Modul Kromatografi 2013 Final
Modul Kromatografi 2013 Final
Modul Kromatografi 2013 Final
Modul Pembelajaran
Oleh:
Sugeng Riyanto
Ibnu Gholib Gandjar
Sudibyo Martono
Endang Lukitaningsih
hal. 1
1.PENGANTAR KROMATOGRAFI
[Pengampu: Sugeng Riyanto, 4 kali Pertemuan]
B. Penggolongan kromatograf
hal. 2
kromatografi eksklusi (exclusion chromatography), kromatografi penukar
ion (ion exchange chromatography) dan kromatografi afinitas (affinity
chromatography)
C. Defnisi istilah
Diberikan beberapa definisi untuk memahami kromatografi misalnya :
fase diam, fase gerak, fase pendukung, elusi, visualisasi, R f, tR,
derivatisasi, resolusi, faktor kapasitas, dll.
Mekanisme pemisahan
Sebelum menjelaskan mekanisme pemisahan, direview sejenak pengertian
mengenai polaritas senyawa (polar dan non polar), diawali dengan unsur
elektronegatif, ikatan kovalen, momen dipol dan interaksi terjadinya ikatan
hidrogen. Konsep like dissolves like, senyawa polar mudah larut di dalam
pelarut polar dan sebaliknya senyawa non polar larut dalam senyawa non
polar. Pembahasan mekanisme pemisahan secara partisi diawali dengan
menjelaskan ekstraksi pelarut menggunakan dua pelarut yang tidak saling
campur, tetapan partisi, KD (hukum Nernst). Dilanjutkan aplikasi KD pada
ekstraksi (counter current distribution) dari Craig. Bila campuran senyawa
yang masing-masing senyawa berbeda nilai KDnya, maka senyawa akan
dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi Craig. Mekanisme pemisahan ini
adalah secara partisi. Kejadian kesetimbangan konsentrasi senyawa
diantara dua pelarut yang tidak saling campur dalam satu tabung
dianalogikan kejadian kesetimbangan dalam plat teori. Dibahas sepintas
teori distilasi supaya mahiswa lebih dapat memahami pengertian plat teori
(N) pada distilasi, counter current extraction dan kromatografi partisi.
Mekanisme pemisahan secara adsorpsi dijelaskan dengan pendekatan
animasi bila fase diam bersifat polar dan fase gerak bersifat non-polar,
terjadi persaingan untuk membuat ikatan hidrogen dengan molekul
sampel. Pada sistem ini senyawa sampel polar akan ditahan fase diam
polar lebih lama dibanding dengan senyawa sampel non-polar. Mekanisme
pemisahan secara eksklusi terjadi bilamana fase diam molekulnya
mempunyai pori yang seragam, sehingga molekul senyawa sampel yang
ukurannya kecil akan dapat masuk ke pori molekul fase diam, molekul
sampel ini akan ditahan lebih lama oleh fase diam, sedangkan molekul
hal. 3
sampel yang ukurannya lebih besar tidak ditahan oleh fase diam.
Mekanisme pemisahan secara pertukaran ion, terjadi bilamana molekul
fase diam adalah senyawa polimer resin yang diberi muatan positif atau
negatif yang akan berinteraksi secara ionik dengan molekul sampel yang
bermuatan. Ada dua jenis fase diam, yaitu fase diam kationik dan fase
diam anionik. Terjadi persaingan antara ion fase gerak dengan ion sampel
untuk berikatan dengan bagian ion resin. Perbedaan kekuatan interaksi
diantara ion sampel dengan fase diam resina inilah komponen dapat
dipisahkan. Mekanisme pemisahan secara afinitas terjadi bilamana
interaksi yang sangat spesifik antara molekul sampel dengan molekul
yang terikat secara kovalen (immobilized) pada fase diam. Interaksi
spesifik dicontohkan seperti reaksi antigen dan antibodi, mana kala
antigen diikatkan secara kovalen pada fase diam. Contoh lain terjadinya
ikatan hidrogen antara molekul sampel dengan geometri tertentu dengan
fase diam yang dimanipulasi bentuk molekulnya sehingga hanya dapat
membuat ikatan hidrogen ditempat tertentu tadi.
Selain konsep like dissolves like dan interaksi ikatan hydrogen antara
molekul fase gerak, fase diam dan molekul sample, untuk memecahkan
masalah pemisahan komponen sample dalam kromatografi dikenal dua
teori yaitu: Teori Plat (plate theory) dan Teori Kecepatan (rate theory
=kinetic theory).
Teori ini diketengahkan oleh Martin dan Synge (1941), Konsep teori
ini berasal dari teori distilasi, kemudian dikembangkan pada kromatografi.
Dibayangkan bahwa didalam kolom kromatografi terdapat plat tipis, plat
teori dimana terjadi kesetimbangan komponen sampel diantara fase gerak
dan fase diam. Kejadian di satu plat teori ini identik dengan kejadian di
satu tabung pada counter current extraction Craig. Kromatografi yang
mempunyai jumlah plat teori tinggi (N besar) maka sistem tersebut
hal. 4
efisien, mampu memisahkan komponen yang mempunyai perbedaan KD
kecil, atau perbedaan kecil kekuatan ikatan hidrogen. Jumlah plat teori (N)
dapat dihitung 16 kali kuadrat (jarak puncak,t R dibagi lebar alas
puncak,W).
Teori kecepatan atau disebut juga teori kinetik ditemukan oleh van
Deemter (1956) yaitu mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
melebarnya puncak yang secara langsung mempengaruhi HETP (Height
Equivalent of a Theoretical Plate) atau disingkat H. HETP ini merupakan
ukuran efisiensi kolom, H=L/N. Kolom yang efisien mempunyai N besar,
HETP kecil dan lebar alas puncak yang sempit. Teori Kecepatan ( Rate
theory ) mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya HETP.
Kurva hubungan HETP dengan kecepatan gas pembawa dinyatakan dalam
persamaan van Deemter dan dilukiskan sebagai kurva, disebut kuva van
Deemter. Bila dilukiskan persamaannya (persamaan van Deemter) adalah
sbb.
HETP = A + B/ + C.
Suku A = difusi eddy, pada persamaan van Deemter disebut sebagai efek
jalur ganda. Pelebaran puncak disebabkan oleh panjang jalur-jalur gerakan
molekul-molekul komponen dari ujung masuk kolom ke ujung keluar kolom
tidak sama. Variasi panjang jalur semakin besar bila solid support material
diameter dan bentuknya tidak seragam. Harga tidak tergantung pada
kecepatan aliran gas pembawa.
Suku B/ = difusi longitudinal. Pembesaran harga H disebabkan oleh difusi
molekul di dalam kolom searah dengan panjang kolom. Besarnya
sumbangan efek difusi longitudinal terhadap pembesaran harga H
berbanding terbalik dengan kecepatan aliran gas pembawa. Difusi
longitudinal dalam fase gas lebih besar pengaruhnya terhadap H dari pada
difusi longitudinal didalam fase cair.
hal. 5
Suku C. = efek perpindahan massa. Pelebaran puncak disebabkan karena
tidak dicapainya kesetimbangan partisi pada perpindahan massa
komponen sample antara gas (fase gerak) dan cairan (fase diam).
Besarnya efek perpindahan massa ini akan semakin besar dengan
semakin besarnya kecepatan aliran gas pembawa. Semakin besar ,
semakin sedikit waktu untuk mencapai kesetimbangan dan semakin besar
pelebaran puncak. Bila lapisan fase diam tipis akan lebih cepat dicapai
kesetimbangan distribusi antara komponen di dalam fase diam dan fase
gerak. Maka makin banyak fase diam yang melapisi penyangga akan
menyebabkan makin besarnya pelebaran puncak. Kecepatan aliran gas
berpengaruh pada efisiensi kolom (N, H dan W). Pada kurva van Deemter
dapat dilihat bahwa pada optimum memberikan HETP minimum. Maka
untuk mencari kondisi optimal yaitu HETP minimum perlu dicari dengan
mengubah-ubah kecepatan alir gas pembawa.
hal. 6
3.KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
KLT dilakukan pada plat terbuat dari gelas atau aluminium atau
plastik yang diatasnya diratakan selapis tipis fase diam. Pada fase diam ini
ditotolkan sampel yang kemudian dikembangkan (elusi) menggunakan
fase gerak tertentu. Elusi dilakukan di dalam bejana gelas dan selanjutnya
bercak diamati (visualisasi).
Fase diam
Sesuai dengan namanya, fase diam selama proses pemisahan harus
tetap ditempat, oleh karena disebut stationary phase. Fase diam yang
umum digunakan pada KLT adalah Silika gel, dalam perdagangan silika gel
dijual dengan bermacam spesifikasi. Pilihan fase diam berikutnya setelah
silika gel, adalah alumina. Seperti halnya silika gel, alumina dikenal
dengan atau tanpa pengikat dan bahan indikator. Fase diam lain adalah
selulosa. Selulosa untuk KLT terdapat dalam bentuk selulosa serat asli
(contohnya MN 300) dan selulosa mikrokristal (contohnya Avicel). Fase
diam selulosa biasanya digunakan untuk memisahkan senyawa yang
bersifat polar.
Fase gerak
Yang digunakan sebagai fase gerak biasanya adalah pelarut organik,
dapat digunakan satu macam pelarut organik saja ataupun campuran dari
beberapa pelarut, oleh karena itu fase gerak kadang-kadang disebut
pelarut atau solven. Namun sebutan yang paling tepat pelarut yang
digunakan sebagai fase gerak pada kromatografi adalah eluen (eluent)
Cara-cara elusi
Setelah sampel ditotolkan pada fase diam, plat dimasukkan ke
dalam bejana yang berisi fase gerak. Fase gerak akan merambat naik
menelusuri fase diam. Ada beberapa cara pengembangan: secara
ascendent, descendent, mendatar, pengembangan berulang, dua dimensi,
dan sirkular.
hal. 7
Untuk keperluan analisis maka bercak pada plat perlu ditentukan
letak, bentuk dan warnanya. Cara mengamati bercak pada KLT dapat
dilakukan dengan melihat secara langsung bercak dan cara tidak
langsung. Cara tidak langsung dapat digolongkan menjadi dua : pertama
dengan mereaksikan komponen sampel /senyawa yang ada di bercak itu
dengan pereaksi semprot. Diberikan beberapa contoh pereaksi semprot
dan warna yang terjadi dari beberapa golongan senyawa. Kedua
memberikan perlakuan tetapi tanpa merusakkan senyawa komponen
sampel, yaitu menyinari dengan lampu ultraviolet.
Analisis Kualitatif
Pada analisis kualitatif diperlukan senyawa murni pembanding.
Sampel dielusi pada sistem yang sama dengan senyawa pembanding, bila
sampel dan senyawa pembanding selalu memberikan bercak dengan nilai
Rf yang sama pada walaupun sistem yang berbeda, maka senyawa
sampel identik dengan senyawa pembanding. Dipelajari hubungan
struktur molekul senyawa dengan polaritas, sehingga dapat diprediksi Rf
suatau senyawa.
Analisis Kuantitatif
Berdasarkan adanya hubungan antara luas bercak dengan berat
senyawa yang terkandung pada bercak, maka senyawa di dalam sampel
dapat diukur kadarnya dengan membuat persamaan regresi senyawa baku
pembanding.
KLT preparatif
Untuk mendapatkan bobot sampel yang cukup untuk pemeriksaan
selanjutnya, digunakan KLT preparatif. Pada dasarnya sama antara KLT
analitik dan KLT preparafif. Hanya fase diam pada KLT preparatif lebih
tebal dari fase diam pada KLT analitik, dan sampel ditotolkan sebagai
garis.
hal. 8
Bioautograf
Diberikan contoh kepada mahasiswa suatu teknik KLT yang
diaplikasikan untuk memisahkan senyawa dari campurannya yang
kemudian diikuti secara langsung uji bioaktif pada plat hasil elusi.
Menggunakan teknik ini dapat diketahui bercak yang biologis aktif, oleh
karena itu teknik ini disebut bioautografi.
4.KROMATOGRAFI KERTAS
hal. 9
5. KROMATOGRAFI KOLOM
Elusi (pengembangan)
Fase gerak yang digunakan sama seperti kromatografi lainnya (KLT,
Kromatografi kertas), dimasukkan kedalam kolom dengan cara dituangkan
sedikit demi sedikit atau dialirkan dari bejana yang diletakkan diatas
kolom. Fase gerak mengalir menelusuri kolom dengan sendirinya
(gravitasi) atau dengan bantuan tekanan. Dibedakan dua jenis cara elusi
yaitu pertama : Elusi secara isokratik, adalah selama proses elusi
menggunakan fase gerak dengan polaritas tetap. Kedua elusi secara
gradien disebut juga solvent programming yaitu selama proses elusi
polaritas fase gerak berubah-ubah. Fase gerak yang masuk ke dalam
kolom seperti kromatografi yang lain disebut eluen, sedang yang keluar
hal. 10
dari kolom disebut eluat atau efluen, Eluat dengan volume tertentu
ditampung ke dalam wadah, disebut fraksi.
hal. 11
6.KROMATOGRAFI GAS (KG)
[Pengampu : Ibnu Gholib Gandjar, 3 kali Pertemuan]
Pendahuluan
Kromatografi gas (KG) merupakan metode yang dinamis untuk
pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap
dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. KG
merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun
1950-an, dan saat ini merupakan alat utama yang digunakan oleh
laboratorium untuk melakukan analisis. Perkembangan teknologi yang
signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah
menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa
menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang
meningkat.
KG merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam bidang-
bidang: industri, lingkungan, farmasi, minyak, kimia, klinik, forensik,
makanan, dll.
Kegunaan umum KG adalah untuk: melakukan pemisahan dinamis
dan identifikasi semua jenis senyawa-senyawa organik yang mudah
menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
senyawa dalam suatu campuran. KG dapat bersifat destruktif dan dapat
bersifat non-destruktif tergantung pada detektor yang digunakan.
KG dapat diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat, cair,
dan gas. Sampel padat dapat diekstraksi atau dilarutkan dalam suatu
pelarut sehingga dapat diinjeksikan ke dalam sistem KG; demikian juga
sampel gas dapat langsung diambil dengan penyuntik (syringe) yang ketat
terhadap gas.
Prinsip Kromatograf Gas
KG merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah
menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada
rasio distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada
peningkatan titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut
dengan fase diam. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik
hal. 12
didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin
terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan
mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor.
Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran 50-350 0C)
bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya
akan cepat terelusi.
Ada 2 jenis kromatografi gas:
1. Kromatografi gascair (KGC)
Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah cairan yang
diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase
diam sehingga mekanisme sorpsi-nya adalah partisi.
2. Kromatografi gas-padat (KGP)
Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang-kadang
polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi permukaan.
Sistem Peralatan KG
Diagram skematik peralatan KG ditunjukkan pada gambar 16.1.
dengan komponen utama adalah: kontrol dan penyedia gas pembawa;
ruang suntik sampel; kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol
secara termostatik; sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder);
serta komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data.
hal. 13
berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan
tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen).
Gas pembawa biasanya mengandung helium, nitrogen, hidrogen,
atau campuran argon dan metana. Pemilihan gas pembawa tergantung
pada penggunaan spesifik dan jenis detektor yang digunakan. Helium
merupakan tipe gas pembawa yang sering digunakan karena memberikan
efisiensi kromatografi yang lebih baik (mengurangi pelebaran pita).
Penggunaan gas dengan berbagai jenis detektor diringkas dalam tabel
16.1.
Tabel 16.1. Gas pembawa dan pemakaian detektor
Gas pembawa Detektor
Hidrogen Hantar panas
Helium Hantar panas
Ionisasi nyala
Fotometri nyala
Termoionik
Nitrogen Ionisasi nyala
Tangkap elektron
Fotometri nyala
Termoionik
Argon Ionisasi nyala
Argon + metana 5% Tangkap elektron
Karbon dioksida Hantar panas
Gambar 16.2. Diagram skematik lubang injeksi yang dipecah (split injection)/tanpa
dipecah (splitless injection).
hal. 16
harus mempunyai sifat yang berbeda secara nyata dengan sampel yang
dianalisis.
Penyuntikan dalam KG dapat dilakukan dengan memakai alat suntik
(semprit) kedap gas atau sistem penyuntikan yang telah dirancang secara
khusus. Kebanyakan penyuntikan dilakukan dengan menggunakan alat
penyuntik mikro.
Dalam kasus tertentu dapat dilakukan penyuntikan langsung ke
dalam kolom (on column injection) tanpa melalui lubang penyuntikan.
Teknik ini digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap
sehingga kalau penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung
dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang
tinggi (pirolisis).
Kolom pada KG
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di
dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan
komponen sentral pada KG. Ada 2 jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas
(packing column) dan kolom kapiler (capillary column). Gambar
penampang kolom kemas dan kolom kapiler dapat dilihat ada gambar
16.3.
Kolom kemas terdiri atas fase cair (sekurang-kurangnya pada suhu
kromatografi) yang tersebar pada permukaan penyangga yang lembam
(inert) yang terdapat dalam tabung yang relatif besar (diameter dalam 1-3
mm). Fase diam hanya dapat dilapiskan saja pada penyangga atau terikat
secara kovalen pada penyangga yang menghasilkan fase terikat. Kolom
kapiler jauh lebih kecil (0,02-0,2 mm) dan dinding kapiler bertindak
sebagai penyangga lembam untuk fase diam cair. Fase diam ini dilapiskan
pada dinding kolom atau bahkan dapat bercampur dengan sedikit
penyangga lembam yang sangat halus untuk memperbesar luas
permukaan efektif. Perbedaan kedua kolom ini (kolom kemas dan kolom
kapiler) diringkas dalam tabel 16.2.
hal. 17
Gambar 16.3. Penampang kolom kemas (a) dan kolom kapiler (b).
hal. 18
yang lebih kecil ketika menganalisis sampel dengan konsentrasi sekelumit
atau ketika seorang analis akan memisahkan komponen yang sangat
kompleks.
a. Kolom kemas
Jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau
dari tembaga dan aluminium. Panjang kolom jenis ini adalah 15 meter
dengan diameter dalam 1-4 mm.
Efisiensi kolom akan meningkat dengan semakin bertambah
halusnya partikel fase diam ini. Semakin kecil diameter partikel fase diam,
maka efisiensinya akan meningkat. Ukuran partikel fase diam biasanya
berkisar antara 6080 mesh (250- 170 m). Untuk KGC dipakai lapisan
tipis pada padatan pendukung dengan ketebalan 1-10 m, dan maksimum
fase diam cair yang terdapat pada padatan pendukung adalah 10%.
b. Kolom kapiler
Jenis kolom ini berbeda dengan kolom kemas, dalam hal adanya
rongga pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa (tube). Oleh
karena itu kolom kapiler juga disebut Open tubular columns. Fase diam
melekat mengelilingi dinding dalam kolom. Ada empat macam jenis
lapisan pada kolom kapiler ini, yaitu: WCOT (Walll Coated Open Tube);
SCOT (Support Coated Open Tube); PLOT (Porous Layer Open Tube); dan
FSOT (Fused Silica Open Tube).
Kolom kapiler sangat banyak dipakai atau lebih disukai oleh para
ilmuan. Salah satu sebabnya antara lalin kemampuan kolom kapiler
memberikan harga jumlah pelat teori yang sangat besar (> 300.000
pelat).
Banyak macam bahan kimia yang dipakai sebagai fase diam antara
lain: squalen, DEGS (Dietilglikol suksinat), OV-17 (phenil methyl silicone
oil). Semakin tipis lapisan penyalut sebagai fase diam, maka semakin
tinggi suhu operasionalnya. Untuk lapisan salut < 1 m, suhu operasional
dapat mencapai 460C, sementara itu suhu minimalnya dapat mencapai -
60C.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar,
polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan
adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-
metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar
hal. 19
adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19),
sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-
20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M). Jenis fase diam akan menentukan
urutan elusi komponen-komponen dalam campuran. Seorang analis harus
memilih fase diam yang mampu memisahkan komponen-komponen dalam
sampel. Contoh fase diam, kegunaan untuk analisis golongan senyawa,
polaritas, dan suhu maksimum operasi yang diizinkan diringkas pada tabel
16.3.
Tabel 16.3. Jenis Fase Diam dan Penggunaannya
Fase diam Polaritas Golongan Suhu
sampel maksimum
Squalen non polar hidrokarbon 125oC
Apiezon L non polar Hidrokarbon, 300oC
ester, eter
Metil silikon non polar Steroid, 300oC
pestisida,
alkaloida,
ester
Dionil ptalat semi polar Semua jenis 17oC
Dietilenglikolsuksinat polar Ester 200oC
Carbowax 20M polar Alkohol, amina 250oC
aromatik,
keton
Suhu Kolom
KG didasarkan pada 2 sifat senyawa yang dipisahkan yakni (i)
kelarutan senyawa dalam cairan tertentu, dan (ii) tekanan uapnya atau
keatsiriannya (titik didih senyawa). Karena tekanan uap berbanding
langsung dengan suhu, maka suhu merupakan faktor yang utama pada
KG. Walaupun suhu kolom dapat berkisar antara -100 400 0C, dalam
prakteknya beberapa pembatas harus diperhatikan. Beberapa fase diam
menjadi padat pada suhu rendah (misalnya Carbowax menjadi padat pada
suhu dibawah 500C dan beberapa silikon seperti gom metil silikon akan
menjadi padat pada suhu di bawah 100 0C). Selain itu, suhu pemakaian
kolom yang mengandung fase diam ini dibatasi juga oleh kestabilannya.
Beberapa fase diam jika digunakan suhu yang terlalu tinggi akan terurai
secara perlahan-lahan. Suhu minimum dan maksimum berbagai jenis fase
diam yang dianjurkan terdapat dalam tabel 16.4.
Tabel 16.4. Suhu minimum dan maksimum beberapa fase diam pada KG
Fase diam Suhu minimum (0C) Suhu
maksimum (0C)
hal. 20
Apiezon L 50 255
Metil silikon 0 (untuk gom 100) 300-3500
Fenil/metil silikon 0 300
Carbowax (polietilen glikol) 10-30 225
Sianosilikon 0 275
Alkil ftalat 20 225
Dexsil 50 450
hal. 21
(iv)
(i)
(ii)
(iii)
(v)
Suhu
Waktu
Gambar 16.4. Lima jenis pemrograman suhu (i) linier dengan laju yang kita inginkan. (ii)
bertahap. (iii) isotermal yang diikuti penaingkatan suhu secara linier. (iv) linier diikuti
dengan isotermal. (v) multilinier.
hal. 22
Gambar 16.5. Pemisahan seri n-alkana yang dilakukan pada suhu isotermal (gambar a)
dan pada suhu terprogram (pada gambar b); kolom: Apiezon 3%; kecepatan alir fase
gerak (Helium): 10 ml/menit.
Regenerasi Kolom
Setelah kolom dipakai dalam jangka waktu sekian lama,
kemungkinan yang paling sering terjadi adalah penyumbatan kolom. Hal
ini sering terjadi pada kolom kapiler. Akibat dari hal tersebut maka kinerja
kolom akan menurun, khususnya untuk kolom yang fase diamnya adalah
fase terikat. Apabila terjadi penyumbatan pada kolom kapiler atau
menurunnya kinerja kolom, maka perlu dilakukan regenerasi untuk
meremajakan atau mengembalikan kinerja kolom pada kondisi semula.
Ada tiga cara regenerasi kolom yaitu :
a. Pemotongan kolom
Pemotongan kolom biasanya dilakukan jika terjadi penyumbatan
pada ujung depan kolom (terutama kolom kapiler). Komponen-komponen
sampel yang tidak dapat diatsirikan (diuapkan) sering menyumbat kolom
pada ujung depannya. Salah satu tanda adanya penyumbatan pada kolom
adalah adanya puncak kromatogram yang melebar atau berekor.
Pengatasan masalah ini yang umum dilakukan adalah dengan cara
memotong kolom kapiler tersebut sepanjang 50 cm dari ujung depannya.
Biasanya pemotongan dikerjakan dengan memakai pemotong intan yang
ujungnya sangat tajam (pensil intan).
b. Pengkondisian (Conditioning)
hal. 23
Pengkondisian ini bersifat untuk memelihara kolom agar waktu hidup
(life time)-nya cukup lama. Pengkondisian dilakukan lebih kurang 30 menit
sebelum dan sesudah analisis, tergantung pada kontaminasinya. Oleh
karena itu, dapat saja dilakukan pengkondisian lebih dari 30 menit. Suhu
yang dipakai pada saat pengkondisian sebaiknya terprogram dengan
kenaikan 5C/menit sampai suhu operasional.
c. Pencucian kolom
Untuk kolom fase terikat sebaiknya dilakukan pencucian dengan
memakai tangki (tabung) pencuci yang dilakukan di luar oven. Yang
terbaik untuk dipakai sebagai larutan pencuci adalah pentana yang dapat
dipakai sebagai larutan pencuci semua jenis kolom. Untuk mencuci
material pengotor yang lebih polar dapat juga dipakai metilen klorida atau
metanol.
Setelah proses pencucian maka diusahakan semua cairan pencuci
keluar dari kolom. Pada saat instalasi kembali, kolom yang telah dicuci
jangan dihubungkan langsung dengan detektor.
Detektor pada KG
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah
detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung
kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa
komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu
sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan
komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase
diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial,
dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier
dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi.
Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen
oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap
waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan
sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat
hal. 24
dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan
dengan senyawa baku. Akan tetapi apabila kromatografi gas digabung
dengan instrumen yang multipleks misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram
akan disajikan dalam bentuk lain.
Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam kromatografi gas
ditunjukkan oleh tabel 16.5.
Tabel 16.5. Jenis-jenis detektor, batas deteksi, jenis sampel-sampelnya dan
kecepatan alir gas pembawa
hal. 25
Kecepatan penghantaran panas ini tergantung susunan gas yang
mengelilinginya. Jadi setiap gas mempunyai daya hantar panas yang
kecepatannya merupakan fungsi dari laju pergerakan molekul gas yang
pada suhu tertentu merupakan fungsi dari berat molekul gas. Gas yang
mempunyai berat molekul rendah mempunyai daya hantar lebih tinggi.
Jika ada komponen/senyawa yang dibawa fase gerak masuk kedalam
detektor, karena BM senyawa biasanya tinggi maka daya hantar menjadi
turun.
Di dalam detektor ini (gambar 16.6) dipasang filamen ganda yang
dibuat dari platina atau campuran logam tungsten-rhenium yang tahan
panas hingga 400oC (mirip dengan lampu pijar wolfram). Satu filamen
ditempatkan di dalam efluen kolom, dan satu filamen lagi diletakkan pada
aliran fase gerak sebelum memasuki tempat penyuntikan sampel dan
digunakan sebagai pembanding (filamen pembanding) pada suhu yang
sama dengan suhu pada efluen kolom. Filamen ini dialiri listrik untuk
memanaskannya. Kedua filamen ini dihubungkan dengan rangkaian listrik
yang disebut jembatan Wheatstone, untuk menyeimbangkan arus listrik.
Bila molekul sampel masuk ke dalam detektor, maka sampel akan
menurunkan daya hantar panas, akibatnya filamen menjadi lebih panas
(suhu mejadi lebih tinggi) yang menyebabkan naiknya tahanan sehingga
menurunkan arus listrik. Perbedaan arus listrik antara 2 filamen ini
dikirimkan ke rekorder atau sistem pengolah data yang kemudian
ditampilkan sebagai kromatogram.
Masalah utama dalam detektor ini adalah bahwa filamen harus
dilindungi dari udara ketika filamen itu panas. Jadi, filamen tidak boleh
dipanaskan tanpa dialiri gas pembawa. Banyak instrumen mutakhir yang
telah dirancang untuk mengatasi hal ini artinya filamen hanya dapat
dipanasi jika gas pembawa mengalir. Detektor biasanya dibersihkan
dengan melepaskannya dari sistem dan merendamkannya dalam sederet
pelarut seperti dekalin, metanol, air, dan aseton. Setelah pengeringan
(sebelum dipakai), detektor dipanaskan di dalam aliran gas pembawa
kromatografi selama 24 jam.
hal. 26
Gambar 16.6. Diagram skematik detektor hantar panas.
hal. 27
Gambar 16.7. Diagram skematik FID.
hal. 29
6 ml/menit. Laju aliran ini sangat dipengaruhi oleh jenis sampel yang
dianalisis.
Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan apabila
memilih NPD pada KG adalah : pertama, dijaga kontinuitas aliran H 2, O2
dan efluen pada laju konstan, sebab perubahan sedikit laju aliran akan
memberikan hasil yang sangat berbeda. Kedua, dijaga kemurnian segala
sesuatu yang menyangkut analisis terhadap kontaminasi unsur-unsur N
dan P. Alat-alat gelas harus betul-betul bersih (sangat bersih) dan terbebas
dari sesepora bekas deterjen fosfat, dan pembersih gelas dari asam juga
harus dibilas betul-betul dengan air suling. Kalau dipakai pelarut organik
hendaknya sangat dijaga kemurniannya. Hindari pemakaian pelarut yang
mengandung klor atau silan karena akan menurunkan umur hidup (life
time) pemakaian detektor ini. Demikian juga hindarilah pemakaian bahan
anti bocor (perekat) yang terbuat dari fosfat pada detektor, gelas wool
pada kolom, lapisan poliamida pada kolom, atau fase cair yang
mengandung nitrogen sebagai fase diam (OV-225 atau XE-60) karena
kesemua hal tersebut akan mengundang derau (noise) yang lebih besar.
Gas pengelusi yang baik adalah helium dengan laju aliran yang umum
dipakai 30 ml/menit. NPD sangat baik dalam analisis dibidang farmasi dan
klinik dismping itu sangat baik pula untuk mendukung analisis mengenai
dampak lingkungan.
hal. 30
hidrogen-oksigen, maka akan terbentuk spesies-spesies yang tereksitasi
yang akan runtuh (decay) dan menghasilkan suatu emisi kemiluminesen
yang spesifik yang dapat diukur pada panjang gelombang tertentu. Untuk
yang mengandung atom S, diukur pada panjang gelombang 393 nm,
sementara yang mengandung fosfor diukur pada panjang gelombang 526
nm.
f. Detektor konduktivitas elektrolitik
Detektor konduktivitas elektrolitik merupakan detektor yang spesifik
untuk mendeteksi senyawa yang mengandung atom sulfur, nitrogen, dan
halogen. Detektor ini tersusun atas tungku (furnace) yang mampu
memberikan suhu paling kecil 1000C. Efluen dari kolom KG akan memasuki
tungku lalu dipirolisiskan dalam suatu udara yang kaya hidrogen atau
oksigen. Hasil-hasil dari pirolisis ini selanjutnya dicampur dengan pelarut
yang sesuai dan menghasilkan suatu larutan yang bersifat konduktif.
Adanya perubahan dalam konduktivitas dimonitor.
g. Detektor foto-ionisasi
Ketika suatu senyawa menyerap energi foton dari suatu lampu UV,
maka senyawa tersebut akan terionisasi. Hal inilah yang menjadi dasar
detektor ini. Senyawa yang terionisasi ini selanjutnya dikumpulkan dan
banyaknya arus yang dihasilkan dimonitor.
Detektor ini dapat digunakan untuk deteksi senyawa-senyawa
aromatis, keton, aldehid, ester, amin, senyawa-senyawa sulfur organik,
senyawa-senyawa anorganik seperti hidrogen sulfida, HI, HCl, klorin,
iodium, dan fosfin. Detektor ini akan tanggap terhadap semua senyawa
yang mempunyai potensial ionisasi pada kisaran potensial sumber lampu
UV atau terhadap senyawa-senyawa yang mempunyai potensial ionisasi
kurang dari 12 eV.
Keuntungan lain detektor ini adalah bahwa pelarut-pelarut umum
yang sering digunakan seperti metanol, kloroform, metilen klorida, karbon
tetraklorida, dan asetonitril tidak memberikan atau sedikit memberikan
tanggapan (respon), jika digunakan lampu UV yang mempunyai potensial
ionisasi 12 eV. Lampu-lampu yang paling umum digunakan dan tersedia di
pasaran adalah lampu dengan potensial ionisasi 9,5; 10,0; 10,2; 10,9; dan
11,7 eV. Untuk meningkatkan selektifitas detektor, lampu harus dipilih
yang hanya dapat mengionisasi analit yang dituju saja.
hal. 31
h. Detektor spektrometer massa
Spektrometer massa jika digunakan sebagai detektor maka akan
mampu memberikan informasi data struktur kimia senyawa yang tidak
diketahui. Dengan menggunakan spektrometer massa untuk memonitor
ion tunggal atau beberapa ion yang karakteristik dalam analit, maka
batas deteksi ion-ion ini akan ditingkatkan.
Derivatisasi pada Kromatograf Gas
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu
senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai
untuk dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas. Alasan
dilakukannya derivatisasi:
Senyawa-senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisis
dengan KG terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya.
Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram.
Beberapa senyawa tidak menghasilkan bentuk kromatogram yang
bagus (misal puncak kromatogram saling tumpang tindih) atau
sampel yang dituju tidak terdeteksi, karenanya diperlukan
derivatisasi sebelum dilakukan analisis dengan KG.
Meningkatkan volatilitas, misal senyawa gula. Tujuan utama
derivatisasi adalah untuk meningkatkan volatilitas senyawa-senyawa
yang tidak mudah menguap (non-volatil). Senyawa-senyawa dengan
berat molekul rendah biasanya tidak mudah menguap karena
adanya gaya tarik-menarik inter molekuler antara gugus-gusug polar
karenanya jika gugus-gugus polar ini ditutup dengan cara
derivatisasi akan mampu meningkatkan volatilitas senyawa tersebut
secara dramatis.
Meningkatkan deteksi, misal untuk kolesterol dan senyawa-senyawa
steroid.
Meningkatkan stabilitas. Beberapa senyawa volatil mengalami
dekomposisi parsial karena panas sehingga diperlukan derivatisasi
untuk meningkatkan stabilitasnya.
Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap
elektron (ECD).
hal. 32
Berikut akan diuraikan beberapa cara derivatisasi yang dilakukan
pada kromatografi gas, serta gugus-gugus fungsional yang bereaksi.
a. Esterifikasi
Esterifikasi digunakan untuk membuat derivat gugus karboksil.
Contoh obat yang mengandung gugus ini adalah obat golongan analgesik,
prostaglandin, asam amino, dan obat anti-inflamasi. Pengubahan gugus
karboksil menjadi esternya akan meningkatkan volatilitas karena akan
menurunkan ikatan hidrogen. Derivatisasi dengan esterifikasi dapat
dilakukan dengan cara esterifikasi Fisher biasa dalam asam kuat, menurut
reaksi:
H + atau
R-OH +R'-COOH R'-COOR
BF3
hal. 33
Jika sampel yang diuji mengandung fenol, alkohol, atau amin primer
atau sekunder maka sering digunakan derivatisasi dengan asilasi yang
merupakan reaksi yang paling umum. Derivatisasi dengan cara ini
dilakukan dengan menggunakan asam asetat anhidrat dan katalis
(misalkan asam asetat, asam p-toluen sulfonat, piridin, N-metil amidazol)
sebelum penyuntikan ke kromatografi gas (pre column derivatization) atau
dilakukan penyuntikan di dalam kolom (on column derivatization). Asilasi
pada umumnya memberikan bentuk kromatogram yang baik. Trifluoro
asetat (FFA), pentafluoropropianat (PFP), atau heptafluorobutirat (HFB)
digunakan untuk meningkatkan sensitifitas analisis. Umumnya kepekaan
relatif ester terfluoro adalah: pentafluorobenzoil > HFB > PFP > TFA,
dengan beberapa perkecualian. Jika menganalisis ester katekolamin dan
metabolitnya dengan TFA, PFP, dan HFB maka urutan elusinya pada fase
diam yang kurang polar (SE-30) adalah sebagai berikut: TFA lebih cepat
daripada PFP dan yang paling akhir terelusi adalah HFB, sedangkan jika
menggunakan fase diam yang lebih polar (OV-1 atau XE-60) maka derivat
PFP dan HFB akan terelusi sebelum TFA.
Asilasi dlakukan dengan menggunakan perfluoroanhidrida yang
murni atau dalam pelarut, misalkan dalam asetonitril dan etil asetat.
Penambahan amin tersier seperti trimetil amin atau trietil amin akan
meningkatkan reaktifitasnya dan berfungsi sebagai penerima asam.
c. Alkilasi
Alkilasi digunakan untuk menderivatisasi alkohol, fenol, amina
(primer dan sekunder), imida, dan sulfhidril. Derivat dapat dibuat dengan
sintesis Wiliamson, yakni alkohol atau fenol ditambah alkil atau benzil
halida dengan adanya basa. Jenis agen penderivat yang saat ini digunakan
hanya -bromo-2,3,4,5,6-pentafluorotoluen.
d. Sililasi
Derivat silil saat ini digunakan untuk menggantikan eter alkil untuk
analisis sampel yang bersifat polar yang tidak mudah menguap. Derivat
yang paling sering dibuat adalah trimetilsilil. Urutan reaktifitas pereaksi
sililasi berdasarkan pada pemampuan penyumbang silil adalah sebagai
berikut: Trimetilsililimidazol (TMSIM) > N,O-bis-(trimetilsilil)-
trifluoroasetamid (BSTFA) > N,O-bis-(trimetilsilil)-asetamid (BSA) > N-
hal. 34
metil-N-trimetilsililtrifluoroasetamid (MSTFA) > N- trimetilsilildietilamin
(TMSDEA) > N-metil-N-trimetilsililasetamid (MSTA) > Trimetilklorosilan
(TMCS) > Heksametildisilazan (HMDS).
Urutan reakstivitas gugus-gugus penerima silil adalah sebagai
berikut: alkohol > fenol > asam karboksilat > amina > amida. Faktor sterik
sangat penting dalam hal penentuan kecepatan reaksi derivatisasi. Untuk
setiap gugus fungsi, urutan reaktifitasnya adalah: primer > sekunder >
tersier.
Derivatisasi dengan cara sililasi mempunyai beberapa keuntungan:
eter silil mudah dibuat untuk banyak gugus fungsi, dapat dilakukan dalam
vial kaca dengan tutup bersekrup yang dilapisi dengan teflon, pereaksi
sililasi sering kali mampu melarutkan sampel (meskipun demikian pelarut-
pelarut seperti piridin, dimetilformamid, asetonitril, tetrahidrofuran, dan
kloroform dapat digunakan untuk melarutkan sampel yang akan
diderivatisasi dengan cara sililasi), derivatisasi sering terjadi dalam suhu
kamar (akan tetapi gugus fungsional yang sukar diderivatisasi seperti
amina sekunder, alkohol tersier, dan amida perlu dilakukan pemanasan
pada suhu antara 60-1500C). Laju reaksi derivatisasi juga dapat
ditingkatkan dengan penambahan katalis asam seperti dengan
trimetilklorosilan atau dengan katalis basa seperti piridin. Dilaporkan
bahwa 95 % derivat trimetilsilil (TMS) dapat dibuat dengan menggunakan
trimetilsililimidazol (TMSIM) atau dengan N,O-bis-(trimetilsilil)-
trifluoroasetamid (BSTFA), yang kadang-kadang ditambah dengan
trimetilklorosilan sebagai katalis. Kedua pereaksi ini (TMSIM dan BSTFA)
menunjukkan selektifitas. Sebagai contoh, TMSIM tidak bereaksi dengan
gugus amino, sedangkan BSTFA merupakan pereaksi terpilih untuk gugus
amino. Pembuatan TMS dalam media bebas air lebih reaktif disbanding
dalam media yang mengandung air.
Berikut adalah contoh derivatisasi yang digunakan untuk memperbaiki
bentuk puncak pseudoefedrin:
hal. 35
H3C NH N CH3
CH3 N
N
OH
H3C
Pseudoefedrin
Triprolidin Dekstrometorfan
H3C NH COCF3
CH3
H3C N
(CF3CO)2O
CH3
OH
Pseudoefedrin OCOCF3
hal. 36
Gambar 16.10. Kromatogram sirup dekongestan; (A) tidak dilakukan derivatisasi. (B)
setelah dilakukan derivatisasi dengan TFA.
e. Kondensasi
Jika sampel yang akan dianalisis mengandung gugus aldehid atau
keton maka sering kali dilakukan derivatisasi yang tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya enolisasi karena terjadinya ikatan hidrogen,
meningkatkan resolusi karena adanya zat penganggu, dan meningkatkan
sensitifitas deteksi.
Reaksi kondensasi dapat digunakan untuk derivatisasi amina yang
mana pereaksinya mengandung gugus karbonil. Amina primer bereaski
dengan keton membentuk enamin atau bereaksi dengan karbon disulida
membentuk isotiosianat. Aseton dan siklobutanon bereaksi dengan amin
primer membentuk enamin yang menghasilkan puncak tunggal dalam KG.
f. Siklisasi
Penutupan gugus polar melalui siklisasi dilakukan pada senyawa
yang mengandung 2 gugus fungsi yang kira-kira sangat mudah dibuat
hal. 37
heterosiklis beratom 5 atau 6. Beberapa jenis heterosiklis yang terbentuk
adalah: ketal, boronat, triazin, dan fosfit.
Ujung amfoter asam amino dapat dibuat lebih volatil dengan siklisasi
menggunakan diklorotetrafluoroaseton membentuk 2,3,-bis-
(klorodifluorometil)-4-tersubstitusi 1,3-oksazolidin-5-on menurut reaksi:
NH 2 NH
R
-H 2O CH
R CH +(CF2Cl)2CO (CF2Cl)CH
CO
COOH O
NH 2 N R
C
-H 2O
R' CH +(R-CO)2O CH
R' O
COOH C
hal. 38
dengan kecepatan tertentu yang dapat menghasilkan jumlah lempeng
teoritik maksimum, sehingga mampu mendapatkan pemisahan yang
maksimal.
Pilihan detektor untuk HPLC lebih terbatas apabila dibandingkan
dengan pilihan detektor untuk kromatografi gas. Detektor yang paling
banyak dipergunakan adalah spektrofotometer dengan keterbatasan
hanya molekul yang dapat mengabsorpsi sinar saja yang dapat dianalisis.
Gambar 7.1 berikut ini adalah bagan alat HPLC.
hal. 39
A B
hal. 40
kolom dapat dipantau/dievaluasi dengan melihat beberapa parameter di
bawah ini secara berkala:
Faktor kapasitas berkisar 2 10.
Jumlah lempeng teoritik tidak mengalami perubahan yang signifikan
(masih > 50 % nilai lempeng teoritik saat dilakukan performance
awal kolom).
Faktor resolusi (RS) harus > 1,5
Peak asimetri < 1,2
Tekanan kolom dalam kisaran normal (dapat dikerjakan oleh pompa
dengan ringan)
Ada banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi kolom, sehingga harus
dioptimasi agar diperoleh pemisahan yang baik, yaitu:
Kecepatan alir fase gerak, kecepatan alir yang sangat lambat akan
menyebabkan terjadinya difusi longitudinal, sedangkan bila terlalu
cepat akan menyebabkan terjadinya transfer massa non ekuilibrium,
sehingga terjadi pelebaran pita kromatogram
Ukuran partikel fase diam, semakin kecil ukuran partikel maka
efisiensi semakin baik, akan tetapi menyebabkan tekanan dalam
kolom semakin besar sehingga dibutuhkan kekuatan pompa yang
lebih besar.
Panjang kolom, semakin panjang akan semakin besar nilai efisiensi
kolom, akan tetapi dapat menyebabkan terjadinya pelebaran pita.
Viskositas fase gerak, semakin kecil nilai viskositas fase gerak maka
efisiensi kolom semakin besar, peak akan menjadi semakin
ramping.
Temperatur, semakin tinggi temperatur maka viskositas semakin
rendah dan efisiensi kolom menjadi lebih besar.
Volume ekstra kolom, semakin besar volume ekstra kolom maka
kemungkinan terjadinya pelebaran pita semakin besar, sehingga
efisiensi semakin berkurang.
Jumlah sampel dan volume sampel, bila jumlah ataupun volume
sampel sangat besar (overload) maka kemungkinan terjadinya
pelebaran pita semakin besar, sehingga efisiensi semakin
berkurang.
hal. 41
Detector, merupakan alat untuk melihat adanya sinyal dari analit atau
solut yang sedang dianalisis. Hendaknya detektor memiliki kriteria:
sensitivitasnya tinggi, batas deteksi rendah, linearitas respon tinggi dan
reprodusibilitasnya tinggi. Ada banyak detektor yang dapat diaplikasikan,
yaitu:
Detektor spektrofotometer UV/Vis, merupakan detektor universal
dan dapat diaplikasikan pada semua analit yang dapat menyerap
sinar UV/Vis. Fase gerak yang dipakai tidak boleh menyerap sinar
UV/Vis pada panjang gelombang yang dipilih.
Detektor spektrofluorometer, merupakan detektor yang lebih selektif
dan lebih sensitif daripada detektor spektrofotometer UV/Vis. Tidak
semua senyawa bersifat fluoresens dan tidak semua senyawa yang
berfluorsens memiliki panjang gelombang eksitasi dan emisi yang
sama dengan senyawa lain.
Detektor indeks bias, merupakan detektor yang sinyalnya
tergantung pada perubahan nilai indeks bias fase gerak: (tanpa
analit) dan oleh karena adanya analit atau solut.
Detektor elektrokimia, ada banyak jenisnya antara lain: detektor
konstante dielektrika (didasarkan pada perubahan polaritas fase
gerak oleh karena adanya solut), detektor konduktometer
(didasarkan pada perubahan sifat penghantaran listrik dari fase
gerak oleh karena adanya solut), detektor amperometer (didasarkan
adanya perubahan kekuatan medan listrik dari fase gerak karena
adanya solut).
hal. 42
Fase gerak
Solven A 0,12% TFA/air 0,12% TFA/air
Solven B 0,10%TFA/air 0,10%TFA/air
Gradien 0-60% B/60 menit 0-60% B/60 menit
Temperatur 40 80 C 40 80 C
Kecepatan alir 0,5 2 mL/menit 0,5 2 mL/menit
Ukuran
sampel 10-50 L 10-50 L
Volume 1-100 g 1-100 g
Berat
hal. 43
Bonded DEAE, SAX, PEI CM, SP
phase 5-25 x 0,46cm 5-25 x 0,46 cm
Ukuran
Fase gerak
Solven A 10mm tris atau phosphat 10 mM bis-tris atau
(pH 8) fosfat (pH 6)
Solvent A + 0,5 mM NaCl Solvent A + 0,5 mM NaCl
Solven B atau Na-asetat atau Na-asetat
0-100% B dalam 30 menit 0-100% B dalam 30 menit
Gradien
Temperatur 35 C 35 C
Kecepatan 1,0 mL/menit 1,0 mL/menit
alir
Ukuran
sampel 10-50 L 10-50 L
Volume
Berat 1-100 g 1-100 g
Keuntungan:
Konformasi protein tetap terjaga,
Kemungkinan denaturasi kecil,
Dapat digunakan untuk isolasi dan purifikasi protein dengan tetap
berbentuk bioaktif
Protein basa biasa memakai cation exchange, dengan pH 3
Problem yang sering muncul:
Recovery rendah dan dapat diatasi menggunakan gradien elusi
dengan fase gerak mengandung garam.
hal. 44
8.ELEKTROFORESIS
[ Pengampu: Endang Lukitaningsih, 3 kali
Pertemuan]
hal. 45
bergerak ke katoda sedangkan senyawa bermuatan negatif akan bergerak
ke anoda. Kecepatan gerakannya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di
sekitar molekul yang dapat mempengaruhi muatannya (pH) dan hambatan
fisik yang mempengaruhi gerakan molekul dalam medan listrik seperti
ukuran pori fase diam. Elektroforesis dapat dimanfaatkan untuk
pemisahan ion anorganik dan logam kation, protein, DNA, karbohidrat dan
sampel-sampel biomedik lainnya.
Elektroforesis dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan ada
tidaknya bahan pendukung atau bahan penstabil media :
1. Metode bebas cairan (free solution method)
Tidak ada bahan pendukung atau penstabil media
Sampel dimasukkan dalam tabung U yang telah diiisi dengan
larutan bufer
Medan listrik diaplikasikan dan analit akan bergerak sesuai dengan
muatan
Metode ini telah digunakan oleh Tiselius peraih hadiah Nobel
tahun 1948 untuk memurnikan protein
2. Metode dengan penstabil media
Terdapat bahan pendukung seperti kertas, kolom packing atau gel
Mirip dengan metode kromatografi, hanya saja gerakan analit
disebabkan oleh adanya medan listrik bukan karena fase gerak
Sejumlah metode yang termasuk dalam kategori ini adalah
electrochromatography, zone electrophoresis, electromigration
dan ionophoresis.
Elektroforesis Kertas
hal. 46
tertentu, kertas diambil dan dikeringkan. Jika diperlukan, kertas dapat
disemprot dengan perekasi warna agar pita pemisahan dapat dilihat.
Gambar 8.1A. berikut ini adalah skema alat elektroforesis kertas.
Elektroforesis kertas juga dapat digunakan untuk fraksinasi yang dapat
dilanjutkan ke analisis kuantitatif secara off line seperti pada gambar 8.1B
berikut ini.
Elektroforesis kapiler
Larutan buffer ditahan dalam tabung kapiler dengan diameter dalam
berkisar 25 75 m. dengan menggunakan tabung kapiler maka resiko
panas atau interaksi dan degradasi analit dengan bahan pendukung dapat
diatasi. Metode ini termasuk metode bebas cairan. Sampel dimasukkan
pada salah satu ujungnya dan akan bergerak ke ujung tabung yang
lainnya. Seperti halnya kromatografi, akan dihasilkan elektrophoregram
yang memberikan informasi baik kuanitatif maupun kuantitatif. Skema alat
elektroforesis kapiler dapat dilihat pada gambar 8.2 berikut ini.
hal. 47
Gambar 8.2. skema alat elektroforesis kapiler
hal. 48
Dalam kondisi normal, baik anion dan spesies netral akan bermigrasi ke
arah katoda. Ini terjadi karena dinding kapiler akan bermuatan listrik
sebagai akibat banyaknya gugus silanol (Si-OH). Kation akan tertarik
menuju dinding dan membentuk lapisan ganda (double layer) yang terdiri
dari fixed layer di bagian dalam yang terbentuk dari kation-kation yang
berikatan kuat dengan dinding kapiler. Lapisan kedua yaitu mobile layer
lapisan yang dapat bergerak dengan kekuatan ikatan ion yang lemah.
Kation di bagian terluar (di luar lapisan ganda) akan bergerak ke arah
katoda seperti pada skema gambar 8.3 berikut ini. Kecepatan aliran
elektroosmotik dapat dituliskan dengan persamaan di bawah ini.
Veof = eof E ..8.3
eof= ( ) / (4 ) ...... 8.4
= konstanta dielektrik larutan buffer
= zeta potensial
= viskositas larutan buffer
Waktu migrasi
Vtot = L/Tm ...... 8.7
Vtot = tot E ... 8.8
Vtot = (ep + eof) E .. 8.9
Tm = L/ (ep + eof) E . 8.10
E = V/l .. 8.11
Tm = (Ll) / (ep + eof) V .. 8.12
Keterangan :
Vtot: kecepatan migrasi total
L : jarak antara tempat injeksi dan detektor
Tm : waktu migrasi
V : voltage
l : jarak tabung
Selektivitas
Selektivitas merupakan perbandingan antara faktor kapasitas dari dua
solut, dirumuskan dengan
hal. 50
= ep 1 / ep 2 .. 8.14
harga dapat diubah-ubah dengan mengubah pH buffer.
Resolusi
0.177( ep 2 ep1 )V 1 / 2
Rs ..
( avg eof )1 / 2 D
8.15
harga Rs dapat ditingkatkan dengan menaikkan voltage dan menurunkan
eof. Tetapi dengan menurunkan eof akan membawa konsekuensi waktu
analisis menjadi lebih lama dan efisiensinya menurun.
C. ELEKTROFORESIS KAPILER
Tabung kapiler
Diameter dalam 25 75 m, panjang bervariasi sekitar 20-50 meter. Agar
tidak timbul efek panas selama analisis, maka dapat digunakan diameter
dalam yang kecil dengan tebal lapisan silika yang tipis.
hal. 51
Tempat memasukkan sampel
Tabung kapiler sebelumnya diisi dengan larutan buffer, sampel
dimasukkan dengan jalan mencelupkan salah satu ujung tabung ke dalam
larutan sampel. Dengan bantuan tekanan atau memberikan beda
potensial maka sampel dapat terdorong masuk ke dalam tabung, seperti
pada gambar VI.5 berikut ini.
Pengaturan voltage
Migrasi solut dapat terjadi bila diberikan medan listrik. Seberapa besar
medan listrik yang diberikan tergantung pada :
Waktu analisis yang dikehendaki
Memberikan pemisahan yang bagus
Memperbaiki faktor resolusi
Bila digunakan tabung kapiler yang berdiameter sempit, maka voltage
bisa sampai 40.000, dengan kekuatan arus berkisar mikroamper.
Detektor
Ada banyak jenis detektor yang dapat digunakan seperti tabel berikut.
hal. 52
Jenis detektor Spesifkasi
Spektrofotometer serapan ultraviolet- Solut dengan gugus kromofor
visibel
Fluorometer Solut harus berfluoresensi
Laser fluorometer Solut harus berfluoresensi
Radiometer Solut harus mengandung
radioaktif
Spektrofotometer massa Umum
Amperometer Solut harus tereduksi atau
teroksidasi
Konduktometer Umum
Aplikasi
Elektroforesis dapat dimanfaatkan untuk pemisahan
- ion anorganik dan logam kation,
- protein,
- DNA,
- karbohidrat
- sampel-sampel biomedik lainnya.
******
hal. 53