Kelompok 1
Kelompok 1
Kelompok 1
BLOK 5 STOMATOGNATHY
Tutor :
drg. Sinar Yani, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
3
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami
memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kami, baik
kesempatan maupun kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik.
Laporan diskusi kelompok 1. Laporan ini dapat hadir seperti sekarang ini tak
lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa
membantu kami selama proses pembuatan laporan ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa laporan ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan laporan ini kedepannya.
Akhirnya, besar harapan kami agar kehadiran laporan diskusi kelompok ini
dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting
adalah semoga dapat turut serta menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca.
Kelompok I
4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan……………………………………………………………………………..1
C. Manfaat .....................................................................................................1
BAB II ISI
A. Skenario.....................................................................................................2
B. Identifikasi Istilah.......................................................................................2
C. Identifikasi masalah...................................................................................3
D. Analisa Masalah........................................................................................3
E. Strukturisasi...............................................................................................6
F. Learning objective.....................................................................................6
G. Belajar Mandiri..........................................................................................7
H. Sintesis.....................................................................................................7
A. Kesimpulan..............................................................................................29
B. Saran.......................................................................................................29
Daftar Pustaka...............................................................................................30
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
6
BAB II
ISI
A. SKENARIO
Bayu merasakan ada cairan yang terasa asin di dalam mulutnya. Bayu berpikir
rasa asin tersebut berasal dari air liurnya, tetapi Bayu merasa dia tidak makan yang
asin-asin sebelumnya. Merasa aneh dan bingung, Bayu pun menanyakan hal
tersebut kepada kakaknya. Bagas seorang mahasiswa kedokteran gigi. Menurut
Bagas, di dalam rongga mulut ada cairan lain selain air liur. Bagas menyebut air liur
dengan istilah saliva. Karena penasaran, Bayu bertanya lagi kepada Bagas, cairan
apa yang dimaksud oleh kakaknya tersebut. Bagas pun menjawab, cairan yang
terasa asin-asin di dalam mulut Bayu tersebut bisa jadi adalah cairan sulkus gingiva.
Karena masih merasa bingung dan rasa ingin tau yang besar, Bayu pun bertanya
gingiva itu apa? Bagas langsung mejawab, gingiva adalah gusi. Gingiva termasuk
jaringan lunak yang ada dalam rongga mulut, terang Bagas lebih lanjut. Rasa ingin
tau Bayu bertambah besar namun Bagas harus segera ke kampus untuk kuliah
lanjutan, maka Bayu pun mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi.
keratin..
Selain itu juga merupakan bagian dari jaringan
periodontal yang melekat pada prosesus alveolaris
dan gigi, berfungsi melindungi akar, selaput
periodontal dan tulang alveolar dari rangsangan luar
terutama bakteri dalam mulut.
C. Identifikasi Masalah
1. apa saja jaringan lunak pada rongga mulut?
2. Anatomi gingiva makro dan mikro
3. Komposisi saliva dan cairan sulkus gingiva?
4. Fungsi cairan sulkus gingiva?
5. Cairan dalam rongga mulut selain saliva dan sulkus gingiva
6. Mekanisme keluarnya cairan sulkus gingiva?
7. Faktor faktor yang mempengaruhi keluarnya cairan sulkus gingiva?
8. Mengapa cairan sulkus gingiva terasa asin?
D. Analisa Masalah
3. komposisi pada :
8
6. Kapiler -> subepitel -> kapiler perlekatan -> jaringan gingiva -> epitel ->
sulkus gingiva
7. Fakfor faktor yang mempengaruhi keluanya cairan sulkus gingiva
a) sikat gigi
b) radang
c) terapi periodontal
d) tekanan
8. cairan sulkus gingiva akan terasa asin jika terjadi radang / inflamasi. Hal ini
disebabkan oleh eksudat yang terdapat pada radang tersebut.
E. Strukturisasi
9
Saliva
Cairan
Sulkus
Gingiva
Palatum
Orofaring
Jaringan
Lunak Kelenjar
Saliva
Epyglotis
Lidah
Uvula
F. Learning Objective
1. mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam jaringan lunak dan
fungsinya.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan komposisi saliva dan cairan sulkus gingiva.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme saliva dan cairan sulkus
gingiva.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi
saliva dan cairan sulkus gingiva.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai kelenjar saliva.
G. Belajar Mandiri
10
H. Sintesis
1. Macam-macam jaringan lunak rongga mulut
a) Bibir
Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang
mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot
orbikularis oris dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran
mukosa pada bagian internal (Seeley et al., 2008 ; Jahan-Parwar et al.,
2011). Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian
atas dan bibir bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari
hidung pada bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian
lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferior. Bibir
bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian
komisura pada bagian lateral dan ke bagian mandibula pada bagian
inferior (Jahan-Parwar et al., 2011). Kedua bagian bibir tersebut, secara
histologi, tersusun dari epidermis, jaringan subkutan, serat otot orbikularis
oris, dan membran mukosa yang tersusun dari bagian superfisial sampai
ke bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang
tersusun atas epitel pipih yang tidak terkeratinasi. Epitelepitel pada
bagian ini melapisi banyak pembuluh kapiler sehingga memberikan warna
yang khas pada bagian tersebut. Selain itu, gambaran histologi juga
menunjukkan terdapatnya banyak kelenjar liur minor. Folikel rambut dan
kelejar sebasea juga terdapat pada bagian kulit pada bibir, namun
struktur tersebut tidak ditemukan pada bagian vermilion (Tortorra et al.,
2009; Jahan-Parwar et al., 2011). Permukaan bibir bagian dalam dari bibir
atas maupun bawah berlekatan dengan gusi pada masing-masing bagian
bibir oleh sebuah lipatan yang berada di bagian tengah dari membran
mukosa yang disebut frenulum labial. Saat melakukan proses
mengunyah, kontraksi dari otot-otot businator di pipi dan otototot
orbukularis oris di bibir akan membantu untuk memosisikan agar
11
makanan berada di antara gigi bagian atas dan gigi bagian bawah. Otot-
otot tersebut juga memiliki fungsi untuk membantu proses berbicara.
Pada bibir terdapat jaringan-jaringan, dengan pulasan khusus akan
terlihat jaringan ikat fibroblastis di bagian pusat bibir. Kulit bibir dilapisi
epidermis terdiri dari epitel berlapis pipih bertanduk. Mukosa bibir dilapisi
epitel berlapis pipih tanpa lapisan tanduk, di bawah epitel mukosa,
terdapat lamina propia.
b) Lidah
Lidah merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem pencernaan.
Secara embriologis, lidah mulai terbentuk pada usia 4 minggu kehamilan.
Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapisi oleh membran mukosa. Lidah
beserta otototot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang
menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian
yang lateral simetris oleh septum median yang berada disepanjang lidah.
Lidah menempel pada tulang hyoid pada bagian inferior, prosesus styloid
dari tulang temporal dan mandibula (Tortorra et al., 2009; Marieb and
Hoehn, 2010 ; Adil et al., 2011). Setiap bagian lateral dari lidah memiliki
komponen otot-otot ekstrinsik dan intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik
lidah terdiri dari otot hyoglossus, otot genioglossus dan otot styloglossus.
Otot-otot tersebut berasal dari luar lidah (menempel pada tulang yang ada
di sekitar bagian tersebut) dan masuk kedalam jaringan ikat yang ada di
lidah. Otot-otot eksternal lidah berfungsi untuk menggerakkan lidah dari
sisi yang satu ke sisi yang berlawanan dan menggerakkan ke arah luar
dan ke arah dalam. Pergerakan lidah karena otot tersebut memungkinkan
lidah untuk memosisikan makanan untuk dikunyah, dibentuk menjadi
massa bundar, dan dipaksa untuk bergerak ke belakang mulut untuk
proses penelanan. Selain itu, otot-otot tersebut juga membentuk dasar
dari mulut dan mempertahankan agar posisi lidah tetap pada tempatnya.
Otot-otot intrisik lidah berasal dari dalam lidah dan berada dalam jaringan
ikat lidah. Otot ini mengubah bentuk dan ukuran lidah pada saat berbicara
dan menelan. Otot tersebut terdiri atas : otot longitudinalis superior, otot
longitudinalis inferior, otot transversus linguae, dan otot verticalis linguae.
Untuk menjaga agar pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan
menjaga agar lidah tetap pada tempatnya, lidah berhubungan langsung
dengan frenulum lingual, yaitu lipatan membran mukosa yang berada
pada bagian tengah sumbu tubuh dan terletak di permukaan bawah lidah,
yang menghubungkan langsung antara lidah dengan dasar dari rongga
12
mulut (Tortorra et al., 2009; Marieb and Hoehn, 2010). Pada bagian
dorsum lidah (permukaan atas lidah) dan permukaan lateral lidah, lidah
ditutupi oleh papila. Papila adalah proyeksi dari lamina propria yang
ditutupi oleh epitel pipih berlapis. Sebagian dari papila memiliki kuncup
perasa, reseptor dalam proses pengecapan, sebagian yang lainnya tidak.
Namun, papila yang tidak memiliki kuncup perasa memiliki reseptor untuk
sentuhan dan berfungsi untuk menambah gaya gesekan antara lidah dan
makanan, sehingga mempermudah lidah untuk menggerakkan makanan
di dalam rongga mulut. Secara histologi (Mescher, 2010), terdapat empat
jenis papila yang dapat dikenali sampai saat ini, yaitu :
1) Papila filiformis. Papila filiformis mempunyai jumlah yang
sangat banyak di lidah. Bentuknya kerucut memanjang dan
terkeratinasi, hal tersebut menyebabkan warna keputihan atau
keabuan pada lidah. Papila jenis ini tidak mengandung kuncup
perasa.
2) Papila fungiformis. Papila fungiformis mempunyai jumlah
yang lebih sedikit dibanding papila filiformis. Papila ini hanya
sedikit terkeratinasi dan berbentuk menyerupai jamur dengan
dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ini memiliki beberapa
kuncup perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini
tersebar di antara papila filiformis.
3) Papila foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang
dewasa, tetapi mengandung lipatan-lipatan pada bagian tepi
dari lidah dan mengandung kuncup perasa.
4) Papila sirkumfalata. Papila sirkumfalata merupakan papila
dengan jumlah paling sedikit, namun memiliki ukuran papila
yang paling besar dan mengandung lebih dari setengah
jumlah keseluruhan papila di lidah manusia. Dengan ukuran
satu sampai tiga milimeter, dan berjumlah tujuh sampai dua
belas buah dalam satu lidah, papila ini umumnya membentuk
garis berbentuk menyerupai huruf V dan berada di tepi dari
sulkus terminalis. Pada bagian akhir dari papila sirkumfalata,
dapat dijumpai sulkus terminalis. Sulkus terminalis merupakan
sebuah lekukan melintang yang membagi lidah menjadi dua
bagian, yaitu lidah bagian rongga mulut (dua pertiga anterior
lidah) dan lidah yang terletak pada orofaring (satu pertiga
posterior lidah). Mukosa dari lidah yang terletak pada
13
dalam rongga mulut juga akan berespon terhadap kebutuhan akan air.
Reflek seperti menelan, muntah, dan salivasi juga diinisiasi oleh reseptor-
reseptor pada oral mukosa . Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 2
lapisan. Yang pertama adalah lapisan epitelium, yang melapisi di bagian
permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang berbentuk pipih
dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-menerus dari
bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium.
Struktur epitel rongga mulut dari arah luar ke dalam adalah stratum
keratinosum,stratum granulosum,stratum spinosum,stratum basalis. Yang
kedua adalah lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit,
raba, suhu dan cita rasa.
2. KOMPOSISI SALIVA
Komposisi saliva bervariasi tergantung pada waktu siang dan malam hari,
sifat dan besar stimulasi, keadaan psikis orang yang diteliti, diet, kadar hormon,
gerak badan dan obat. Dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat
dibedakan dalam komponen anorganik dan(bio)organik. Komposisi yang
terkandung dalam saluva adalah:
a. Komponen Organik
Saliva terdiri dari banyak komponen organik dengan fungsi berbeda,
seperti reaksi enzimatis, pelapisa permukaan jaringan, perlindungan
terhadap jaringan gigi dan kontrol pertumbuhan jaringan. Komponen
saliva yang paling utama adalah protein. Selain itu terdapat komponen
lain seperti asam lemak, lipid, glukosa, asam amonp, ureum dan
amoniak. Protein yang secara kuantitatif penting adalah amilase, protein
kaya prolin, musin dan imunoglobin. Komponen organik saliva adalah:
1) Amilase
Merupakan protein saliva kosentrasi tinggi. Amilase merupakan enzim
pencernaan yang terutama diproduksi oleh kelenjar parotis dan
submandibular.
2) Immunoglobulin
Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agenbakteri.
Immunoglobulin terdiri dari sebagian besa IgA sekretorik (SigA) dan
sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SigA yang terdapat
dalam mukosa mulut bersifat mukus, sehingga antigen dalam bentuk
bakteri dan virus yang akan melekat dalam mukosa mulut yang akan
dilumpuhkan oleh SigA.
15
b. Komponen anorganik
Komponen anorganik yang terdapat pada saliva berupa ion kalsium,
magnesium, fluorida, HCO3, kalium, natrium, klorida, NH4. Terdapat gas
seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen. Natrium dan kalium
16
1) MATERI DARAH
Materi darah yang ada pada CSG adalah polimorfonuklear leukosit,
neutrofil, monosit, makrofag dan limfosit.
Sekitar 92% leukosit yang ditemukan di dalam sulkus gingiva sehat berupa
neutrofil. Jumlahnya dapat meningkat selama perubahan dari sulkus yang
sehat menjadi saku gusi. Bila terjadi kerusakan, seluruh sel ini akan
melepaskan enzim cytosolic dan konsentrasinya menggambarkan jumlah
sel yang mati ketika terjadi lesi.
2) ELEKTROLIT
Konsentrasi elektrolit yang telah diukur pada CSG lebih tiggi daripada
konsentrasi elektrolit di plasma. Ini mencakup sodium, potasium, kalsium
dan magnesium. Konsentrasi ion-ion tersebut akan meningkat pada
keadaan gingiva meradang.
3) PROTEIN
Pada keadaan sehat, seharusnya tidak ada protein yang hadir pada
celah gusi, meskipun saliva masuk ke sulkus. Protein pada CSG mungkin
berasal dari gingiva yang terinflamasi, bakteri pada plak gigi atau pemecah
neutrofil. Protein plasma dalam CSG merupakan molekul-molekul kecil yang
secara terus-menerus menembus lamina propia dinding pembuluh darah
masuk ke sulkus gingiva.
4) UREA
Urea hadir dalam saliva dan CSG 3-10 mM pada individu yang sehat.
Urea mungkin sumber nitrogen yang paling berlebihan pada rongga mulut
Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel pelekatan
yang terletak pada celah gusi dalam bentuk CSG. Cairan sulkus gingiva
mengalir secara terus-menerus melewati epitel dan masuk ke sulkus gingiva
dengan aliran yang sangat lambat, 0,24 – 1,56 µL/menit pada daerah yang tidak
mengalami inflamasi. Aliran cairan ini akan meningkat apabila terjadi gingivitis
atau periodontitis.
Beberapa peneliti percaya bahwa aliran cairan ini bersifat sekunder pada
peradangan yang disebabkan oleh pengumpulan mikroba di daerah perlekatan
dento-gingiva. Yang lainnya berpendapat bahwa aliran merupakan proses
fisiologis yang terjadi terus menerus. Hipotesa alfano membuktikan bahwa CSG
dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat, melalui mekanisme perubahan
tekanan osmosis sebab adanya makromolekul. Pendapat yang banyak dianut
saat ini adalah pada keadaan normal CSG yang mengandung leukosit ini akan
melewati epitel perlekatan menuju ke permukaan gigi.
Channel Cl- luminal juga dapat digunakan untuk transportasi. Di dalam lumen
peningkatan anion (Cl dan beberapa ion menciptakan lingkungan yang
bermuatan negatif dibandingkan keadaan sekitar yang menyebabkan Na+
20
dari interstitium masuk ke dalam lumen melalui transport paraseluler dan tight
junction. Aliran air yang terjadi pada jalur paraseluler dan transeluler
mengikuti perpindahan garam ke lumen oleh karena gradient osmotic
menyebabkan sel acinar mengerut dan terbentuk saliva primer yang isotonik
terhadap plasma sehingga mengakibatkan konsentrasi Na+ meningkat.
Secondary saliva adalah saliva yang memasuki rongga mulut. Saat saliva
mengalir melalui sistem duktus, saliva mengalami modifikasi. Reabsorbsi Na+
dan Cl- di duktus striata menjadi lebih besar daripada sekresi K+ dan di
dalam duktus saliva sehingga konsentrasi Na+ dan Cl= serta permeabilitas
duktus terhadap air menjadi sangat rendah. Akhirnya saliva yang
disekresikan ke rongga mulut menjadi hipotonis.
a) Derajat hidrasi
21
Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting
karena apabila cairan tubuh berkurang 8% maka kecepatan aliran saliva
berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya hiperhidrasi akan meningkatkan
kecepatan aliran saliva. Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga
mencapai nol.
b) Posisi tubuh
Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan
aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring.
Pada posisi berdiri, laju aliran saliva mencapai 100%, pada posisi duduk
69% dan pada posisi berbaring 25%.
c) Paparan cahaya
Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam keadaan gelap, laju
aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40%.
d) Irama siang dan malam
Laju aliran saliva memperlihatkan irama yang dapat mencapai puncaknya
pada siang hari dan menurun saat malam hari.
e) Obat
Penggunaan atropin dan obat kolinergik seperti antidepresan trisiklik,
antipsikotik, benzodiazepin, atropin, β-blocker dan antihistamin dapat
menurunkan laju aliran saliva
f) Usia
Laju aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan
pada anak dan dewasa laju aliran saliva meningkat.
g) Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat
meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir makanan yang tidak
disukai dapat menurunkan sekresi saliva.
h) Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun keduanya
mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh
karena ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva
wanita.
7. Kelenjar Saliva
22
Saliva diproduksi oleh kelenjar saliva mayor yaitu parotis, submandibular, dan
sublingual beserta kelenjar minor yang tersebar dibawah epitelium oral. Tiap
kelenjar terhadap total volume saliva berkontribusi sebanyak 30% dari kelenjar
parotis, 60% dari kelenjar submandibular, 5% dari sublingual dan 5% dari
kelenjar minor.
Kelenjar saliva yang berukuran paling kecil adalah kelenjar sublingual dengan
berat antara 2 gram sampai 4 gram. Kelenjar sublingual terletak di dalam dasar
mulut antara mandibula dan M. Genioglossus. Kelenjar sublingual tidak memiliki
kapsula facial yang jelas dan duktus yang dominan. Namun terdapat drainase 10
duktus kecil yang disebut ducts of rivinus. Pada umumnya beberapa duktus di
bagian anterior menyatu membentuk satu duktus yang lebih besar yaitu duktus
Hartholin yang menyekresikan saliva melalui duktus warthon. Duktus Bartholin
menyatu dengan dustus warthon di sublingual caruncula pada kedua sisi
irenulum lingualis.
BAB III
PENUTUP
24
A. Kesimpulan
1. Macam-macam jaringan lunak rongga mulut yaitu bibir atau disebut juga
labia, adalah lekukan jaringan lunak yang mengelilingi bagian yang
terbuka dari mulut. Fungsi bibir untuk membantu proses berbicara. Lidah
merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem pencernaan yang
berfungsi untuk menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang
berlawanan dan menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam. Palatum
merupakan sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara
rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi
rongga mulut.. Lapisan mukosa adalah lapisan basah yang berkontak
dengan lingkungan eksternal dan fungsi utama yaitu sebagai pelindung
jaringan yang lebih dalam pada rongga mulut dan fungsi lainnya, antara
lain sebagai organ sensoris, aktifitas kelenjar, dan sekresi.
2. Komposisi saliva terbagi menjadi dua komponen organik (Amilase,
immunoglobulin, protein kaya prolin, mukus Glikoprotein, lisozim, sistem
peroskidase, laktoferin, laktoperoksidase, gustin) dan komponen
anorganik (ion kalsium, magnesium, fluorida, HCO3, kalium, natrium,
klorida, NH4).
Komposisi CSG lebih dari 40 senyawa di dalam CSG sudah dianalisis,
namun sumbernya sulit dibedakan mungkin dari pejamu, bakteri atau
keduanya, misalnya kolagenase bisa berasal dari fibroblast atau
polimorfonuklear neutrofil tetapi juga disekresikan oleh bakteri.
B. Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik
dari segi diskusi kelompok kecil, penulisan tugas tertulis dan sebagainya,
25
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang
mengajar, baik yang sebagai tutor ataupun dosen yang memberi materi
kuliah, dan dari rekan-rekan kami serta dari berbagai pihak demi
kesempurnaan.
Daftar pustaka
26
Kasuma,dr.drg Nila M.biomed. 2015. Fisiologi dan Patologi Saliva. Andalas univercity
press:Padang.
Zain, Setia Budi. Anatomi Sistem Regional dan Perkembangan. Jilid 1. Jakarta:
EGC. 2009.