Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Akuntansi Sektor Publik Korupsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dewasa ini korupsi sudah menjadi masalah yang sangat kompleks di


negara kita. Dihampir seluruh lembaga baik itu eksekutif dalam hal ini
pemerintah, legislatif yang lebih dikenal dengan istilah wakil rakyat ( DPR
atau DPRD ), yudikatif sebagai lembaga penegakan hukum maupun swasta
korupsi sudah sering terdengar adanya praktek korupsi. Bahkan praktek
korupsi baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan ini
dilaksanakan oleh berbagai kalangan mulai dari atasan bahkan sampai
bawahan atau mulai dari tingat pemerintah yang peling tertinggi sampai
dengan tingkatan pemerintahan yang paling rendah sekalipun.
Berbagai media sering menyiarkan masalah korupsi baik media cetak
maupun elektronik, dimana hal ini menggambarkan korupsi sepertinya sudah
menjadi hal yang lumrah atau biasa. Upaya-upaya untuk pemberantasan
korupsi pun sudah sering dilakukan baik melalui penegakkan aturan,
pemberian sanksi bahkan penerbitan aturan-aturan baru yang kesemuanya itu
dalam rangka memberatas korupsi namun, sampai saat ini masalah korupsi
tetap menjadi hal yang paling sulit di minimalisir apalagi untuk diberantas.
Selama ini Perang sengit yang digenjarkan pasca reformasi belum
mampu memberikan kemenangan atas masalah korupsi yang ternyata sudah
melilit Indonesia sangat kuat. Perang ini sangat penting dilakukan karena
seperti yang dikatakan oleh Kwik Kian Gie pernah mengatakan KKN is the
root of evil. Korupsi tidak hanya sebatas pada usaha untuk memperkaya diri
sendiri atau orang lain yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara.
Korupsi menjadi akar masalah moral, etika, mental, tata nilai dan cara
berpikir yang melandasi tindak kejahatan manusia.

1
Dalam UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Di dalam pasal tersebut dijelaskan mengenai beberapa tindakan
yang dapat digolongkan sebagai tindak pidana korupsi yaitu:
a. Kerugian keuangan negara
b. Suap-menyuap
c. Penggelapan dalam jabatan
d. Pemerasan
e. Perbuatan curang
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan
g. Gratifikasi
Selain itu dalam UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
juga menjelaskan mengenai beberapa tindakan yang dapat digolongkan
sebagai tindak pidana korupsi, yaitu:
a. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
b. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar
c. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
d. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
palsu
e. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberikan keterangan palsu
f. Saksi yang membuka identitas pelapor.
Masih ada beberapa pasal yang menjelaskan mengenai korupsi, yaitu
pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 mengenai tindakan
melawan hukum untuk memperkaya diri, Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo.
UU No. 20 Tahun 2001tentang penyalahgunaan wewenang, Pasal 5 ayat (1)
UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang menyuap pegawai
negeri, Pasal 7 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
tentang pemborong berbuat curang dan masih banyak pasal lainnya.
Satu hal yang bisa diamati dari undang-undang diatas adalah korupsi
berkembang sedemikian rupa sehingga muncul berbagai undang-undang yang
mampu menjelaskan mengenai tindak pidana tersebut lebih detail. Dengan

2
munculnya berbagai macam undang-undang tersebut, kita juga dapat
menyimpulkan bahwa korupsi masih menjadi permasalahan utama Indonesia,
penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi masih belum sempurna dan
cara korupsi di Indonesia berkembang sedemikian rupa.
Dalam karya tulis yang sederhana ini kami sebagai penulis akan
membahas mengenai Hubungan Akuntansi Sektor Publik dengan Kasus
Korupsi di Pemerintah Daerah di RIAU. Seperti yang kita ketahui bersama,
indeks korupsi di Indonesia masih menempatkan lembaga-lembaga negara
berada di peringkat atas lembaga korup di Indonesia.

I.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan korupsi di Indonesia ?

2. Sebutkan contoh kasus korupsi di Pemerintah Daerah RIAU ?

3. Bagaiamana hubungan Akuntansi Sektor Publik dengan korupsi ?

4. Bagaimana menanggulangi korupsi di Indonesia ?

I.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan korupsi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui contoh kasus korupsi di Pemerintahan Daerah RIAU.

3. Untuk mengetahui hubungan Akuntansi Sektor Publik dengan korupsi.

4. Untuk mengetahu cara menanggulangi korupsi di Indonesia.

3
BAB II

TELAAH PUSTAKA

II.1. Akuntansi Sektor Publik

A. Pengertian
Akuntansi Sektor Publik dari berbagai
kupasan seminar dan lokakarya, didasari pada pemahaman
sektor publik yang sering diartikan sebagai aturan pelengkap pemerintah
yang mengakumulasi utang sektor publik dan permintaan pinjaman
sektor publik untuk suatu tahun tertentu. Artikulasi ini dampak dari sudut
pandang ekonomi dan politik yang selama ini mendominasi perdebatan
sektor publik. Dari sisi kebijakan publik, sektor publik dipahami sebagai
tuntutan pajak, birokrasi yang berlebihan, pemerintahan yang besar
dan nasionalisasi versus privatisasi. Terlihat jelas, dalam artian luas, sektor
publik disebut bidang yang membicarakan metode manajemen negara.
Sedangkan dalam arti sempit, diartikan sebagai pembahasan pajak dan
kebijakan perpajakan. Dari berbagai sebutan yang muncul, sektor publik
dapat diartikan dari berbagai disiplin ilmu yang umumnya berbeda satu
dengan yang lain
Dari berbagai buku Anglo Amerika, akuntansi sektor
publik diartikan sebagai mekanisme akuntansi swasta yang
diberlakukan dalam praktik-praktik organisasi publik. Dari
berbagai buku lama terbitan Eropa Barat, akuntansi sektor
publik disebut akuntansi pemerintahan. Dan diberbagai
kesempatan disebut juga sebagai akuntansi keuangan publik.
Berbagai perkembangan terakhir, sebagai dampak penerapan
daripada accrual base di Selandia Baru, pemahaman ini telah
berubah. Akuntansi sektor publik didefinisikan sebagai akuntansi
dana masyarakat. Akuntansi dana masyarakat dapat diartikan
sebagai: mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang
diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat. Dari definisi
diatas perlu diartikan dana masyarakat sebagai dana yang

4
dimiliki oleh masyarakat - bukan individual, yang biasanya
dikelola oleh organisasi -organisasi sektor publik, dan juga pada
proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta. Di Indonesia,
akuntansi sektor publik dapat didefinisikan: mekanisme
teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan
dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-
proyek kerjasama sektor publik dan swasta.

B. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia


Salah satu bentuk penerapan teknik akuntansi sektor publik adalah
di organisasi BUMN. Pada tahun 1959 pemerintahan orde lama mulai
melakukan kebijakan-kebijakan berupa nasionalisasi perusahaan asing
yang ditransformasi menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tetapi
karena tidak dikelola oleh manajer profesional dan terlalu banyaknya
politisasi atau campur tangan pemerintah, mengakibatkan perusahaan
tersebut hanya dijadikan sapi perah oleh para birokrat. Sehingga sejarah
kehadirannya tidak memperlihatkan hasil yang baik dan tidak
menggembirakan. Kondisi ini terus berlangsung pada masa orde baru.
Lebih bertolak belakang lagi pada saat dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang fungsi dari BUMN. Dengan
memperhatikan beberapa fungsi tersebut, konsekuensi yang harus
ditanggung oleh BUMN sebagai perusahaan publik adalah menonjolkan
keberadaannya sebagai agent of development daripada sebagai business
entity. Terlepas dari itu semua, bahwa keberadaan praktik akuntansi sektor
publik di Indonesia dengan status hukum yang jelas telah ada sejak
beberapa tahun bergulir dari pemerintahan yang sah. Salah satunya adalah
Perusahaan Umum Telekomunikasi (1989).

5
C. Komponen Akuntansi Sektor Publik

Dalam pelaksanaannya, akuntansi sektor publik memiliki komponen-


komponen yang berpengaruh dalam pelaksanaannya, antara lain :

1. Faktor Ekonomi

- pertumbuhan ekonomi

- tingkat inflasi

- pertumbuhan pendapatan per kapita

- struktur produksi

- tenaga kerja

- arus modal dalam negeri

- cadangan devisa

- nilai tukar mata uang

- utang dan bantuan luar negeri

- infrastruktur

- teknologi

- kemiskinan dan kesenjangan ekonomi

- sektor informal

2. Faktor Politik

- hubungan negara dengan masyarakat

6
- legitimasi pemerintah

- tipe rezim yang berkuasa

- ideologi negara

- elit politik dan massa

- jaringan internasional

- kelembagaan

3. Faktor Kultural

- keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya

- sistem nilai di masyarakat

- historis

- sosiologi masyarakat

- karakteristik masyarakat

- tingkat pendidikan

4. Faktor Demografi

- pertumbuhan penduduk

- struktur usia penduduk

- migrasi tingkat kesehatan

II.2. Korupsi

7
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata
kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis


besar memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

perbuatan melawan hukum,

penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,

memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),

penggelapan dalam jabatan,

pemerasan dalam jabatan,

ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara


negara), dan

menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah


penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya

8
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung
korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk


sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini
saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat
penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan


antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai
politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di
tempat lain.

II.3. Pemerintahan Daerah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan


pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerahmenurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan Daerah di
Indonesia terdiri dari Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota yang terdiri atas kepala daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dibantu oleh

9
BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Perkembangan Korupsi di Indonesia

Berbicara tentang perkembangan korupsi di Indonesia kita tidak


boleh kecewa dengan perkembangan yang dicapai oleh Indonesia. Indeks
korupsi yang dikeluarkan tahun 2005 Indonesia berada di posisi 137,
sedangkan pada tahun 2010 Indonesia berada pada posisi 110 di dunia dan
pada tahun 2016 Indonesia berada pada posisi 88 dari 168. Jauh
dibelakang jika dibandingkan dengan negara Malaysia (50), dan Singapura
(85), dan sedikit di bawah Thailand (38). Indonesia lebih baik dari Filipina
(35), Vietnam (31), dan jauh di atas Myanmar (22)..

10
Kenaikan 27 peringkat dalam 5 tahun terkahir ini bukan merupakan
suatu prestasi bagus bagi Indonesia. Bahkan dalam kurun 5 tahun terkahir
indeks prestasi Indonesia mengalami fluktuasi karena terdapat berbagai
kasus seperti kriminalisasi ketua KPK, kasus korupsi dalam pemilihan
Deputi Gubernur BI pada masa Miranda S Geoltum yang tak kunjung usai.
Korupsi tidak hanya menjangkiti kaum elite saja, epidemi ini sudah
mewabah sampai ke kalangan masyarakat bawah. Berdasarkan global
corruption barometer pada tahun 2009 menyebutkan bahwa terdapat petty
bribery yang dilakukan oleh masyarakat yaitu sekitar 23% - 49%. Pada
tahu 2010 petty bribery yang dilakukan oleh masyarakat turun menjadi 6%
- 19.9%.

Global corruption barometer 2010, hlm 3 Experience of petty bribery is


widespread and has remained unchanged as compared to 2006. The police
is identifed as the most frequent recipient of bribes in the past 12 months.
The police also has the biggest increase in bribery incidents over time,
according to the general public surveyed. In eight out of nine services
assessed, people in lower income brackets are more likely to pay bribes
than people in higher income brackets. The reason most often given for
paying a bribe is to avoid a problem with the authorities

Seperti yang dikutip dalam paragraf diatas, masyarakat melakukan


korupsi karena terjebak dalam sebuah system yang membuatnya korup.
Hal ini sangat berbahaya karena masyarakat memiliki fungsi pengawasan
atas kinerja pemerintah. Jika masyarakat sendiri sudah terbiasa dengan
korupsi, maka kontrol masyarakat terhadap pemerintah akan menjadi
lemah.
Disisi lain DPR sebagai lembaga legislatif dan representasi rakyat
Indonesia seakan juga tidak berdaya dengan badai korupsi yang dialami
oleh Indonesia. Bahkan lembaga legislasi ini menjadi lembaga paling
korup di Indonesia berdasarkan global corruption barometer pada tahun
2010. Barometer tersebut menunjukkan bahwa pengawasan korupsi dalam
kinerja pemerintah sangat lemah.

11
Dibalik kasus-kasus korupsi diatas ada sebuah korupsi yang jauh
lebih besar cakupannya. Di dalam buku Selamatkan Indonesia karangan
Amien Rais dikenal sebuah istilah state capture corruption atau state
hijack corruption yang berarti penaklukan sebuah negara oleh korporasi-
korporasi besar.
Di dalam buku confession of economic hitman karangan John
Perkins kita mengenal berbagai cara yang dilakukan korporasi besar untuk
menaklukan suatu negara yaitu melalui kekerasan seperti yang terjadi di
Irak dan Afganistan dimana George Bush pada waktu itu dijadikan ujung
tombak untuk menuruti keinginan korporasi besar dunia dengan berbagai
dalihnya melawan teroris atau menciptkan dmeokrasi dunia.
Cara yang kedua dilakukan dengan memberikan tekanan
sebagaimana yang dihadapi oleh negara-negara latin seperti Venezuela,
Kuba, Meksiko dan Kolumbia. Tekanan yang diberikan berupa embargo
maupun serangan politik kenegara tersebut.
Cara yang ketiga adalah penyanderaan ekonomi suatu negara atau
yang dikenal sebagai state hijack corruption. Indonesia termasuk dalam
golongan ini karena kekuatan ekonomi negara saat ini dikuasai oleh
korporasi besar dan negara dibuat tunduk oleh kekuatan tersebut. Korupsi
yang dilakukan adalah penyalah gunaan wewenang negara bagi
kepentingan korporasi besar tersebut.
Korupsi jenis ini melibatkan kalangan elite politik (white collar
corruption) yang sangat merugikan rakyat. Praktik korupsi ini sangat sulit
untuk diidentifikasi dan diusut. Sebuah kekuatan besar berada dibaliknya
dan memegang kendali atas kebijakan negara yang berdampak pada
anggaran negara, program negara dan tujuan Indonesia.

III.2. Kasus Korupsi di Pemerintahan Daerah di RIAU

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Penahanan Bupati Rokan Hulu


(Rohul), Suparman, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa, 7

12
Juni 2016, ternyata bersamaan dengan persidangan perdana mantan Bupati
Bengkalis, Herliyan Saleh, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Pekanbaru.
Suparman tersangkut kasus dugaan suap pembahasan Anggaran
APBD dan RAPBD Riau 2014 serta 2015, sedangkan Herliyan Saleh
dalam kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial (Bansos) Pemkab
Bengkalis.
Ketua DPD II Golkar Rokan Hulu itu ditahan bersama dengan
Ketua DPRD Riau 2009-2014, Johar Firdaus, di Rumah Tahanan Pomdam
Jata Guntur, Jakarta Timur.

Sedangkan Herliyan Saleh, disidangkan sebagai terdakwa kasus dugaan


dana Bansos di Bengkalis. Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Riau
saat masih menjabat Bupati atau di masa pencalonan Pemilihan Kepala
Daerah, 2015 silam.

Dalam kasus ini, Herliyan ditetapkan tersangka merupakan


pengembangan atas tersangka lainnya, termasuk di dalamnya Ketua DPRD
Bengkalis, Jamal Abdillah.

Berdasarkan catatan RIAUONLINE.CO.ID, sejak 2003 silam,


sudah 10 kepala daerah, baik masih menjabat maupun tak lagi menjabat
tersangkut kasus korupsi ketika ia masih berkuasa. Berikut nama-nama 10
orang tersebut:

1. Gubernur Riau, Saleh Djasit, 1998-2003

Saleh Djasit tersangkut korupsi pengadaan mobil pemadam


kebakaran yang juga menyeret Menteri Dalam Negeri (Mendagri) kala itu,

13
Hari Sabarno sebagai tersangka dan Hengky Daud, kontraktor pengadaan.
Kasus ini ditangani langsung oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Majelis Pengadilan Tipikor Jakarta memvonis mantan anggota
DPR RI Periode 2004-2009 dari Golkar tersebut empat tahun penjara dan
denda sebesar Rp200 juta, serta subsider enam bulan kurungan pada
Agustus 2008.
Ia terbukti sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi
dengan cara penunjukan langsung (PL) dalam pemilihan mobil pemadam
kebakaran 20 unit di Riau pada 2003 dengan kerugian negara Rp 4,719
miliar. Lebih lengkap untuk kronologisnya.

2. Gubernur Riau, Rusli Zainal, 2003-2013


Gubernur penerus Saleh Djasit ini, di akhir periode kedua saat
menjabat, tersandung kasus dugaan korupsi PON Riau dan kehutanan. Di
tingkat Pengadilan Negeri Tipikor Pekanbaru, Ketua DPD Golkar Riau,
2004-2009 ini, diputuskan bersalah dengan hukuman 14 tahun kurungan
penjara mencabut hak politiknya sebagai pejabat publik.
Kemudian, mantan Bupati Indragiri Hilir (Inhil) ini banding dan
divonis lebih ringan menjadi 10 tahun kurungan penjara. Kasus ini
langsung ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Namun, di Mahkamah Agung dengan hakim yang
menyidangkannya, Artidjo Alkostar, vonis Rusli kembali ke putusan
semual, PN , penjara 14 tahun dan mencabut hak politiknya serta denda Rp
1 miliar subsider 6 bulan, .

3. Gubernur Annas Maamun, 2013-2018


Mantan Bupati Rokan Hilir (Rohil) dua periode ini, 2006-2016,
menjadi Gubernur Riau defenitif terpendek masa menjabatnya sejak
provinsi ini terbentuk, 1958. Annas menjabat sejak 19 Februari 2014 saat
dilantik sebagai Gubernur Riau bersama Arsyadjuliandi Rachman, wakil
gubernur Riau, oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.

14
Selang tujuh bulan kemudian, 25 September 2014, Ketua DPD I
Golkar Riau ini ditangkap KPK dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT)
KPK bersama dengan dosen Fakultas Pertanian, Gulat Emas Manurung,
dalam kasus suap alih fungsi lahan. Annas divonis 6 tahun penjara denda
Rp 200 juta subsider dua bulan kurungan penjara oleh majelis hakim PN
Tipikor Bandung, Jawa Barat, .
Annas kasasi ke Mahkamah Agung. Namun, hakim MA malah
memperberat hukumannya mejadi 7 tahun penjara dengan denda Rp 200
juta subsider enam bulan kurungan penjara. Annas Maamun juga terseret
sebagai tersangka dalam kasus suap pembahasan APBD dan RAPBD
Riau.
Dalam kasus ini, selain Annas Maamun, juga terseret A Kirjuhari,
anggota DPRD Riau dari PAN periode 2009-2014, Ketua DPRD Riau kala
itu, Johar Firdaus dan Suparman.

4. Bupati Rokan Hulu, Ramlan Zast, 2001-2006


Ramlan Zas, didakwa oleh majelis hakim terseret kasus dugaan
korupsi pengadaan genset tahun 2005 saat ia menjabat sebagai Bupati
Rokan Hulu. Dalam dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari
Kejaksaan menyebutkan Bupati periode 2001-2006 ini telah melakukan
korupsi pengadaan genset senilai Rp 39 miliar.
Selain itu, kerugian negara senilai Rp 7,9 miliar bersama Sekretaris
Daerah, kala itu dijabat Muzawir. Atas perbuatannya, jaksa menuntut
terdakwa dengan pidana penjara 4 tahun enam bulan, dan hakim
menjatuhkan vonis lebih ringan enam bulan, menjadi 4 tahun serta
membayar denda Rp 200 juta, dengan subsider dua bulan kurungan.
Lengkapnya .
Namun, berdasarkan Keputusan Kasasi Mahkamah Agung (MA)
RI Nomor 161.K/PID.SUS/2008, tertanggal 7 April 2008, memutuskan
vonis 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan, subsider 3 bulan kurungan dan denda
Rp 50 juta.

15
5. Bupati Pelalawan, Tengku Azmun Jaafar, 2001-2011
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menangani kasus
korupsi kehutanan dengan melibatkan perusahaan-perusahaan kayu
berafiliasi ke dua perusahaan bubur kertas dan kertas beroperasi di Riau,
menjadikan Bupati Pelalawan, Tengku Azmun Jaafar, sebagai pintu
masuknya.
Azmun divonis 11 tahun penjara di Pengadilan Khusus Tindak
Pidana Korupsi, Jakarta, 16 September 2008. Ia dinilai bersalah
menerbitkan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan tanaman atau
IUPHHK-HT, berakibat kerusakan hutan di Pelalawan.
Selain memvonis 11 tahun penjara, majelis hakim juga
memerintahkan Azmun membayar denda Rp 500 juta subsider enam bulan
kurungan dan membayar uang pengganti Rp 12,367 miliar.
Jika dalam satu bulan setelah putusan berkekuatan hukum tetap,
dan tak dibayar, harta bendanya akan disita dan dilelang untuk negara. Jika
harta bendanya tidak mencukupi untuk membayar uang pengganti itu,
diganti dengan pidana empat tahun penjara. Lebih lengkap .

6. Bupati Siak, Arwin AS, 2001-2011,


Kasus menjerat Arwin AS, sama persis seperti dialami Gubernur
Riau, Rusli Zainal, Bupati Pelalawan, Tengku Azmun Jaafar, dan Bupati
Kampar, Burhanuddin Husein, kasus korupsi kehutanan dalam pemberian
izin kepada perusahaan kehutanan di Riau.
Arwin divonis pada Kamis, 22 Desember 2011, dengan hukuman 4
tahun penjara ditambah denda Rp 200 juta subsider 6 bulan penjara oleh
majelis hakim Pengadilan Tipikor Pekanbaru.
Selain itu, Arwin juga diwajibkan membayar uang pengganti
sebesar Rp 800 juta lebih dan 2.000 Dolar AS. Uang pengganti paling

16
lambat dibayar dalam rentang waktu satu bulan, bila tidak dibayar harta
benda terdakwa disita untuk negara. Kalau tidak mencukupi terdakwa
dihukum 10 bulan penjara. Lengkap .

7. Bupati Kampar, Burhanuddin Husein, 2005-2011.


Burhanuddin Husein, Bupati Kampar periode 2005-2011 ini,
tersandung kasus dugaan korupsi saat menjabat sebagai Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Riau.
Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus kehutanan
saat dilakukan pengembangan untuk tersangka lainnya, Bupati Pelalawan,
Tengku Azmun Jaafar dan Bupati Siak, Arwin AS.
Burhanuddin ditetapkan tersangka dalam kasus dugaan korupsi
penerbitan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman
(IUPHHK-HT) di sejumlah perusahaan, di Kabupaten Pelalawan dan
Siak.
Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pekanbaru,
menjatuhkan vonis Burhanuddin Husein selama 2 tahun 6 bulan penjara
dengan denda Rp 200 juta subsider dua bulan kurungan penjara. Info
lengkap .

8. Bupati Indragiri Hulu, Raja Thamsir Rachman, 2000-2010


Birokrat ini dijerat secara berjemaah melakukan korupsi APBD
Kabupaten Indragiri Hulu bersama-sama dengan seluruh anggota DPRD
Inhu periode 2004-2009.
Dalam vonisnya di Pengadilan Tipikor Pekanbaru, 2008 silam,
Thamsir Rachman dijatuhkan putusan delapan tahun penjara denda Rp 200
juta subsider 3 bulan kurungan.
Selain itu, mantan Wakil Ketua DPRD Riau 2009-2014 dari Partai
Demokrat tersebut, harus membayar uang pengganti kerugian negara Rp
28,8 miliar subsider 2 tahun penjara. Ini sesuai dengan putusan kasasi

17
Mahkamah Agung Nomor registrasi perkara 336 K/ PID.SUS/2014 MA RI
tertanggal 10 Februari 2014 itu, MA menguatkan putusan Pengadilan
Tipikor Pekanbaru.
Thamsir Rahman melakukan tindak pidana korupsi dengan cara
kas bon terhadap APBD Inhu selama dirinya menjabat. Akibatnya,
terdapat kerugian negara Rp 114 miliar. untuk lengkapnya.

9. Bupati Rokan Hulu, Suparman, 2016-2021


Suparman, selain Annas Maamun, merupakan kepala daerah yang
terpendek masa jabatannya. Suparman ditetapkan tersangka oleh KPK 10
hari jelang ia dilantik sebagai Bupati oleh Plt Gubernur Riau,
Arsyadjuliandi Rachman, Jumat, 8 April 2016.
Penetapan tersangka ini merupakan pengembangan kasus suap
APBD Riau yang menjerat Gubernur Riau Annas Maamujn dan Anggota
DPRD Riau 2009-2014, A. Kirjuhari.
Suparman menjalani dua kali pemeriksaan oleh KPK, sebelum
ditahan di Rutan Pomdam Jaya Guntur, Jakarta Timur, Selasa, 7 Juni 2016.
Ketua DPD II Golkar Rokan Hulu ini menjabat selama sekitar 50 hari.
Lebih lengkap .

10. Bupati Bengkalis, Herliyan Saleh, 2011-2016


Herliyan Saleh ditetapkan tersangka oleh Polda Riau saat masa
Pemilukada Bengkalis, 2015 silam. Ia ditetapkan tersangka bagian dari
pengembangan kasus yang melibatkan Ketua DPRD Bengkalis, Jamal
Abdillah serta beberapa anggota DPRD Bengkalis periode 2009-2014.
Herliyan menjalani sidang perdana Selasa, 7 Juni 2016. Ia ditahan
Polda Riau, beberapa saat usai KPU Bengkalis mengumumkan penetapan
pasangan calon pemenang Pemilukada. Lengkap .

18
III.3. Pelaporan Keuangan Pemerintah, Akuntabilitas dan

Korupsi

Pelaporan keuangan pemerintah terlebih dalam era otonomi daerah


memiliki peran sangat besar. Semakin besarnya kewenangan pemerintah
daerah tentulah disertai dengan semakin meningkatnya alokasi
sumberdana pada pemerintah daerah. Pada akhirnya hal tersebut menuntut
pertanggungjawaban dan akuntabilitas keuangan yang lebih besar. Salah
satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas
publik adalah melalui penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
yang komprehensif. Dalam era otonomi daerah, menurut Kepmendagri 29
tahun 2002, pemerintah daerah diharapkan dapat menyajikan laporan
keuangan yang terdiri atas Laporan Perhitungan APBD (Laporan Realisasi
Anggaran), Nota Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas, dan Neraca.
Laporan Keuangan tersebut mengalami perubahan dengan berlakunya PP
24 yahun 2005, yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut merupakan
komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan
merupakan salah satu alat ukur kinerja financial pemerintah daerah. Bagi
pihak eksternal, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi
informasi keuangan daerah akan digunakan sebagai dasar pertimbangan
untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Sedangkan
bagi pihak intern pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut dapat
digunakan sebagai alat untuk penilaian kinerja. Pelaporan keuangan
pemerintahan saat ini berhubungan erat dengan akuntabilitas dan korupsi.
Menurut Mahmudi, 2006, Reformasi akuntansi keuangan dan majemen
keuangan daerah sangat penting dilakukan dalam rangka memenuhi
tuntutan dilakukannya transparansi dan akuntabilitas publik pemerintah
daerah atas pengelolaan uang publik. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal, tantangan yang dihadapi akuntansi sektor

19
publik adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk
memonitor akuntabilitas pemerintah daerah yang meliputi akuntabilitas
finansial (financial accountability), akuntabilitas manajerial (managerial
accountability), akuntabilitas hukum (legal accountability), akuntabilitas
politik (political accountability), dan akuntabilitas kebijakan (policy
accountability). Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk
menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan
akuntabilitas publik. Keberadaaan Standar Akuntansi Pemerintahan dalam
PP 24 tahun 2005 merupakan salah satu tonggak reformasi keuangan
pemerintahan, Dengan adanya standar akuntansi laporan keuangan akan
menjadi lebih berkualitas. Keberadaan standar akuntansi dipercaya mampu
mencegah korupsi. Hubungan antara standar akuntansi dan korupsi secara
sederhana dapat dilogikakan sebagai berikut.
Standr akuntansi akan membuat laporan keuangan menjadi
berkualitas. Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan
yang tepat waktu, valid, reliabel dan andal. Hal ini berarti laporan
keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel) dan memenuhi
prisnsip disclosure, mengungkapkan secara wajar setiap transaksi, yang
dapat diartikan sebagai transparansi. Sedangkan menurut Baswir, 2005,
melalui pengembangan transparansi, peluang untuk melakukan korupsi
dicoba ditekan hingga ke tingkat serendah-rendahnya. Di Indonesia salah
satu kendala struktural dalam pengembangan transparansi adalah struktur
akuntansi, terkait dengan pengelolaan pelaporan keuangan negara. Dengan
demikian keberadaan PP 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi
pemerintahan merupakan salah satu sumbangan ilmu akuntansi untuk turut
memerangi korupsi. Dalam hubungan antara akuntabilitas dan korupsi,
Klitgaard et al dalam Halim, 2004, secara sangat jelas menguraikan bahwa
korupsi berbanding terbail dengan akuntabilitas. Semakin akuntabel suatu
pelaporan keuangan maka tingat korupsi akan mengalami penurunan.
Seperti terlihat pada persamaan berikut:
K=M+D-A

20
K = korupsi
M = monopoli
A = akuntabilitas

Akuntabilitas sangat terkait dengan pelaporan. Content pelaporan,


keakurasian angka-angka yang tertera di laporan keuangan dan dihasilkan
oleh sistem akuntansi yang memadai dengan pengendalian yang baik akan
sangat menentukan akuntabilitas pelaporan itu sendiri. Angka-angka yang
memang mencerminkan transaksi, setiapperistiwa ekonomi yang
mengakibatkan perubahan terhadap suatu entitas. Angka-angka yang
mencerminkan kinerja sesungguhnya, angka angka yang
menggambarkan peristiwa sesungguhnya. Dengan demikian laporan
keuangan menjadi transparan, relevan, reliabel dan tepat waktu sangat
didambakan, yang sangat berguna untuk pemberantasan korupsi.

III.4. Strategik Penanggulangan Korupsi di Indonesia

Sudah banyak pandangan yang berbicara tentang solusi mengenai


masalahan korupsi yang dihadapi oleh Indonesia. Banyak yang
mengusulkan untuk mengganti sistem anggaran yang saat ini diterapkan di
Indonesia.
Terdapat berbagai konsep sistem anggaran yang dirasa lebih baik
dibandingkan dengan sistem anggaran berbasis kinerja saat ini yaitu Zero
Base Budgeting (ZBB) dan Planning, Programming, and Budgeting
System(PPBS). Dalam sistem ZBB mencoba melengkapi kelemahan pada
sistem anggaran kinerja dengan menghilangkan incerementalism dan line
item.
Sedangkan PPBS adalah sebuah sistem yang menekankan pada
alokasi sumber daya berdasarkan analsis ekonomi. Konsep anggaran ini
juga akan menghilangkan ketergantungan pada incerementalism yang
kadang membuat alokasi sumber daya menjadi tidak obyektif.

21
Kedua konsep diatas memang dapat dikatakan memiliki kelebihan
dari sistem anggaran berbasis kinerja. Tetapi apakah penggantian sistem
anggaran merupakan solusi jitu terhadap bencana korupsi ini? Menilai
implementasi dari sistem anggaran kinerja saat ini, tentu kita mengetahui
bahwa konsep ini belum sepenuhnya diimplementasikan dengan baik.
Apabila pemerintah ingin mengubah sistem anggaran yang
diterapkan saat ini penulis kira bukan merupakan suatu hal yang bijak.
Penerapan sistem anggaran kinerja yang lebih mudah jika dibandingkan
dengan ZBB dan PPBS belum sempurna, apalagi ingin menerapkan
konsep baru yang lebih kompleks.
Jika kita mengharapkan kinerja DPR berubah total dan semakin
progresif dalam menjalankan fungsinya sebagai badan legislatif dan
pengawas pemerintah. Penulis kira hal itu hanyalah eutopia belaka.
Fenomena politik yang baru saja terjadi menunjukkan bahwa kualitas
anggota DPR jauh dari harapan.
Satu-satunya solusi untuk memberantas praktik korupsi di Indonesia
adalah memberikan pengawasan yang ketat dan cerdas. Kekuatan yang
mampu melawan hegemoni korup ini adalah rakyat sendiri.
Seperti yang disampaikan oleh Revrisond Bawsir (1996) korupsi di
Indonesia pada dasarnya berakar pada bertahannya jenis birokrasi
patrimonial di negeri ini. Dalam birokrasi ini, dilakukannya korupsi oleh
para birokrat memang sulit dihindari. Sebab kendali politik terhadap
kekuasaan dan birokrasi memang sangat terbatas. Penyebab lainnya karena
sangat kuatnya pengaruh integralisme di dalam filsafat kenegaraan bangsa
ini, sehingga cenderung masih mentabukan sikap oposisi. Karakteristik
negara kita yang merupakan birokrasi patrimonial dan negara hegemonik
tersebut menyebabkan lemahnya fungsi pengawasan, sehingga merebaklah
budaya korupsi itu.
Menurut penulis salah satu solusi untuk memberangus masalah
korupsi di Indonesia adalah pengawasan oleh masyarakat. Peranan media
yang cukup kritis terhadap kebijakan pemerintah turut berkontribusi pada

22
kepekaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah membentuk sebuah wadah atau alur komunikasi
antara pemerintah dengan rakyatnya.
Belajar dari revolusi putih Iran yang menumbangkan rezim Syah
Reza. Sebuah perubahan dilakukan oleh kekuatan rakyat sendiri. Jika kita
membandingkan dengan keadaan Indonesia saat ini, keadaan Iran pada
waktu itu tidak jauh berbeda.
Sektor ekonomi Iran dikuasi oleh korporasi besar sehingga
pemerintahannya ibarat boneka kolonial yang tunduk pada penjajahnya.
Saat ini di secara halus, Indonesia pun berada pada cengkeraman korporasi
besar. Keberhasilan revolusi putih Iran, tidak lepas dari bangkitnya
semangat rakyat untuk membenahi tatanan pemerintah yang korup.
Jadi saat ini yang dibutuhkan Indonesia adalah kebangkitan
rakyatnya untuk turut aktif dalam pengawasan pemerintah. Banyak sekali
lembaga-lembaga independen yang mengawal masalah korupsi di
Indonesia. Lembaga tersebutlah yang merupakan wujud dari kebangkitan
rakyat sendiri. Kekuatan lembaga-lembaga independen saat ini masih kecil
karena belum memiliki massa yang besar. Sebuah massa intelektual yang
mempu berpikir secara obyektif dan radikal untuk menghadapi korupsi
sistemik ini.
Jika pemerintah meyakini bahwa nilai yang diyakini adalah nilai-
nilai demokratis, tentu pemerintah akan membuka jalur komunikasi
sinergis yang efektif. Masalah yang dihadapi Indonesia akan segera
tertangani. Iran yang kondisinya jauh lebih parah saja bisa terlepas dari
jeratan itu, apalagi Indonesia.
Kebangkitan rakyat ini kemudian akan diikuti dengan perubahan-
perubahan lainnya. Wakil-wakil rakyat akan dipilih dengan obeyktif dan
pemilu bukan pertarungan elite saja.

23
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan pada bagian pembahasan di atas, maka kami
sebagai penulis dalam makalah ini berkesimpulan bahwa:

1. Korupsi yang melanda Indonesia saat ini bersifat sistemik. Agenda


membarantas korupsi menjadi hal yang sangat krusial karena tidak hanya

24
merugikan negara secara material tetapi sudah menggerogoti mental rakyat
Indonesia sendiri.
2. APBN sebagai alat untuk mensejahterakan rakyat disalahgunakan sebagai alat
perebutan kekuasaan kaum elite. Campur tangan asing didalam pemerintahan
pun memperburuk kondisi bangsa ini. Hegemoni yang masih korup ini
semakin kuat dengan jubah demokrasi semu ini.
3. Berbagai konsep penyusunan anggaran ZBB maupun PPBS yang diakui lebih
baik dari konsep anggaran kinerja yang diterapkan pemerintah saat ini bukan
hal yang tepat menurut kami. Saat ini pemerintah belum mampu
mengimplementasikan sistem anggaran kinerja secara sempurna.

SARAN-SARAN
1. solusi untuk memberantas atau setidaknya meminimalisir praktik korupsi di
Indonesia adalah memberikan pengawasan yang ketat dan cerdas. Kekuatan
yang mampu melawan hegemoni korup ini adalah rakyat sendiri.
2. Kesadaran oleh para pemangku kekuasaan agar tidak mengambil yang bukan
haknya dengan cara memperkuat kekuatan iman pada diri mereka masing-
masin

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak.(2002). Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi:
Yogyakarta
Mohammad Amien Rais.(2008). Agenda Mendesak Bangsa, Selamatkan
Indonesia. PPSK Press: Yogyakarta
Kartono, Kartini. 1983. Pathologi Sosial. CV. Rajawali Press.
Pularjono. 2002. Himpunan Beranotasi Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia 1960-2001. Redaksi tatanusa.
www. transparancy.org

25
www.wikipedia.com
http://boliberbagi.blogspot.co.id/2014/02/korupsi-dalam-sistem-anggaran-di.html
https://www.academia.edu/24489792/Tugas_kasus_korupsi_akuntansi_sektor_pub
lik
https://www.academia.edu/4858935/Pengaruh_Penerapan_Akuntansi_Sektor_Pub
lik_Terhadap_Akuntabilitas_Kinerja_Instansi_Pemerintah_Dalam_Mencegah_Fra
ud

https://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_Sektor_Publik
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai