapat dalam SNI
2323:2008 (BSN, 2008).
Biji berjamur adalah biji kakao yang ditumbuhi jamur atau kapang di
bagian dalam atau luar dan apabila dibelah dapat dilihat dengan mata.
Berdasarkan data pengamatan menunjukkan bahwa jumlah biji berjamur pada
kedua jenis kakao adalah 16 biji/150 biji dan 34 biji/150 biji. Penyebab
tumbuhnya jamur adalah kadar air melebihi 7,5% yang disebabkan pengeringan
dengan sinar matahari (penjemuran) yang umumnya dilakukan lebih dari 7 hari.
Salah satu kelemahan dari pengeringan alami, yaitu apabila cuaca buruk
(mendung atau hujan) maka akan memakan waktu yang cukup lama. Kondisi ini
sangat memungkinkan biji kakao untuk ditumbuhi jamur (IEK, 2009).
Tunbuhnya jamur juga dapat disebabkan penyimpanan biji kakao kering
yang kurang baik. Imdad dan Abdjad (1995) menyimpulkan bahwa untuk
menyimpan biji kakao kering agar tetap dalam kondisi baik, biji kakao sebaiknya
disimpan dengan kemasan dan ditempatkan dalam ruangan yang bersuhu 30oC
serta kelembaban relative < 74%, sedang suhu minimal 25C. Apabila lebih dari
kelembaban relatif maka biji kakao yang disimpan akan rusak karena jamur.
Waktu fermentasi juga dapat memicu pertumbuhan jamur. Fermentasi
selama 7 hari menyebabkan biji kakao kering mudah terserang jamur. Adanya biji
berjamur yang ditandai dengan bercak putih pada kult biji yang menembus testa
disebabkan oleh fermentasi yang terlalu lama sehingga pulp biji habis terpaka oleh
mikroorganisme seperti khamir dan bakteri. Hal ini disertai dengan penurunan
suhu dari 43oC pada hari ke 3 menjad 31oC pada hari ke 6 dan 7 sehingga
cendawan mudah menkontaminasi dan tumbuh pada biji. Biji berjamur yang
terjadi selama proses fermentasi bila dikeringkan akan muncul sebagai bercak-
bercak putih yang menembus bagian kulit kakao (Poejiwidodo, 1996). Standar
mutu biji kakao kering yang tercantum dalam SNI 2323:2008 menyatakan bahwa
kadar maksimal biji berjamur adalah 2% untuk mutu I, 4% untuk mutu II dan III.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kedua jenis kakao belum memenuhi
standar mutu yang terdapat dalam SNI 2323:2008 (BSN, 2008).
Berdasarkan data pengamatan terhadap adanya biji kakao kering
menunjukkan bahwa biji kakao yang tidak difermentasi terdapat 10 biji
berkecambah pada 150 biji kakao kering, sedangkan biji kakao yang difermentasi
tidak ditemukan adanya biji berkecamabah. Biji berkecambah dapat disebabkan
oleh pemanenan buah kakao yang lewat masak. Pemanenan buah yang tidak
terlalu masak bertujuan untuk menghindari biji berkecambah di dalam buah. Buah
yang bijinya telah berkecambah biasanya kulit buah berlubang sehingga
memungkinkan jamur atau serangga masuk dalam buah. Pemanenan juga tidak
diperkenankan untuk dilakukan pada buah yang kurang masak karena biji kakao
dari buah kurang masak sulit dipisahkan dan cenderung saling lengket (Wahyudi,
2008).
Selain itu biji kakao yang dikeluarkan dari buahnya tanpa disimpan
dengan baik akan berkecambah dalam waktu 3-4 hari dan dalam keadaan normal
biji akan kehilangan daya tumbuhnya setelah 10-15 hari. Biji kakao tidak
memiliki masa dorman, meskipun daging buahnya mengandung zat penghambat
perkecambahan (Timow dan Soemarno, 1989). Menurut SNI 2323:2008, kadar
biji berkecambah maksimum biji kakao kering untuk mutu I adalah 2% dan 3%
untuk mutu II dan III. Berdasarkan data pengamatan terhadap kadar biji
berkecambah diketahui bahwa biji kakao yang tidak difermentasi tidak memenuhi
syarat mutu SNI 2323:2008, sedangkan biji kakao kering yang difermentasi sudah
memenuhi standar mutu.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut.
1. Pada kedua jenis biji kakao kering ditemukan adanya serangga hidup dan benda
asing lainnya.
2. Kadar air biji kakao yang tidak difermentasi lebih tinggi dibandingkan dengan biji
kakao yang difermentasi.
3. Tidak ditemukan adanya bau asap abnormal/bau asing lainny pada kedua jenis biji
kakao kering.
4. Jumlah biji per seratus gram biji kakao yang tidak difermentasi lebih besar
dibandingkan dengan biji kakao yang difermentasi.
5. Kadar kotoran biji kakao yang tidak difermentasi lebih besar dibandingkan
dengan biji kakao yang difermentasi.
6. Pada biji kakao yang difermentasi tidak ditemukan adanya biji berkecambah,
sedangkan pada biji kakao yang tidak difermentasi ditemukan adanya biji
berkecambah.
6.2 Saran
Untuk mempertahankan mutu biji kakao kering sebaiknya penyimpanan
dilakuakn dengan cara yang benar dan disimpan pada ruangan yang bersih dan
memiliki kelembaban rendah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok 1 (Shift 1)
a. Kakao rakyat
= 0,22(gram)
x100
5(gram)
= 0,044
= 4,4 %
x100
= 0,22(gram)
x100
5(gram)
= 0,044
= 4,4 %
x100
b. Kakao Puslit
Kadar air (ulangan 1) = Berat air(gram)
x100
Berat sampel(gram)
= 0,21(gram)
x100
5(gram)
= 0,042
= 4,2 %
x100
= 0,21(gram)
x100
5(gram)
= 0,042
= 4,2 %
x100
2. Kelompok 2 (Shift 2)
a. Kakao rakyat
=6%
x100
= 0,25(gram)
x100
5(gram)
= 0,05
=5%
x100
b. Kakao Puslit
= 0,21(gram)
x100
5(gram)
= 0,042
= 4,2 %
x100
Kadar air (ulangan 2) = Berat air(gram)
x100
Berat sampel(gram)
= 0,22(gram)
x100
5(gram)
= 0,043
= 4,3 %
x100
LAMPIRAN GAMBAR