Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Text

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

A.

GEOLOGI REGIONAL
1. Fisiografi
Secara fisiografi, menurut van Bemmelen (1949) Jawa Tengah dibagi menjadi 7
satuan fisiografi, yaitu : Pegunungan Selatan, Busur Vulkanik Kuarter, Zona Pusat
Depresi Jawa, Zona Kendeng, Zona Depresi Randublatung, Zona Rembang dan
Madura, dan Dataran Aluvial Utara Jawa.

Gambar 1. Peta Fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)

2. Stratigrafi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Banjarnegara-Pekalongan (W.H. Condon,


L.Pardyanto, K.B. Ketner, T.C. Amin, S. Gafoer dan H. Samodra, 1996), diketahui
susunan stratigrafi regional dari tertua hingga termuda yang berada dilokasi penelitian
adalah sebagai berikut:

1. Batuan Terobosan
Batuan terobosan yang terdapat di daerah penelitian yaitu; Batuan Intrusi
(Tm): batuan bersusunan diorit meliputi variasi tak teruraikan (Tmi), karsanit
(Tmk), diorit atau diorit porfiri (Tmd), gabbro atau porfiri gabbro (Tmpi) dan
spesartit (Tmsi). Diorit (Tpd): batuan bersusunan diorit.
2. Batuan Terbreksikan (KTm):
Fragmen batuan sedimen dan batuan gunungapi teralterasi, granit, porfiri
plagioklas - kuarsa, gabbro, amfibolit, serpentinit dan tufa. Terbreksikan,
tercampur aduk secara tektonik dan tersesarkan secara massa di atas batuan
sedimen berumur Kapur. Sebagian granit dan porfiri diduga berasal dari batuan
beku dan sebagian lagi berasal dari tufa terkersikkan dan batuan sedimen yang
terkena proses metamorfosis.
3. Greywacke (KTs):
Greywacke dan konglomerat. Greywacke terdapat sebagai bongkahan atau
boundary tektonik, berbutir halus - kasar, berwarna kelabu tua kehijauan, graded
bedding, tersusun dari kuarsa, feldspar, kalsit, gelas dan kepingan batuan,
setempat bentuk boudin, di banyak tempat merupakan kepingan dalam matriks
yang menyerpih. Konglomerat polimik. Terendapkan dalam palung yang
mengalami penurunan cepat, bersama dengan batulempung berwarna hitam,
batulanau dan batulumpur sebagai sedimen turbidit. Umur Kapur Akhir -
Paleosen.
4. Basa dan Ultrabasa (KTog):
Gabbro, amfibolit, basal dan serpetinit. Gabbro berwarna hijau muda,
tersingkap di antara napal, setempat batas keduanya jelas, terdapat sebagai
boundari tektonik di dalam kompleks Lok Ulo. Basal berupa lava bantal,
teralterasi. Berbatasan dengan basal umumnya berupa sedimen tufaan dan tufa.
Serpentinit sebagai sisipan di dalam gabbro dan basal, terdapat sentuhan dengan
sekis atau berbentuk lensa, terbreksikan. Umur Kapur Awal.
5. Batuan Tektonit
Kompleks Luk Ulo (KTl): merupakan melange yang terdiri dari berbagai
bongkahan yang tercampur secara tektonik dalam matriks serpih dan batulanau
gelap yang terkoyakkan. Ukuran bongkah tak seragam dan tersusun dari basal,
rijang hitam dan merah, batuan beku basa dan ultrabasa, sekis dan phyllite,
greywacke, granit, tufa tersilisifikasi, batugamping merah dan kelabu. Umumnya
bongkahan berbentuk lonjong. Setiap batas litologi merupakan sentuhan tektonik.
Rijang memanjang searah perlapisan, berselingan dengan batulempung merah,
terlipat kuat. Di beberapa tempat terdapat tanda - tanda pelongsoran.
Batugamping merah mengandung radiolaria yang berumur Kapur. Batugamping
merah dan rijang mungkin terendapkan secara biogen di lingkungan laut dalam.
Basal umumnya menjemari dengan rijang dan terdapat sebagai boundary tektonik.
Granit dan kuarsa porfiri diduga berasal dari batuan beku. Di bagian yang
dikuasai matriks bongkahan membentuk struktur seperti ikan. Ke arah utara
matriks lebih menonjol. Umur Kapur Akhir - Paleosen.
6. Batugamping Terumbu (Teol):
Batugamping bioklastika, melensa, fosil foraminifera besar dan kecil
melimpah, koral dan ganggang merah. Kandungan fosil menunjukkan umur
Oligosen - Eosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut pada daerah dengan arus
tenang. Batuan ini diduga berupa olistolit yang terpindahkan akibat pelongsoran
dalam laut. Satuan batuan diperkirakan menjemari dengan bagian bawah formasi
Totogan dan menindih tak selaras batuan tektonit.
7. Formasi Totogan (Tomt):
Breksi, batulempung, napal, batupasir, konglomerat dan tufa. Bagian
bawah satuan terdiri dari perselingan tak teratur breksi, batulempung tufaan, napal
dan konglomerat, setempat sisipan batupasir. Breksi polimik, fragmen berupa
batulempung, slate, batupasir, batugamping fosilan, basal, sekis, granit, kuarsa dan
rijang radiolaria; matriks batulempung tufaan, gampingan, napal berwarna merah,
coklat dan ungu; semen kalsium karbonat. Ke arah atas perlapisan fragmen atau
komponen breksi dan batupasir searah perlapisan. Konglomerat berfragmen basal,
sortasi buruk, merupakan sisipan dalam breksi. Bagian atas lapisan berupa
perselingan batulempung, batupasir dan tufa; berlapis baik; dijumpai kepingan
kuarsa. Selain fosil foraminifera plankton yang menunjukkan kisaran umur
Oligosen sampai Miosen Awal ditemukan pula Uvigerina sp. dan Gyroidina sp.
Lingkungan pengendapan pada daerah batial atas. Perlapisan batuan secara
keseluruhan merupakan endapan olistostrom. Tebal satuan sekitar 150 meter yang
menipis ke arah selatan. Formasi ini ditindih tak selaras oleh formasi Penosogan
dan formasi Rambatan serta bagian bawahnya menjemari dengan bagian atas satuan
Batugamping Terumbu.
8. Anggota Sigugur Formasi Rambatan (Tmrs):
Batugamping terumbu yang mengandung fosil foraminifera besar yaitu;
Eulepidina, Miogypsina, Spiroclypeus. Tebal satuan beberapa ratus meter.
9. Formasi Rambatan (Tmr):
Serpih, napal dan batupasir gampingan. Mengandung foraminifera kecil
dengan tebal lebih dari 300 meter.
10. Anggota Tufa Formasi Waturanda (Tmwt):
Perselingan tufa kaca, tufa hablur, batupasir gampingan dan napal tufaan.
Padat, berlapis baik dengan tebal perlapisan 2 - 80 cm, rekahan terisi kalsit. Tufa
tersusun atas feldspar, kaca, kuarsa dan mineral bijih. Batupasir gampingan tebal
sekitar 4 - 15 meter. Mengandung foraminifera plankton yang menunjukkan umur
Miosen Awal. Lingkungan pengendapan pada daerah batial atas dengan tebal
satuan beberapa meter hingga 200 meter. Satuan ini menindih selaras formasi
Totogan dan merupakan bagian bawah formasi Waturanda.
11. Formasi Waturanda (Tmw):
Batupasir, breksi, konglomerat, lahar dan sisipan batulempung. Batupasir
greywacke dengan komponen bersusunan andesit dan basal, dominan piroksin,
kasar - kerikilan, sortasi buruk, subrounded, porositas sedang, pejal - berlapis, tebal
lapisan 2 - 100 cm. Ke bagian lebih atas lapisan breksi gunungapi bersisipan
batupasir greywacke, tufa gampingan, batulempung, konglomerat dan lahar. Breksi
polimik berkomponen andesit dan basal, ukuran fragmen sekitar 30 cm, matriks
batupasir dan tufa, mengkasar ke atas. Sisipan batupasir greywacke, tebal 50 - 200
cm, sedang - sangat kasar, komposisi mineral plagioklas, piroksin, gelas dan
mineral bijih. Batulempung mengandung foraminifera kecil berumur Miosen Awal
- Tengah. Struktur sedimen berupa gradded bedding, paralel laminasi dan
convolute. Lingkungan pengendapan laut dalam dengan sebagian batuan
terendapkan oleh arus turbidit. Satuan batuan ini ditindih selaras oleh formasi
Penosogan dan menindih selaras atau sebagian menjemari dengan formasi Totogan.
12. Formasi Penosogan (Tmp):
Perselingan konglomerat, batupasir, batulempung, napal, tufa dan riolit yang
berlapis baik. Bagian bawah satuan berupa konglomerat polimik yang kearah atas
lapisan berangsur menghilang, tersusun dari kuarsa, kepingan batugamping
kalkarenit yang mengandung Lepidocyclina. Batupasir dengan komponen utama
kuarsa sedikit biotit, turmalin, rutil dan mineral berat lainnya, sortasi jelek,
setempat gampingan dan kerikilan. Ke arah atas lapisan umumnya berangsur
menjadi batulanau, berlapis tipis dan pejal. Struktur sedimen berupa graded
bedding. Lapisan batuan ini hasil endapan arus turbidit. Bagian tengah formasi
tersusun dari batulempung, napal dan kalkerinit dengan sisipan tufa, batulempung
gampingan dan napalan. Kalkarenit berupa kepingan cangkang foraminifera dan
koral, angular - subrounded, sortasi buruk, semen berupa kalsit. Sisipan batupasir
kasar masih nampak yang semakin ke atas makin tipis. Lebih ke arah puncak napal
dan napal tufaan yang mengandung Globigerina, Globoquadrina, Orbulina dan
foraminifera besar. Sisipan tufa bersusunan dasit, riolit dan gelas mulai ada.
Struktur sedimen berupa ripple mark, mudcrack, gradded bedding, bioturbation,
paralel laminasi dan flute cast menunjukkan kesan akan lingkungan pengendapan
air dangkal atau mungkin daerah pasang surut. Bagian atas satuan tersusun dari
perselingan tufa dengan napal tufaan. Tufa kaca berlapis dengan tebal 5-10 meter
dan menipis ke arah puncak. Umur satuan dianggap Miosen Tengah dengan tebal
mencapai 1146 meter. Formasi ini menindih selaras formasi Waturanda dan ditindih
selaras oleh formasi Halang.
13. Formasi Halang (Tmph):
Batupasir tufaan, konglomerat, napal dan batulempung. Bagian bawah berupa
breksi andesit. Lapisan bagian atas mengandung fosil Globigerina dan foraminifera
kecil lainnya. Umur Miosen Tengah - Pliosen Awal dengan tebal maksimal 700
meter dan menipis ke arah timur. Breksi andesit ketebalannya bervariasi dari 200
meter di selatan sampai 500 meter di sebelah utara. Bagian atas lapisan tak
mengandung rombakan berbutir kasar. Diendapkan sebagai sedimen turbidit pada
zona batial atas.
14. Formasi Kumbang (Tmpk):
lava andesit dan basal, breksi, tufa, setempat breksi batuapung dan tufa
pasiran serta sisipan napal. Lava sebagian besar mengaca. Napal mengandung
Globigerina. Umur Miosen Tengah - Pliosen Awal dengan tebal sekitar 2000 meter
dan menipis ke arah utara. Formasi ini menjemari dengan formasi Halang.
15. Formasi Peniron (Tpp):
Breksi dengan sisipan tufa, setempat mengandung sisa tumbuhan dan
tersilisifikasi. Breksi polimik dengan fragmen andesit piroksin, batulempung dan
batugamping, matriks berupa batupasir lempungan dan tufaan. Bersisipan batupasir,
tufa dan napal. Ke arah atas ukuran fragmen mengecil. Setempat ditemukan sisa
tumbuhan. Tufa agak lapuk berukuran lanau sampai pasir sedang, sortasi sedang,
tebal lapisan sekitar 20 cm. Satuan berupa lapisan turbidit yang terendapkan di
daerah kipas atas bawah laut. Umur formasi diduga Pliosen dengan ketebalan
sekitar 700 meter. Formasi ini menindih tak selaras formasi Halang dan ditindih tak
selaras oleh batuan gunungapi Sumbing Muda. Lebih ke arah utara dikorelasikan
dengan anggota breksi formasi Tapak.
16. Anggota Batugamping Formasi Tapak (Tptl):
Batugamping terumbu, napal dan batupasir. Batugamping mengandung
koral dan foraminifera besar, sedangkan napal dan batupasir mengandung moluska.
Lingkungan pengendapan pada daerah peralihan sampai marine, umur diduga
Pliosen. Satuan ini ditindih selaras oleh anggota breksi formasi Tapak dan juga oleh
formasi Kalibiuk serta menindih tak selaras formasi Halang.
17. Anggota Breksi Formasi Tapak (Tptb):
Breksi gunungapi dan batupasir tufaan. Breksi bersusunan andesit
mengandung urat-urat kalsit. Batupasir tufaan di beberapa tempat mengandung sisa
tumbuhan. Tebal minimal 200 meter. Ke arah selatan kali Serayu dikorelasikan
dengan formasi Peniron, menjemari dengan bagian bawah formasi Kalibiuk dan
menindih tak selaras formasi Kumbang.
18. Formasi Tapak (Tpt):
Batupasir gampingan dan napal berwarna hijau, mengandung pecahan-
pecahan moluska. Umur Pliosen dengan tebal sekitar 500 meter.
19. Formasi Kalibiuk (Tpb):
Napal dan batulempung bersisipan tipis tufa pasiran. Napal dan
batulempung berwarna kelabu kebiruan, kaya akan fosil moluska yang
menunjukkan umur Pliosen dengan lingkungan pengendapan pada daerah pasang
surut. Ke arah atas lapisan terdapat sisipan tufa pasiran. Tebal formasi antara 2500-
3000 meter. Menjemari dengan anggota breksi formasi Tapak dan ditindih selaras
oleh formasi Damar.
20. Anggota Batupasir Formasi Damar (Tpds):
Batupasir tufaan dan konglomerat, sebagian terekat kalsit. Bagian bawah
berupa konglomerat polimik tersemen karbonat. Ke arah atas menjadi batupasir
tufaan dan konglomerat andesit sebagian tersemenkan bahan karbonat. Lingkungan
pengendapan terestrial. Menindih selaras formasi Kalibiuk.
21. Formasi Damar (QTd):
Batulempung tufaan, breksi gunungapi, batupasir, tufa dan konglomerat.
Setempat mencakup endapan lahar. Breksi gunungapi dan tufa bersusunan andesit
sedangkan konglomerat bersifat basal secara setempat padu. Batupasir terdiri dari
feldspar dan butir - butir mineral mafik. Setempat ditemukan moluska. Lingkungan
pengendapan non-marin dan menindih selaras formasi Kalibiuk.
22. Anggota Batulempung Formasi Ligung (QTlc):
Batulempung tufaan, batupasir tufaan dengan struktur cross bedding dan
konglomerat. Setempat sisia tumbuhan dan batubara muda yang menunjukkan
bahwa anggota ini diendapkan di lingkungan bukan laut.
23. Anggota Breksi Formasi Ligung (QTlb):
Breksi gunungapi (agglomerat) bersusunan andesit, lava andesit hornblende
dan tufa. Merupakan bagian atas dari formasi Ligung.
24. Formasi Kaligetas (Qpkg):
Breksi vulkanik, aliran lava, tufa, batupasir tufaan dan batulempung. Breksi
aliran dengan sisipan lava dan tufa halus sampai kasar. Setempat di bagian
bawahnya ditemukan batulempung yang mengandung moluska dan batupasir
tufaan. Batuan gunungapi yang melapuk berwarna coklat kemerahan dan sering
membentuk bongkah-bongkah besar. Tebal berkisar antara 50-200 meter.
25. Endapan Undak (Qt):
Pasir, lanau, tufa, konglomerat, batupasir tufaan dan breksi tufaan. Tersebar
di sepanjang lembah Serayu.
26. Batuan Gunungapi Jembangan (Qj):
Lava andesit dan batuan klastika gunungapi. Mineral penyusun terdiri atas
hipersten - augit, setempat mengandung hornblende dan olivin. Berupa aliran lava,
breksi aliran dan piroklastik, lahar dan aluvial (Qjo dan Qjm); lahar dan endapan
aluvial terdiri dari bahan rombakan gunungapi, aliran lava dan breksi (Qjya dan
Qjma) yang terendapkan pada lereng landai agak jauh dari pusat erupsi
dibandingkan dengan batuan Qjyf dan Qjmf yang juga berupa aliran lava dan breksi
dengan breksi piroklastik dan lahar.
27. Endapan Danau dan Aluvial (Qla):
Pasir, lanau, lumpur dan lempung. Setempat tufaan.
28. Kipas Aluvial (Qf):
Terutama bahan hasil rombakan gunungapi. Telah tersayat.
29. Batuan Gunungapi Dieng (Qd):
Lava andesit dan andesit kuarsa serta batuan klastika gunungapi.
Kandungan silika batuan berkurang dari muda ke tua.
30. Batuan Gunungapi Sumbing (Qsm):
Lava andesit dengan kandungan mineral augit - olivin; breksi aliran; breksi
piroklastik dan lahar.
31. Batuan Gunungapi Sundoro (Qsu):
Lava andesit dengan kandungan mineral hipersten - augit; basal dengan
kandungan mineral olivin - augit; breksi aliran; breksi piroklastik dan lahar.
32. Aluvial (Qa):
Kerikil, pasir, lanau dan lempung. Merupakan endapan sungai dan rawa
dengan tebal hingga 150 meter.
Gambar 2. Stratigrafi Daerah Penelitian pada Peta Geologi Lembar Banjarnegara-Pekalongan
(W.H. Condon, L.Pardyanto, K.B. Ketner, T.C. Amin, S. Gafoer dan H. Samodra, 1996)

3. Struktur Geologi

Perkembangan tektonik Pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari
waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di Pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur.
Secara geologi, Pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan cekungan, pensesaran,
perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke
waktu.

Terdapat tiga arah pola umum struktur geologi menurut “Pulunggono dan Martodjojo
(1949)”, yaitu arah timur laut - barat daya yang disebut pola Meratus, arah utara – selatan
disebut pola Sunda dan arah timur – barat yaitu pola Jawa. Perubahan jalur penunjaman berumur
kapur yang berarah timur laut – barat daya menjadi relatif timur – barat sejak kala Oligosen
sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit
dan mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut.
Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah
terekspresikan dari pola penyebaran singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang Sambung,
sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur,
“Central Deep”, Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun
Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan
terekspresikan di bagian timur.

Pola Sunda berarah utara-selatan, di bagian barat tampak lebih dominan, sementara
perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan. Ekspresi yang mencerminkan pola ini adalah
pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda
pada umumnya berupa struktur regangan.

Pola Jawa di bagian barat diwakili oleh sesarsesar naik seperti sesar Beribis dan sesar-sesar
dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona
Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan
Kendeng yang berupa sesar naik.

Gambar 3. Peta Pola Struktur Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994)

Anda mungkin juga menyukai