5.pemberontak Karya Agus Noor
5.pemberontak Karya Agus Noor
5.pemberontak Karya Agus Noor
PEMUDA:
Saya tak mau pulang! Saya sudah memutuskan pergi dari rumah.
Minggat! Nggak tahu mau kemana. Yang penting saya bisa bebas.
Saya tak mau lagi terus-menerus disalahkan. Mereka pikir saya ini
masih anak kecil. Biar saja mereka menyangka saya hilang diculik
genderwo! Saya nggak takut sama hantu. Jangankan genderwo atau
kalong wewe, sama pocong saya juga nggak takut! Menurut saya,
pocong itu hantu yang lucu. Jalannya meloncat-loncat. (meloncat-
loncat menirukan pocong). Lucu kan? Juga kuntilanak. Saya nggak
takut sama kuntilanak kayak di sinetron televisi itu. Ketawa kuntilanak
itu malah bikin geli. (menirukan ketawa kuntilanak) Hi hi hi hi…
PEMUDA:
Saya bukan penakut!
PEMUDA:
Saya tahu ini tidak akan mudah… pergi dari rumah berarti kehilangan
semua kenyamanan yang selama ini saya dapatkan. Saya merasa,
selama ini saya justru menjadi lembek dan manja karena hidup saya
terlalu nyama. Saya pingin tantangan. Karena itulah saya
memberontak.
Tak hanya memberontak dari rumah, tapi juga sekolah. Banyak yang
bilang saya susah diatur. Saya ini suka memberontak. Saya memang
tak ingin hanya jadi murid yang duduk manis di kelas… manggut-
manggut setiapkali guru menjelaskan pelajaran. Pendidikan itu mesti
membebaskan pikiran, bukan hanya menerima mentah-mentah semua
pelajaran. Seringkali pelajaran di sekolahjuga tidak sesuai dengan
kenyataan….
Saya bosan dengan semua itu. Saya nggak bisa diam. Saya harus
melawan. Saya siap menerima resiko paling pahit. Bahkan bila saya
dikeluarkan dari sekolah. Ini pilihan! Belajar tidak hanya di sekolah.
Kehidupan ini justru sekolah sesungguhnya. Banyak tokoh besar juga
gagal sekolah. Yang pentingkita harus rajin baca buku. Harus baca!
Baca! Baca Baca!
PEMUDA:
(Penuh semangat, berapi-api) Ingat Bung Karno pernah berkata; “Beri
saya sepuluh pemuda, maka akan saya guncang dunia!”. Kenapa
sepuluh pemuda? Karena kalau sebelas, nanti jadi kesebelasan sepak
bola. Kalah melulu kayak PSSI. Sebagai anak muda kita harus bangkit.
Jangan patah semangat! Apalagi patah hati. Ingat, rawe-rawe rantas,
malang-malang putung! Korupsi harus kita berantas, koruptor harus
kita gantung! Sekali lagi, rawe-rawe rantas, Malang…. Malang..
Mojokerjo… Situbondo… Surabaya…. (tersenyum sendiri) Lho kok
malah jadi kayak kernet bus
Wah, pidato saya terlalu semangat ya. Saya jadi laper nih.
PEMUDA:
(menemukan bungkusan) Kadang dalam sitasi seperti ini kita baru bisa
bersyukur… (mencium bungkusan itu, merasa jijik) Penderitaan akan
membuat kita makin kuat…
PEMUDA ITU MAU MEAKAN ISI BUNGKUAN ITU. PADA SAAT ITU
TERDENGAR SUARA KUCING MENGEONG-NGEONG. PEMUDA ITU
MELIHAT. SEAKAN-AKAN KUCING ITU ADA DI DEKATNYA. IA
MEMANDANGINYA. SUARA KUCING TERUS MENGEONG.
PEMUDA:
Kamu lapar, pusss… mau? Ini buat kamu… Mungkin ini memang
mestinya buat kamu. Saya nggak boleh memakan yang bukan hak
saya. Kebaikan harus dimulai dari diri sendiri. Nggak boleh egois.
Nggak boleh mementingkan kepentingan sendiri…. Ayo, pusss…
sini… ini makan… Saya nggak mau serakah. Kalau saya serakah, apa
bedanya saya dengan para politisi yang selalu saya kritik itu?
Kadang saya heran, kenapa anak muda seperti saya selalu disalahkan.
Dianggap suka bikin masalah. Suka ribut. Lho, bukannya para politisi
itu juga selalu ribut. LIhat itu sidang-sidang di parlement yang selalu
gaduh. Selalu berdebat dan beda pendapat. Sepertnya, yang namanya
Anggota Dwan itu boleh beda pendapat, asal jangan beda pendapatan.
PEMUDA:
Ah, saya jadi kangen padanya… Wajahnya bagai langit bersih, tanpa
jerawat… Senyumya bagai pagi yang muncul di jendela…. Saya
pernah menembaknya dengan puisi. Seperti Rangga mengirimkan puisi
buat Cinta. Kadang-kadang, saya suka mebayangkan kalau saya ini
memang seganteng Rangga. Ya sebelas duabelas lah. Beda tipis…
Rangga ibarat jam sebelas siang…. Saya jam duabelas malam.
PEMUDA:
Kenapa saya takut seperti ini… baru saja terpejam, sudah dihantui
mimpi buruk…
PEMUDA:
Duh… Ini benar-benar di luar bayangan saya… Mungkin saya terbawa
emosi. Mungkin saya belum benar-benar siap… Ternyata tak gampang
jadi pemberontak… Ketakutan terbesar bukan melawan orang lain,
tetapi melawan diri sendiri. Tak cukup hanya keberanian…
SELESAI