Geologi Daerah Kalimantan Selatan
Geologi Daerah Kalimantan Selatan
Geologi Daerah Kalimantan Selatan
1. Fisiografi Regional
Di Pulau Kalimantan Selatan memiliki beberapa sungai besar, diantaranya Sungai Barito, Sungai Negara dan
Sungai Kahayan. Sungai Barito merupakan sungai terbesar kedua di Pulau Kalimantan. Sungai Barito ini
berhulu di Pegunungan Muller dan menghasilkan Cekungan Barito yang dibatasi oleh Pegunungan Meratus
pada bagian timur. Pegunungan Meratus merupakan jejak adanya kegiatan subduksi pada umur Kapur
(Rotinsulu dkk., 2006).
Cekungan yang terdapat di Kalimantan Selatan yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam. Cekungan-
cekungan ini dipisahkan oleh Pegunungan Meratus. Pada bagian utara berbatasan dengan Cekungan Kutai
yang dipisahkan oleh Sesar Adang. Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam merupakan satu cekungan
yang sama, hingga pada Miosen Awal terjadi pengangkatan Pegunungan Meratus yang menyebabkan
terpisahnya kedua cekungan tersebut.
Stratigrafi daerah Kalimantan Seltan disusun oleh beberapa formasi yang diurutkan dari muda ke tua sebagai
berikut,
Struktur geologi yang terdapat di daerah ini adalah antiklin, sinklin, sesar naik, sesar mendatar dan sesar
normal. Sumbu lipatan umumnya berarah timurlaut-baratdaya dan umumnya sejajar dengan arah sesar
normal.
Kegiatan tektonik daerah ini diduga telah berlangsung sejak Zaman Jura, yang menyebabkan bercampurnya
batuan ultramafic dan batuan malihan. Pada Zaman Kapur Awal atau sebelumnya terjadi penerobosan granit
dan diorit yang menerobos batuan ultramafic dan batuan malihan. Pada akhir Kapur Awal terbentuk
Kelompok Alino yang sebagian merupakan olistostrom, diselingi dengan kegiatan gunungapi Kelompok
Pitanak. Pada awal Kapur kegiatan tektonik menyebabkan tersesarkannya batuan ultramafic dan malihan ke
atas Kelompok Alino. Pada Kala Paleosen kegiatan tektonik menyebabkan terangkatnya batuan Mesozoikum,
disertai penerobosan batuan andesit porfiri. Pada awal Eosen terendapkan Formasi Tanjung dalam lingkungan
paralas (Sikumbang dan Heryanto, 2009). Pada saat bersamaan Kompleks Meratus telah ada, namun hanya
berupa daerah yang sedikit lebih tinggi di bagian cekungan dan diendapkan berupa lapisan sedimen yang lebih
tipis dari daerah sekitarnya (Hamilton, 1979). Pada Kala Oligosen terjadi genang laut yang membentuk
Formasi Berai. Kemudian pada Kala Miosen terjadi susut laut yang membentuk Formasi Warukin (Sikumbang
dan Heryanto, 2009).
Gerakan tektonik yang terakhir terjadi pada Kala Miosen yang menyebabkan batuan yang tua terangkat
membentuk Tinggian Meratus dan melipat kuat batuan Tersier dan Pra-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah
pensesaran naik dan geser yang diikuti sesar normal dan pembentukan Formasi Dahor pada Kala Pliosen
(Sikumbang dan Heryanto, 2009).
Di Kalimantan Selatan terdapat dua cekungan besar, yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam. Dua
cekungan ini dibatasi oleh Pegunungan Meratus yang melintang dari utara ke baratdaya.
Regim struktur yang terjadi di Cekungan Barito adalah regim transpression dan transtension. Struktur yang
didapati adalah lipatan yang berarah utara timurlaut selatan baratdaya (NNE SSW) pada bagian utara
cekungan. Sedangkan pada Pegunungan Meratus terdapat sesar-sesar yang membawa basement. Sesar-sesar
ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.
Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di Pegunungan Meratus yaitu di bagian utara pegunungan berarah
utara timurlaut selatan baratdaya (NNE SSW) dan yang berada di bagian selatan berarah utara selatan.
Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan beberapa sinklin. Sesar-sesar naik banyak terdapat pada
daerah Pegunungan Meratus dengan arah umum utara timurlaut selatan baratdaya (NNE SSW). Sesar-
sesar mendatar juga banyak ditemui di Pegunungan Meratus, umumnya tidak terlalu panjang, berbeda
dengan sesar naik yang memiliki kemenerusan yang panjang. Sesar mendatar umumnya berupa sesar mengiri
dan berarath baratlaut tenggara (Satyana, 2000).