Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kelompok 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 5 STOMATOGNATHY

MODUL 2 SALIVA, CAIRAN DAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT

Disusun Oleh : Kelompok 1

JIHAN FADHILAH NIM.


1710025001

MUHAMMAD ERWHYN SALIM NIM. 1710025002

AIN RICHLATUL AZIMAH NIM. 1710025004

PARDEDE GIOVANNI NIM.


1710025014

NASYA FEBRINA PUTRI NIM.


1710025015

LAURENSIA OKTAVIA RAMADHAN NIM. 1710025016

RINA NABILA NIM.


1710025027

NIDA ULFAH NIM.


1710025026

NAUFAL FATHURAHMAN DALING NIM. 1710025028

AULYA NANDA FADIA USMAN NIM. 1710025038

Tutor :
drg. Sinar Yani, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
3

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami
memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kami, baik
kesempatan maupun kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik.
Laporan diskusi kelompok 1. Laporan ini dapat hadir seperti sekarang ini tak
lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa
membantu kami selama proses pembuatan laporan ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa laporan ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan laporan ini kedepannya.
Akhirnya, besar harapan kami agar kehadiran laporan diskusi kelompok ini
dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting
adalah semoga dapat turut serta menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca.

Samarinda, 18 Februari 2018


Hormat Kami,

Kelompok I
4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................... …..ii

Daftar Isi...................................................................................................... ….iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Tujuan……………………………………………………………………………..1

C. Manfaat .....................................................................................................1

BAB II ISI

A. Skenario.....................................................................................................2

B. Identifikasi Istilah.......................................................................................2

C. Identifikasi masalah...................................................................................3

D. Analisa Masalah........................................................................................3

E. Strukturisasi...............................................................................................6

F. Learning objective.....................................................................................6

G. Belajar Mandiri..........................................................................................7

H. Sintesis.....................................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................29

B. Saran.......................................................................................................29

Daftar Pustaka...............................................................................................30
5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
6

BAB II

ISI

A. SKENARIO
Bayu merasakan ada cairan yang terasa asin di dalam mulutnya. Bayu berpikir
rasa asin tersebut berasal dari air liurnya, tetapi Bayu merasa dia tidak makan yang
asin-asin sebelumnya. Merasa aneh dan bingung, Bayu pun menanyakan hal
tersebut kepada kakaknya. Bagas seorang mahasiswa kedokteran gigi. Menurut
Bagas, di dalam rongga mulut ada cairan lain selain air liur. Bagas menyebut air liur
dengan istilah saliva. Karena penasaran, Bayu bertanya lagi kepada Bagas, cairan
apa yang dimaksud oleh kakaknya tersebut. Bagas pun menjawab, cairan yang
terasa asin-asin di dalam mulut Bayu tersebut bisa jadi adalah cairan sulkus gingiva.

Karena masih merasa bingung dan rasa ingin tau yang besar, Bayu pun bertanya
gingiva itu apa? Bagas langsung mejawab, gingiva adalah gusi. Gingiva termasuk
jaringan lunak yang ada dalam rongga mulut, terang Bagas lebih lanjut. Rasa ingin
tau Bayu bertambah besar namun Bagas harus segera ke kampus untuk kuliah
lanjutan, maka Bayu pun mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi.

B. Identifikasi Istilah Sulit


1. Saliva : Cairan oral kompleks yang di sekresi oleh kelenjar
saliva mayor dan minor serta mengandung enzim-
enzim.
2. Cairan Sulkus : Suatu filtrasi fisiologis daripembuluh darah yang di
Gingiva modifikasi.
3. Jaringan lunak : Jaringan yang menghubungkan, menyokong, dan
mengelilingi organ tubuh. Berfungsi untuk melindungi
organ di dalamnya. Bisa di gunakan untuk
mengidentifikasi penyakit. Di tutupi oleh mukosa.
4. Sulkus gingiva : Celah antara marginal gingiva dengan gigi. Bagian
dalamnya di batasi oleh permukaan gigi, bagian
luarnya di batasi oleh epitel.

5. Gingiva : Bagian dari lapisan mukosa mulut yang di lapisi oleh


7

keratin..
Selain itu juga merupakan bagian dari jaringan
periodontal yang melekat pada prosesus alveolaris
dan gigi, berfungsi melindungi akar, selaput
periodontal dan tulang alveolar dari rangsangan luar
terutama bakteri dalam mulut.

C. Identifikasi Masalah
1. apa saja jaringan lunak pada rongga mulut?
2. Anatomi gingiva makro dan mikro
3. Komposisi saliva dan cairan sulkus gingiva?
4. Fungsi cairan sulkus gingiva?
5. Cairan dalam rongga mulut selain saliva dan sulkus gingiva
6. Mekanisme keluarnya cairan sulkus gingiva?
7. Faktor faktor yang mempengaruhi keluarnya cairan sulkus gingiva?
8. Mengapa cairan sulkus gingiva terasa asin?

D. Analisa Masalah

1. Jaringan lunak rongga mulut


a) Palatum mole
b) Palatum durum
c) Lidah
d) Bibir
e) Mukosa pipi
f) Gingiva
g) Kelenjar saliva

2. Gingiva terbagi atas


a) Gingiva marginal / bebas.
b) Gingiva cekat
c) Gingiva marginal groove
d) Dan memiliki batas yaitu mukogingiva

3. komposisi pada :
8

a) cairan sulkus gingiva : bakteri, sel epitrl terdeskuamasi, leukosit


polimorfojukleat, limfosit dan monosit, makrofag, epitelium seluler,
pottasium, sodium, kalsium.
b) Saliva : sodium dan potasium yang merupakan kation, klorida dan
bikarbonat, protein kaya prolin, elektrolit iodine.

4. 1. Sebagai indikator sakit periodontal


2. pencegahan terhadap karies
3. membasahi leher gingiva
4. mengeluarkan sel epitel yang terlepas
5. sebagai agen antibakteri.

5. Cairan lain selain saliva dan cairan sulkus gingiva


a) Cairan dentin ( igA, igB, transferia ).
b) cairan pulpa ( fibroblast, makrofag, dendrit ).

6. Kapiler -> subepitel -> kapiler perlekatan -> jaringan gingiva -> epitel ->
sulkus gingiva
7. Fakfor faktor yang mempengaruhi keluanya cairan sulkus gingiva
a) sikat gigi
b) radang
c) terapi periodontal
d) tekanan
8. cairan sulkus gingiva akan terasa asin jika terjadi radang / inflamasi. Hal ini
disebabkan oleh eksudat yang terdapat pada radang tersebut.

E. Strukturisasi
9

Saliva
Cairan
Sulkus
Gingiva

Palatum

Cairan dan Bibir


Jaringan Lunak
Rongga Mulut
Mukosa

Orofaring
Jaringan
Lunak Kelenjar
Saliva

Epyglotis

Lidah

Uvula
F. Learning Objective
1. mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam jaringan lunak dan
fungsinya.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan komposisi saliva dan cairan sulkus gingiva.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme saliva dan cairan sulkus
gingiva.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi
saliva dan cairan sulkus gingiva.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai kelenjar saliva.
G. Belajar Mandiri
10

Masing-masing anggota diskusi melakukan proses belajar mandiri yang


dilaksanakan dari hari Selasa, 13 Februari 2018 sampai dengan hari Kamis
tanggal 14 Februari 2018 dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan pada
step 5 untuk mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan dibahas pada
diskusi kelompok kecil ( DKK ) dengan menggunakan referensi yang telah
tersedia dan mengembangkan apa yang anggota kelompok pahami dari
pembelajaran tersebut.

H. Sintesis
1. Macam-macam jaringan lunak rongga mulut
a) Bibir
Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang
mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot
orbikularis oris dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran
mukosa pada bagian internal (Seeley et al., 2008 ; Jahan-Parwar et al.,
2011). Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian
atas dan bibir bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari
hidung pada bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian
lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferior. Bibir
bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian
komisura pada bagian lateral dan ke bagian mandibula pada bagian
inferior (Jahan-Parwar et al., 2011). Kedua bagian bibir tersebut, secara
histologi, tersusun dari epidermis, jaringan subkutan, serat otot orbikularis
oris, dan membran mukosa yang tersusun dari bagian superfisial sampai
ke bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang
tersusun atas epitel pipih yang tidak terkeratinasi. Epitelepitel pada
bagian ini melapisi banyak pembuluh kapiler sehingga memberikan warna
yang khas pada bagian tersebut. Selain itu, gambaran histologi juga
menunjukkan terdapatnya banyak kelenjar liur minor. Folikel rambut dan
kelejar sebasea juga terdapat pada bagian kulit pada bibir, namun
struktur tersebut tidak ditemukan pada bagian vermilion (Tortorra et al.,
2009; Jahan-Parwar et al., 2011). Permukaan bibir bagian dalam dari bibir
atas maupun bawah berlekatan dengan gusi pada masing-masing bagian
bibir oleh sebuah lipatan yang berada di bagian tengah dari membran
mukosa yang disebut frenulum labial. Saat melakukan proses
mengunyah, kontraksi dari otot-otot businator di pipi dan otototot
orbukularis oris di bibir akan membantu untuk memosisikan agar
11

makanan berada di antara gigi bagian atas dan gigi bagian bawah. Otot-
otot tersebut juga memiliki fungsi untuk membantu proses berbicara.
Pada bibir terdapat jaringan-jaringan, dengan pulasan khusus akan
terlihat jaringan ikat fibroblastis di bagian pusat bibir. Kulit bibir dilapisi
epidermis terdiri dari epitel berlapis pipih bertanduk. Mukosa bibir dilapisi
epitel berlapis pipih tanpa lapisan tanduk, di bawah epitel mukosa,
terdapat lamina propia.
b) Lidah
Lidah merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem pencernaan.
Secara embriologis, lidah mulai terbentuk pada usia 4 minggu kehamilan.
Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapisi oleh membran mukosa. Lidah
beserta otototot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang
menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian
yang lateral simetris oleh septum median yang berada disepanjang lidah.
Lidah menempel pada tulang hyoid pada bagian inferior, prosesus styloid
dari tulang temporal dan mandibula (Tortorra et al., 2009; Marieb and
Hoehn, 2010 ; Adil et al., 2011). Setiap bagian lateral dari lidah memiliki
komponen otot-otot ekstrinsik dan intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik
lidah terdiri dari otot hyoglossus, otot genioglossus dan otot styloglossus.
Otot-otot tersebut berasal dari luar lidah (menempel pada tulang yang ada
di sekitar bagian tersebut) dan masuk kedalam jaringan ikat yang ada di
lidah. Otot-otot eksternal lidah berfungsi untuk menggerakkan lidah dari
sisi yang satu ke sisi yang berlawanan dan menggerakkan ke arah luar
dan ke arah dalam. Pergerakan lidah karena otot tersebut memungkinkan
lidah untuk memosisikan makanan untuk dikunyah, dibentuk menjadi
massa bundar, dan dipaksa untuk bergerak ke belakang mulut untuk
proses penelanan. Selain itu, otot-otot tersebut juga membentuk dasar
dari mulut dan mempertahankan agar posisi lidah tetap pada tempatnya.
Otot-otot intrisik lidah berasal dari dalam lidah dan berada dalam jaringan
ikat lidah. Otot ini mengubah bentuk dan ukuran lidah pada saat berbicara
dan menelan. Otot tersebut terdiri atas : otot longitudinalis superior, otot
longitudinalis inferior, otot transversus linguae, dan otot verticalis linguae.
Untuk menjaga agar pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan
menjaga agar lidah tetap pada tempatnya, lidah berhubungan langsung
dengan frenulum lingual, yaitu lipatan membran mukosa yang berada
pada bagian tengah sumbu tubuh dan terletak di permukaan bawah lidah,
yang menghubungkan langsung antara lidah dengan dasar dari rongga
12

mulut (Tortorra et al., 2009; Marieb and Hoehn, 2010). Pada bagian
dorsum lidah (permukaan atas lidah) dan permukaan lateral lidah, lidah
ditutupi oleh papila. Papila adalah proyeksi dari lamina propria yang
ditutupi oleh epitel pipih berlapis. Sebagian dari papila memiliki kuncup
perasa, reseptor dalam proses pengecapan, sebagian yang lainnya tidak.
Namun, papila yang tidak memiliki kuncup perasa memiliki reseptor untuk
sentuhan dan berfungsi untuk menambah gaya gesekan antara lidah dan
makanan, sehingga mempermudah lidah untuk menggerakkan makanan
di dalam rongga mulut. Secara histologi (Mescher, 2010), terdapat empat
jenis papila yang dapat dikenali sampai saat ini, yaitu :
1) Papila filiformis. Papila filiformis mempunyai jumlah yang
sangat banyak di lidah. Bentuknya kerucut memanjang dan
terkeratinasi, hal tersebut menyebabkan warna keputihan atau
keabuan pada lidah. Papila jenis ini tidak mengandung kuncup
perasa.
2) Papila fungiformis. Papila fungiformis mempunyai jumlah
yang lebih sedikit dibanding papila filiformis. Papila ini hanya
sedikit terkeratinasi dan berbentuk menyerupai jamur dengan
dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ini memiliki beberapa
kuncup perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini
tersebar di antara papila filiformis.
3) Papila foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang
dewasa, tetapi mengandung lipatan-lipatan pada bagian tepi
dari lidah dan mengandung kuncup perasa.
4) Papila sirkumfalata. Papila sirkumfalata merupakan papila
dengan jumlah paling sedikit, namun memiliki ukuran papila
yang paling besar dan mengandung lebih dari setengah
jumlah keseluruhan papila di lidah manusia. Dengan ukuran
satu sampai tiga milimeter, dan berjumlah tujuh sampai dua
belas buah dalam satu lidah, papila ini umumnya membentuk
garis berbentuk menyerupai huruf V dan berada di tepi dari
sulkus terminalis. Pada bagian akhir dari papila sirkumfalata,
dapat dijumpai sulkus terminalis. Sulkus terminalis merupakan
sebuah lekukan melintang yang membagi lidah menjadi dua
bagian, yaitu lidah bagian rongga mulut (dua pertiga anterior
lidah) dan lidah yang terletak pada orofaring (satu pertiga
posterior lidah). Mukosa dari lidah yang terletak pada
13

orofaring tidak memiliki papila, namun tetap berstruktur


bergelombang dikarenakan keberadaan tonsil lingualis yang
terletak di dalam mukosa lidah posterior tersebut (Saladin,
2008; Marieb and Hoehn, 2010)
c) Palatum
Palatum merupakan sebuah dinding atau pembatas yang membatasi
antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap
bagi rongga mulut. Struktur palatum sangat penting untuk dapat
melakukan proses mengunyah dan bernafas pada saat yang sama.
Palatum secara anatomis dibagi menjadi dua bagian yaitu palatum durum
(palatum keras) dan palatum mole (palatum lunak). Palatum durum
terletak di bagian anterior dari atap rongga mulut. Palatum durum
merupakan sekat yang terbentuk dari tulang yang memisahkan antara
rongga mulut dan rongga hidung. Palatum durum dibentuk oleh tulang
maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membran mukosa. Bagian
posterior dari atap rongga mulut dibentuk oleh palatum mole. Palatum
mole merupakan sekat berbentuk lengkungan yang membatasi antara
bagian orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan
otot yang sama halnya dengan paltum durum, juga dilapisi oleh membran
mukosa (Marieb and Hoehn, 2010; JahanParwar et al., 2011).
d) Mukosa
Lapisan mukosa adalah lapisan basah yang berkontak dengan
lingkungan eksternal. Terdapat pada saluran pencernaan, rongga hidung,
dan rongga tubuh lainnya.Pada rongga mulut, lapisan ini dikenal dengan
oral mucous membrane atau oral mucosa. Mukosa oral mempunyai
fungsi utama yaitu sebagai pelindung jaringan yang lebih dalam pada
rongga mulut. Fungsi lainnya, antara lain sebagai organ sensoris, aktifitas
kelenjar, dan sekresi. Sebagai lapisan terluar, oral mukosa akan
melindungi jaringan rongga mulut dari lingkungan eksternal. Oral mukosa
akan melakukan proses adaptasi pada epitel dan jaringan ikat untuk
menahan gaya mekanis dan abrasi yang disebabkan aktifitas normal
seperti mastikasi. Selain itu, lapisan epitel mulut akan bertindak sebagai
pelindung terhadap populasi mikroorganisme yang tertinggal di rongga
mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila masuk ke dalam jaringan.
Fungsi sensoris oral mukosa akan memberikan informasi mengenai hal-
hal yang terjadi di rongga mulut. Dalam rongga mulut, reseptor akan
berespon terhadap suhu, sentuhan dan rasa sakit. Reseptor tertentu
14

dalam rongga mulut juga akan berespon terhadap kebutuhan akan air.
Reflek seperti menelan, muntah, dan salivasi juga diinisiasi oleh reseptor-
reseptor pada oral mukosa . Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 2
lapisan. Yang pertama adalah lapisan epitelium, yang melapisi di bagian
permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang berbentuk pipih
dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-menerus dari
bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium.
Struktur epitel rongga mulut dari arah luar ke dalam adalah stratum
keratinosum,stratum granulosum,stratum spinosum,stratum basalis. Yang
kedua adalah lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit,
raba, suhu dan cita rasa.
2. KOMPOSISI SALIVA
Komposisi saliva bervariasi tergantung pada waktu siang dan malam hari,
sifat dan besar stimulasi, keadaan psikis orang yang diteliti, diet, kadar hormon,
gerak badan dan obat. Dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat
dibedakan dalam komponen anorganik dan(bio)organik. Komposisi yang
terkandung dalam saluva adalah:

a. Komponen Organik
Saliva terdiri dari banyak komponen organik dengan fungsi berbeda,
seperti reaksi enzimatis, pelapisa permukaan jaringan, perlindungan
terhadap jaringan gigi dan kontrol pertumbuhan jaringan. Komponen
saliva yang paling utama adalah protein. Selain itu terdapat komponen
lain seperti asam lemak, lipid, glukosa, asam amonp, ureum dan
amoniak. Protein yang secara kuantitatif penting adalah amilase, protein
kaya prolin, musin dan imunoglobin. Komponen organik saliva adalah:
1) Amilase
Merupakan protein saliva kosentrasi tinggi. Amilase merupakan enzim
pencernaan yang terutama diproduksi oleh kelenjar parotis dan
submandibular.
2) Immunoglobulin
Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agenbakteri.
Immunoglobulin terdiri dari sebagian besa IgA sekretorik (SigA) dan
sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SigA yang terdapat
dalam mukosa mulut bersifat mukus, sehingga antigen dalam bentuk
bakteri dan virus yang akan melekat dalam mukosa mulut yang akan
dilumpuhkan oleh SigA.
15

3) Protein Kaya Prolin


Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai
fungsi penting yaitu mempertahankan kosentrasi kalsium di dalam
saliva agar tetap konstan tang dapat menghambat demeralisasi dan
meningkatkan remineralisasi.
4) Mukus Glikoprotein
Merupakan lapisan pada rongga mulut yang berfungsidalam lubrikasi
jaringan rongga mulut.
5) Lisozim
Memiliki fungsi proteksi terhada[ bakteri yang berperan aktif
menghancurkan dinding sel bakteri Gram positif dan sangat efektif
dalam melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar
parotis, submandibular, sublingual.
6) Sistem Peroskidase
Peroksidase berperan sebagais sistem antibakteriyang banyak hadir
pada kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, tiosanat dan
laktoprosidase. Sistem ini menghambat produksi asam dan
pertumbuhan bakteri streptococcus dan lactobacillus yang ikut
menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies
akibat asamyang dihasilkan oleh bakteri.
7) Laktoferin
Merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMN yang
mempunyai efek bakterisid yang merupakan salah satu fungsi proteksi
terhadap infeksi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia (Roth and
Calmes, 1981). Laktoferin juga mengikay ion-ion Fe3+, yang
diperlukan bagi pertumbuhan bakteri (Amerongaen, 1991)
8) Laktoperoksidase
Menkatalisasi oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat yang mampu
menghambat pertumbuhan dan pertukaran zat bakteri.
9) Gustin
Gustin berperan dalam proses kesadaran pengecap (Amerongen,
1991)

b. Komponen anorganik
Komponen anorganik yang terdapat pada saliva berupa ion kalsium,
magnesium, fluorida, HCO3, kalium, natrium, klorida, NH4. Terdapat gas
seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen. Natrium dan kalium
16

memiliki konsentrasi tertinggi. Klorida penting untuk aktivitas enzimatik


amilase. Kalium dan fosfat yang terkandung dalam saliva penting untuk
remineralisasi email. Kadar fluorida di dalam salivadipengaruhi oleh
konsentrasi fluorida di dalam air minum dan makanan. Tiosianat
merupakan suatu gen antibakteri yang bekerja sama dengan sistem
laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion buffer terpenting dalam saliva.
Dalam saliva yang dirangsang, ion ini menghasilkan 85% dari kapasitas
buffer dalam sistem fosfat 14%. Konsenstrasi bikarbonat pada kelenjar
parotis dan kelenjar submandibular meningkat dengan meningkatnya
aliran saliva.

3. KOMPOSISI CAIRAN SULKUS GINGIVA


Lebih dari 40 senyawa di dalam CSG sudah dianalisis, namun sumbernya
sulit dibedakan mungkin dari pejamu, bakteri atau keduanya, misalnya
kolagenase bisa berasal dari fibroblast atau polimorfonuklear neutrofil tetapi juga
disekresikan oleh bakteri. Banyak penelitian berusaha untuk menggunakan
komponen dari CSG untuk mengidentifikasi atau mendiagnosis penyakit yang
aktif, mengantisipasi resikonya, menentukan perkembangannya, dan
menggunakannya sebagai indikator dari kehilangan jaringan atau untuk
memonitor respon pada pengobatan.

1) MATERI DARAH
Materi darah yang ada pada CSG adalah polimorfonuklear leukosit,
neutrofil, monosit, makrofag dan limfosit.

Polimorfonuklear leukosit bermigrasi secara teratur dan terus-menerus


dari pembuluh darah ke dalam epitel perlekatan, menembus ke sulkus
gingva dan keluar ke ruang mulut. Polimorfonuklear leukosit merupakan sel
paling aktif yang keluar dari pembuluh darah melalui epitel perlekatan
masuk ke dalam sulkus gingiva. Schluger serta Kowashi menemukan lebih
dari 500 leukosit setiap detik yang bermigrasi ke ruang mulut dari gingiva
dengan kondisi normal, pada mulut yang mempunyai gigi geligi lengkap.

Neutrofil bermigrasi melalui epitel perlekatan ke sulkus gingiva. Pada


sulkus, neutrofil membentuk rintangan diantara epitel dan plak yang
mungkin mencegah invasi bakteri pada epitel dan jaringan ikat dibawahnya.
Oleh karena itu, neutrofil dapat memperkecil efek merusak dari plak bakteri.
17

Sekitar 92% leukosit yang ditemukan di dalam sulkus gingiva sehat berupa
neutrofil. Jumlahnya dapat meningkat selama perubahan dari sulkus yang
sehat menjadi saku gusi. Bila terjadi kerusakan, seluruh sel ini akan
melepaskan enzim cytosolic dan konsentrasinya menggambarkan jumlah
sel yang mati ketika terjadi lesi.

Monosit merupakan sel imatur yang mempunyai sedikit kemampuan


untuk melawan agen-agen yang menyebabkan infeksi. Konsentrasi sel
monosit ini di dalam darah antara 5-10%. Sel monosit hanya berada di
dalam darah selama 24 jam saja, untuk selanjutnya bermigrasi ke berbagi
jaringan, menetap disana dan berubah menjadi makrofag.

Limfosit adalah leukosit terbanyak di dalam darah sesudah leukosit


neutrofil. Antara 25%-35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah limfosit.

2) ELEKTROLIT
Konsentrasi elektrolit yang telah diukur pada CSG lebih tiggi daripada
konsentrasi elektrolit di plasma. Ini mencakup sodium, potasium, kalsium
dan magnesium. Konsentrasi ion-ion tersebut akan meningkat pada
keadaan gingiva meradang.

3) PROTEIN
Pada keadaan sehat, seharusnya tidak ada protein yang hadir pada
celah gusi, meskipun saliva masuk ke sulkus. Protein pada CSG mungkin
berasal dari gingiva yang terinflamasi, bakteri pada plak gigi atau pemecah
neutrofil. Protein plasma dalam CSG merupakan molekul-molekul kecil yang
secara terus-menerus menembus lamina propia dinding pembuluh darah
masuk ke sulkus gingiva.

Ditemukannya C3, C4, C5 dan C3 proaktivator menunjukkan bahwa di


dalam sulkus gingiva terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik dan
alternatif.

4) UREA
Urea hadir dalam saliva dan CSG 3-10 mM pada individu yang sehat.
Urea mungkin sumber nitrogen yang paling berlebihan pada rongga mulut

4. Mekanisme sekresi Cairan Sulkus Gingiva


18

Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel pelekatan
yang terletak pada celah gusi dalam bentuk CSG. Cairan sulkus gingiva
mengalir secara terus-menerus melewati epitel dan masuk ke sulkus gingiva
dengan aliran yang sangat lambat, 0,24 – 1,56 µL/menit pada daerah yang tidak
mengalami inflamasi. Aliran cairan ini akan meningkat apabila terjadi gingivitis
atau periodontitis.

Beberapa peneliti percaya bahwa aliran cairan ini bersifat sekunder pada
peradangan yang disebabkan oleh pengumpulan mikroba di daerah perlekatan
dento-gingiva. Yang lainnya berpendapat bahwa aliran merupakan proses
fisiologis yang terjadi terus menerus. Hipotesa alfano membuktikan bahwa CSG
dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat, melalui mekanisme perubahan
tekanan osmosis sebab adanya makromolekul. Pendapat yang banyak dianut
saat ini adalah pada keadaan normal CSG yang mengandung leukosit ini akan
melewati epitel perlekatan menuju ke permukaan gigi.

Cairan mengalir dari kapiler menuju jaringan subepitel, terus ke epitel


perlekatan. Di sini cairan disekresikan dalam bentuk CSG bercampur dengan air
liur di dalam rongga mulut. Beberapa ahli berpendapat bahwa cairan ini berasal
dari mikrosirkulasi jaringan gingiva. Kehadiran plak di dalam cairan sulkus
gingiva dan difusi dari molekul besar kearah membran dasar cenderung
menimbulkan pembentukan tekanan osmosis sepanjang cairan berjalan dan
muncul sebagai transudat/eksudat di dalam celah gusi

5. Mekanisme sekresi Saliva


Kelenjar saliva terdiri dari komponen-komponen yang dapat mensekresikan
saliva ke rongga mulut melalui duktus yang disebut salivon. Salivon terdiri dari
acinus, intercalated duct, dan striated duct. Setiap komponen yang
mensekresikan merupakan kelompok sel yang berbentuk bula tersusun atas sel
acinar atau sel tubular tersusun memanjang. Ujung komponen sekretori dan
segmen ductal tersusun dalam lobus.

Sel sekretori saliva diklasifikasikan menjadi 3 kategori :

1. Serous-secreting cells menghasilkan produk yang hampir seluruhnya protein.


Karakteristiknya adalah sebagai berikut :
a. Nukleus yang besar dan bundar di tengah sel
b. Banyak glandula sekretori di apikal
19

c. Basophilic infranuclear zone yang memiliki banyak reticulum


endoplasma kasar
d. Golgi aparatuus yang berkembang dengan baik, terletak di apikal
nukleus, sering disalahartikan sebagai secretory granule
e. Batas lateral yang tidak jelas disebabkan oleh interdigitasi mikrovili di
ruang intercelluler
Serous sel berbentuk piramidal dengan apikal yang sempit dan permukaan
basolateral yang luas dan berkontak dengan basal lamina. Sintesis protein
yang tinggi menyebabkan retikulum endoplasma kasar sangat berkembang
tersebar paling banyak di basal dan lateral sitoplasma.

2. Mucous cells mengandung sedikit protein sedikit protein namun memiliki


kandungan karbohidrat kompleks yang cukup tinggi. Karakteristik mikro
anatomis mucous cell bervariasi tergantung pada tingkat siklus sekretori
(terstimulasi/tidak terstimulasi). Mucous cell yang matang dan tidak
terstimulasi memiliki banyak granula sekresi. Mucous cell yang tidak
distimulasi berbentuk collumnar dan bagian 2/3 apikal sel terlihat kosong.
Nukleus sel berbentuk pilih dan berada di dasar sel. Retikulum endoplasma
kasar terletak berdekatan dengan nukleus. Karakteristik mucous cell adalah
berbatas jelas, karena sel mukus tidak memiliki mikrovili di permukaan
lateralnya. Mucous acinar cells mensekresikan mucin, yaitu komponen yang
teksturnya seperti jelly yang melapisi permukaan mukosa mulut.
3. Seromucous cells
Proses sekresi saliva meliputi dua tahap, yaitu sekresi saliva primer dan
sekunder. Tahap pertama adalah sekresi saliva primer yang diproduksi oleh
sel-sel acinar yang bersifat isotonik terhadap plasma. Membran plasma sel
acinar sangat permiabel terhadap air dan subtansi yang larut lemak, tetapi
tidak permiabel terhadap ion. Akibatnya transport elektrolit melalui membran
plasma terjadi melalui transporter seperti ion channels, pompa ion dan
cotransport. Prinsip umum dari pembentukan saliva primer adalah pelepasan
K+ ke interstitium dan Cl- ke lumen pada sel acinar. Penyebab terjadinya
respon terhadap reseptor yang diaktivasi oleh peningkatan Ca2+ interseluler
yang mengaktifkan channel K+ dan Cl- yang diregulasi oleh Ca2+ yang
terletak di basolateral dan luminal membran plasma.

Channel Cl- luminal juga dapat digunakan untuk transportasi. Di dalam lumen
peningkatan anion (Cl dan beberapa ion menciptakan lingkungan yang
bermuatan negatif dibandingkan keadaan sekitar yang menyebabkan Na+
20

dari interstitium masuk ke dalam lumen melalui transport paraseluler dan tight
junction. Aliran air yang terjadi pada jalur paraseluler dan transeluler
mengikuti perpindahan garam ke lumen oleh karena gradient osmotic
menyebabkan sel acinar mengerut dan terbentuk saliva primer yang isotonik
terhadap plasma sehingga mengakibatkan konsentrasi Na+ meningkat.

Peningkatan konsentrasi Na+ mengaktifkan mekanisme transport pompa


Na+/K+ (ATPase) yang mengeluarkan Na+ dan memasukkan K- kembali ke
lumen sehingga mengembalikan gradien ion melintasi membran plasma sel
acinar. Perpindahan ion ke dalam lumen secara osmotik mengembalikan air
dan volume sel pada keadaan semula. Apabila konsentrasi Ca2+ volume sel,
pH sitoplasmik, dan aktivitas transporter kembali normal, maka sel acinar
berada dalam kondisi siap untuk memproduksi saliva.

Secondary saliva adalah saliva yang memasuki rongga mulut. Saat saliva
mengalir melalui sistem duktus, saliva mengalami modifikasi. Reabsorbsi Na+
dan Cl- di duktus striata menjadi lebih besar daripada sekresi K+ dan di
dalam duktus saliva sehingga konsentrasi Na+ dan Cl= serta permeabilitas
duktus terhadap air menjadi sangat rendah. Akhirnya saliva yang
disekresikan ke rongga mulut menjadi hipotonis.

6. Faktor yang mempengaruhi sekresi cairan sulkus gingiva


Pada gingiva normal, dimana vasa mikrosirkular menghalangi derajat normal
permeabilitasnya, jumlah cairan yang memasuki sulkus gingiva adalah minimal.
Peningkatan jumlah cairan gingiva dapat dipertimbangkan sebagai tanda-tanda
adanya penyakit gingiva. Di sini cairan gingiva merupakan merupakan eksudat
inflamasi (Roth dan Calmes, 1981). Namun cairan gingiva juga dapat dirangsang
dengan cara: 1). memasang sepotong kertas filter di dalam leher gingiva, 2).
mastikasi, dan 3). penyikatan gigi (Moreira et al, 2009). Faktor lain yang
mempengaruhi jumlah cairan gingiva yaitu stimulasi mekanik dan pemijatan
gingiva, ritmik jantung, perubahan hormonal dan enzim (Macphee and
Cowley, 1975).

Laju aliran saliva mengalami perubahan karena beberapa faktor berikut.

a) Derajat hidrasi
21

Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting
karena apabila cairan tubuh berkurang 8% maka kecepatan aliran saliva
berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya hiperhidrasi akan meningkatkan
kecepatan aliran saliva. Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga
mencapai nol.
b) Posisi tubuh
Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan
aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring.
Pada posisi berdiri, laju aliran saliva mencapai 100%, pada posisi duduk
69% dan pada posisi berbaring 25%.
c) Paparan cahaya
Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam keadaan gelap, laju
aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40%.
d) Irama siang dan malam
Laju aliran saliva memperlihatkan irama yang dapat mencapai puncaknya
pada siang hari dan menurun saat malam hari.
e) Obat
Penggunaan atropin dan obat kolinergik seperti antidepresan trisiklik,
antipsikotik, benzodiazepin, atropin, β-blocker dan antihistamin dapat
menurunkan laju aliran saliva
f) Usia
Laju aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan
pada anak dan dewasa laju aliran saliva meningkat.
g) Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat
meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir makanan yang tidak
disukai dapat menurunkan sekresi saliva.
h) Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun keduanya
mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh
karena ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva
wanita.

7. Kelenjar Saliva
22

Saliva diproduksi oleh kelenjar saliva mayor yaitu parotis, submandibular, dan
sublingual beserta kelenjar minor yang tersebar dibawah epitelium oral. Tiap
kelenjar terhadap total volume saliva berkontribusi sebanyak 30% dari kelenjar
parotis, 60% dari kelenjar submandibular, 5% dari sublingual dan 5% dari
kelenjar minor.

Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva terbesar dengan berat antara 15


sampai 30 gram dan berukuran 6x3 cm. Kelenjar parotis juga merupakan
kelenjar serous yang terdiri dari 90% serous. kelenjar parotis memiliki lobus
superficial yang luas dan lobus profundal dengan N. facialis yang terletak di
anatara kedua lobus. Sebanyak 20 % kelenjar parotis memiliki kelenjar aksesori
dan duktus yang terletak di M.Masseter. Kelenjar parotis memiliki 3 sampai 24
nodus limfa yang terletak di lateral N.Facialis di lobus superficial. Volume
kelenjar parotis adalah 2,5 kali lebih besar dari pada kelenjar mandibula dan 8
kali lebih besar di bandingkan dengan kelenjar sublingual

Kelenjar Submandibula disebut serumucous yang terdiri dari 10% mucous.


Kelenjar submandibula terletak di segitiga submandibula yang terdiri dari bagian
anterior dan posterior M. digastricus dan tepi inferior mandibula. Beratnya
adalah sekitar 50% berat kelenjar parotis dengan berat antara 7 gram sampai 15
gram. Duktus kelenjar submandibula bermuara di duktus warthon yang terletak
di dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingualis. Duktus warthon berukuran
panajng 4 cm sampai 5 cm dan melintasi bagian superior N. hipoglossus dan
bagian inferior menuju N. Lingualis. Kelenjar submandibula memiliki 3 sampai 6
nodus limfa yang ditemukan di segitiga submandibula.

Kelenjar saliva yang berukuran paling kecil adalah kelenjar sublingual dengan
berat antara 2 gram sampai 4 gram. Kelenjar sublingual terletak di dalam dasar
mulut antara mandibula dan M. Genioglossus. Kelenjar sublingual tidak memiliki
kapsula facial yang jelas dan duktus yang dominan. Namun terdapat drainase 10
duktus kecil yang disebut ducts of rivinus. Pada umumnya beberapa duktus di
bagian anterior menyatu membentuk satu duktus yang lebih besar yaitu duktus
Hartholin yang menyekresikan saliva melalui duktus warthon. Duktus Bartholin
menyatu dengan dustus warthon di sublingual caruncula pada kedua sisi
irenulum lingualis.

Kelenjar minor merupakan kelenjar mucous. Kelenjar saliva minor terletak di


submukosa dibawah lamina proparia yang paling banyak ditemukan di bibir,
lidah, mukosa pipi dan palatum, tonsil, supraglotis, dan sinus paranasal. Kelenjar
23

saliva minor dinamakan berdasarkan lokasinya. Terdapat 600 sampai 1000


kelenjar saliva minor yang berukuran 1 mm sampai 5 mm pada rogga mulut
sampai orofaring. Setiap kelenjar memiliki satu duktus yang mensekresikan
melalui duktus yang kecil yang tersebar di opitelium. Pad amanusia, hanya
kelenjar saliva minor yang mensekresikan saliva secara spontan. Saliva yang
dihasilkan beraliran lambat pada siang hari dan saat istirahat.

BAB III

PENUTUP
24

A. Kesimpulan
1. Macam-macam jaringan lunak rongga mulut yaitu bibir atau disebut juga
labia, adalah lekukan jaringan lunak yang mengelilingi bagian yang
terbuka dari mulut. Fungsi bibir untuk membantu proses berbicara. Lidah
merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem pencernaan yang
berfungsi untuk menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang
berlawanan dan menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam. Palatum
merupakan sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara
rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi
rongga mulut.. Lapisan mukosa adalah lapisan basah yang berkontak
dengan lingkungan eksternal dan fungsi utama yaitu sebagai pelindung
jaringan yang lebih dalam pada rongga mulut dan fungsi lainnya, antara
lain sebagai organ sensoris, aktifitas kelenjar, dan sekresi.
2. Komposisi saliva terbagi menjadi dua komponen organik (Amilase,
immunoglobulin, protein kaya prolin, mukus Glikoprotein, lisozim, sistem
peroskidase, laktoferin, laktoperoksidase, gustin) dan komponen
anorganik (ion kalsium, magnesium, fluorida, HCO3, kalium, natrium,
klorida, NH4).
Komposisi CSG lebih dari 40 senyawa di dalam CSG sudah dianalisis,
namun sumbernya sulit dibedakan mungkin dari pejamu, bakteri atau
keduanya, misalnya kolagenase bisa berasal dari fibroblast atau
polimorfonuklear neutrofil tetapi juga disekresikan oleh bakteri.

3. Faktor yang mempengaruhi CSG adalah derajat dehidrasi, posisi tubuh,


paparan cahaya, irama siang dan malam, obat, usia, efek psikis, dan
jenis kelamin
4. Kelenjar saliva terbagi menjadi dua yaitu kelenjar saliva mayor (kelenjar
parotis, submandibula dan sublingual) dan kelenjar saliva minor.

B. Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik
dari segi diskusi kelompok kecil, penulisan tugas tertulis dan sebagainya,
25

untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang
mengajar, baik yang sebagai tutor ataupun dosen yang memberi materi
kuliah, dan dari rekan-rekan kami serta dari berbagai pihak demi
kesempurnaan.

Daftar pustaka
26

Kasuma,dr.drg Nila M.biomed. 2015. Fisiologi dan Patologi Saliva. Andalas univercity
press:Padang.

Zain, Setia Budi. Anatomi Sistem Regional dan Perkembangan. Jilid 1. Jakarta:
EGC. 2009.

Anda mungkin juga menyukai