B5M2 Kelompok 2
B5M2 Kelompok 2
B5M2 Kelompok 2
STOMATOGNATIK 1
TUTOR :
drg. Listyawati M.Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Stomatognatik 1” ini pada waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber
ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. drg. Listyawati, M. Kes. selaku tutor kelompok 2 yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).
2. drg. Sylvia Agustin selaku dosen penanggung jawab modul ini yang telah
membimbing dan memberikan tugas kepada kami.
3. Teman-teman kelompok 2 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil
(DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2018 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi
kelompok kecil (DKK) ini.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
BAB 1 : Pendahuluan............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................2
C. Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB 2 : Pembahasan..............................................................................................3
A. Skenario........................................................................................................3
B. Identifikasi stilah sulit...................................................................................3
C. Identifikasi masalah......................................................................................4
D. Analisa masalah............................................................................................4
E. Strukturisasi konsep......................................................................................6
F. Learning Objective.......................................................................................6
G. Belajar mandiri..............................................................................................7
H. Sintesis..........................................................................................................7
BAB 3 : .16
1. Kesimpulan..................................................................................................18
2. Saran............................................................................................................19
Daftar Pustaka......................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rongga mulut adalah pintu memasuki saluran cerna, dan sebuah bilik
tempat makanan secara mekanis dihancurkan oleh gigi-geligi dan secara
kimiawi dimodifikasi dan dilumasi oleh liur sebelum diteruskan melalui
faring dan esophagus ke dalam lubang untuk proses selanjutnya. Vestibulum
adalah ruang sempit di antara permukaan dalam bibir dan pipi dan aspek luar
gusi dan geligi. Rongga mulut sebenarnya dibatasi di atas oleh palatum
molle dan durum (langit-langit keras dan lunak), di anterior oleh aspek dalam
gusi dan geligi , dan di posterior oleh dua lipat palatoglossus dari selaput
mukosa sisi mulut dan sisi faring. Sebagian besar rongga mulut ditempati
lidah, sebuah struktur muscular sangat mobil untuk membantu dalam
mengunyah dan menelan. Pada manusia, ia juga berperan untuk berbicara.
Bibir dibentuk oleh otot rangka orbicularis oris dan jaringan ikat
padat, permukaan luarnya ditutupi kulit dengan folikel rambut dan kelenjar-
kelenjar sebasea dan keringat. Pada tepian bebas bibir, ia berubah menjadi
kulit sangat tipis tanpa rambut, dengan epidermis yang cukup transparan
untuk memberinya warna merah karena tampak darah dalam kapiler dalam
dermisnya. Pada aspek dalam bibir terjadi transisi berangsur dari kulit
menjadi membran mukosa pelapis vestibulum dan mulut.
Liur adalah campuran produk macam-macam kelenjar ini. Ia cairan
kental , tidak berwarna, agak keruh yang mengandung air, mucoprotein,
immunoglobulin, dan ion-ion anorganik, termasuk kalsium , kalium, natrium,
klorida, dan sedikit sekali besi. Di antara unsur proteinnya terdapat enzim-
enzim seperti amilase (ptialin) yang memecah tepung tepung menjadi
karbohidrat larut-air lebih kecil. Juga ditemukan yang disebut badan-badan
liur di dalam liur yang merupakan granulosit dan lomfosit berdegenerasi
yang berasal dari tonsila dan kelenjar limf pada bagian belakang lidah.
Cairan sulkus gingiva (CSG) adalah suatu produk filtrasi fisiologis
dari pembuluh darah yang termodifikasi, karena asalnya dari darah maka
komposisi CSG hampir sama dengan darah. Cairan ini diketahui dapat
digunakan mendeteksi indicator-indikator inflamasi yang berperan dalam
terjadinya penyakit periodontal.
B. TUJUAN PENULISAN
1
Adapun tujuan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui :
C. MANFAAT PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SKENARIO
B. IDENTIFIKASI ISTILAH/KONSEP
3
C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja fungsi stomanogmatik ?
2. Apa saja cairan rongga mulut ?
3. Berasal dari manakah cairan rongga mulut ?
4. Apa saja komposisi saliva dan CGF ?
5. Dimana letak anatomi kelenjar saliva ?
6. Bagaimana mekanisme sekresi saliva dan CGF ?
7. Apa saja fungsi saliva dan CGF ?
8. Faktor apa yang mempengaruhi sekresi saliva ?
9. Apa saja jaringan lunak di rongga mulut ?
10. Dimana letak batas-batas jaringan lunak rongga mulut ?
D. ANALISA MASALAH
1. Fungsi Stomanogmatik
Pengunyahan : Proses penghancuran makanan dengan bantuan saliva
untuk mengubah ukuran dan membentuk bolus dan kemudian ditelan.
Penelanan : Aktivitas terkoordinasi yang melibatkan otot dalam
mulut, palatum, otot faring dan otot laring
Respirasi : Proses pertukaran O2 dan CO2
Bicara : Kemampuan bicara tergantung perkembangan fungsi
normal daerah korteks daerah cerebeli dan pemanfaatan otot-otot laring,
faring dan cavum oris.
3. Saliva dihasilkan oleh 2 kelenjar yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar
saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
sublingualis, dan kelenjar submandibularis / submaksilaris
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar labialis, kelenjar bukalis, kelenjar
palatinalis dan kelenjar lingualis.
CGF / CSG berasal dari pembuluh darah yang berada pada gingiva. CGF /
CSG terdiri dari eksudat dan transudat. Cairan eksudat berasal dari peristiwa
peradangan sedangkan transudat berasal dari cairan yang memang ada dalam
tubuh yang menjaga homeostasis.
a) Saliva
- Kelenjar major : dari saraf-saraf mukosa oleh rangsangan
mekanis dan kimiawi (rangsangan olfaktori)
- Kelenjar minor : keluar dengan sendiri
b) Cairan sullkus gingiva
Saliva
1. Mempermudah proses menelan
2. Menghancurkan bakteri
3. Membantu berbicara
4. Menjaga keseimbangan cairan mulut
5. Mengendalikan flora bakterial
6. Membantu dalam pengecapan rasa
7. Membersihkan sisa makanan
8. Membantu proses penyembuhan luka di rongga mulut
9. Mempermudah pengunyahan
Cairan sulkus gingiva
1. Membersihkan material di sulkus gingiva
2. meningkatkan adesi antara epitel terhadap gigi
8. Faktor sekresi
(1) Faktor mekanis : Memakan makanan keras
(2) Faktor kimiawi : Asam, manis, pahit dan sebagainya
(3) Faktor neuranat : Sistem saraf otonom
(4) Faktor psikis : Stress
(5) Faktor rasa sakit
(6) Faktor merokok
5
Gingiva
Mukosa oral
E. STRUKTURISASI KONSEP
RONGGA MULUT
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
F. LEARNING OBJEKTIF
6
2. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologi dari masing-masing jaringan
lunak.
G. BELAJAR MANDIRI
Pada step ini masing-masing anggota kelompok belajar secara mandiri untuk
menemukan learning objective yang sebelumnya sudah disepakati bersama.
H. SINTESIS
3. Bibir
Bibir bagian atas : terbentang dari dasar hidung pada bagian superior
sampai ke lipatan nasolabial, pada bagian lateral dan batas bebas dari
sisi vermilion.
Bibir bagian bawah : terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai
kebagian mandibula pada bagian inferior.
4. Gingiva
Gingiva merupakan bagian membran mukosa yang terikat erat pada
periosteum krista tulang alveolar. Gingiva dilapisi epitel berlapis gepeng
dengan banyak papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Sebagian besar
gingiva, lamina propria melekat erat pada periosteum dibawahnya dan
7
mukosanya tidak dapat digerakkan. Meskipun begitu yang dalam jarak 1 mm
dari gigi, ia kurang erat lekatannya dan disebut gingiva bebas atau gingiva
marginal. Sekitar mahkota gigi, gingiva bebas dipisahkan dari email oleh alur
dangkal yang disebut celah gingiva atau sulkus gingiva.
5. Lidah
Terletak di lantai dasar mulut dalam corpus mandibulae yang
melengkung
2/3 anterior lidah di sebut corpus
1/3 posterior lidah disebut radix
Tersusun atas otot lurik dilapisi membran mukosa
Ujung lidah disebut apex linguae
Memiliki papila sirkumvalata, filiformis, fungiformis dan foliate
6. Palatum
Palatum durum : Palatum durum terletak di bagian anterior
rongga mulut. Palatum memisahkan rongga mulut dengan rongga
hidung dan sinus maksilaris. Palatum durum memiliki papilla
incisivus. Bagian mukosa palatum durum terdiri dari epitel gepeng
berlapis dengan lamina propria melekat pada osteum sehingga
tidak mudah digerakkan dasarnya. Pada palatum durum terdapat
kelenjar liur, arteri palatina major (dari foramen palatina major),
arteri palatina minor (dari foramen minor).
Palatum Mole : Palatum mole terbentang mulai dari palatum
durum ke posterior dan terdapat otot lurik dan jaringan ikat
aponoresis, dengan bagian atas berbatasan dengan nosopharing dan
bagian bawah oropharing. Bagian oropharing yang mengandung
mukosa. Serta memisahkan oropharing dan nasopharing selama
menelan dan berbicara.
8
Mukosa Khusus (Merah bibir, Lidah)
Tipe
Regio Epitel Kedalaman Submukosa
Mukosa
Dorsum
Bervariasi, non Melekat
Lidah Dangkal Penutup
keratinised pada otot
Posterior
Lateral-
Palatum
Tebal, keratinised Dalam tebal / Med- Pengunyah
Durum
tipis
Attached
Tebal, keratinized Dalam Absen Pengunyah
Gingiva
Merah
Tipis, keratinised Dalam Tebal Khusus
bibir
Dorsum
Tebal, Melekat
Lidah Dalam Khusus
orthokeratinised pada otot
Anterior
9
4) Mukosa oral berfungsi untuk melindungi jaringan lunak di rongga mulut,
menambah pengunyahan, organ sensoris untuk memberi informasi
mengenai hal-hal yang terjadi di mulut aktivas sekresi
5) Cavum oris berfungsi untuk pintu masuk ke saluran cerna
6) Pipi berfungsi untuk membantu proses pengunyahan dan melindungi
organ di dalam mulut
7) Gingiva berfungsi untuk melindungi akar gigi, tulang alveolar dan
jaringan lainnya terhadap rangsangan.
8) Mukosa mulut terdiri dari mukosa pengunyahan, mukosa penutup, dan
mukosa khusus.
a) Mukosa pengunyahan merupakan epitel parakeratin. Mukosa ini
merupakan penyusun jaringan lunak seperti gingiva dan palatum
durum. Mukosa pengunyahan berfungsi untuk menahan tekanan.
b) Mukosa penutup merupakan epitel non keratis. Mukosa ini
merupakan penyusun mukosa labial (bibir) dan bukal (pipi),
palatum mole dan mukosa alveolaris. Mukosa penutup berfungsi
untuk kelenturan dan ketahanan dalam proses pengunyahan
c) Mukosa khusus merupakan epitel ortokeratin. Mukosa ini
merupakan penyusun dalam jaringan lunak merah bibir pada
mulut, selain itu juga ada lidah. Mukosa ini berfungsi untuk
pengecap karena ada papilla contohnya pada lidah.
Fungsi Saliva :
- Membasahi dan melumasi makanan yang masuk
- Membersihkan rongga mulut
- Mengatasi dehidrasi dengan mengurangi sekresi saliva yang
nantinya membuat kita haus
- Enzim α-amilasenya mengawali proses pencernaan dengan
menghidrolisis tepung menjadi gula terlarut
- Mengendalikan flora bacterial dari rongga mulut
- Karena liur memiliki sifat bakteriostatik, maka enzim lisozim
yang disekresi sel-sel serosa dari asini liur menghidrolisis dinding
sel bakteri yang mengakibatkan bakter hancur dengan mudah pada
saliva.
- Sebagai pertahanan imun terhadap bakteri mulut karena adanya
immunoglobulin A
10
terhadap respon dini dari aktifitas antigen bakteri. Aliran CSG
akan bertambah besar pada keadaan gingiva meradang karena
adanya pertambahan permeabilitas pembuluh vaskular.
- Pencegahan Terhadap Karies
Hancock dkk menemukan bahwa CSG mempunya aksi mekanis
dan pertahanan terhadap bakteri dan benda-benda asing lainnya.
Carranza mendukung teori tersebut dengan mengatakan bahwa
CSG berufngsi untuk membersihkan sulkus dari materi-materi
pathogen. Grant dkk berpendapat bila materi atau benda asing
tertentu masuk ke sulkus gingiva segera akan lenyap dari sulkus
sebab disemburkan keluar oleh aliran CSG. Mc Gehee
berpendapat pada gingiva sehat CSG bersifat alkali sehingga dapat
mencegah terjadinya karies pada permukaan enamel dan
sementum yang halus. Sifat ini disebabkan oleh daerah
mikrosirkulasi setempat bersifat alkali yang menunjang netralisasi
asam yang ditemukan pada proses karies di area gingival margin.
11
Kelenjar saliva dibagi dalam dua kategori yaitu kelenjar saliva minor dan
kelenjar saliva mayor. Kelenjar minor terdapat di mukosa dan bermuara
langsung , atau melalui saluran pendek, ke permukaan epitel mulut. Mereka
agaknya terus bersekresi, ikut membentuk saliva yang membasahi dan
melumas rongga mulut. Di antara kelenjar liur minor yang bermuara dalam
vestibulum adalah kelenjar labialis di antara mukosa dan otot orbicularis oris
dalam bibir atas dan bawah dan kelenjar buccalis tersebar di bawah mukosa
pada aspek dalam pipi. Kelenjar lingualis anterior terletak di bagian bawah
ujung lidah, pada kedua sisi frenulum. Tiga atau empat salurannya bermuara
pada sisi bawah ujung lidah. Bagian anterior kelenjar terdiri atas tubuli
berlapiskan sel-sel serosa. Pada bagian posterior, tubuli bercabang dilapis sel-
sel mukosa namun mereka mungkin memiliki demilun tipis sel-sel serosa
pada ujung buntunya. Kelenjar Von Ebner adalah kelenjar serosa pada papilla
sirkumvalata. Sekret berairnya dilepaskan ke dalam alur sekitar papilla
tempat ia memungkinkan difusi substansi yang uniform kepada kuncup kecap
dan dapat berfungsi membilas alur. Kelenjar mukosa dan kelenjar campur
sangat kecil lain terdapat di bagian belakang lidah.
Kelenjar mayor mencakup kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual.
Mereka terletak agak berjauhan dari rongga mulut dan berhubungan
dengannya melalui saluran-saluran yang memiliki kelompokan asini kelenjar
pada ujungnya. Kelenjar ini menghasilkan banyak sekret bila ujung-ujung
sarafnya di mukosa mulut dirangsang mekanis dan kimiawi. Sebagian juga
bersekresi sebagai respons atau rangsangan olfaktoris tertentu.
a. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di
anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot
12
masseter. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada
lipatan antara mukosa pipi Universitas Sumatera Utara dan gusi
dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat
padat
dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim,
fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama
disebut duktus stenon(stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.
Kelenjar liur mayor terbesar ini terletak di subkutan kiri kanan muka
di bawah dan anterior terhadap telinga. Mereka meluas dari arkus
zigomatikus di atas sampai di bawah angulus rahang. Salurannya yang
panjang (ductus Stensoni) berjalan melalui otot muka untuk bermuara
pada papilla kecil pada sisi dalam pipi, berhadapan dengan molar
kedua atas. Sel-sel asininiya terutama seromukosa dengan asini
mukosa hanya jarang-jarang.
b. Kelenjar Submandibular
Kelenjar submandibular terletak, pada kedua sisi, di antara mandibula
dan otot-otot yang membentuk dasar mulut. Kelenjar submandibularis
merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak dan
mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu ductus Whartoni
yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah,
dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini
terdiri dari jaringan ikat yang padat. Seperti parotis, ia juga kelenjar
campur dengan dengan asini serosa dengan lebih banyak dari asini
mukosa (mukoserosa).
c. Kelenjar Sublingual
Kelenjar sublingual panjangnya 3-4 cm dan terletak di dalam
membran mukosa dasar mulut pada kedua sisi frenulum, dan dekat
simfisis mandibula. Salurannya sering bergabung dengan dengan yang
dari kelenjar submandibular namun dapat bermuara terpisah pada
papilla sublingualis. Kelenjar sublingualis mempunyai banyak duktus
yang menyalurkan ke dalam rongga mulut. Duktus kelenjar ini disebut
duktus Rivinus. Duktus inierletak berdekatan dengan papilla dari
duktus kelenjar submandibular. Seperti kelenjar mayor lain, ia adalah
kelenjar campur. Sekitar asininya 60% asininya adalah mukosa dan
30% serosa.
1. Sekresi Saliva
Sekresi saliva merupakan kerja dua tahap yaitu stadium pertama
melibatkan asinus dan yang kedua ductus salivarius. Asinus
mengeluarkan sekresi primer yang mengandung ptialin atau mucus
13
keduanya dalam larutan ion-ion yang mempunyai konsentrasi yang tidak
banyak berbeda dengan cairan ekstrasel yang khas. Tetapi, waktu secret
primer mengalir melalui ductus, berlangsung dua proses transport aktif
utama yang dengan nyata mengubah susunan ion saliva. Pertama, di
dalam bagian pertama ductus salivaria, di dekat sambungannya dengan
asinus, ion bikarbonat disekresiksi secara aktif sementara ion klorida
konsentrasi : Kedua, ion natrium secara aktif direabsorpsi dari ductus, dan
ion kalium secara aktif disekresi untuk menukar natrium. Oleh karena itu,
konsentrasi natrium saliva sangat berkurang, sementara konsentrasi ion
kalium meningkat.
14
Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel
perlekatan yang terletak pada celah gusi dalam bentuk CSG. Cairan
sulkus gingiva mengalir secara terus-menerus melalui epitel dan masuk
ke sulkus gingiva dengan aliran yang sangat lambat, 0,24-1,56 μl/menit
pada daerah yang tidak mengalami inflamasi. Aliran cairan ini akan
meningkat bila terjadi gingivitis atau periodontitis. Hipotesa Alfano
membuktikan bahwa CSG dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat,
melalui mekanisme perubahan tekanan osmosis sebab adanya
makromolekul. Cairan mengalir dari kapiler menuju ke jaringan subepitel
terus ke epitel perlekatan. Dari sini cairan disekresikan dalam bentuk
CSG bercampur dengan air liur di dalam rongga mulut. Beberapa ahli
berpendapat bahwa cairan ini berasal dari mikrosirkulasi jaringan gingiva.
15
Kehadiran plak di dalam sulkus gingiva dan difusi dari molekul besar ke
arah membrane dasar cenderung menimbulkan pembentukan tekanan
osmosis sepanjang cairan berjalan dan muncul sebagai transudate/eksudat
pada celah gusi.
- Hubungan cairan sulkus gingiva dengan radang
Enzim bakteri mengakibatkan timbulnya respon radang seperti
bertambahnya permeabilitas vaskular. Bertambahnya
permeabilitas vaskular jaringan tersebut seimbang dengan
kenaikan jumlah dan aliran CSG. Cairan plasma keluar dari
pembuluh-pembuluh vaskular ke jaringan interseluler. Didapatkan
gangguan keseimbangan antara filtrasi dan absorpsi cairan pada
pembuluh darah kapiler, karena tekanan osmosis setempat
menurun dan tekanan hidrostatik vaskular naik, cairan akan
menembus non keratinized stratified squamous ephithelium, yang
merupakan suatu membrane semi permeabel. Cairan masuk ke
sulkus gingiva, serta memulai aliran CSG.
A. Komposisi Saliva
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut
disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik
dan anorganik. Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan
anorganik. Komponen anorganik dari saliva antara lain Na+ (Sodium),
K+ (Kalium), Ca2+ (Calsium), Mg2+ (Magnesium), Cl- (Klorida), SO42-
(Thyocynate), H+ (Nitrat) , PO4 (Fosfat), dan HPO42- (Potassium).
Komponen anorganik yang memiliki konsentrasi tertinggi adalah Na+
dan K+. Sedangkan komponen organik utamanya adalah protein dan
musin. Komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa
enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin,
vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa
hormon seperti testosteron dan kortisol. Selain itu ditemukan juga
lipida, glukosa, asam amino, ureum amoniak, dan vitamin. Komponen
organik ini dapat ditemukan dari pertukaran zat bakteri dan makanan.
Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein kaya
prolin, musin, dan immunoglobulin.
16
- Materi Darah
Materi darah yang ada pada CSG adalah polimorfnuklear leukosit,
neutrofil, monosit, makrofag dan limofosit. Schluger serta
Kowashi menemukan lebih dari 500 leukosit setiap detik yang
bermigrasi ke ruang mulut dari gingiva dengan kondisi normal,
pada mulut yang mempunyai geligi lengkap. Sekitar 92% leukosit
yang ditemukan dalam sulkus gingiva sehat berupa neutrofil.
Sedangkan konsentrasi sel monosit di dalam darah antara 5-10%.
Sel monosit hanya berada di dalam darah selama 24 jam saja,
untuk selanjutnya bermigrasi ke berbagai jaringan, menetap disana
dan berubah menjadi makrofag. Limfosit adalah leukosit kedua
terbanyak di dalam darah sesudah leukosit neutrofil. Antara 25-
35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah limfosit. Jumlah ini
akan bertambah pada tahap kronis dari suatu peradangan secara
infeksi.
- Elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang telah diukur pada CSG lebih tinggi
daripada konsentrasi elektrolit di plasma. Ini mencakup sodium,
potassium, kalsium, dan magnesium, selain itu juga terdapat
fosfor. Konsentrasi ion-ion tersebut akan meningkat pada keadaan
gingiva meradang.
- Protein
Pada keadaan sehat, seharusnya tidak ada protein yang hadir pada
celah gusi, meskipun saliva masik ke sulkus. Protein pada CSG
mungkin berasal dari gingiva yang terinflamasi, bakteri pada plak
gigi atau pemecahan neutrofil. Selain IgG, IgA, IgM, beberapa
komponen komplemen C3, C4, C5, dan C3 proaktivator juga
ditemukan didalam CSG. Dan adanya enzim lisozim dalam
membantu memonitor perkembangan dari penyakit periodontal,
selain lisozim terdapat juga laktoferin dalam respon inflamasi jika
ada radang pada gingiva.
BAB III
PENUTUP
17
3.1 KESIMPULAN
Mukosa mulut menutupi seluruh bagian rongga mulut mulai dari bibir sampai
ke regio tonsil palatina dan tonsila lingualis, kecuali permukaan gigi-geligi. Struktur
mukosa mulut terutama terdiri dari dari jaringan epitel berlapis, dengan jaringan
penyambung fibrosa di bawahnya yaitu lamina propria. Pada beberapa regio, mukosa
mulut diikatkan ke jaringan di bawahnya oleh lapisan submucosa. Ada tiga tipe
mukosa mulut yaitu mukosa pengunyahan di regio yang menerima beban mekanis
yang besar, mukosa penutup di regio yang memerlukan kelenturan dan mukosa
khusus yang dilengkapi oleh kuncup pengecap.
Di vestibulum, dasar mulut dan lidah bagian bawah, epitel ini realtif tipis dan
tidak mengalami keratinisasi. Lamina proprianya longgar, memungkinkan gerak
bebas di atas bangunan di bawahnya. Pada pipi ia agak lebih tebal. Epitel tanpa
keratinisasi ini tidak menunjukkan zona-zona seperti pada epidermis. Tempat mukosa
mobil dasar mulut beralih ke bagian di atas proses alveolares, terjadi peralihan
mendadak menjadi lapis merah muda yang melekat erat pada tulang di bawahnya
melalui jaringan ikat cukup padat. Inilah gingiva yang menutupi gusi dan meluas di
antara geligi.
Saliva adalah cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak dengan
mukosa dan gigi, berasal terutama dari tiga pasang kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor pada mukosa oral. Saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar
saliva mayor yaitu parotid, submandibular, dan sublingual beserta kelenjar minor
yang tersebar di bawah ephitelium oral. Saliva terdiri dari 95% air dan 1% bahan
padat yang didominasi oleh protein dan elektrolit. Saliva merupakan faktor esensial
di rongga mulut yang memiliki fungsi protektif, fisiologis, antimicrobial rongga
mulut, dan membantu proses pencernaan.
Cairan sulkus gingiva (CSG) berasal dari serum darah yang terdapat pada
sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang. Cairan sulkus
gingiva berperan dalam pencegahan terdapat terjadinya karies pada permukaan
enamel dan sementum yang halus sebab selain bersifat alkali yang dapat menunjang
netralisasi asam yang dapat ditemukan dalam proses karies area gingival margin,
CSG juga mempunyai aksi mekanis terhadap bakteri dan benda-benda asing lainnya.
Ini disebabkan oleh adanya aliran CSG yang terus-menerus. Bila bakteri atau benda
asing tertentu masuk ke sulkus gingiva segera akan lenyap dari sulkus karena
dicaburkan oleh aliran CSG.
18
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
19
Nares, Robert (1882). A glossary; or, Collection of words …. Which have been
thought to require illustration, in the works of English authors. London: R.
Triphook. Page 235.
Cairan Sulkus Gingiva dan Peranannya dalam Bidang Kedokteran Gigi. SKRIPSI
oleh Dewi Vindani
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/8369/020600068.pdf?
sequence=1
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20097/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=84C532F1BF857FEAC2FC7679E4B19288?sequence=3
Fisiologi dan Patologi Saliva oleh Dr.drg. Nila Kasuma, M. Biomed. Padang : 2015
20