Reagen Nelson
Reagen Nelson
Reagen Nelson
3 September 2013
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi onggok industri tapioka
terhadap kadar glukosa hasil hidrolisis enzimatis dan pengaruh variasi konsentrasi urea terhadap kadar
biohidrogen hasil fermentasi gelap. Untuk uji kadar glukosa, variasi konsentrasi onggok industri tapioka
adalah 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, dan 40%. Onggok dengan variasi konsentrasi selanjutnya dihidrolisis
enzimatis, yaitu dengan menggunakan enzim campuran (-amilase dan fiberzym).Uji kadar glukosa dilakukan
dengan menggunakan metode Nelson-somogyi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh
konsentrasi onggok industri tapioka terhadap kadar glukosa hasil hidrolisis enzimatis. Kadar glukosa optimum
dihasilkan pada penggunaan onggok konsentrasi 35%, yakni sebesar 47,5%. Untuk uji kadar biohidrogen,
variasi konsentrasi urea adalah 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. Urea dengan variasi konsentrasi selanjutnya
ditambahkan pada onggok yang menghasilkan kadar glukosa optimum, yaitu onggok konsentrasi 35%. Onggok
yang telah ditambahkan urea selanjutnya difermentasi oleh bakteri Enterobacter aerogenes (proses fermentasi
gelap). Uji kadar biohidrogen dilakukan menggunakan alat kromatografi gas. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada pengaruh konsentrasi urea terhadap kadar biohidrogen hasil proses fermentasi gelap dari hidrolisat
onggok industri tapioka. Kadar biohidrogen optimum dihasilkan pada penggunaan urea konsentrasi 3%, yakni
sebesar 2,8997%.
Abstract. This study aimed to determine influence of concentration variations onggok tapioca industry on
enzymatic hydrolysis glucose levels and influence of concentration variation urea on biohydrogen levels
through dark fermentation. To test glucose levels, concentration variations of onggok tapioca industry is 15%,
20%, 25%, 30%, 35%, and 40%. Onggok with concentration variation hydrolyzed enzymatically using mixing
enzymes (-amylase and fiberzym). Glucose levels test is done by using Nelson-somogyi method. Statistical test
results showed that there was influence of concentration onggok tapioca industry in enzymatic hydrolysis
glucose levels. The optimum glucose levels resulted in using onggok tapioca industry concentration 35%, which
is equal to 47.5%. To test biohydrogen levels, concentration variations of urea is1%, 2%, 3%, 4%, and 5%.
Urea added to the onggok tapioca industry in concentration 35%. Onggok which was added by urea
subsequently fermented by Enterobacter aerogenes bacteria (dark fermentation). Biohydrogen level test
performed using a gas chromatography. Statistical test results showed that there was influence of concentration
urea in biohydrogen through dark fermentation process resultsfromonggok tapioca industry hydrolyzate. The
optimum biohydrogen levels resulted in using urea concentration 3%, which is equal to 2.8997%.
112
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013
113
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013
uji kadar biohidrogen. Penelitian ini berlangsung pada Hasil hidrolisis enzimatis menghasilkan filtrat, dimana
bulan Maret-Juli 2013. filtrat dideproteinasi terlebih dahulu sebelum digunakan
Alat sebagai sampel untuk diuji kadar glukosanya.
Ayakan 100 mesh, erlenmeyer, beaker glass, gelas
ukur, labu ukur, spatula, kawat ose, kaca arloji, pipet Pembuatan Reagen Nelson-somogyi
tetes, mikropipet, tip, termometer, neraca Ohauss, a. Pembuatan reagen Nelson A
pembakar spiritus, kompor listrik, kasa, mikropipet, Menimbang 1,5 gram garam rochelle, 3 gram Na2CO3
anhidrat, 2 gram NaHCO3, 18 gram Na2SO4 anhidrat.
stirer, magnetic stirer, autoklaf, cawan petri, kawat ose,
Semua bahan tersebut kemudian dilarutkan dengan
spektrofotometer UV-Vis, kromatografi gas, inkubator,
aquades dengan sedikit air di beaker glass.
oven, aluminium foil, pH meter, tabung sentrifuge,
Selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke dalam
sentrifuge, botol kaca bertutup volume 500 mL, laminar
labu ukur 100 mL, ditera dengan aquades hingga
flow, water bath.
batas meniskus labu ukur.
Bahan
Onggok industri tapioka, enzim -amilase, b. Pembuatan reagen Nelson B
fiberzym, bakteri Enterobacter aerogenes, aquades, Menimbang 2 gram CuSO4.5H2O, lalu dilarutkan
alkohol, glukosa anhidrat, urea, gliserol 85%, garam dalam sedikit aquades di beaker glass. Ditambah 18
rochelle, Na2CO3 anhidrat, NaHCO3, Na2SO4 anhidrat, gram Na2SO4 dan 2 tetes H2SO4 pekat, lalu tera
dengan aquades pada labu ukur 100 mL.
CuSO4.5H2O, Na2SO4, H2SO4 pekat, kristal ammonium
c. Pembuatan reagen Cu alkalis
molibdat, kristal Na2HAsO4.7H2O, nutrient broth,
Larutan Cu alkalis merupakan campuran dari reagen
nutrient agar, yeast, agar, reagen biuret.
Nelson A dan B dengan perbandingan volume 4:1.
d. Pembuatan reagen arsenomolibdat
PROSEDUR PENELITIAN
Melarutkan 5 gram kristal ammonium molibdat dalam
Tahap Persiapan
90 mL aquades, kemudian ditambahkan 5 mL H2SO4
Persiapan Sampel
Pada tahap ini dilakukan persiapan biomassa limbah pekat (a). 0,6 gram kristal Na2HAsO4.7H2O dilarutkan
organik (onggok industri tapioka) hingga siap digunakan dalam 5 mL aquades (b). Larutan b dicampurkan
sebagai sampel. Persiapan dimulai dari proses dengan larutan a hingga terbentuk larutan berwarna
kuning bening. Simpan larutan dalam botol gelap dan
pengambilan onggok industri tapioka basah dari home
diinkubasi pada suhu 37C selama 1 hari.
industry tepung tapioka di Desa Tawangrejo, Kecamatan
Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Onggok basah kemudian
Pembiakan Bakteri Enterobacter aerogenes
dikeringkan di bawah cahaya matahari langsung selama
a. Pembuatan media pertumbuhan bakteri
2 hari. Onggok kering selanjutnya digiling, lalu diayak
Media padat dibuat dengan mencampurkan 2,3 gram
dengan ayakan 100 mesh. Onggok lolos ayakan 100 mesh
nutrient broth, 0,5 gram yeast, dan 1,5 gram agar ke
merupakan sampel yang digunakan untuk tahap
dalam 100 mL aquades.. Media cair dibuat dengan
selanjutnya.
mencampurkan 2,3 gram nutrient broth, 0,5 gram
yeast ke dalam 100 mL aquades. Media padat dan cair
Pembuatan Substrat Onggok Industri Tapioka
sebelum digunakan untuk membiakan bakteri
Substrat dibuat dengan menimbang 10, 15, 20, 25 dan 30
disterilisasi terlebih dahulu menggunakan autoklaf.
gram onggok, kemudian masing-masing dilarutkan
Sterilisasi dilakukan pada suhu 121C selama 15
dengan air suhu 65C sebanyak 100 mL. Larutan substrat
menit.
onggok tersebut selanjutnya dihidrolisis enzimatis
b. Peremajaan bakteri pada media padat
menggunakan enzim campuran.
Bakteri diremajakan pada media padat dengan cara
Pembuatan Enzim Campuran mengambil 1 ose biakan dari media miring kemudian
Enzim campuran dibuat dari campuran enzim - digoreskan pada media padat steril (peremajaan
amilase dan fiberzym dengan perbandingan volume 2:1 dilakukan pada laminar flow), selanjutnya biakan
(-amilase dan fiberzym). tersebut diinkubasi selama 24 jam di dalam inkubator
suhu 37 C. Bakteri yang diremajakan dalam media
Hidrolisis Enzimatis Onggok Industri Tapioka padat selanjutnya dibiakkan kembali dalam media
Onggok industri tapioka yang telah dibuat dengan cair.
variasi konsentrasi 15, 20, 25, 30, 35, dan 40% (b/v) c. Pemajaan bakteri pada media cair
selanjutnya ditambahkan enzim campuran sebanyak 6,25 1 ose koloni tunggal bakteri pada media padat diambil
mL. Lalu diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37C. untuk selanjutnya ditumbuhkan pada media cair steril
114
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013
(peremajaan dilakukan pada laminar flow). Bakteri bata larut lalu diukur absorbansinya menggunakan
pada media cair kemudian diinkubasi selama 24 jam Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 744
di dalam inkubator suhu 37 C. Bakteri dalam media nm hingga diketahui hidrolisat dengan konsentrasi
cair ini selanjutnya diinokulasikan ke dalam larutan onggok berapa persen yang dapat menghasilkan kadar
substrat onggok yang telah dihidrolisis enzimatis. gula reduksi tertinggi.
115
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013
Teknik Analisis Data 0,994. Data kadar glukosa hasil hidrolisis enzimatis
Data yang diperoleh adalah data kadar glukosa hasil onggok industri tapioka pada variasi konsentrasi 15, 20,
hidrolisis enzimatis dan kadar biohidrogen hasil proses 25, 30, 35, dan 40% dari pembacaan alat
fermentasi gelap. Data tersebut selanjutnya dianalisis spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 744
menggunakan SPSS 16 dengan uji Anova satu arah nm dapat dilihat pada Tabel 2.
dengan taraf kebenaran 95%. Analisis ini memberikan
indikasi tentang ada tidaknya pengaruh pada setiap Tabel 2. Kadar Glukosa Dalam Variasi
perlakuan dari dua variabel, yaitu variasi konsentrasi Konsentrasi Onggok
onggok industri tapioka dan urea yang diuji
menggunakan uji lanjut LSD (Least Significant Kadar glukosa (mg/mL)
Difference). Konsentrasi
onggok (%) Penga Penga Penga
matan matan matan Rata-rata
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 2 3
Uji Kadar Glukosa 15 0.146 0.147 0.113 0.135
Uji kadar glukosa sampel dilakukan dengan 20 0.260 0.236 0.257 0.251
menggunakan metode Nelson-somogyi, dimana 25 0.387 0.372 0.343 0.367
dibutuhkan kurva larutan standar sebelum dilakukan uji
30 0.453 0.410 0.426 0.430
kadar glukosa sampel. Data absorbansi larutan standar
35 0.465 0.477 0.483 0.475
glukosa dapat dilihat pada Tabel 1.
40 0.468 0.480 0.487 0.478
Tabel 1. Data Absorbansi Larutan Standar Glukosa
Konsentrasi Data pada Tabel 2 tersebut selanjutnya dibuat dalam
Absorbansi
(mg/mL) bentuk diagram batang, dimana kadar glukosa yang
0.1 0.539 dihasilkan dikonversikan dalam satuan persen (%) (kadar
0.2 0.649 glukosa dalam mg/mL dikalikan 100%). Diagram batang
0.3 0.712 kadar glukosa dalam variasi konsentrasi limbah padat
tapioka dapat dilihat pada Gambar 2.
0.4 0.798
0.5 0.877 0,6
Konsentrasi glukosa (%)
0,5
Data pada Tabel 1 selanjutnya dibuat kurva standar
seperti pada Gambar 1. 0,4
0,3 Pengamatan I
1
Pengamatan II
0,2
0,8 Pengamatan III
0,1
absorbansi
rata-rata
0,6 0
15 20 25 30 35 40
0,4
Konsentrasi onggok industri tapioka (%)
0,2
Gambar 2. Diagram Batang Kadar Glukosa Dalam
0 Variasi Konsentrasi Onggok Industri
0 0,2 0,4 0,6 Tapioka
Konsentrasi (mg/mL)
Data pada Tabel 2 tersebut selanjutnya juga
Gambar 1. Kurva Larutan Standar Glukosa
dianalisis menggunakan uji statistik, yaitu Anova satu
arah yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji
Kurva larutan standar glukosa yang dihasilkan anova, dan uji lanjutan (LSD). Data dikatakan normal
pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar
dan homogen jika memiliki nilai signifikan (Sig.) 0,05.
konsentrasi larutan standar maka semakin besar pula nilai Hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikan sebesar
absorbansinya, yang berarti semakin besar kadar 0.890 yaitu lebih dari 0.05, sehingga data yang diuji telah
glukosanya. Hal ini dapat dilihat dari persamaan garis berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas diperoleh
yang diperoleh, yaitu y = 0.8245x + 0.4675 dengan r2 = nilai signifikan sebesar 0.384 yaitu lebih dari 0.05,
116
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013
sehingga data yang diuji telah bersifat homogen. Data dihasilkan pada limbah padat tapioka konsentrasi 35%
yang telah berdistribusi normal dan homogen selanjutnya dengan kadar glukosa perolehan sebesar 47,5%.
dapat diuji dengan uji Anova satu arah. Hasil uji Anova
satu arah dapat dilihat pada Tabel 3. Uji Kadar Biohidrogen
Pada tahap ini onggok konsentrasi 35% yang
Tabel 3. Uji Anova Satu Arah Kadar Glukosa Dalam mempunyai kadar glukosa optimum digunakan sebagai
Variasi Konsentrasi Limbah Padat Tapioka sumber energi untuk menghasilkan biohidrogen. Glukosa
yang dihasilkan selanjutnya digunakan oleh Enterobacter
Jumlah Rata-rata aerogenes untuk diubah menjadi biohidrogen melalui
Df F Sig. proses fermentasi gelap. Urea ditambahkan pada proses
Kuadrat Kuadrat
Antar fermentasi sebagai nutrisi untuk Enterobacter aerogenes.
.283 5 .057 201.419 .000 Menurut Muhligan dan Gibbs (1999) bahwa nitrogen
Kelompok
Dalam diperlukan mikroba selama fase pertumbuhan, produksi,
.003 12 .000 dan stasioner [9]. Biohidrogen yang dihasilkan kemudian
Kelompok
Total .286 17 diuji kadarnya dengan menggunakan alat kromatografi
gas. Hasil dari pengukuran kadar biohidrogen dapat
Hasil uji Anova satu arah diperoleh harga signifikan dilihat pada Tabel 4.
(Sig.) kurang dari 0.05 yaitu 0.00, maka H0 ditolak dan
H1 diterima yang menyatakan ada pengaruh konsentrasi Tabel 4. Kadar Biohidrogen Dalam Variasi Konsentrasi
onggok industri tapioka terhadap kadar glukosa hasil Urea
hidrolisis enzimatis. Perbedaan yang signifikan dari
Kadar biohidrogen (%)
pengaruh variasi konsentrasi onggok industri tapioka Konsentrasi
terhadap kadar glukosa hasil hidrolisis enzimatis dapat urea (%) Penga Penga Penga
Rata-
diketahui melalui Post Hoc Test (uji LSD). matan matan matan
rata
Pada onggok konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30% dan 1 2 3
35% terjadi peningkatan kadar glukosa yang cukup besar, 1 1.9456 2.0127 1.9666 1.9750
hal ini sesuai dengan hasil uji LSD yang menunjukkan 2 2.4804 2.6611 2.5903 2.5773
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tiap 3 2.8348 2.9446 2.9198 2.8997
perlakuan. Pada onggok konsentrasi 35% dan 40% 4 2.7568 2.9021 2.8206 2.8265
peningkatan kadar glukosa yang dihasilkan sangat kecil, 5 2.6718 2.8348 2.7816 2.7627
hal ini juga sesuai dengan uji LSD dan notasi perbedaan
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
Data pada Tabel 4 selanjutnya dibuat diagram batang
signifikan pada perlakuan tersebut.
yang menujukkan kadar biohidrogen dalam variasi
Kecepatan reaksi enzimatis bergantung pada
konsentrasi urea. Diagram batang kadar biohidrogen
perbandingan konsentrasi enzim dan substrat. Kecepatan
dalam variasi konsentrasi urea dapat dilihat pada Gambar
maksimum reaksi enzimatis ditunjukkan dengan garis
3.
mendatar yang menggambarkan peningkatan kecepatan
reaksi yang rendah seiring dengan penambahan 3,5
Kadar Biohidrogen (%)
117
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013
Data pada Gambar 3 tersebut selanjutnya dianalisis Pada penambahan urea konsentrasi 1% dan 2% kadar
menggunakan uji statistik, yaitu Anova satu arah yang biohidrogen yang dihasilkan lebih rendah dari
meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji anova, dan uji penambahan urea konsentrasi 3%. Kadar biohidrogen
lanjutan (post hoc test). Data dikatakan normal dan yang rendah tersebut disebabkan belum terjadinya
homogen jika memiliki nilai signifikan (Sig.) 0,05. keseimbangan perbandingan antara kadar karbon dan
Hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikan sebesar nitrogennya sehingga menyebabkan bakteri kekurangan
0.875 yaitu lebih dari 0.05, sehingga data yang diuji telah asupan nitrogen dan berdampak terhadap pertumbuhan
berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai bakteri. Pada penambahan urea konsentrasi 3% kadar
signifikan sebesar 0.640 yaitu lebih dari 0.05, sehingga biohidrogen yang dihasilkan paling besar. Hal ini
data yang diuji telah bersifat homogen. Data yang telah menunjukkan bahwa pada konsentrasi urea 3% tersebut
berdistribusi normal dan homogen selanjutnya dapat diuji perbandingan karbon dan nitrogen sudah berada pada
dengan uji Anova satu arah. Hasil uji Anova satu arah komposisi yang tepat untuk pertumbuhan bakteri
dapat dilihat pada Tabel 5. Enterobacter aerogenes, sehingga penambahan urea
menyebabkan kadar nitrogen yang dapat diasup oleh
Tabel 5. Uji Anova Satu Arah Kadar Glukosa Dalam bakteri menjadi maksimal dan berakibat pada tingginya
Variasi Konsentrasi Urea kadar biohidrogen yang dihasilkan. Pada penambahan
Kuadrat Df Rata- F Sig urea konsentrasi 4% dan 5% kadar biohidrogen yang
Jumlah rata . dihasilkan mengalami penurunan. Rendahnya
Kuadrat perbandingan kadar karbon dan nitrogen tersebut karena
Antar 1.675 4 .419 83.777 .00 terjadi ketidakseimbangan perbandingan antara karbon
Kelompok 0
dan nitrogen, penambahan urea menyebabkan kadar
Dalam .050 10 .005
Kelompok nitrogen semakin besar sehingga perbandingan kadar
Total 1.725 14 karbon dan nitrogen semakin kecil. Perbandingan kadar
karbon dan nitrogen yang relatif kecil tidak baik untuk
Hasil uji Anova satu arah diperoleh harga signifikan proses pembentukan biogas karena akan meningkatkan
(Sig.) yang kurang dari 0.05 yaitu 0.00, maka H0 ditolak emisi nitrogen sebagai amonium yang dapat menghalangi
dan H1 diterima yang menyatakan ada pengaruh perkembangan bakteri [11]. Oleh karena itu, pada
konsentrasi urea terhadap kadar biohidrogen. Perbedaan penelitian ini konsentrasi urea 3% merupakan
yang signifikan dari pengaruh variasi konsentrasi urea penambahan nutrisi nitrogen terbaik untuk Enterobacter
terhadap kadar biohidrogen dapat diketahui melalui Post aerogenes dalam menghasilkan biohidrogen dengan kadar
Hoc Test (uji LSD). maksimal, yaitu sebesar 2,8997%.
Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan kadar biohidrogen pada penggunaan urea SIMPULAN
konsentrasi 1%, 2%, dan 3%, hal ini sesuai dengan hasil Berdasarkan analisis data dan uji statistik diperoleh
uji LSD yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai signifikansi untuk pengujian kadar glukosa dan
yang signifikan pada tiap perlakuan. Peningkatan kadar kadar biohidrogen dengan variasi konsentrasi onggok
biohidrogen tersebut terjadi karena kadar nitrogen pada industri tapioka dan urea adalah sebesar 0,000 (p < 0,05),
tiap perlakuan mengalami peningkatan sehingga bakteri sehingga dapat disimpulkan bahwa:
Enterobacter aerogenes tercukupi kebutuhan nitrogennya 1. Ada pengaruh konsentrasi onggok industri tapioka
akibatnya biohidrogen juga semakin banyak. Pada terhadap kadar glukosa hasil hidrolisis enzimatis.
Kadar glukosa optimum dihasilkan pada
penggunaan urea konsentrasi 4% dan 5% terjadi
penggunaan onggok industri tapioka konsentrasi
penurunan kadar biohidrogen, hal ini juga sesuai dengan 35%, yakni sebesar 47,5%.
uji LSD yang menunjukkan bahwa tidak terdapat 2. Ada pengaruh konsentrasi urea terhadap kadar
perbedaan yang signifikan pada perlakuan tersebut. biohidrogen hasil proses fermentasi gelap dari
Penurunan kadar biohidrogen tersebut terjadi karena hidrolisat onggok industri tapioka. Kadar
perbandingan nitrogen dan karbon pada tiap perlakuan biohidrogen optimum dihasilkan pada penggunaan
semakin tidak seimbang (lebih banyak kandungan urea konsentrasi 3%, yakni sebesar 2,8997%.
karbonnya) sehingga bakteri Enterobacter aerogenes
kekurangan sumber nitrogen akibatnya kadar biohidrogen SARAN
yang dihasilkan menurun. Anunputtikul (2004) 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang
menyatakan bahwa kurangnya elemen khusus yang penentuan kadar glukosa total dari onggok industri
diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme akan tapioka untuk meningkatkan efisiensi dalam
membatasi produksi biogas tersebut [11]. menghasilkan glukosa.
118
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 3 September 2013
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang Surabaya: Jurusan Kimia, Universitas Negeri
penentuan fase pertumbuhan Enterobacter Surabaya.
aerogenes agar dapat diketahui fase yang tepat 11. Khaerunnisa, Gita dan Ika Rahmawati. 2013.
untuk menghasilkan kadar biohidrogen secara
Pengaruh pH dan Rasio COD:N Terhadap Produksi
maksimal.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang Biogas Dengan Bahan Baku Limbah Industri Alkohol
penggunaan bakteri penghasil biohidrogen lain (Vinasse). Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2/31-
untuk menghasilkan kadar biohidrogen yang 7. Semarang: Universitas Diponegoro.
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahman, Mahyudin Abdul dan Koesnandar. 2006.
Biohydrogen Production: Prospect and Limitations to
Practical Application. Akta Kimindo Vol. 1 No. 2
April: 73-78.
2. _______. 2011. Hingga 2030, Permintaan Energi
Dunia Meningkat 45%.
http://www.esdm.go.id/berita/37-umum/2133-hingga-
2030-permintaan-energi-dunia-meningkat-45.html.
Diakses pada 28 Januari 2013.
3. Rahman, Mahyudin Abdul dan Eniya Dewi. 2009.
Inovasi Teknologi Biohidrogen Dari Limbah
Biomassa Ke Energi Listrik Dengan Teknologi Fuel-
Cell. Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 10 No. 3 Hal.
319-327.
4. Trisakti, Bambang, dkk. 2012. Perancangan Awal
Pabrik Biohidrogen Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit Dengan Fermentasi Anaerobik Pada Kondisi
Termofilik. Jurnal Teknik Kimia Universitas
Sumatera Utara Vol. 1 No. 1.
5. Yokoyama, Shinta et al. 2008. The Asian Biomass
Handbook. Japan: The Japan Institute of Energy.
6. Winarno. 1984. Limbah Pertanian. Jakarta:
Departemen Perindustrian.
7. Agustini, Rudiana, dkk. 2009. Pengembangan Biofuel
Ramah Lingkungan Dengan Memanfaatkan Biomassa
Limbah Organik Beserta Aplikasinya Dalam Proses
Hydrocacking Dan Hydrotreating Petroleum.
Laporan penelitian tidak dipublikasikan. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
8. Laga, Amran. 2008. Pengaruh Konsentrasi Substrat
Hidrolisat Tapioka Dan Akseptor Minimal Pada
Pembentukan Siklodekstrin. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan Vol. XIX No. 2.
9. Widyastuti, Etty Tri. 2011. Produksi Biohidrogen
Menggunakan Sorgum Manis (Sorghum Bicolor (L.)
Moench) Oleh Enterobacter Aerogenes ADH-43 Pada
Reaktor Packed-Bed. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
10. Prasetyowati, Wahyu. 2011. Pengaruh Konsentrasi
Enzim Dan Lama Inkubasi Terhadap Produksi Bio-H2
Pada Proses Degradasi Limbah Padat Industri
Tapioka (Onggok). Skripsi yang tidak dipublikasikan.
119