Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

B5M2 Kelompok 2

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

STOMATOGNATIK 1

Disusun oleh : Kelompok 2

Tiara Aqilah 1810025007


Fairuz Salsabila Faisal 1810025023
Andi Pawele M 1810025008
Rizka Putri Octaviani Nasution 1810025022
Mellynda Agatha 1810025009
Herliana 1810025019
Rahmalia Dewi 1810025005
Melinia 1810025002
Tasya Citra Kirana 1810025003
Muhtasya Husnul Izza 1810025025
Ika Nur Aida 1810025024
Fakhira Indri Rosadi 1810025029

TUTOR :
drg. Listyawati M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Stomatognatik 1” ini pada waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber
ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. drg. Listyawati, M. Kes. selaku tutor kelompok 2 yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).
2. drg. Sylvia Agustin selaku dosen penanggung jawab modul ini yang telah
membimbing dan memberikan tugas kepada kami.
3. Teman-teman kelompok 2 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil
(DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2018 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi
kelompok kecil (DKK) ini.

Samarinda, 11 Februari 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB 1 : Pendahuluan............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................2
C. Manfaat Penulisan..........................................................................................2

BAB 2 : Pembahasan..............................................................................................3
A. Skenario........................................................................................................3
B. Identifikasi stilah sulit...................................................................................3
C. Identifikasi masalah......................................................................................4
D. Analisa masalah............................................................................................4
E. Strukturisasi konsep......................................................................................6
F. Learning Objective.......................................................................................6
G. Belajar mandiri..............................................................................................7
H. Sintesis..........................................................................................................7

BAB 3 : .16

1. Kesimpulan..................................................................................................18
2. Saran............................................................................................................19

Daftar Pustaka......................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rongga mulut adalah pintu memasuki saluran cerna, dan sebuah bilik
tempat makanan secara mekanis dihancurkan oleh gigi-geligi dan secara
kimiawi dimodifikasi dan dilumasi oleh liur sebelum diteruskan melalui
faring dan esophagus ke dalam lubang untuk proses selanjutnya. Vestibulum
adalah ruang sempit di antara permukaan dalam bibir dan pipi dan aspek luar
gusi dan geligi. Rongga mulut sebenarnya dibatasi di atas oleh palatum
molle dan durum (langit-langit keras dan lunak), di anterior oleh aspek dalam
gusi dan geligi , dan di posterior oleh dua lipat palatoglossus dari selaput
mukosa sisi mulut dan sisi faring. Sebagian besar rongga mulut ditempati
lidah, sebuah struktur muscular sangat mobil untuk membantu dalam
mengunyah dan menelan. Pada manusia, ia juga berperan untuk berbicara.
Bibir dibentuk oleh otot rangka orbicularis oris dan jaringan ikat
padat, permukaan luarnya ditutupi kulit dengan folikel rambut dan kelenjar-
kelenjar sebasea dan keringat. Pada tepian bebas bibir, ia berubah menjadi
kulit sangat tipis tanpa rambut, dengan epidermis yang cukup transparan
untuk memberinya warna merah karena tampak darah dalam kapiler dalam
dermisnya. Pada aspek dalam bibir terjadi transisi berangsur dari kulit
menjadi membran mukosa pelapis vestibulum dan mulut.
Liur adalah campuran produk macam-macam kelenjar ini. Ia cairan
kental , tidak berwarna, agak keruh yang mengandung air, mucoprotein,
immunoglobulin, dan ion-ion anorganik, termasuk kalsium , kalium, natrium,
klorida, dan sedikit sekali besi. Di antara unsur proteinnya terdapat enzim-
enzim seperti amilase (ptialin) yang memecah tepung tepung menjadi
karbohidrat larut-air lebih kecil. Juga ditemukan yang disebut badan-badan
liur di dalam liur yang merupakan granulosit dan lomfosit berdegenerasi
yang berasal dari tonsila dan kelenjar limf pada bagian belakang lidah.
Cairan sulkus gingiva (CSG) adalah suatu produk filtrasi fisiologis
dari pembuluh darah yang termodifikasi, karena asalnya dari darah maka
komposisi CSG hampir sama dengan darah. Cairan ini diketahui dapat
digunakan mendeteksi indicator-indikator inflamasi yang berperan dalam
terjadinya penyakit periodontal.

B. TUJUAN PENULISAN

1
Adapun tujuan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui :

1. Anatomi dari masing-masing jaringan lunak.


2. Fisiologi dari masing-masing jaringan lunak.
3. Fisiologi cairan rongga mulut.
4. Anatomi kelenjar saliva.
5. Mekanisme sekresi cairan ion.
6. Komposisi cairan rongga mulut.
7. Batas sulkus gingiva.

C. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat


mengetahui dan paham mengenai anatomi dan fisiologi jaringan lunak yang
ada pada rongga mulut, cairan yang disekresikan di dalam rongga mulut baik
mekanisme maupun komposisinya. Dan juga agar kita mengetahui
Stomatognatik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SKENARIO

Percakapan antara Bayu dan Bagas pada saat bekerja kelompok :


Bayu : Aduh… banyak banget materi yang harus kita baca.
Bagas : Sudahlah… jangan mengeluh, dibaca aja lho ko’ susah hehehe.
Bayu : Gaya luuuuu… masih bingung tentang cairan rongga mulut nich, selain
saliva memangnya ada yang lainnya? Trus darimana dan gimana caranya
cairan itu keluar dari mulut kita? Terkadang kalau bangun tidur suka
ileran kan wkwkwk… ko’ bisa ya begitu? Pernah juga beberapa hari
yang lalu gigiku bengkak dan aq merasa ada cairan yang rasanya asin-
asin di dalam mulutku, apakah cairan itu saliva juga? Pastikan ada
fungsinya tuh cairan, semua yang diciptakan pasti ada fungsinya masing-
masing hehehe. Itu baru tentang cairan rongga mulut lho belum ke
jaringan lunak rongga mulutnya.
Bagas : Wkwkwk… Kamu pasti lupa dengan kuliah drg. A tentang cairan dan
jaringan lunak rongga mulut, padahal baru kemarin lho kuliahnya
ckckck… jadi cairan rongga mulut bukan hanya saliva tapi ada juga
yang namanya cairan sulkus gingiva atau CGF. Cairan CGF keluar dari
sela-sela gingiva. Gingiva salah satu dari jaringan lunak rongga mulut
tuhhh… Darimana dan gimana caranya kedua cairan tersebut keluar dari
mulut kita dan apa aja jaringan lunak rongga mulut dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan materi cairan dan jaringan lunak rongga mulut
nahhhhh… marilah kita belajar sama-sama hehehe… jika masih bingung
kita tanya besok di kuliah… oke.

B. IDENTIFIKASI ISTILAH/KONSEP

1. Gingiva (gusi) : Bagian mukosa yang mengelilingi gigi


2. Saliva : Gabungan cairan yang disekresikan ke rongga
mulut
3. Cairan Rongga mulur : Cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah
ke rongga mulut dan disebabkan melalui celah antara permukaan gigi dan
gusi
4. Jaringan lunak : Jaringan yang menyokong / mengelilingi
struktur / rongga tubuh
5. CGF/CSG : Cairan filtrasi dari pembuluh darah yang
sudah termodifikasi biasanya mengandung mediator inflamasi
6. Stogmanomatik : Sistem pengunyahan yang merupakan awal
system pencernaan.

3
C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja fungsi stomanogmatik ?
2. Apa saja cairan rongga mulut ?
3. Berasal dari manakah cairan rongga mulut ?
4. Apa saja komposisi saliva dan CGF ?
5. Dimana letak anatomi kelenjar saliva ?
6. Bagaimana mekanisme sekresi saliva dan CGF ?
7. Apa saja fungsi saliva dan CGF ?
8. Faktor apa yang mempengaruhi sekresi saliva ?
9. Apa saja jaringan lunak di rongga mulut ?
10. Dimana letak batas-batas jaringan lunak rongga mulut ?

D. ANALISA MASALAH

1. Fungsi Stomanogmatik
 Pengunyahan : Proses penghancuran makanan dengan bantuan saliva
untuk mengubah ukuran dan membentuk bolus dan kemudian ditelan.
 Penelanan : Aktivitas terkoordinasi yang melibatkan otot dalam
mulut, palatum, otot faring dan otot laring
 Respirasi : Proses pertukaran O2 dan CO2
 Bicara : Kemampuan bicara tergantung perkembangan fungsi
normal daerah korteks daerah cerebeli dan pemanfaatan otot-otot laring,
faring dan cavum oris.

2. Cairan rongga mulut adalah saliva dan CGF

3. Saliva dihasilkan oleh 2 kelenjar yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar
saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
sublingualis, dan kelenjar submandibularis / submaksilaris
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar labialis, kelenjar bukalis, kelenjar
palatinalis dan kelenjar lingualis.
CGF / CSG berasal dari pembuluh darah yang berada pada gingiva. CGF /
CSG terdiri dari eksudat dan transudat. Cairan eksudat berasal dari peristiwa
peradangan sedangkan transudat berasal dari cairan yang memang ada dalam
tubuh yang menjaga homeostasis.

4. Komposisi cairan rongga mulut :


 Komposisi dari saliva terdiri dari 99% air dan 1% padat (anorganik
dan organik)khug

 Komposisi cairan sulkus gingiva terdiri dari produk darah (makrofag,


leukosit dan sebagainya)

5. Anatomi kelenjar saliva


4
- Kelenjar parotis :depan 2 bawah telinga luar (merupakan
kelnjar yang paling besar)
- Kelenjar submandibularis : dibawah mandibula pada dasar mulut
- Kelenjar lingualis : dibawah lidah (merupakan kelenjar
yang paling kecil)

6. Mekanisme sekresi cairan mulut

a) Saliva
- Kelenjar major : dari saraf-saraf mukosa oleh rangsangan
mekanis dan kimiawi (rangsangan olfaktori)
- Kelenjar minor : keluar dengan sendiri
b) Cairan sullkus gingiva

Cairan sulkus gingiva keluar jika terdapat rangsangan melalui


jaringan epitel pada sela-sela gingiva seperti gangguan penyakit
periodontal dan karies.

7. Fungsi cairan rongga mulut

 Saliva
1. Mempermudah proses menelan
2. Menghancurkan bakteri
3. Membantu berbicara
4. Menjaga keseimbangan cairan mulut
5. Mengendalikan flora bakterial
6. Membantu dalam pengecapan rasa
7. Membersihkan sisa makanan
8. Membantu proses penyembuhan luka di rongga mulut
9. Mempermudah pengunyahan
 Cairan sulkus gingiva
1. Membersihkan material di sulkus gingiva
2. meningkatkan adesi antara epitel terhadap gigi

8. Faktor sekresi
(1) Faktor mekanis : Memakan makanan keras
(2) Faktor kimiawi : Asam, manis, pahit dan sebagainya
(3) Faktor neuranat : Sistem saraf otonom
(4) Faktor psikis : Stress
(5) Faktor rasa sakit
(6) Faktor merokok

9. Jaringan rongga mulut


 Lidah
 Palatum mole
 Palatum durum
 Vestibulum oris
 Bibir bagian dalam
 Pipi bagian dalam

5
 Gingiva
 Mukosa oral

10. Batas-batas jaringan rongga mulut


Anterior : sulkus gingiva
Posterior : dua lipatan palatoglossus

E. STRUKTURISASI KONSEP

RONGGA MULUT

ANATOMI DAN
FISIOLOGI

CAIRAN RONGGA JARINGAN RONGGA


MULUT MULUT

F. LEARNING OBJEKTIF

1. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dari masing-masing jaringan lunak.

6
2. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologi dari masing-masing jaringan
lunak.

3. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologi cairan rongga mulut.

4. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dari kelenjar saliva.

5. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme sekresi cairan rongga mulut.

6. Mahasiswa dapat mengetahui komposisi cairan rongga mulut.

G. BELAJAR MANDIRI

Pada step ini masing-masing anggota kelompok belajar secara mandiri untuk
menemukan learning objective yang sebelumnya sudah disepakati bersama.

H. SINTESIS

1. Anatomi Jaringan Lunak


1. Vestibulum Oris
Merupakan ruang sempit yang ke arah luar dibatasi oleh bibir dan
pipi, sedangkan di dalam dibatasi oleh gigi geligi dan gusi.

2. Cavum Oris Proprium


Batas batas cavum oris propium:
a. Ventral & Lateral : Arcus Dentalis & Proc. Alveolaris
b. Dorsal : Isthmus Facium
c. Cranial : Palatum Durum & Molle
d. Caudal : Dasar Rongga Mulut

3. Bibir
 Bibir bagian atas : terbentang dari dasar hidung pada bagian superior
sampai ke lipatan nasolabial, pada bagian lateral dan batas bebas dari
sisi vermilion.
 Bibir bagian bawah : terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai
kebagian mandibula pada bagian inferior.

4. Gingiva
Gingiva merupakan bagian membran mukosa yang terikat erat pada
periosteum krista tulang alveolar. Gingiva dilapisi epitel berlapis gepeng
dengan banyak papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Sebagian besar
gingiva, lamina propria melekat erat pada periosteum dibawahnya dan

7
mukosanya tidak dapat digerakkan. Meskipun begitu yang dalam jarak 1 mm
dari gigi, ia kurang erat lekatannya dan disebut gingiva bebas atau gingiva
marginal. Sekitar mahkota gigi, gingiva bebas dipisahkan dari email oleh alur
dangkal yang disebut celah gingiva atau sulkus gingiva.

5. Lidah
 Terletak di lantai dasar mulut dalam corpus mandibulae yang
melengkung
 2/3 anterior lidah di sebut corpus
 1/3 posterior lidah disebut radix
 Tersusun atas otot lurik dilapisi membran mukosa
 Ujung lidah disebut apex linguae
 Memiliki papila sirkumvalata, filiformis, fungiformis dan foliate

6. Palatum
 Palatum durum : Palatum durum terletak di bagian anterior
rongga mulut. Palatum memisahkan rongga mulut dengan rongga
hidung dan sinus maksilaris. Palatum durum memiliki papilla
incisivus. Bagian mukosa palatum durum terdiri dari epitel gepeng
berlapis dengan lamina propria melekat pada osteum sehingga
tidak mudah digerakkan dasarnya. Pada palatum durum terdapat
kelenjar liur, arteri palatina major (dari foramen palatina major),
arteri palatina minor (dari foramen minor).
 Palatum Mole : Palatum mole terbentang mulai dari palatum
durum ke posterior dan terdapat otot lurik dan jaringan ikat
aponoresis, dengan bagian atas berbatasan dengan nosopharing dan
bagian bawah oropharing. Bagian oropharing yang mengandung
mukosa. Serta memisahkan oropharing dan nasopharing selama
menelan dan berbicara.

7. Mukosa pada mulut


Secara umum struktur mukosa mulut terdiri dari 2 lapisan utama yaitu
jaringan epitel di permukaan dan jaringan penyambung fibrosa menunjangnya
yaitu lamina propria. Jaringan epitel mukosa mulut adalah epitel berlapis
gepeng. Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari lapisan beturut-turut dari
yang paling dalam ke permukaan yaitu lapisan germinativum / basalis,
lapisan spinosum, lapisan granulosum, dan lapisan corneum. Lamina propria
adalah lapisan penyambung yang ketebalannya bervariasi. Di lapisan inilah
terdapat pembuluh darah, limfe, saraf, dan saluran keluar kelenjar liur.
Lamina propria banyak mengandung fibroblast dan pada kondisi normal
mengandung sedikit makrofag, sel plasma, sel mast, dan limfosit yang akan
meningkat jumlahnya pada berbagai kondisi patologis. Adapun tipe-tipe
mukosa mulut :
 Mukosa Pengunyahan (Gingiva, Palatum durum)
 Mukosa Penutup (Bibir, Pipi, Palatum molle)

8
 Mukosa Khusus (Merah bibir, Lidah)

Tipe
Regio Epitel Kedalaman Submukosa
Mukosa

Labial Tebal, non Tebal, terikat


Dangkal Penutup
bukal keratinized kuat

Dasar Tipis, non Tipis,


Dangkal Penutup
Mulut keratinized fleksibel

Tipis, non Tipis,


Alveolar Dangkal Penutup
keratinized fleksibel

Ventral Tipis, non Melekat


Dangkal Penutup
Lidah keratinized pada otot

Palatum Tebal, non Tipis,


Dangkal Penutup
Molle keratinised fleksibel

Dorsum
Bervariasi, non Melekat
Lidah Dangkal Penutup
keratinised pada otot
Posterior

Lateral-
Palatum
Tebal, keratinised Dalam tebal / Med- Pengunyah
Durum
tipis

Attached
Tebal, keratinized Dalam Absen Pengunyah
Gingiva

Merah
Tipis, keratinised Dalam Tebal Khusus
bibir

Dorsum
Tebal, Melekat
Lidah Dalam Khusus
orthokeratinised pada otot
Anterior

2. Fisologi Jaringan Lunak

1) Palatum durum berfungsi untuk membatasi saluran pencernaan mulut dan


untuk tumpuan lingua pada proses mengunyah.
2) Palatum mole berfungsi untuk penelanan.
3) Lidah berfungsi untuk pengecap dan berbicara

9
4) Mukosa oral berfungsi untuk melindungi jaringan lunak di rongga mulut,
menambah pengunyahan, organ sensoris untuk memberi informasi
mengenai hal-hal yang terjadi di mulut aktivas sekresi
5) Cavum oris berfungsi untuk pintu masuk ke saluran cerna
6) Pipi berfungsi untuk membantu proses pengunyahan dan melindungi
organ di dalam mulut
7) Gingiva berfungsi untuk melindungi akar gigi, tulang alveolar dan
jaringan lainnya terhadap rangsangan.
8) Mukosa mulut terdiri dari mukosa pengunyahan, mukosa penutup, dan
mukosa khusus.
a) Mukosa pengunyahan merupakan epitel parakeratin. Mukosa ini
merupakan penyusun jaringan lunak seperti gingiva dan palatum
durum. Mukosa pengunyahan berfungsi untuk menahan tekanan.
b) Mukosa penutup merupakan epitel non keratis. Mukosa ini
merupakan penyusun mukosa labial (bibir) dan bukal (pipi),
palatum mole dan mukosa alveolaris. Mukosa penutup berfungsi
untuk kelenturan dan ketahanan dalam proses pengunyahan
c) Mukosa khusus merupakan epitel ortokeratin. Mukosa ini
merupakan penyusun dalam jaringan lunak merah bibir pada
mulut, selain itu juga ada lidah. Mukosa ini berfungsi untuk
pengecap karena ada papilla contohnya pada lidah.

3. Fisiologi Cairan Rongga Mulut

 Fungsi Saliva :
- Membasahi dan melumasi makanan yang masuk
- Membersihkan rongga mulut
- Mengatasi dehidrasi dengan mengurangi sekresi saliva yang
nantinya membuat kita haus
- Enzim α-amilasenya mengawali proses pencernaan dengan
menghidrolisis tepung menjadi gula terlarut
- Mengendalikan flora bacterial dari rongga mulut
- Karena liur memiliki sifat bakteriostatik, maka enzim lisozim
yang disekresi sel-sel serosa dari asini liur menghidrolisis dinding
sel bakteri yang mengakibatkan bakter hancur dengan mudah pada
saliva.
- Sebagai pertahanan imun terhadap bakteri mulut karena adanya
immunoglobulin A

 Fungsi CGF / CSG :


- Indikator Penyakit Periodontal
Cairan gingiva sangat peka terhadap rangsangan kimiawi maupun
mekanis, serta sangat berhubungan dengan keadaan mikrosirkulasi
jaringan setempat. Menurut Klavan, Tylman dan Malone, aliran
CSG dari sulkus gingiva dapat digunakan sebagai indicator

10
terhadap respon dini dari aktifitas antigen bakteri. Aliran CSG
akan bertambah besar pada keadaan gingiva meradang karena
adanya pertambahan permeabilitas pembuluh vaskular.
- Pencegahan Terhadap Karies
Hancock dkk menemukan bahwa CSG mempunya aksi mekanis
dan pertahanan terhadap bakteri dan benda-benda asing lainnya.
Carranza mendukung teori tersebut dengan mengatakan bahwa
CSG berufngsi untuk membersihkan sulkus dari materi-materi
pathogen. Grant dkk berpendapat bila materi atau benda asing
tertentu masuk ke sulkus gingiva segera akan lenyap dari sulkus
sebab disemburkan keluar oleh aliran CSG. Mc Gehee
berpendapat pada gingiva sehat CSG bersifat alkali sehingga dapat
mencegah terjadinya karies pada permukaan enamel dan
sementum yang halus. Sifat ini disebabkan oleh daerah
mikrosirkulasi setempat bersifat alkali yang menunjang netralisasi
asam yang ditemukan pada proses karies di area gingival margin.

4. Anatomi Kelenjar Saliva

11
Kelenjar saliva dibagi dalam dua kategori yaitu kelenjar saliva minor dan
kelenjar saliva mayor. Kelenjar minor terdapat di mukosa dan bermuara
langsung , atau melalui saluran pendek, ke permukaan epitel mulut. Mereka
agaknya terus bersekresi, ikut membentuk saliva yang membasahi dan
melumas rongga mulut. Di antara kelenjar liur minor yang bermuara dalam
vestibulum adalah kelenjar labialis di antara mukosa dan otot orbicularis oris
dalam bibir atas dan bawah dan kelenjar buccalis tersebar di bawah mukosa
pada aspek dalam pipi. Kelenjar lingualis anterior terletak di bagian bawah
ujung lidah, pada kedua sisi frenulum. Tiga atau empat salurannya bermuara
pada sisi bawah ujung lidah. Bagian anterior kelenjar terdiri atas tubuli
berlapiskan sel-sel serosa. Pada bagian posterior, tubuli bercabang dilapis sel-
sel mukosa namun mereka mungkin memiliki demilun tipis sel-sel serosa
pada ujung buntunya. Kelenjar Von Ebner adalah kelenjar serosa pada papilla
sirkumvalata. Sekret berairnya dilepaskan ke dalam alur sekitar papilla
tempat ia memungkinkan difusi substansi yang uniform kepada kuncup kecap
dan dapat berfungsi membilas alur. Kelenjar mukosa dan kelenjar campur
sangat kecil lain terdapat di bagian belakang lidah.
Kelenjar mayor mencakup kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual.
Mereka terletak agak berjauhan dari rongga mulut dan berhubungan
dengannya melalui saluran-saluran yang memiliki kelompokan asini kelenjar
pada ujungnya. Kelenjar ini menghasilkan banyak sekret bila ujung-ujung
sarafnya di mukosa mulut dirangsang mekanis dan kimiawi. Sebagian juga
bersekresi sebagai respons atau rangsangan olfaktoris tertentu.

a. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di
anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot

12
masseter. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada
lipatan antara mukosa pipi Universitas Sumatera Utara dan gusi
dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat
padat
dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim,
fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama
disebut duktus stenon(stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.
Kelenjar liur mayor terbesar ini terletak di subkutan kiri kanan muka
di bawah dan anterior terhadap telinga. Mereka meluas dari arkus
zigomatikus di atas sampai di bawah angulus rahang. Salurannya yang
panjang (ductus Stensoni) berjalan melalui otot muka untuk bermuara
pada papilla kecil pada sisi dalam pipi, berhadapan dengan molar
kedua atas. Sel-sel asininiya terutama seromukosa dengan asini
mukosa hanya jarang-jarang.

b. Kelenjar Submandibular
Kelenjar submandibular terletak, pada kedua sisi, di antara mandibula
dan otot-otot yang membentuk dasar mulut. Kelenjar submandibularis
merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak dan
mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu ductus Whartoni
yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah,
dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini
terdiri dari jaringan ikat yang padat. Seperti parotis, ia juga kelenjar
campur dengan dengan asini serosa dengan lebih banyak dari asini
mukosa (mukoserosa).

c. Kelenjar Sublingual
Kelenjar sublingual panjangnya 3-4 cm dan terletak di dalam
membran mukosa dasar mulut pada kedua sisi frenulum, dan dekat
simfisis mandibula. Salurannya sering bergabung dengan dengan yang
dari kelenjar submandibular namun dapat bermuara terpisah pada
papilla sublingualis. Kelenjar sublingualis mempunyai banyak duktus
yang menyalurkan ke dalam rongga mulut. Duktus kelenjar ini disebut
duktus Rivinus. Duktus inierletak berdekatan dengan papilla dari
duktus kelenjar submandibular. Seperti kelenjar mayor lain, ia adalah
kelenjar campur. Sekitar asininya 60% asininya adalah mukosa dan
30% serosa.

5. Mekanisme Sekresi Cairan Rongga Mulut

1. Sekresi Saliva
Sekresi saliva merupakan kerja dua tahap yaitu stadium pertama
melibatkan asinus dan yang kedua ductus salivarius. Asinus
mengeluarkan sekresi primer yang mengandung ptialin atau mucus

13
keduanya dalam larutan ion-ion yang mempunyai konsentrasi yang tidak
banyak berbeda dengan cairan ekstrasel yang khas. Tetapi, waktu secret
primer mengalir melalui ductus, berlangsung dua proses transport aktif
utama yang dengan nyata mengubah susunan ion saliva. Pertama, di
dalam bagian pertama ductus salivaria, di dekat sambungannya dengan
asinus, ion bikarbonat disekresiksi secara aktif sementara ion klorida
konsentrasi : Kedua, ion natrium secara aktif direabsorpsi dari ductus, dan
ion kalium secara aktif disekresi untuk menukar natrium. Oleh karena itu,
konsentrasi natrium saliva sangat berkurang, sementara konsentrasi ion
kalium meningkat.

2. Sekresi CGF / CSG

14
Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel
perlekatan yang terletak pada celah gusi dalam bentuk CSG. Cairan
sulkus gingiva mengalir secara terus-menerus melalui epitel dan masuk
ke sulkus gingiva dengan aliran yang sangat lambat, 0,24-1,56 μl/menit
pada daerah yang tidak mengalami inflamasi. Aliran cairan ini akan
meningkat bila terjadi gingivitis atau periodontitis. Hipotesa Alfano
membuktikan bahwa CSG dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat,
melalui mekanisme perubahan tekanan osmosis sebab adanya
makromolekul. Cairan mengalir dari kapiler menuju ke jaringan subepitel
terus ke epitel perlekatan. Dari sini cairan disekresikan dalam bentuk
CSG bercampur dengan air liur di dalam rongga mulut. Beberapa ahli
berpendapat bahwa cairan ini berasal dari mikrosirkulasi jaringan gingiva.

15
Kehadiran plak di dalam sulkus gingiva dan difusi dari molekul besar ke
arah membrane dasar cenderung menimbulkan pembentukan tekanan
osmosis sepanjang cairan berjalan dan muncul sebagai transudate/eksudat
pada celah gusi.
- Hubungan cairan sulkus gingiva dengan radang
Enzim bakteri mengakibatkan timbulnya respon radang seperti
bertambahnya permeabilitas vaskular. Bertambahnya
permeabilitas vaskular jaringan tersebut seimbang dengan
kenaikan jumlah dan aliran CSG. Cairan plasma keluar dari
pembuluh-pembuluh vaskular ke jaringan interseluler. Didapatkan
gangguan keseimbangan antara filtrasi dan absorpsi cairan pada
pembuluh darah kapiler, karena tekanan osmosis setempat
menurun dan tekanan hidrostatik vaskular naik, cairan akan
menembus non keratinized stratified squamous ephithelium, yang
merupakan suatu membrane semi permeabel. Cairan masuk ke
sulkus gingiva, serta memulai aliran CSG.

6. Komposisi Cairan Rongga Mulut

A. Komposisi Saliva
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut
disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik
dan anorganik. Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan
anorganik. Komponen anorganik dari saliva antara lain Na+ (Sodium),
K+ (Kalium), Ca2+ (Calsium), Mg2+ (Magnesium), Cl- (Klorida), SO42-
(Thyocynate), H+ (Nitrat) , PO4 (Fosfat), dan HPO42- (Potassium).
Komponen anorganik yang memiliki konsentrasi tertinggi adalah Na+
dan K+. Sedangkan komponen organik utamanya adalah protein dan
musin. Komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa
enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin,
vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa
hormon seperti testosteron dan kortisol. Selain itu ditemukan juga
lipida, glukosa, asam amino, ureum amoniak, dan vitamin. Komponen
organik ini dapat ditemukan dari pertukaran zat bakteri dan makanan.
Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein kaya
prolin, musin, dan immunoglobulin.

B. Komposisi Cairan Sulkus Gingiva

16
- Materi Darah
Materi darah yang ada pada CSG adalah polimorfnuklear leukosit,
neutrofil, monosit, makrofag dan limofosit. Schluger serta
Kowashi menemukan lebih dari 500 leukosit setiap detik yang
bermigrasi ke ruang mulut dari gingiva dengan kondisi normal,
pada mulut yang mempunyai geligi lengkap. Sekitar 92% leukosit
yang ditemukan dalam sulkus gingiva sehat berupa neutrofil.
Sedangkan konsentrasi sel monosit di dalam darah antara 5-10%.
Sel monosit hanya berada di dalam darah selama 24 jam saja,
untuk selanjutnya bermigrasi ke berbagai jaringan, menetap disana
dan berubah menjadi makrofag. Limfosit adalah leukosit kedua
terbanyak di dalam darah sesudah leukosit neutrofil. Antara 25-
35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah limfosit. Jumlah ini
akan bertambah pada tahap kronis dari suatu peradangan secara
infeksi.

- Elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang telah diukur pada CSG lebih tinggi
daripada konsentrasi elektrolit di plasma. Ini mencakup sodium,
potassium, kalsium, dan magnesium, selain itu juga terdapat
fosfor. Konsentrasi ion-ion tersebut akan meningkat pada keadaan
gingiva meradang.

- Protein
Pada keadaan sehat, seharusnya tidak ada protein yang hadir pada
celah gusi, meskipun saliva masik ke sulkus. Protein pada CSG
mungkin berasal dari gingiva yang terinflamasi, bakteri pada plak
gigi atau pemecahan neutrofil. Selain IgG, IgA, IgM, beberapa
komponen komplemen C3, C4, C5, dan C3 proaktivator juga
ditemukan didalam CSG. Dan adanya enzim lisozim dalam
membantu memonitor perkembangan dari penyakit periodontal,
selain lisozim terdapat juga laktoferin dalam respon inflamasi jika
ada radang pada gingiva.

BAB III
PENUTUP

17
3.1 KESIMPULAN

Jaringan lunak adalah jaringan yang menyokong atau mengelilingi struktur


(rongga tubuh). Jaringan lunak meliputi lidah, palatum molle dan palatum durum
(langit-langit lunak dan keras), vestibulum, bibir bagian dalam, pipi bagian dalam,
gingiva dan mukosa oral yang menutupi bagian labial dan bukal.

Mukosa mulut menutupi seluruh bagian rongga mulut mulai dari bibir sampai
ke regio tonsil palatina dan tonsila lingualis, kecuali permukaan gigi-geligi. Struktur
mukosa mulut terutama terdiri dari dari jaringan epitel berlapis, dengan jaringan
penyambung fibrosa di bawahnya yaitu lamina propria. Pada beberapa regio, mukosa
mulut diikatkan ke jaringan di bawahnya oleh lapisan submucosa. Ada tiga tipe
mukosa mulut yaitu mukosa pengunyahan di regio yang menerima beban mekanis
yang besar, mukosa penutup di regio yang memerlukan kelenturan dan mukosa
khusus yang dilengkapi oleh kuncup pengecap.

Di vestibulum, dasar mulut dan lidah bagian bawah, epitel ini realtif tipis dan
tidak mengalami keratinisasi. Lamina proprianya longgar, memungkinkan gerak
bebas di atas bangunan di bawahnya. Pada pipi ia agak lebih tebal. Epitel tanpa
keratinisasi ini tidak menunjukkan zona-zona seperti pada epidermis. Tempat mukosa
mobil dasar mulut beralih ke bagian di atas proses alveolares, terjadi peralihan
mendadak menjadi lapis merah muda yang melekat erat pada tulang di bawahnya
melalui jaringan ikat cukup padat. Inilah gingiva yang menutupi gusi dan meluas di
antara geligi.

Saliva adalah cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak dengan
mukosa dan gigi, berasal terutama dari tiga pasang kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor pada mukosa oral. Saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar
saliva mayor yaitu parotid, submandibular, dan sublingual beserta kelenjar minor
yang tersebar di bawah ephitelium oral. Saliva terdiri dari 95% air dan 1% bahan
padat yang didominasi oleh protein dan elektrolit. Saliva merupakan faktor esensial
di rongga mulut yang memiliki fungsi protektif, fisiologis, antimicrobial rongga
mulut, dan membantu proses pencernaan.

Cairan sulkus gingiva (CSG) berasal dari serum darah yang terdapat pada
sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang. Cairan sulkus
gingiva berperan dalam pencegahan terdapat terjadinya karies pada permukaan
enamel dan sementum yang halus sebab selain bersifat alkali yang dapat menunjang
netralisasi asam yang dapat ditemukan dalam proses karies area gingival margin,
CSG juga mempunyai aksi mekanis terhadap bakteri dan benda-benda asing lainnya.
Ini disebabkan oleh adanya aliran CSG yang terus-menerus. Bila bakteri atau benda
asing tertentu masuk ke sulkus gingiva segera akan lenyap dari sulkus karena
dicaburkan oleh aliran CSG.

18
3.2 SARAN

Kami menyadari masih banyak kekurangan dari kelompok kami. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan kelompok kami di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

19
Nares, Robert (1882). A glossary; or, Collection of words …. Which have been
thought to require illustration, in the works of English authors. London: R.
Triphook. Page 235.

Puspitiawati, Ria. 2003. ‘Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Jaringan Lunak


Mulut’. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Vol. 10 (edisi khusus). Hh.
462-467

GUYTON, Arthur C. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (Human


physiology and mechanism of disease / Arthur C. Guyton. Ed 3. Jakarta : EGC, 1990

Buku ajar Histologi / Don W. Fawcett. Ed 12. Jakarta : EGC, 2002

Cairan Sulkus Gingiva dan Peranannya dalam Bidang Kedokteran Gigi. SKRIPSI
oleh Dewi Vindani
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/8369/020600068.pdf?
sequence=1

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20097/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=84C532F1BF857FEAC2FC7679E4B19288?sequence=3

Fisiologi dan Patologi Saliva oleh Dr.drg. Nila Kasuma, M. Biomed. Padang : 2015

Puspitawati, R. (2003). Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Jaringan Lunak


Mulut. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 426-467.

20

Anda mungkin juga menyukai