Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Drug Related Problem

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

DRUG RELATED PROBLEM (DRP)

Nama Lengkap : Lufi Nur Ruddin


NIM : D1A140975

Analisa Resep 2

Tanggal: 12 Agustus 2017

R/ Captopril 25 XLV
S 3 dd 1
R/ HCT XV
S 1-0-0
R/ Bisoprolol 5 XV
S 1 dd 1
R/ ISDN 5 XV
S 1 dd 1 SL bila nyeri dada
R/ B1 XLV
S 3 dd 1
R/ Meloxicam 15 XV
S 2 dd 1
R/ Antasida Fl. I
S 4 dd C

Pro : Ny. N (61 Th)

A. Klasifikasi DRP
1. Ananmnesa
Pasien mengeluh nyeri dada, tekanan darah tinggi, sering tremor, dan
pegal-pegal pada sekujur badan.
2. Analisa
Dalam kasus ini pasien menerima 7 item obat dalam sekali waktu
konsumsi. 7 item obat tersebut yaitu :
a. Captopril: antihipertensi golongan inhibitor enzim pengkonversi
angiotensin (ACEI),
b. hidroklorotiazid (HCT) yang merupakan diuretik golongan tiazid.
c. Bisoprolol, suatu agen antihipertensi golongan pemblok yang
kardioselektif
d. Isosorbid dinitrat (ISDN), antiangina golongan nitrat
e. Tiamin (vitamin B1), untuk terapi defisiensi vitamin B1
f. Meloksikam, obat antiinflamasi nonsteroid, yang memiliki sifat
antinyeri
g. Antasida, untuk menetralkan asam lambung.
2.1. Indikasi yang tidak ditangani (Untreated indication)
Dengan memperhatikan keluhan yang disampaikan oleh pasien dan
obat-obat yang diresepkan oleh dokter dapat diduga pemberian captopril,
HCT, bisoprolol, dan ISDN berhubungan dengan hipertensi dan keluhan
nyeri dada. Nyeri dada, sering menjadi indikasi adanya gangguan jantung.
Meski tidak semua nyeri dada diakibatkan oleh kelainan jantung.
Meloksikam dan vitamin B1 ditujukan untuk mengatasi keluhan nyeri
badan. Jadi, kemungkinan indikasi yang tidak ditangani dalam kasus ini
tidak terdapat semuanya sudah ditangani.
2.2. Pilihan obat yang kurang tepat (Improrer drug selection)
Pasien tidak secara langsung mengeluhkan kondisi yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung, namun dokter meresepkan antasida, hal
ini mungkin ditujukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya iritasi
lambung yang dapat memicu peningkatan asam lambung.
2.3. Penggunaan obat tanpa indikasi (Drug use whithout indication)
Jika benar, keluhan nyeri dada pada kasus ini berhubungan dengan
gangguan system jantung seperti halnya angina, maka pemilihan
kombinasi antihipertensi berupa captopril (ACE inhibitor), HCT (diuretik
tiazid), dan bisoprolol (-bloker kardioselektif) relative merupakan pilihan
yang tepat. Kombinasi tersebut sebagaimana disarankan oleh JNC7.
Kecuali pasien tersebut memiliki riwayat infark myokardiak, penggunaan
diuretik tidak disarankan.
Disamping diagnose penyerta dalam kasus hipertensi ini yang harus
menjadi dasar pemilihan terapi, faktor usia juga harus dipertimbangkan.
Dalam hal ini, pasien telah cukup lanjut usia, yaitu 61 tahun.
Pasien tidak secara langsung mengeluhkan kondisi yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung, namun dokter meresepkan antasida, hal
ini mungkin ditujukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya iritasi
lambung yang dapat memicu peningkatan asam lambung.
2.4. Dosis terlalu kecil
Dosis captopril, pasien menerima captopril 75 mg/hr dalam dosis
terbagi tiga, maka dosis tersebut masih dapat diterima sebagai dosis aman.
Begitu pun dengan HCT satu kali sehari pada pagi hari, merupakan
dosis yang lazim. Dalam hal ini perlu diingatkan pada pasien, agar jangan
sampai mengkonsumsi HCT ini pada waktu sore atau malam hari, karena
dapat menimbulkan efek diuresis nokturnal, yang akan sangat
mengganggu waktu istirahat pasien pada malam hari. Bisoprolol 5 mg satu
kali sehari juga merupakan dosis aman. Namun pasien harus diingatkan
untuk tidak menghentikan penggunaan obat ini secara mendadak, karena
dapat menyebabkan kambuhan hipertensi. (Dipiro; 221).
Pemberian ISDN yang bersifat insidental, yaitu saat terjadi gejala
sesak nafas secara sublingual cukup tepat. Pemberian secara sublingual
dapat memberikan efek yang lebih cepat daripada secara oral. ISDN akan
dengan cepat mengakhiri serangan angina akut yang ditandai gejala sesak
nafas dan nyeri dada. Terapi captopril akan membantu mencegah serangan
angina yang berulang. Pasien yang menjalani terapi ISDN juga harus
diapantau konsentrasi kreatinin serumnya, terutama pada pasien-pasien
yang terindikasi mengalami kerusakan ginjal.
Peresepan vitamin B1, kemungkinan berhubungan dengan
penanganan keluhan tremor dan salah satu efek obat (bisoprolol).
2.5. Dosis terlalu besar
Meloksikam diberikan untuk mengobati rasa nyeri. Meloksikam
merupakan salah satu anti inflamasi nonsteroid yang relative selektif pada
COX-2. Sehingga obat ini relative aman terhadap lambung. Namun harus
diwaspadai efeknya terhadap ginjal. (Dipiro; 688, 916)
Dosis meloksikam yang diresepkan tampaknya berlebih. Pada kasus nyeri
osteoarthritis meloksikam hanya digunakan untuk terapi jangka pendek,
kecuali pada penanganan rheumatoid arthritis dapat digunakan sebagai
terapi jangka panjang. Dosis yang dianjurkan hanya 7,5 mg/hari,
maksimum 15 mg/hari. Apalagi dalam kasus ini pasien telah lanjut usia,
dosis yang disarankan hanya 7,5 mg/hari. Sedangkan pada resep tersebut
dokter menuliskan 2 kali sehari masing-masing 15 mg, atau 30 mg/hari.
BNF maupun Pharmacotherapy-Dipiro menyebutkan bahwa pemberian
meloksikam hanya sekali sehari. (BNF 57; 552, 559)
2.6. Reaksi obat yang tidak dihendaki
Faktor usia lanjut sangat memungkinkan terjadinya pengaruh
hipertensi terhadap kerusakan berbagai organ seperti jantung, hati, ginjal,
dan otak. Sehingga pemilihan terapinya harus benar-benar diperhatikan.
2.7. Interaksi obat
Pemberian antasida tampaknya kurang signifikan. Pasien tidak
mengeluhkan gejala yang menunjukan adanya kelebihan asam lambung
sehingga perlu mengkonsumsi antasida. Meskipun antasida ini hanya
bekerja secara local pada lambung, namun tetap perlu diwaspadai
interaksinya.
Interaksi mungkin terjadi dengan captopril, dimana absorpsi captopril
dapat terhambat, yang mengakibatkan bioavailabilitasnya rendah, dan
konsentrasi efektif minimumnya dalam darah tak tercapai, sehingga terapi
yang optimum juga tidak tercapai. Disamping itu, akumulasi kation Mg2+
dan Al3+ sangat mungkin berikatan dengan senyawa-senyawa phosphate,
sehingga absorpsi phophat menurun dan mengakibatkan
hipophosphatemia. Terlebih pasien juga mengkonsumsi diuretik, yang
akan meningkatkan aktivitas urinari, yang dapat semakin meningkatkan
resiko hypophosphatemia (Dipiro; 996).
Penggunaan beberapa item obat secara bersamaan, sangat
memungkinkan terjadinya interaksi. Interaksi yang mungkin terjadi :
a. Captopril dapat berinteraksi dengan antasida.
b. Antasida dapat menurunkan absorpsi captopril, sehingga antasida
dan captopril tidak boleh dikonsumsi bersamaan. Harus ada jarak waktu
yang cukup antara saat konsumsi antasida dan captopril, sehingga interaksi
keduanya dapat dihindarkan.
c. ISDN, meningkatkan efek hipotensif dari captopril, dan bisoprolol.
Efek hipotensif ISDN diantagonis oleh AINS (meloksikam) (BN7 57;
Appendix).
2.8. Gagal menerima obat
-
3. Saran
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka diatas, maka:
a. Dosis meloksikam sebaiknya dikurangi, yaitu hanya 7,5 mg/hari,
mengingat pasien telah lanjut usia, kemungkinan resiko reaksi obat
merugikannya akan meningkat yang berupa kerusakan atau penurunan
fungsi ginjal. Begitu pun dengan lama terapinya sebaiknya dibatasi.
Sampaikan pada pasien untuk segera menghentikan konsumsi
meloksikam ini bila gejala nyeri pada badan telah mereda.
b. Saat pasien merasa nyeri dada, dan menggunakan ISDN, hindari
mengkonsumsi meloksikam juga, karena meloksikam dapat
mengantagonis kerja ISDN
c. Antasida sebaiknya tidak digunakan

Anda mungkin juga menyukai