BAB II Silo
BAB II Silo
BAB II Silo
LANDASAN TEORI
Gambar 2.1 Peta Geologi Lembar Kotabaru, E. Rustandi, E.S. Nila, P. Sanyoto
dan U. Margono Tahun 1995
Hanya dua dataran, yaitu Dataran Rendah Barat sebagai kelanjutan rawa-
rawa Kalimantan Tengah dan Dataran Rendah Timur, di antara mana terdapat
satuan tertua terdiri dari formasi BATUAN BANCUH, satuan ini tersusun atas
greywacke, rijang radiolarian, diabas dan basal. Bersentuhan sesar dengan batuan
terkersikkan berwarna putih kemerahan, berbutir halus dan padu, dengan sisipan
rijang radiolarian. Satuan ini bersentuhan sesar dengan batuan ultramafic dan
Formasi Pitap serta tertindih tak selaras oleh Formasi Tanjung. Umurnya di duga
Jura.
gabbro, basal dan piroksinit yang telah terserpentinitkan. Juga dijumpai mikrodiorit
Pitap. Diduga berumur 91 juta tahun lalu berdasarkan kesamaan dengan batuan
mengandung fosil Orbitolina cf. oculata, Orbitolina sp., dan Orbitolina primitip.
Berumur Aptian – Albian dan terendapkan di lingkungan litoral dan laut dangkal.
ultramafic, rijang, batugamping, gabbro dan diabas. Formasi ini diduga berumur
Kapur Akhir dan terendapkan di lingkungan laut dangkal. Tebal satuan ini antara
ANGGOTA PAAU; terdiri atas basal amygdaloidal, breksi gunung api, tufa
kaca, tufa hablur sela dan basal porfiri. Anggota Paau menjemari dengan Formasi
Manunggal dan di korelasikan dengan fasies gunung api. Umurnya Kapur Akhir.
Formasi Manunggul dapat dibagi menjadi fasies sedimen dan fasies gunung api.
Formasi ini diendapkan di lingkungan laut dangkal dan menjemari dengan Formasi
FORMASI HARUYAN; terdiri atas lava basal, breksi dan tufa. Komponen
breksi terdiri atas basal, rijang, batulanau dan greywacke. Formasi Haruyan
terdiri dari konglomerat dan batupasir dengan sisipan batulempung, serpih dan
batubara, sedangkan bagian atas terdiri dari batupasir dan batulempung dengan
lingkungan fluviatile di bagian bawah dan beralih ke delta di bagian atas. Tebal
satuan diperkirakan 1500 meter. Formasi Tanjung menindih tak selaras Formasi
sp. Berumur Oligosen – Miosen Awal dan lingkungan pengendapan neritic. Tebal
satuan ini antara 500 – 700 meter. Lokasi tipenya di Desa Pamaluan, Kalimantan
Timur.
Pelatispira sp., dan Nummulites sp. Menunjukkan umur Oligosen – Miosen Awal
dan terendapkan di lingkungan neritic. Tebal satuan antara 500 – 1500 meter.
Formasi Berai menjemari dengan Formasi Pamaluan dan menindih selaras Formasi
terendapkan pada lingkungan litoral hingga paralis dengan tebal 250 – 750 meter.
Formasi ini mengandung fosil Miogypsina sp., Cycloclypeus sp., dan Lepidocyclina
cf. sumatrensis yang berumur Miosen Tengah – Akhir serta menindih selaras
bersisipan lempung, lignit, limonit, kerakal kuarsa dan basal. Formasi Dahor
lembar samarinda satuan berumur Pliosen – Plistosen dengan ciri – ciri litologi
serupa disebut Formasi Kampung Baru dan menindih tidak selaras Formasi
Warukin.
ALLUVIUM; terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur.
Struktur geologi yang terdapat di lembar Kotabaru adalah lipatan dan sesar.
Sumbu lipatannya umumnya berarah barat daya – timur laut dan utara – selatan dan
sejajar dengan arah sesar normal, sedangkan sesar mendatar umumnya berarah
Kegiatan tektonik di daerah ini diduga berlangsung sejak jaman Jura yang
garnet amfibolit (Mm) dan batupasir terkersikkan (Mr). Genang laut dan kegiatan
gunung api terjadi pada Kapur Akhir bagian awal yang menghasilkan Formasi Pitap
(Ksp), Formasi Manunggal (Km), Formasi Haruyan (Kvh) dan Formasi Paau (Kvp).
Pada Kapur Akhir bagian akhir terjadi kegiatan magma yang menghasilkan
terobosan diorite (Kdi). Diorite ini menerobos batuan alas Formasi Pitap dan batuan
- batuan yang lebih tua. Pengangkatan dan pendaratan terjadi pada Awal Paleosen
- Eosen yang diikuti pengendapan Formasi Tanjung (Tet) bagian bawah, sedangkan
biasanya terdiri dari lebih besar dari 90% mafik mineral (berwarna gelap, tinggi
klasifikasi untuk batuan ultramafik (Gambar 1). Di mana dalam klasifikasi ini
Dunit
kasar atau phaneritic. Batuan beku ultramafic dikenal juga dengan ultrabasic.
Kandungan silikanya rendah (kurang dari 45%) dan lebih banyak mineral mafic
(mineral berwarna gelap kaya magnesium dan besi). Batuan ultramafic umumnya
bawah permukaan hingga setebal ratusan mil ke dalam perut bumi, muncul ke
geologis cukup tua, seperti Karangsambung dan Bayat di Jawa Tengah, Sulawesi
mengurangi perubahan iklim global melalui batu dipercepat pelapukan. Hal ini akan
melibatkan penyebaran jumlah besar dunit ditumbuk halus di daerah tropis dikenal
Piroksenit
Orthopiroksenit : bronzitit
Klinopiroksenit : diopsidit, diallagit.
Piroksen peridotit adalah salah satu dari banyaknya batuan ultramafik yang
kedalam:
3 tipe utama :
fakta yang jelas pada lokasi ini batuan batuan ultramafik menembus sisa
dari mineral –mineral mafik yang berat selama masa kristalisasi batuan
sabuk – sabuk orogen (ural area, Himalaya, New Zealand, New Caledonia,
Sulawesi, etc).
Peridotit
Batuan ini mengandung kurang dari 45% silika, kaya akan magnesium,
yang mencerminkan proporsi tinggi olivin yang kaya magnesium, zat besi yang
cukup. Peridotit adalah batuan beku ultra basa plutonik yang terjadi akibat dari
permukaan bumi. Dapat diketahui apabila peridotit adalah batuan plutonik yaitu
dari ukuran kristalnya yang besar-besar. Batu ini berwarna gelap agak kehijauan
karena Olivin sebagai mineral mayoritas yang menyusun batuan ini. Kunci untuk
komposisi antara mineral Olivin dan Piroksen pada batuan tersebut adalah sekitar
70% : 30%. Apabila kandungan Olivinnya > 90% maka batuan itu sudah
induk bijih nikel. Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai
kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal
mineral olivin dan piroksin. Berdasarkan sifatnya yang fleksibel, tidak berubah bila
mempertahankan sifat- sifat aslinya pada suhu ekstrim, nikel banyak digunakan
dalam sektor industri. Sekitar 70% dari produksi nikel digunakan untuk produksi
stainless steel.